Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang telah diketahui, komunikasi terdiri dari dua jenis yaitu komunikasi verbal
dan komunikasi non-verbal. Komunikasi verbal merupakan proses komunikasi melalui
bahasa dan kata-kata yang diucapkan. Sedangkan komunikasi non-verbal ialah
penyampaian arti (pesan) tanpa kata-kata yang tercermin pada bahasa tubuh dan
intonasi verbal. Penelitian menunjukkan bahwa 80% komunikasi yang dilakukan
manusia disampaikan secara non-verbal.
Umumnya, bila seseorang menangkap pesan yang tidak sesuai antara pesan verbal
dan non-verbal, orang tersebut cenderung mempercayai pesan non-verbalnya. Salah
satu alasannya adalah bahwa isyarat non-verbal memberi informasi mengenai tujuan
dan respon emosional. Dengan demikian dapat dilihat bahwa isyarat pesan non-verbal
lebih berpengaruh dalam sebuah proses komunikasi daripada isyarat verbalnya. Hal
ini dikarenakan isyarat non-verbal lebih mewakili aspek psikologis atau emosional,
baik yang disadari ataupun yang tidak disadari.
Bahasa tubuh merupakan salah satu jenis komunikasi non-verbal. Bahasa tubuh dapat
berlawanan dengan apa yang diucapkan. Misalnya ketika harus bersikap sopan
dengan seseorang yang tidak disukai, mungkin secara verbal seseorang dapat
menggunakan kata-kata yang benar, namun tubuh memberontak dengan berbagai
cara. Misalnya menjabat tangan sebentar saja, atau mencoba menghindar dari
tatapan matanya. Dalam hal ini bahasa tubuh berlawanan dengan bahasa ucapan
sehingga terbentuk dua tanda yang berbeda.
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut ”Bagaimana peran bahasa tubuh dalam membangun
hubungan sosial”.
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
Salah satu dari banyak manfaat mempelajari bahasa tubuh adalah meningkatkan
kesadaran dalam mengenal diri sendiri dan orang lain, sehingga dengan keadaan
tersebut seseorang dapat membentuk suatu hubungan yang mantap dengan orang
lain. Bila telah dapat menggunakan dan menafsirkan bahasa tubuh, maka tidak akan
mudah tertipu oleh isyarat pesan palsu yang dikirimkan orang lain kepada kita. Di
samping itu, dengan bahasa tubuh seseorang mampu memperoleh kepercayaan dari
orang lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut David Cohen dalam buku “bahasa tubuh dalam pergaulan” yang
menjelaskan tentang bahasa tubuh sebagai bentuk topeng-topeng mengungkapkan
bahwa bahasa tubuh juga menyingkapkan topeng-topeng kita. Manusia belajar
menggunakan topeng sejak kecil dan banyak diantara kita dapat melakukannya
dengan baik. Banyak isayarat-isyarat nonverbal tantang perasaan bersifat sangat
halus dan terjadi hanya sekilas. Membacanya seperti mencoba menguraikan pola dari
selendang yang dipakai seseorang yang sedang lewat. Anda dapat melakukannya,
tapi membutuhkan keahlian dan latihan.
Apa yang dapat menerobos topeng yang kita pakai adalah apa yang disebut oleh para
ahli psikologi sebagai “isyarat yang bocor”, isyarat yang sebenarnya tidak ingin kita
berikan namun tidak dapat terkontrol. Mengatur ekspresi wajah sangat mudah
dilakukan. Jika anda tidak ingin tampak sedih, anda dapat berpura-pura. Lebih sulit
mengatur nada suara kita atau gerakan tubuh, mereka ini sering “bocor”. Pelajari
mereka dan anda akan segera tahu banyak tentang apa yang sedang dipikirkan orang
lain.
Dalam hubungan antar pribadi, banyak orang merasa berada dibawah tekanan
untuk tidak menunjukkan perasaan mereka. Kita hidup melalui suatu periode
perubahan sosial yang kompleks, membuat banyak dari kita merasa lebih aman
bersembunyi dibalik kedok.
Dalam kamus komunikasi dari Onong U. Effendy bahwa Kinesic Communication atau
komunikasi kial/komunikasi kinesik adalah komunikasi yang dilakukan dengan
gerakan anggota tubuh; salah satu jenis komunikasi nonverbal.
