You are on page 1of 15

Reduksi Overjet Maloklusi Klas II Divisi 1 Dengan Perawatan

Dentofasial Ortopedik Twin Block , Laporan Kasus


Dr.drg.Muh. Harun Achmad, M.Kes, Sp.KGA
Staf Pengajar Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak FKG UNHAS

Abstrak:
Perawatan dentofasial ortopedik merupakan penanganan ketidakseimbangan otot
dan disproporsi skeletal dengan menggunakan piranti ortopedik fungsional. Piranti
fungsional dikembangkan untuk mengoreksi penyimpangan otot dan relasi rahang yang
bertujuan mengembalikan keseimbangan wajah melalui perbaikan fungsi otot dan
tulang. Untuk mendapatkan perbaikan fungsi otot dan tulang secara lebih maksimal dan
efektif diperlukan kombinasi terapi piranti cekat dan piranti fungsional.
Overjet merupakan hubungan horizontal antara insisivus rahang atas dan bawah.
Rentang normal overjet adalah 2-4 mm. Masalah klinis akibat peningkatan overjet pada
anak adalah trauma pada gigi insisivus permanen atas selama usia pertumbuhan,
kerusakan jaringan periodontal, kesulitan mendapatkan penutupan bibir yang normal,
dan pengaruh sosial berupa kurangnya rasa percaya diri pada seorang anak.
Penanganan kasus peningkatan overjet bergantung pada faktor yang berkaitan
terhadap pola skeletal dan jaringan lunak, serta usia pasien. Salah satu piranti efektif
pada upaya pengurangan overjet perawatan maloklusi Klas II adalah piranti fungsional
twin blok. Twin blok dipakai pada usia pertumbuhan anak dalam waktu periode tertentu
yang memungkinkan terjadi pergerakan pada rahang bawah, penggunaannya yang
mudah dan pasien dapat kooperatif. Perawatan yang maksimal tergantung kerjasama
tiap pasien anak. Alat dibuat dengan sudut kemiringan 700 terhadap bidang oklusal.
Ekspansi lateral lengkung rahang atas dicapai dengan sekrup ekspansi. Pasien
diinstruksikan untuk memakai alat selama 24 jam sehari.
Laporan kasus ini, seorang anak berusia 10 tahun 6 bulan dengan overjet 13 mm,
dirawat menggunakan alat Twin Block dan dilanjutkan dengan alat cekat orthodontik
untuk memperbaiki posisi dan oklusi giginya. Pemakaian alat fungsional Twin blok
menunjukkan pengurangan overjet menjadi 4 mm dalam waktu 11 bulan perawatan.
Perawatan dini secara efektif pada usia tumbuh kembang kasusu ini menghasilkan
pengurangan overjet, perubahan bentuk pola skeletal, dan peningkatan psikologi anak
yakni kepercayaan diri dengan perbaikan estetika pada wajah anak secara signifikan.

