Professional Documents
Culture Documents
Rupanya tidak begitu lazim adzan disuarakan di kala ada seorang yang mau berangkat haji.
Akhir-akhir ini yang dilakukan oleh calon jamaah haji ialah pamit sana sini, ke semua
sesepuh, para ulama, kiai, dan tokoh masyarakat, kira-kira satu minggu sebelum hari
keberangkatan.
ّ
ويسن األذان واإلقامة أيضا خلف المسافر لورود حديث صحيخ فيه قوله خلف المسافر—أي
ّ أقول وينبغي:قال أبو يعلى في مسنده وابن أبي شيبه
أن محل ذالك مالم يكن سفر معصية
"Kalimat 'menjelang bepergian bagi musafir' maksudnya dalah disunnahkan adzan dan
iqomah bagi seseorang yang hendak bepergian berdasar hadits shahih. Abu Ya’la dalam
Musnad-nya dan Ibnu Abi Syaibah mengatakan: Sebaiknya tempat adzan yang dimaksud itu
dikerjakan selama bepergian asal tidak bertujuan maksiat."
لم يؤذن بالل ألحد بعد النبي صلى هللا عليه وسلم غير مرة لعمر حين دخل الشام فبكى:فائدة
الخ... الناس بكاء شديدا – قيل إنه أذان ألبي يكر إلي أن مات
"Sahabat Bilal tidak pernah mengumandangkan adzan untuk seseorang setelah wafatnya Nabi
Muhammad kecuali sekali. Yaitu ketika Umar bin Khattab berkunjung ke negeri Syam. Saat
itu orang-orang menangis terharu sejadi-jadinya. Tapi ada khabar lain: Bilal
mengumandangkan adzan pada waktu wafatnya Abu Bakar."
Dalil ketiga, dalam Shahih Ibnu Hibban, Juz II, hal 36:
حدثنا ابن محزوم قال حدثني اإلمام على ابن أبي: من طريق أبي بكر والرذبري عن ابن داسة قال
طالب كرم هللا وجهه وسيدتنا عائشة رضي هللا عنهم—كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
إذا استودع منه حاج أو مسافر أذن وأقام – وقال ابن سني متواترا معنوي ورواه أبو داود
والبيهقي والقرافي
"Riwayat Abu Bakar dan Ar-Rudbari dari Ibnu Dasah, ia berkata: Ibnu Mahzum
menceritakan kepadaku dari Ali dari Aisyah, ia mengatakan: Jika seorang mau pergi haji atau
bepergian, ia pamit kepada Rasulullah, Rasul pun mengadzani dan mengomati. Hadits ini
menurut Ibnu Sunni mutawatir maknawi. Juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Qarafi, dan
al-Baihaqi."
Demikian pula kata Imam al-Hafidz yang dikutip oleh Sayyid Abdullah Bafaqih, Madang.
Menurutnya, hadits ini juga terdapat dalam Shahih Ibnu Hibban, Juz II, hal 36.