Peter Clayton dalam buku “bahasa tubuh dalam pergaulan sehari-hari”
3
mengungkapkan bahwa Apa yang disebut dengan bahasa tubuh ? saya telah
mengajukan pertanyaan ini kepada orang yang tak terhitung banyaknya. Jawaban
yang mereka berikan tanpa kecuali sesuatu yang sejalan dengan komunikasi
nonverbalyang menurut hemat saya tidak salah sejauh ini. Akan tetapi, jawaban itu
tidak benar-benar menjelaskan kebenaran alami dari bahasa tubuh. Selama bertahun-
tahun saya berusaha untuk menyingkat pengertian ini menjadi beberapa kalimat
sederhana. Alo Liliweri dalam buku “komunikasi verbal dan nonverbal” menjelaskan
bahwa bahasa tubuh adalah gerakan ; tubuh yang merupakan sebagian perilaku
nonverbal (termasuk yang anda miliki) dapat disampaikan melalui simbol komunikasi
kepada orang lain. Perilaku itu sangat bergantung dari erat tidaknya hubungan
dengan orang lain. Dalam bagian ini akan diuraikan komunikasi nonverbal “gerak
tubuh” atau yang disebut kinesik.
2.2. Sejarah Singkat Tentang Bahasa Tubuh
mengetahui bahwa sikap dan gerakan tubuh mencerminkan suasana hati. Pada cerita
“Malam Kedua-belas”, Malviolo, pelayan Olivia, membuat dirinya konyol dengan
mengenakan ikat kaos kaki kuning dan bertingkah laku aneh. Tetapi tidak ada
penelitian yang teratur tentang bahasa tubuh sampai tahun 1960-an. Lalu seorang
ahli psikologi Amerika Paul Elkman meneliti bagaimana kemampuan kita membaca
pesan-pesan tanpa kata dari wajah-wajah orang. Seorang ahli psikologi Ingggris
Michael Argyle, dari Universitas Oxford, mempelajari bahasa tubuh jenis lain yaitu
gerak isyarat tubuh, sejauh mana kita menjadi akrab dengan seseorang jika kita
menyentuh seseorang dan dimana kita melakukannya. Argyle dan Elkman keduanya
menekankan bahwa bahasa tubuh adalah sungguh-sungguh sebuah bahasa. Anda
tidak dapat melihat suatu gerakan tubuh secara tersendiri. Anda harus mempelajari
pola yang utuh tentang gerakan tubuh, sikap tubuh, dan nada dari suara untuk dapat
mengerti situasi secara menyeluruh. Sebagaian dari seni membaca bahasa tubuh
adalah menempatkan semua tanda didalam “kelompok”, jadi seperti menyusun kata-
kata menjadi kalimat yang dapat dimengerti.
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut David Cohen dalam buku “Bahasa Tubuh Dalam Pergaulan” yang
menjelaskan tentang bahasa tubuh sebagai bentuk topeng-topeng, mengungkapkan
bahwa bahasa tubuh juga menyingkapkan topeng-topeng kita. Manusia belajar
menggunakan topeng sejak kecil dan dapat melakukannya dengan baik melalui
pembelajaran yang intensif. Banyak isyarat non-verbal tentang perasaan yang bersifat
sangat halus dan terjadi hanya sekilas. Cara seseorang berbicara mencerminkan
kepribadiannya. Beberapa orang bicaranya keras dan tanpa henti, orang lainnya sukar
dimengerti dan beberapa sangat diam. David Cohen tidak menyetujui anggapan
bahwa orang dengan kepribadian tertentu cenderung memiliki gaya tubuh tertentu
yang tidak akan sama dengan orang lain.
Sudah diterima secara luas bahwa dalam dunia bekerja di awal abad 21, keberhasilan
seseorang terutama dicapai melalui orang lain. Jaman manajer otokratis sudah lama
berlalu, dan dewasa ini kebanyakan orang lebih percaya pada diri sendiri daripada
jaman dahulu. Sebagai contoh, bila karyawan tidak suka cara mereka diperlakukan,
mereka akan pindah kerja. Seorang manajer dengan bahasa tubuh yang buruk akan
membuat karyawan keluar lebih cepat.