Key Word : Dentofasial ortopedik, Reduksi overjet, Growing child, Twin blok

1
Pendahuluan
Konsep perawatan dentofasial ortopedik bertujuan memperbaiki relasi gigi geligi
secara ortopedik dan keseimbangan wajah pada sistem stomatognatik. Pada kasus
maloklusi yang berkaitan dengan diskrepansi muskoloskeletal, dibutuhkan suatu
pendekatan ortopedik. Pendekatan dentofasial ortopedik merupakan perawatan
ketidakseimbangan otot dan disproporsi skeletal dengan penggunaan piranti ortopedik
fungsional. Piranti fungsional dikembangkan untuk mengoreksi penyimpangan otot dan
relasi rahang yang bertujuan mengembalikan keseimbangan wajah melalui perbaikan
fungsi otot dan tulang. Untuk mendapatkan kedua hal tersebut (perbaikan fungsi otot
dan tulang) maka diperlukan kombinasi terapi piranti cekat dan piranti fungsional.
Prinsip perawatan ortopedik dentofasial adalah memodifikasi pola pertumbuhan wajah
dan struktur tulang pada wajah, tujuannya menstimulasi pertumbuhan wajah melalui
perubahan lingkungan otot fungsional pada masa perkembangan gigi geligi.
Prinsip terapi piranti fungsional twin blok adalah mereposisi rahang bawah
retrusif ke posisi anterior melalui konstruksi piranti lepasan yang mempengaruhi gigi
protrusif saat piranti dipasangkan dalam mulut. Tekanan ortopedik tidak hanya aktif
pada tingkat toleransi membran periodontal namun lebih kepada aktifitas toleransi otot
orofasial. Pendekatan ortopedik pada perawatan maloklusi tidak didesain khusus untuk
menggerakkan gigi, namun lebih pada perubahan posisi rahang sehingga dapat
mengoreksi relasi rahang bawah terhadap rahang atas.
Terapi piranti fungsional twin blok bertujuan meningkatkan hubungan fungsional
dari struktur dentofasial dengan menghilangkan faktor perkembangan yang tidak
diinginkan dan meningkatkan fungsi otot yang berpengaruh terhadap oklusi, dengan
mengubah posisi gigi dan jaringan pendukung. Twin block dirancang untuk gigitan
protrusif dengan modifikasi bidang inklinasi oklusal melalui bidang inklinasi akrilik
pada bite blok oklusal. Tujuannya adalah untuk protrusi rahang bawah sebagai
perbaikan skeletal maloklusi Klas II. Bidang inklinasi oklusal berperan mengarahkan
mekanisme rahang bawah untuk ditempatkan pada posisi ke bawah dan ke depan.
Dengan adanya piranti twin blok di dalam rongga mulut, pasien tidak bisa beroklusi
secara nyaman dalam posisi distal dan rahang bawah didorong untuk mendapatkan
gigitan protrusi dengan bidang inklinasi sesuai oklusi. Kontak cusp yang tidak
diinginkan dari oklusi distal digantikan dengan kontak proprioseptif yang diinginkan

2
pada bidang inklinasi dari Twin Block untuk memperbaiki maloklusi dan membebaskan
rahang bawah dari posisi fungsional distal yang terkunci
Overjet merupakan hubungan horizontal antara insisivus rahang atas dan bawah.
Rentang normal overjet adalah 2-4 mm. peningkatan overjet ditandai dengan insisivus
rahang atas yang lebih maju ke depan. Overjet yang berukuran lebih dari 6mm dapat
berdampak pada beban psikologi dan sosial seseorang anak akibat dari estetika pada
bentuk profil wajah seorang anak. Peningkatan overjet berkaitan dengan maloklusi
Klass II, hubungan sagital skeletal Klas II dan retrognati mandibula. Peningkatan
overjet dapat disebabkan oleh beberapa faktor, dapat terjadi karena pola skeletal, yakni
pola skeletal Klas I, klas II atau bahkan Klas III. Paling sering terjadi pada pola Klas II
(75%), yang disebabkan karena mandibula berukuran normal dengan posisi yang lebih
posterior terhadap basis kranial. Kedua karena faktor Jaringan lunak, Efek jaringan
lunak ditentukan oleh pola skeletal, semakin besar diskrepansi yang terjadi maka
semakin kurang kecenderungan pasien memiliki bibir yang kompeten. Ketika bibir
inkompeten, penutupan area anterior akan mempengaruhi posisi insisivus; jika bibir
bawah terbenam dibawah insisivus rahang atas, maka berpengaruh terhadap
peningkatan overjet, tetapi jika insisivus dapat diretraksi dengan kontrol pada bibir
bawah maka prognosis dari stabilitas akan mengalami peningkatan. Faktor ketiga adalah
kebiasaan buruk seperti menghisap jari dapat menyebabkan proklinasi insisivus rahang
atas dan retoklinasi insisivus rahang bawah. Efek dari kebiasaan ini berhubungan
dengan frekwensi, intensitas, dan durasi bad habit. Diperlukan langkah yang tepat untuk
menghentikan kebiasaan buruk sebelum memulai penanganan menurunkan overjet
secara aktif. Peningkatan overjet mencerminkan adanya diskrepansi skeletal. Posisi
bibir bawah juga dapat berperan sebagai salah satu faktor pemicu overjet yang berlebih,
jika pada posisi istirahat bibir bawah berada di belakang insisivus rahang atas, kondisi
ini akan menyebabkan proklinasi lebih lanjut pada insisivus rahang atas yang
menyebabkan peningkatan overjet.
Peningkatan overjet dapat memberikan efek: 1) Trauma. Penelitian menunjukkan
insidensi tinggi dari insisivus yang mengalami trauma akibat overjet yang besar. Faktor
yang terlibat pada terjadinya trauma seperti bibir atas yang pendek, bibir yang tidak
kompeten, penutupan bibir yang sulit dan bernapas melalui mulut. Semua faktor
tersebut saling berkaitan satu sama lain. 2) Kerusakan jaringan. Seseorang dengan

