Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Latar belakang banjir bandang dapat dijelaskan dalam beberapa hal penting sebagai berikut, yaitu:
1. Sungai Cimanuk adalah sungai utama di WS Cimanuk Cisanggarung, dengan luas DAS 7.717 Km 2,
berhulu di Kabupaten Garut dan berhilir di Kabupaten Indramayu, melewati Kabupaten Sumedang
dan Majalengka.
2. Banjir bandang yang terjadi di Sungai Cimanuk adalah banjir yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung dengan dahsyat. Banjir bandang terbentuk beberapa waktu setelah hujan lebat (dalam
kisaran waktu beberapa menit sampai beberapa jam) yang terjadi dalam waktu singkat di sebagian
DAS atau alur sungai yang sempit di bagian hulu. Alur sungai ini memiliki waktu konsentrasi (waktu
tiba banjir) yang singkat, sehingga aliran permukan cepat terkumpul di alur sungai.
3. Pengaliran yang terjadi pada butir 2 diatas ternyata juga memiliki kapasitas transpor aliran dan daya
erosi yang sangat besar sehingga dapat membawa material hasil erosi (kaki tebing, dasar alur
sungai, bahan rombakan bendungan alam) menuju arah hilir.
1) Terkumpulnya curah hujan lebat yang jatuh dalam durasi waktu yang singkat pada (sebagian)
DAS alur hulu sungai, dimana kemudian volume air terkumpul dalam waktu cepat ke dalam alur
sungai sehingga menimbulkan lonjakan debit yang besar dan mendadak melebihi kapasitas
aliran alur hilirnya;
2) Runtuhnya bendungan, tanggul banjir atau bendungan alam yang terjadi karena tertimbunnya
material longsoran pada alur sungai.
3) Berdasarkan kajian Tim Tanggap Darurat Banjir Bandang Sungai Cimanuk dari Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi, menyebutkan bahwa penyebab terjadinya
banjir bandang bukan akibat dari jebolnya bendungan alami di bagian hulu. Menurut investigasi
tim ini, penyebab terjadinya banjir bandang adalah akibat rusaknya wilayah DAS hulu Sungai
Cimanuk ditambah dengan adanya penumpukan massa air di bagian apex sungai sehingga
menyebabkan volume saat itu menjadi tidak tertampung oleh badan sungai.
Terminologi banjir bandang secara umum adalah banjir besar yang datang dengan tiba-tiba dan
mengalir deras menghanyutkan benda-benda besar (kayu dan sebagainya). Sedangkan menurut
Badan Geologi, banjir bandang adalah suatu aliran cepat yang merupakan campuran material
bahan rombakan berupa batuan dan lumpur yang merupakan hasil runtuhnya bendung alam
yang terbentuk dari longsoran-longsoran kecil yang terjadi di hulu.
Studi Pengendalian Banjir Bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut Laporan Hidraulika dan Pemodelan 1-1
Berdasarkan pemeriksaan di lokasi pengamatan, tidak ditemukan adanya indikasi aliran bahan
rombakan dan bendung alami, sebagai indikasi bahwa banjir bandang tersebut berasosiasi
dengan aliran bahan rombakan (Debris Flow). Adpun yang teramati adalah lumpur serta kayu
dari rumah-rumah yang hanyut terbawa air, sehingga kemungkinan besar banjir bandang ini
diakibatkan karena adanya pasokan air yang cukup tinggi di aliran sungai Cimanuk. Curah hujan
yang tinggi dan vegetasi di daerah hulu yang kurang mampu menyimpan air, yang dicirikan
dengan kurangnya areal hutan. Kondisi tersebut diperkirakan tidak mampu menginfiltrasi air
dengan cepat ke dalam tanah, sehingga pasokan air ke anak/cabang sungai yang berhulu di G.
Papandayan, G. Cikuray dan G. Guntur meningkat. Debit air dari sungai Cikamiri yang berhulu di
G. Guntur lebih besar, ini dimungkinkan karena pasokan air di sungai Cikamiri dari dua anak
sungai, yaitu sungai Ciroyom dan sungai Cigarukgak debit airnya juga besar. Akumulasi air dari
anak/cabang sungai yang berkumpul di sungai Cimanuk mengakibatkan bertambahnya volume
air sungai di pertemuan anak/cabang sungai Cimanuk. Ruas sungai yang sempit mengakibatkan
terhambatnya aliran air, sehingga melimpasi bagian sisi (kanan dan kiri) sungai Cimanuk.
Apex sungai seperti yang telah disebutkan di atas dapat diartikan sebagai Kipas alluvial ( Alluvial
Fan). Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau
pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan
yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas
aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada
suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang
melimpah. Hal ini dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung
sehingga merupakan lapisan pembawa air yang baik. Contoh suatu kipas alluvial ini dapat dilihat
pada gambar sebagai berikut.