4
Kontak Mata :
Kontak mata mengacu pada suatu keadaan penglihatan secara langsung antar orang
saat sedang berbicara. Melalui kontak mata, seseorang dapat menceritakan kepada
orang lain suatu pesan sehingga orang akan memperhatikan kata demi kata melalui
tatapan. Misalnya pandangan yang sayu, cemas, takut, terharu, dapat mewarnai latar
belakang psikologis kita. Penelitian menunjukkan bahwa seorang pendengar
menggunakan kontak mata lebih sering daripada pembicara. Presentase kontak mata
antara pendengar dan pembicara disajikan dalam tabel di bawah ini.
Sejak kontak mata dilakukan, orang langsung dapat mengukur sejauh mana
kemampuannya dalam melakukan komunikasi.
1. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah meliputi pengaruh raut wajah yang digunakan untuk berkomunikasi
secara emosional atau bereaksi terhadap suatu pesan. Wajah setiap orang selalu
menyatakan hati dan perasaannya. Wajah ibarat cermin dari pikiran dan perasaan.
Melalui wajah orang juga bisa membaca makna suatu pesan.
Ekspresi wajah juga dapat dilihat ketika memandang seseorang yang dianggap
sebagai orang yang polos/lugu atau dianggap kejam/dingin. Hal ini didasari oleh ada
sebuah ekspresi wajah yang nampak pada seseorang tidak menunjukkan sebuah
perubahan seperti yang dilakukan oleh orang lain ketika mendengar atau mengetahui
suatu peristiwa, baik kesedihan maupun kegembiraan, keanehan atau kelayakan,
kabaikan atau keburukan, dan sebagainya,
Setiap gerakan tubuh mengkomunikasikan beberapa fungsi yang oleh Ekman dan
Friesen dikategorikan sebagai :
1. Batons : Suatu gerakan yang menunjukkan tekanan tertentu pada pesan yang
disampaikan.
2. Ideographs : Gerakan membuat peta atau mengarahkan pikiran.
3. Deitic Movements : Gerakan untuk menunjukkan sesuatu.
4. Apatial Movements : Gerakan yang melukiskan besar atau kecilnya ruangan.
5. Kinetographs : Gerakan yang menggambarkan tindakan fisik.
6. Rhytmic Movements : Gerakan yang menunjukkan suatu irama tertentu.
7. Pictographs : Gerakan yang menggambarkan sesuatu di udara.
8. Emblematic Movements : Gerakan yang menggambarkan suatu pernyataan verbal
tertentu.
Setiap bentuk ilustrator yang diuraikan di atas memiliki penafsiran yang kurang jelas,
hal ini dikarenakan seseorang tidak hanya menggunakan satu bentuk ilustrator, tetapi
beberapa bentuk sekaligus dalam berkomunikasi.
2. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat
kesehatan seseorang.
3. Suara seperti rintihan, menarik nafas panjang, serta tangisan merupakan beberapa
ungkapan perasaan dan pikiran seseorang.
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
menggunakan sentuhan yang tepat dengan lawan bicara, menghormati status dengan
kontak mata, serta menggunakan jabatan tangan yang sesuai dengan kepribadian
dan tujuan dari komunikasi yang dilakukan. (Ida Yuhana dkk, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
Refrensiweb: http://digitalmodern.blogspot.co.id/2014/01/semiotika-
komunikasi.html
SEMIOTIKA KOMUNIKASI
A. PENDAHULUAN
Charles sanders pierce adalah seorang ahli matematika dari AS yang sangat tertarik
pada persoalan lambang-lambang. Ia melakukan kajian mengenai semiotika dari perspektif
logika dan filsafat dalam upaya melakukan sistematisasi terhadap pengetahuan. Dalam hal ini,
ia menggunakan istilah representamen yang tak lain adalah lambang (sign) dengan pengertian
sebagai something which stand to somebody for something in some respect or
capacity (sesuatu yang mewakilik sesuatu bagi seseorang dalam suatu hal atau kapasitas)
(Matterlart dan Matterlart, 1998: 23). Dari pemaknaan ini dapat dilihat bahwa lambang
mencakup keberadaan yang luas, termasuk pahatan, gambar, tulisan, ucapan lisan, isarat
bahasa tubuh, musik, dan lukisan.