3
overjet yang lebih besar dari 8 mm cenderung menunjukkan kehilangan dukungan
tulang yang lebih besar dibanding seseorang dengan overjet dalam rentang normal.
Migrasi yang berkelanjutan dari gigi merupakan proses fisiologis yang disebabkan oleh
gangguan pada jaringan periodontal. Kerusakan periodontal yang sejalan dengan
peningkatan usia, ligament periodontal menjadi kurang resisten terhadap tekanan bibir
atipikal yang berhubungan dengan kesulitan untuk mendapatkan penutupan bibir yang
normal. 3) Akumulasi plak dan gingivitis. Dalam penelitian yang mengkombinasikan
skor untuk gingivitis dan poket periodontal, didapatkan skor yang lebih tinggi pada
individual dengan overjet yang lebih besar (Helm and Petersen, 1989). 4) Pengaruh
sosial. Sejumlah hasil penelitian menunjukkan dampak sosial yang dirasakan oleh
seorang anak yang memiliki overjet yang berlebihan. Kondisi peningkatan overjet
dianggap sebagai suatu tampilan yang tidak menarik. Overjet yang lebih besar dari 6-9
mm menimbulkan reaksi pengejekan, penolakan, lelucon, rasa kasihan, penasaran dan
menatap yang tidak sewajarnya yang dilakukan oleh orang lain disekitar pasien.
Pada klasifikasi Angle dilihat dari pola oklusal, peningkatan overjet yang
merupakan ciri khas dari diagnosis maloklusi klas II divisi 1 berkaitan dengan hubungan
relasi rahang atas skeletal, protrusi gigi anterior serta retrusi mandibula skeletal.
Peningkatan overjet dapat ditemukan sebagai ketidakharmonisan orofasial wajah pada
seseorang yang mempunyai kebiasaan menghisap jempol atau bibir yang biasanya
disertai dengan bibir inkompeten. Penelitian Baccetti et.al. (2010) menunjukkan bahwa
peningkatan overjet merupakan karakteristik oklusal signifikan yang berhubungan
dengan dentoskeletal dari maloklusi klas II divisi 1. 1
Alat fungsional twin block didefinisikan sebagai alat ortodontik fungsional rongga
mulut dengan memaksimalkan gaya yang dihasilkan oleh otot-otot yang terlibat sekitar
rongga mulut menghasilkan perubahan tulang dan gigi ke arah yang ideal dan harmonis.
Alat twin block telah lama digunakan dalam orthodonsi klinis kedokteran gigi dan telah
dipublikasikan secara luas dalam berbagai literatur, termasuk penelitian klinis
ortodonti.1 Alat fungsional twin block banyak digunakan pada perawatan maloklusi klas
II meskipun masih banyak praktisi dokter gigi belum mengetahui efekivitas dan
efisiensi penggunaan dari alat twin block ini. Alat fungsional twin block dapat berupa
lepasan atau cekat. Kekuatannya dapat berbeda tergantung pada desain alat yang
digunakan, efeknya dihasilkan dari gaya yang berasal dari peregangan otot.2