Kipas Aluvial banyak terdapat pada daerah dengan perubahan lerang yang besar, misalnya
pertemuan pegunungan terjal dengan dengan dataran. Pada banjir bandang Sungai Cimanuk ini,
Studi Pengendalian Banjir Bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut Laporan Hidraulika dan Pemodelan 1-2
lokasi apex tersebut banyak terjadi pertemuan-pertemuan anak Sungai Cimanuk dengan sungai
utama yaitu Sungai Cimanuk. Namun bentukan kipas tersebut tidak terlihat secara jelas karena
memang belum mencapai ke permukaan air.
Oleh karena uraian tersebut di atas maka BBWS CimanukCisanggarung mengadaan pekerjaan
pengendalian banir bandang Sungai Cimanuk ini untuk meminimalisir kejadian akibat banjir bandang
yang kemungkinan akan terjadi lagi. Upaya tersebut disusun untuk menghasilkan perumusan apakah
penyebab utama timbulnya masalah banjir tersebut, dan dengan cara bagaimana masalah tersebut dapat
diselesaikan. Konsep penanganan tersebut kemudian dapat dirumuskan dalam bentuk-bentuk
perencanaan, baik bentuk non fisik seperti upaya konservasi, maupun yang berbentuk fisik dengan
perencanaan perbaikan alur sungai dan peningkatan kapasitas alur sungai dan pembuatan tanggul
pengaman banjir serta bangunan-bangunan lainnya yang dapat diaplikasikan di lapangan untuk
pengendalian banjir.
Maksud dari pekerjaan ini adalah menemukan upaya pemecahan permasalahan yang dihadapi serta
merencanakan upaya penanganannya, sehubungan dengan kerusakan sungai akibat banjir.
2. Menentukan cara penanganannya dengan upaya-upaya, baik non fisik (konservasi) maupun fisik
dengan cara melakukan pengaturan dan perbaikan alur-alur sungainya dengan pekerjaan-pekerjaan
perencanaan detail desain perkuatan tebing, normalisasi alur, perbaikan tanggul, pembuatan tebing
penahan erosi, dan lainnya yang berhubungan dengan pengendalian banjir.
Dalam proses pekerjaan nantinya Konsultan akan melakukan hal-hal yang tercantum dalam tujuan
pekerjaan tersebut, terutama dalam mencari penyebab secara holistik dan pasti terjadinya banjir bandang
Sungai Cimanuk yang telah memakan kerugian materi dan jiwa yang sangat besar. Setelah diketahui
penyebabnya barulah bisa ditentukan langkah-langkah penanganan baik secara struktural maupun non
struktural.
1. Mengetahui permasalahan yang menjadi penyebab banjir bandang yang terjadi pada Sungai
Cimanuk
2. Membuat perencanaan detail desain penanganan fisik dan non fisik yang berhubungan dengan
pengendalian banjir bandang
Dalam KAK disebutkan bahwa lokasi pekerjaan studi ini adalah di bagian hulu Sungai Cimanuk, dan hal
ini sejalan dengan asumsi awal Konsultan yang akan menitik beratkan penelitian di wilayah DAS hulu
Sungai Cimanuk.
Studi Pengendalian Banjir Bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut Laporan Hidraulika dan Pemodelan 1-3
1)
Sumber: Permen PUPR No 04/PRT/M/2015
Gambar 1. 2 Peta batas Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung berdasarkan Permen PUPR No 04/PRT/M/20151).
Studi Pengendalian Banjir Bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut Laporan Hidraulika dan Pemodelan 1-4
2)
Sumber: Kajian/Evaluasi Tingkat Pencemaran dan Kerusakan DAS Cimanuk dan Sub-Das Cimanuk Kabupaten Garut, Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan Dan Pertamanan Kabupaten Garut, 2013
Gambar 1. 3 Peta wilayah Sungai Cimanuk.
Studi Pengendalian Banjir Bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut Laporan Hidraulika dan Pemodelan 1-5
Studi Pengendalian Banjir Bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut Laporan Hidraulika dan Pemodelan 1-6
Gambar 1. 4 Peta wilayah administrasi kecamatan pada DAS Cimanuk2).
Studi Pengendalian Banjir Bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut Laporan Hidraulika dan Pemodelan 1-7
1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan
1. Tahap Persiapan
1) Penyelesaian Administrasi
3) Mobilisasi Personil
o Peta
Peta Geologi;
Peta Genangan;
o Data hidrologi:
Data klimatologi;
o Data studi terdahulu, yaitu studi yang terkait dengan perencanaan Sungai Cimanuk.