Cara berfikir pierce pada dasarnya dipengaruhi aliran filsafat pragmatisme yang
cenderung bersifat empirisme radikal. Segala sesuatu adalah lambang, bahkan alam raya
sebenarnya adalah suatu lambang yang bukan main dahsyat sifatnya. Karena jalan pikiran
demikian maka banyak kalangan yang menilai bahwa pandangan pierce tentang lambang
kadangkala bersifat kabur, sulit dibedakan mana yang benar-benar lambang dan mana yang
bukan lambang. Hal ini membawa konsekuansi kaburnya batas-batas semiotika sebagai suatu
disiplin.
Pierce mebedakan lambang menjadi tiga kategori pokok : ikon (icon), indeks(index),
simbol (symbol). Yang dimaksud ikon disini adalah suatu lambang yang ditentukan (cara
pemaknaannya) oleh objek yang dinamis karena sifat-sifat internal yang ada. Hal-hal seperti
kemiripan, kesesuaian, tiruan, dan kesan-kesan atau citra menjadi kata kunci untuk
memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang bersifat ikonik. Ikon karena itu,
dapat dilihat karena memang mirip. Lukisan foto Dr. Ir. Sukarno Oleh Ratna Sari Dewi yang
dapat memberikan kesan kecerdasan, keceriaan, kegigihan, kesederhanaan, serta jiwa
kepemimpinan seorang Sukarno, semuanya adalah teks atau lambang-lambang ikonik yang
membawa makna-makna tertentu.
B. PEMBAHASAN
1. Landasan filosofik semiotika
Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1857-
1913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu
semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di
Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik, seangkan Peirce filsafat.
Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi (semiology).[1]
Menurut Saussure, semiotika didasarkan pada pemahaman jika selama perbuatan dan
perilaku individu bermakna atau selama berfungsi sebagai tanda, di belakangnya harus
memiliki sistem pembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Di mana ada tanda,
di sana ada sistem. Peirce menyebut ilmu ini adalah semiotika (semiotics). Menurut Peirce,
penalaran manusia dilakukan melalui tanda. Logika ini sama dengan semiotika dan semiotika
bisa diterapkan disegala macam tanda. Dalam perkembangannya semiotika lebih populer
dibanding semiologi.
Asal kata semiotika yakni dari kata yunani: semeion, yang artinya tanda. Semiotika
merupakan ilmu yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya tanda dan produksi makna.
Tanda yaitu sesuatu bagi seseorang yang memiliki arti sesuatu yang lain. Zoest berpendapat,
segala hal yang dapat dibuat, diamati dan diteliti disebut dengan tanda. Tanda yang dimaksud
yaitu tidak hanya pada benda saja, melainkan peristiwa dan sebuah kebiasaan juga.
Contohnya: bendera, isyarat tangan, kata, kebisingan, kebiasaan makan, gerak syaraf, wajah
merona merah, kesukaan tertentu, sikap, uban, gagap, berbicara cepat, dan lain-lain.
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan
suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan sesuatu yang lain
yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Cabang ilmu ini semula berkembang dalam bidang
bahasa, kemudian ber(di)kembang(kan) pula dalam bidang seni rupa dan desain komunikasi
visual. Tanda dalam kehidupan manusia bisa tanda gerak atau isyarat; Lambaian tangan yang
bsa diartikan memanggil atau anggukan kepala dapat diterjemahkan setuju. Kita hidup dan
bermain dalam tanda bunyi, seperti tiupan peluit, terompet, genderang, suara manusia, atau
9
dering telepon; juga tanda tulisan, diantaranya huruf dan angka. Bisa juga, tanda gambar
berbentuk rambu lalu lintas, dan masih banyak ragamnya (Noth, 1995:44).[2]
1. Karakteristik Semiotika
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda
adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-
tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi,
pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal
(things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan
mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya
membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga
mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.
Macam-macam Semiotika
Hingga saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang kita
kenal sekarang. Jenis -jenis semiotik ini antara lain semiotik analitik, diskriptif, faunal
zoosemiotic, kultural, naratif, natural, normatif, sosial, struktural.
1. Semiotik analitik merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce mengatakan
bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna.
Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat
dalam lambang yang mengacu pada obyek tertentu.
2. Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita
alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan
sekarang.
3. Semiotik faunal zoosemiotic merupakan semiotik yang khusus memper hatikan sistem
tanda yang dihasilkan oleh hewan.
4. Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah system tanda yang ada
dalam kebudayaan masyarakat.