4
Alat Twin Block dikembangkan oleh Clark pada tahun 1980-an, yang merupakan
alat lepasan fungsional yang terdiri dari plat akrilik dengan blok gigitan rahang atas dan
rahang bawah. Alat fungsional twin block digunakan sesuai kebutuhan dan indikasi
pasien. Berikut adalah laporan kasus seorang pasien anak laki-laki berusia 11 tahun 6
bulan dengan maloklusi klas II div.1 dirawat menggunakan alat fungsional Twin Block
dengan kombinasi alat cekat.

LAPORAN KASUS
Seorang anak laki-laki, umur 10 tahun 6 bulan datang ke Rumah Sakit Gigi
Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Makassar dengan keluhan
utama gigi depan rahang atas lebih ke depan dari gigi depan rahang bawah (protrusif).
Pasien memiliki kesehatan umum yang baik. Profil wajah pasien konveks (cembung),
wajah simetris, bibir tampak inkompeten dengan posisi bibir bawah berada di belakang
gigi insisivus sentralis atas pada saat fase istirahat (Gambar 1.). Penilaian intraoral
didapatkan kebersihan mulut sedang sehingga diperlukan perawatan scaling sebelum
perawatan ortodontik Pada pemeriksaan intra oral, relasi gigi molar kiri dan kanan
pasien yaitu maloklusi Angle Klas II, dengan overbite 6 mm mencapai palatal dan
overjet 13 mm (Gambar 2,3). Setelah pemeriksaan dan penilaian seflometri, penulis
mendiagnosis pasien mengalami maloklusi skeletal dan dental Klas II (ANB=5 0) yang
disebabkan oleh retroposisi mandibula dan protrusi maksilla. Semua gigi molar kedua
permanen telah erupsi, baik pada lengkung rahang atas dan rahang bawah. Terdapat
crowding labial pada rahang bawah. Hubungan gigi insisivus yaitu klas II divisi 1. Pada
Dental Panoramic Tomogram (DPT) memperlihatkan semua gigi molar pertama
permanen telah erupsi, gigi kaninus rahang atas belum erupsi, serta premolar yang
sedang berkembang Akar morfologi tampak normal dan tidak ada lesi karies yang jelas
(Gambar 4.). Dalam analisis sefalometri nilai ANB 5 menunjukkan klas II skeletal.
Proporsi vertikal berada dalam nilai normal. Gigi insisivus rahang atas mengalami
proklinasi dan gigi insisivus rahang bawah rata-rata inklinasi 73. Sudut interinsisal
113. (Tabel 1.)
Perawatan ortodonsi tahap pertama bertujuan untuk mengoreksi hubungan
rahang dengan tahap : memperbaiki relasi kelas II, meningkatkan profil jaringan lunak,
menyelaraskan relasi atas dan bawah, mencapai overjet dan overbite yang normal,

5
membuat garis senyum yang baik dengan menggunakan alat fungsional twin block.
Pasien diinstruksikan menggunakan alat fungsional twin block lebih dari 20 jam sehari
selama 12 bulan, tidak hanya sebagai blok gigitan RA dan RB untuk memajukan
mandibula tetapi juga untuk meretraksi maksilla dengan tambahan sekrup ekspansi pada
maksila (Gambar 6.). Karena alat fungsional twin block menutupi permukaan gigi,
pasien diinstruksikan untuk rutin membersihkan alat twin blok dan giginya sebelum
menggunakan alat tersebut, untuk mencegah terjadinya karies.
Pada perawatan tahap II, tujuannya adalah menghilangkan crowding pada lengkung
rahang bawah, meratakan dan meluruskan lengkung rahang, menutupi jarak yang
terdapat pada segmen labial rahang atas dan mencapai hubungan gigi insisivus dan
caninus Klas I.