Data bangunan-bangunan air yang sudah ada di wilayah DAS Sungai Cimanuk;
Data prasarana dan sarana lain yang berhubungan dengan pengembangan sumber daya
air;
Studi Pengendalian Banjir Bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut Laporan Hidraulika dan Pemodelan 1-8
Sistem pengendalian banjir yang sudah ada.
1) Mengumpulkan semua data sekunder tambahan di setiap instansi yang terlibat, yang berkaitan
dengan kondisi fisik secara global mengenai lokasi studi untuk selanjutnya dianalisa guna
memperoleh gambaran tentang kondisi banjir di lokasi pekerjaan.
2) Menentukan titik-titik awal dan batasan survei topografi, survei hidrometri dan survei mekanika
tanah secara langsung di lapangan.
3) Melakukan koordinasi secara langsung dengan setiap pihak yang akan terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan ini.
3. Survei Lapangan
1) Survei Topografi
a. Melakukan pengukuran situasi detail Sungai Cimanuk mulai dari hulu sampai dengan lokasi
banjir bandang yang terletak di Kota Garut.
b. Mengukur cross section penampang Sungai Cimanuk mulai dari hulu sampai dengan lokasi
banjir bandang yang terletak di Kota Garut.
c. Melakukan pengukuran cross section untuk setiap percabangan sungai yang bermuara ke
Sungai Cimanuk mulai dari hulu sampai dengan lokasi banjir bandang yang terletak di Kota
Garut.
2) Survei Hidrometri
Pekerjaan survey hidrometri dimaksudkan untuk memperoleh data lapangan sebagai gambaran
tentang kondisi karakteristik sungai berupa pengukuran aliran dan pengambilan sampel sedimen.
Pengukuran debit sungai ini mengikuti aturan SNI 8066:2015 Tentang Tata Cara Pengukuran
Debit aliran Sungai dan Saluran Terbuka Menggunakan Alat Ukur Arus dan Pelampung.
Pengukuran kecepatan aliran sungai dilakukan pada bagian aliran (di sungai) yang tidak
terpengaruh pasang surut, kegiatan pengukuran dilakukan di 3 titik yang ditempatkan di hulu
sungai, hilir sungai dan sungai cabang dengan ketentuan sebagai berikut :
o Untuk kedalaman aliran > 1,50 m, pengukuran kecepatan dilakukan pada kedalaman
0,20, 0,60 dan 0,80 dari kedalaman aliran untuk masing-masing lokasi (bagian
tengah dan pinggir aliran).
o Untuk kedalaman aliran antara 0,50 1,50 m, pengukuran kecepatan dilakukan pada
kedalaman 0,50 m dari kedalaman aliran pada bagian tengah aliran.
Studi Pengendalian Banjir Bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut Laporan Hidraulika dan Pemodelan 1-9
o Jika kedalaman aliran < 0,50 m, di pakai alat metode pengukuran kecepatan aliran
dengan menggunakan pelampung.
b) Interval pias pengukuran terhadap lebar permukaan sungai adalah : B < 50 m, jumlah 3
pias.
Survei mekanika tanah ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lapisan tanah yang akan terkait
dengan analisa daya dukung dan stabilitas dari bangunan yang akan direncanakan. Survei
mekanika tanah ini terdiri dari:
b. Sondir
c. Bor Tangan
d. Tes Pit
Adapun mengenai lokasi titik penyebarannya akan ditentukan melalui kesepakatan bersama
dengan Pemilik Pekerjaan.
Survei ini dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial Nomor P. 3/V-SET/2013 Tentang Pedoman
Identifikasi Daerah Aliran Sungai. Adapun tujuan survei ini adalah:
o Untuk memperoleh data karakteristik DAS dan estimasi kondisi, potensi, dan perilaku/watak
yang diperlakukan dalam rangka pengembangan sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia serta kelembagaan secara optimal.
Studi Pengendalian Banjir Bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut Laporan Hidraulika dan Pemodelan 1-10
5) Survei Pemetaan Rawan Banjir Beserta Bangunan Prasarana dan Sarana Pengendali Banjir
Eksisting
Survei ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data tentangaspek sosial ekonomi masyarakat
yang terkait dengan aspirasi dan persepsi dalam pemanfaatan dan pengelolaan wilayah DAS
Cimanuk.
Pekerjaan ini menuntut dilakukannya analisis terhadap data, baik sekunder maupun primer, agar
dapat memenuhi semua kebutuhan informasi serta parameter sistem pengendalian banjir yang
dibutuhkan bagi perencanaan yang dilakukan, yaitu:
Adapun analisa yang harus dilaksanakan untuk mendapatkan parameter-parameter tersebut di atas
adalah sebagai berikut.