5. Semiotik naratif adalah semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang
berwujud mitos dan cerita lisan (folklore).
6. Semiotik natural atau semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
alam.
7. Semiotik normative merupakan semiotik yang khusus membahas sistem tanda yang
dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma.
8. Semiotik sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan
oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata maupun lambing rangkaian kata
berupa kalimat.
9. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah system tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
2. Semiotika Komunikasi
Bidang terapan semiotika pada bidang komunikasi tidak terbatas. Misalnya, bisa
mengambil objek penelitian mulai dari pemberitaan media massa, komunikasi periklanan, ,
film, dan music.
· Media, Pada dasarnya studi media massa mencakup pencarian makna-makna dalam
materinya. Mempelajari media adalah mempelajari makna.. maka dari itu, metode
penelitian dalam komunikasi harus mampu mengungkapkan makna yang terkandung
dalam materi pesan komunikasi. Kajian semiotika dalam media cetak umumnya adalah
mengusut ideology yang melatari pemberitaan.
Dalam studi media, ada 3 macam pendekatan:
1) Pendekatan politik-ekonomi (the political-economy approach), Pendekatan Politik-
ekonomi berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan pada kekuatan-kekuatan
ekonomi dan politik di luar pengelolaan media. Media sebagai bisnis, 3 faktor menjadi
hal yang sangat mempengaruhi isi atau arahan suatu berita dalam media: pemilik
media, modal dan pendapatan. Factor-faktor tersebut yang menentukan bagaimana isi
media, peristiwa apa yang ditampilkan, serta kearah mana pemberitaan media.
10
lebij penting lagi dalam film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yaitu tanda-tanda yang
menggambarkan sesuatu
· Musik
Apa yang dapat kita kaji pada musik yang menganut sistem tanda auditif.
Aart van Zoest (1993) memberikan tiga kemungkinan cara dalam melalukan analisis semiotika
pada musik. Lihat dalam Sobur (2004: 144-145).
Pertama, untuk menganggap unsur-unsur struktur musik sebagai ikonis bagi gejala-
gejala neurofisiologis pendengar. Dengan demikian, irama musik dapat dihubungkan dengan
ritme biologis. Kedua, untuk menganggap gejala-gejala struktural dalam musik sebagai ikonis
bagi gejala-gejala struktural dunia penghayatan yang dikenal. Ketiga, untuk
mencari denotatum musik ke arah isi tanggapan dan perasaan yang dimunculkan musik
lewat indeksikal.
Bagi Zoest, sifat indeksikal tanda musik ini merupakan kemungkinan yang paling
penting, sebab simbolitas juga wujud dalam musik, baik menyangkut jenis, historisitas,
maupun gaya senantiasa menjadi bagian yang kompleks yang diekspresikan dalam musik.
Melalui tanda (sintak, semantic dan ekspressif), kita bukan hanya dapat mengenali
pesan/makna yang disampaikan dalam musik, akan tetapi juga dapat mengenali perasaan
seseorang (kebahagian, kesedihan, dan sebagainya) melalui musik. Lihat contoh analisis Zoest
dalam Sylado (1977) yang menafsirkan tanda-tanda kesedihan lewat lagu pop Amerika tahun
60 –an yang berjudul Crying in the Rain, hit besar Everly Brothers (Sobur, 2004: 146)
Sebagai satu proses simbolik, Alan P. Marriam melalui bukunya Anthropology of
Music menekankan pentingnya studi tentang fungsi musik dalam masyarakat. Menurutnya,
simbolisme musik dan fungsinya dapat dikaji melalui aspekinstrumentation, word of songs,
native typology and classification of music, role and status of musicians, function of music in
relation to other aspect of culture and music as creative activity (Bandem, 1981, dalam Sobur,
2004: 147).
Musik juga sesungguhnya menjadi refresentasi dari kehidupan masyarakat kita, sebab
musik merupakan ekspresi dari perasaan dan hati seseorang. Memahami masyarakat dan
perasaannya antara lain dapat dilakukan melalui kajian musiknya, sebagaimana mengkaji
musik juga dapat memberikan gambaran tentang masyarakat dan perasaan orang-orang di
sekitarnya. Itulah kepercayaan dalam analisis semiotika komunikasi pada musik.
DAFTAR PUSTAKA