Gambar 1. Foto klinis profil wajah pasien sebelum perawatan

6
Gambar 2. Foto intraoral Pra-perawatan

Gambar 3.Model studi pra-perawatan.

Gambar 4. Dental panoramic tomography pra-perawatan.

Gambar 5. Radiografi cephalometri, tracing pra-perawatan.

Perawatan Awal
Perawatan tahap I dengan alat fungsional Twin Block bertujuan mengurangi overjet,
mencapai hubungan molar kelas I dan memperoleh anchorage pada awal perawatan
sehingga memudahkan tahap penggunaan alat cekat (Gambar.5). Pada desain alat
rahang atas komponen twin block dengan baseplate akrilik menutupi palatal rahang atas

7
dan permukaan oklusal gigi premolar kedua dan molar pertama. Terdapat bidang
inklinasi di ujung mesial blok gigitan akrilik. Penggunaan labial bow untuk retensi
anterior dan penggunaan sekrup midline pada rahang atas. Komponen rahang bawah
terdiri dari baseplate akrilik yang menutupi permukaan lingual. Kedua block
menggunakan klamer Adam pada molar pertama dan premolar pertama sebagai retensi
posterior. Pasien diinstruksikan untuk memasang sendiri alat twin block baik rahang
atas maupun rahang bawah dan dinstruksikan mengaktifkan sekrup ekspansi dua kali
seminggu dan dikontrol kembali setiap dua minggu. Pasien diintruksikan untuk tetap
menjaga kebersihan mulutnya terutama di sekitar regio yang tertutupi plat akrilik. Selain
itu, pasien juga perlu menjaga kebersihan plat atau alat twin blocknya setelah makan
karena makanan biasanya akan menumpuk dibawah plat, dibersihkan secara
menyeluruh menggunakan sikat gigi dan pasta gigi kemudian dibilas dengan air dingin.
Tahap ini diikuti dengan alat cekat rahang atas dan bawah (0,022 Slot brackets) untuk
menutupi ruang yang tersisa, perbaikan angulasi dan finishing dari kasus ini.

Gambar 6. Desain Alat twin block

Kemajuan Perawatan
Kemajuan dari tahap perawatan fungsional berhasil dicapai karena pasien koperatif
(gambar.6). Tahap perawatan ini diselesaikan selama 8 bulan. Gigi insisivus rahang atas
retroklinasi 9 sedangkan gigi insisvus rahang bawah proklinasi 4. Hasil yang dicapai
ini memberikan efek berkurangnya overjet (Gambar.7). Tahap kedua perawatan dengan
alat cekat bertujuan untuk menutup ruang yang tersisa dan tahap ini dilakukan selama
12 bulan (Gambar.8). Gigi posterior rahang atas diikat dengan stainless steel ligatures

8
sepanjang tarikan gigi kaninus untuk memperkuat anchorage penjangkaran. Waktu
perawatan secara keseluruhan yang digunakan yaitu 24 bulan (8 bulan menggunakan
alat fungsional, 4 bulan tahap transien kombinasi piranti fungsional dan cekat dan 12
bulan perawatan menggunakan alat cekat)

Gambar 7. Foto klinis profil wajah pasien

Gambar 8. A. Foto intraoral post-fungsional. B. Foto model studi pasien post-


fungsional

Hasil Perawatan

Hasil perawatan tercapai yang mana profil pasien telah membaik setelah
perawatan (Gambar.9). Crowding lengkung rahang bawah berkurang oleh proklinasi
dari gigi insisivus rahang bawah. Pada akhir perawatan didapatkan hasil hubungan gigi
insisivus, kaninus dan molar yaitu klas I (Gambar.10). Overbite dan overjet berkurang.
Perubahan perkembangan ditunjukkan pada (Gambar.11), keseluruhan superimposisi

9
dari radiografi cephalometri lateral ditunjukkan pada (Gambar.12) dan perubahan profil
wajah sebelum dan setelah perawatan dengan piranti twin blok menghasilkan profil
yang lebih harmonis dan seimbang (Gambar.13).