Hasil studi peta-peta terdahulu dan pengukuran topografi Sungai Cimanuk, dituangkan dalam
suatu bentuk peta topografi dan situasi eksisting.
Kondisi pemanfaatan lahan di daerah sekitar DAS akan mempengaruhi besarnya persertase
curah hujan yang akan menjadi aliran permukaan (runoff). Besarnya aliran permukaan yang
terjadi pada akhirnya akan menentukan besarnya debit di sungai. Kondisi pemanfaatan lahan
dapat diperoleh secara langsung saat pelaksanaan survei lapangan
Analisis ini meliputi pengolahan data hujan menjadi data banjir dengan cara rasional dan
hidrograf yang selanjutnya akan diverifikasi dengan hasil pengukuran di lapangan untuk
mengetahui keakuratannya.
Studi Pengendalian Banjir Bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut Laporan Hidraulika dan Pemodelan 1-11
Untuk mengetahui kapasias pengaliran sungai perlu diketahui potensi erosi dan sedimentasi
yang terjadi pada setiap bagian rua sungai yang ada.
5) Analisis kapasitas sungai dan jaringan drainase, termasuk jenis, kapasitas pengaliran dan
struktur yang terbangun.
Analisis kondisi geoteknik diperlukan untuk membuat perencanaan sarana dan prasarana fisik
untuk penanggulangan banjir. Selain itu, data mengenai kekuatan tanah juga akan berguna untuk
menentukan daerah-daerah yang rawan longsor akibat turunnya curah hujan yang tinggi. Analisa
perhitungan dilakukan untuk perencanaan kestabilan lereng, pemadatan, penurunan dari
rencana tanggul dan bangunan pelengkapnya.
Dari hasil analisis hidrologi selanjutnya dipakai sebagai inputan dalam pemodelan matematik
untuk mengetahui fluktuasi muka air sekaligus menetapkan peta genangan banjir di DAS
Cimanuk.
Metode penentuan kerusakan tanah akibat erosi dapat dilakukan melalui pengukuran indikator
degradasi tanah (keru sakan tanah) secara langsung di lapangan berdasarkan metode yang
dikemukakan oleh Stocking dan Murnaghan (2000) atau secara tidak langsung melalui prediksi
erosi berdasarkan rnetode RUSLE (Revised Universall Soil Loss Equation) yang dikemukakan
oleh Renard et al., (1997).
Di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Pasal 22 Ayat (a) mengamanatkan untuk melakukan Inventarisasi Karakteristik
DAS sebagai dasar penyusunan Rencana Pengelolaan DAS seperti yang diamanatkan pada
Pasal 21. Untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar penyusunan Sistem Informasi
Pengelolaan DAS yang berisi data pokok DAS, baik spasial maupun non spasial dan sistem
pendukung pengambilan keputusan dalam pengelolaan DAS, seperti yang diamanatkan pada
Pasal 61 Ayat (a) dan (b).
Analisis mengenai persepsi masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan DAS Cimanuk
termasuk Kondisi sosial ekonomi yang mencakup pertumbuhan dan kepadatan penduduk serta
struktur kepadatan penduduk.
Studi Pengendalian Banjir Bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut Laporan Hidraulika dan Pemodelan 1-12
2) Perencanaan pengendalian banjir secara retensi
8) Melakukan kajian identifikasi teknologi yang perlu diterapkan dalam upaya pengelolaan air hujan
secara optimal sesuai dengan kapabilitas lahan;
9) Menyusun rekomendasi teknologi manajemen air hujan pada setiap zone yang memaksimumkan
manfaat dan meminimumkan ancaman bencana.
Untuk pelaporan dalam pekerjaan ini, terdapat beberapa jenis laporan yang harus disusun oleh
Konsultan, yaitu:
1) RMK
3) Laporan Bulanan
6) Laporan Akhir
7) Laporan Penunjang:
e. Laporan Manual OP
Studi Pengendalian Banjir Bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut Laporan Hidraulika dan Pemodelan 1-13
m. Executive Summary
Diskusi dilakukan minimal 3 (tiga) kali selama pelaksanaan yaitu : Pembahasan Laporan Geologi dan
Mekanika Tanah, Laporan Antara/Interim, Laporan Akhir. Pembahasan dilakukan dengan pihak Tim
Teknis Pekerjaan dan bila perlu dengan instansi terkait, Konsultan juga harus membuat catatan hasil
diskusi dan daftar hadir peserta diskusi.
Kegiatan pelaksanaan pekerjaan ini harus dapat diselesaikan dalam waktu 210 (dua ratus sepuluh) hari
kalender, terhitung sejak terbitnya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) serta pelaksanaannya dilakukan
secara kontraktual.
Studi Pengendalian Banjir Bandang Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut Laporan Hidraulika dan Pemodelan 1-14