Gambar 9.Foto klinis profil wajah pasien Post-perawatan

Hasil perawatan dengan menggunakan alat fungsional twin block yaitu overbite, overjet,
dan profil wajah dapat dikoreksi, dan hubungan gigi molar Klas I terinterdigitasi.
Superimposisi sebelum dan sesudah perawatan menunjukkan bahwa sudut SNA sedikit
meningkat dan sudut SNB sangat meningkat, sehingga ANB turun dari 5 0 menjadi 30.
Pergerakan gigi insisivus rahang atas dan rahang bawah secara tipping ke arah lingual
dan labial terjadi secara bertahap. Sudut mandibular plane (FMA) mengalami
perubahan sebelum dan sesudah perawatan.

Gambar 10. Foto perubahan hasil treatment menunjukkan alat ortodontik cekat
pada rahang atas dan rahang bawah.

Gambar 11. Foto perubahan hasil treatment intra oral pasien

10
Tabel 1. Perubahan analisis sefalometri sebelum dan setelah Perawatan

Sebelum Rata2 Sesudah

<SNA (*) 76 82 79

<SNB (*) 71 80 76

<ANB (*) 5 2 3

1 ke NA (mm) 9 4 mm 6

<1 ke NA (*) 36 22 27

1 ke NB (mm) 7 4 mm 5

<1 ke NB (*) 32 25 23

<Pg ke NB (mm) 5 2 mm 3

<1 ke 1 (*) 113 131 120

<Okl ke SN (*) 25 14 22

<GoGn ke SN (*) 37 32 36

Gambar 12. Foto profil wajah pasien sebelum dan setelah perawatan

11
Pembahasan

Tekanan piranti ortopedik efektif membatasi pertumbuhan rahang atas ke bawah


dan ke depan, menghasilkan retraksi gigi geligi rahang atas. Penggunaan twin block
merupakan salah satu metode yang efektif dalam mengoreksi masalah overjet maloklusi
Klas II. Tekanan piranti ortopedik disebarkan pada lengkung gigi geligi melalui sebuah
piranti yang tidak didesain untuk menggerakkan gigi individual, namun untuk
menggerakkan keseluruhan rahang bawah dan menstimulasi adaptasi pada otot
mastikasi. Otot merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan, dan remodelling
tulang berkaitan dengan kebutuhan fungsional aktivitas otot. Tujuan piranti fungsional
yaitu untuk mengurangi respon prosperioseptif dalam reseptor peregangan otot orofasial
dan ligamen, dan sebagai respon sekunder yang mempengaruhi pola pertumbuhan
tulang berdasarkan pada dukungan fungsional lingkungan baru untuk perkembangan
gigi geligi.
Pada koreksi retrusi rahang bawah menggunakan piranti twin block, rahang
bawah berada pada posisi protrusi melalui kontak oklusal pada piranti fungsional yang
melibatkan sebanyak mungkin gigi di kedua lengkung rahang. Tujuan dari piranti
fungsional tidak hanya untuk menggerakkan gigi, namun untuk menggeser rahang
bawah ke bawah dan ke depan, dan untuk meningkatkan ruang interrahang atas pada
dimensi antroposterior dan vertikal. Reposisi rahang bawah menstimulasi respon positif
proprioseptif pada otot mastikasi, tujuannya mendorong pertumbuhan skeletal adaptif
dengan cara mempertahankan rahang bawah pada posisi lebih keanterior yang
terkoreksi untuk periode waktu tertentu sehingga memudahkan perubahan skeletal
adaptif untuk bisa terjadi pada stimulus fungsional.
Twin Block didesain pada pemakaian 24 jam per hari untuk memperoleh gaya
fungsional yang diaplikasikan ke gigi, mencakup gaya mastikasi. Bite blok interlock
atas dan bawah pada sudut 700 ketika dipakai dalam posisi tertutup. Ini disebabkan
posisi rahang bawah yang di depan ke posisi edge to edge dengan anterior rahang atas,
dapat menghasilkan kenyamanan pada pasien pada posisi tersebut. Pada perawatan
maloklusi Klas II bidang inklinasi dengan posisi mesial terhadap premolar atas dan
bawah dengan block rahang atas yang menutup molar atas dan premolar kedua atau
molar desidui, dan block bawah dengan perpanjangan mesial dari regio premolar kedua
atau molar desidui. Bite blok atas dan bawah yang melibatkan mesial molar pertama

12
permanen pada sudut kemiringan 700 ke bidang oklusal ketika rahang bawah diposisikan
ke depan. Posisi insisivus edge to edge dengan 2 mm terdapat pemisahan vertikal untuk
menahan dan mengarahkan insisivus keluar dari oklusi. Pasien harus berusaha untuk
memposisikan rahang bawahnya ke depan untuk mengoklusikan bite block dalam
gigitan protrusi. pada perawatan kasus ini pasien berhasil melakukan secara konsisten
proses kontrol aktifasi pirantinya sehingga dapat tercapai perbaikan fungsional yang
nyata. Dalam hal ini, tujuan perawatan sebagian besar tercapai disebabkan oleh
keoperatifan dari pasien
Piranti fungsional twin block memiliki beberapa keunggulan termasuk fakta
bahwa dapat diterima dengan baik oleh pasien, kuat, mudah diperbaiki dan cocok
digunakan pada gigi bercampur dan gigi permanen. Alat ini juga memiliki ukuran yang
mudah digunakan oleh pasien sehingga gangguan dalam berbicara diminimalkan..
Keluhan utama pasien yaitu meningkatnya overjet. Sehingga mengurangi overjet
dengan alat fungsional, kepercayaan diri pasien akan menjadi lebih baik. Pemilihan alat
fungsional tergantung pada beberapa faktor yang dapat dikategorikan kedalam faktor
pasien misalnya, usia dan tingkat kooperatif pasien, dan juga faktor kebiasaan pasien
termasuk fasilitas laboratorium yang ada.
Selama perawatan, nilai SNA meningkat 3 sedangkan nilai SNB meningkat 5.
Sebagai konsekuensi nilai ANB menurun 2 menuju pola skeletal klas I (Gambar.11).
Sudut bidang maksila mandibula relatif tidak berubah. Inklinasi gigi insisivus rahang
atas berkurang menjadi 27 tetapi tetap mengalami proklinasi. Gigi insisivus rahang
bawah proklinasi 26. Proporsi vertikal meningkat selama perawatan.
Pada kasus ini dengan perawatan overjet yang besar, bite block dikurangi secara
selektif untuk mendorong proses erupsi gigi posterior bawah pada peningkatan dimensi
vertikal dan bidang oklusal. Block rahang atas dikurangi secara okluso distal dan
menyisakan ruang molar rahang bawah 1-2 mm bebas dari oklusi dengan tujuan
mendorong proses erupsi gigi molar rahang bawah dan sekaligus mengurangi overbite.
Dengan mempertahankan jarak ruang minimal antara bite block rahang atas dan molar
rahang bawah, lidah dibatasi pergerakannya ke lateral antara gigi. Jarak ini
menyebabkan molar dapat erupsi lebih cepat. Pada beberapa kontrol kunjungan
berikutnya bite block rahang atas dikurangi secara bertahap untuk membebaskan oklusi
dengan molar rahang bawah untuk erupsi gigi tersebut, sampai akhirnya semua akrilik

13
telah dilepas dari bidang oklusal molar atas diikuti dengan molar bawah untuk erupsi
keseluruhan saat oklusi. Terlepas dari sedikit pengurangan block rahang atas, aktivasi
ini menurunkan overjet dari 13 mm ke 4 mm dalam 10 bulan. Dalam penelitian Lund
dan Sandler tahun 1998 dengan menggunakan twin block dan kontrol untuk mengetahui
efek pemakaian alat twin blok terhadap gigi dan skeletal menunjukkan bahwa sudut
ANB berkurang 2 yang hampir seluruhnya disebabkan peningkatan panjang mandibula
yaitu 2,7 mm dibandingkan dengan kontrol yang diukur dari Ar-Pog. Tidak ada bukti
batasan perkembangan rahang atas. Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa alat fungsional
dapat memfasilitasi tahap penggunaan alat cekat untuk mencapai hasil yang baik. Dalam
kasus ini, profil pasien membaik (Gambar 11). Perlu menjelaskan kepada pasien bahwa
memakai retainer jangka panjang diperlukan untuk menjamin stabilitas.

Simpulan
Alat fungsional Twin Block sebagian besar berpengaruh terhadap dentoalveloar dengan
komponen skeletal kecil. Terdapat beberapa situasi di mana alat fungsional dapat
berhasil digunakan untuk memperbaiki maloklusi klas II. Satu hal yang paling penting
bahwa alat fungsional dapat mencapai hasil maksimal bila digunakan pada pasien yang
sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Kemudahan tahap
penggunaan alat cekat dengan diperolehnya anchorage dan mencapai hubungan molar
klas I.

Daftar Pustaka
1. David M., Laura M. 2015. Oxford handbook of clinical dentistry. 6th edition. Oxford
University Press :United Kingdom, 144-145p
2. Martin C., Andrew DB. 2016. Handbook of othodontics. 2nd edition. Elsevier:
China. 415-417p
3. Laura M. 2013. An introduction to orthodontics. 4th edition. Oxford University
Press: United Kingdom,120-121p
4. OBrien et al., 2003a. The effectiveness of treatment of class II Malocclusion with
the Twin Block appliance: a randomised,controlled trial. Am. J. Orthod.
Dentofac.Orthop. 124, 128137.
5. Mills, J.R., 1991. The effect of functional appliances on the skeletal pattern. Br. J.
Orthod. 18 (4), 267275.
6. Lund, D.I., Sandler, P.J., 1998. The effect of Twin Blocks: aprospective controlled
study. Am. J. Orthod. Dentofac.Orthop.113, 104110.
7. Asli B, Tancan U., 2014. Dentoskeletal effects of Twin Block and Herbst appliances
in patients with Class II division 1 mandibular retrognathy. European J. Orthod. 36,
164-72.

14
8. Chadwick, S.M., Banks, P., Wright, J.L., 1998. The use of myofunctional appliances
in the UK: a survey of British orthodontists.Dent. Update 25 (7), 302308.
9. OBrien et al., 2003b.The effectiveness of treatment of class II malocclusion with
the Twin Block appliance.A randomised,controlled trial. Part 1: dental and skeletal
effects. Am. J. Orthod.Dentofac.Orthop. 124, 234243.
10. Wieslander, F.W. et al., 1993. Long-term effect of treatment with the headgear-
Herbst appliance in the early mixed dentition.Stability orrelapse? Am. J. Orthod.
Dentofac.Orthop. 104, 319329.
11. Harradine, N., Gale, D., 2000. The effects of torquing spurs in Clark Twin Block
appliances. Clin.Ortho. Res. 3, 202210.
12. OBrien et al., 2003c. The effectiveness of treatment of class II malocclusion with
the Twin Block appliance: a randomised,controlled trial. Part 2: psychological
effects. Am. J. Orthod.Dentofac.Orthop. 124, 488495.
13. Krishna USN, Varun G, Nikhil M., 2011. To phase treatment of class II
malocclusion in young growing patient. Comtemporary clinical denstistry. 2 (4).
376-80.
14. Mills, C.M., McCulloch, K., 1998. Treatment effects of the twin block appliance: a
cephalometric study. Am. J. Orthod. Dentofac.Orthop. 118, 2433.
15. Lee, R.T., Kyi, C.S., Mack, G.J., 2007. A controlled clinical trial of the effects of
the Twin Block and Dynamax appliances on the hard and soft tissues.Eur. J. Ortho.
29 (3), 272282.

15

You might also like