You are on page 1of 17

Daftar Isi

Statement Of Authorship ............................................................................................... 2

Daftar Isi............................................................................................................................. 3

Pendahuluan ...................................................................................................................... 4

Pembahasan Kasus .......................................................................................................... 5

Profil PT. Matahari Department Store Tbk. (MDS) .............................................. 5

Profil PT. Matahari Putra Prima Tbk. (MPP) .......................................................... 6

PT. Meadow Asia Company Ltd. (MAC) ................................................................ 6

Kronologi Permasalahan ............................................................................................... 7

Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan MPP ..................................................... 9

Pelanggaran Regulasi ..................................................................................................... 9

Pelanggaran Standar .....................................................................................................10

Pelanggaran Peraturan ..................................................................................................10

Penyelesaian Kasus .......................................................................................................12

Laporan Laba Rugi PT MDS .....................................................................................14

Kesimpulan dan Saran..................................................................................................16

Daftar Pustaka ................................................................................................................17


PENDAHULUAN

Prinsip Good Corporate Governance (GCG) merupakan dasar yang penting


dalam praktek pengelolaan perusahaan di Indonesia. Prinsip tersebut dapat
dijadikan pedoman oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia guna meningkatkan
performa kerja perusahaan pada setiap sisinya. Good Corporate Governance juga
berperan penting dalam menciptakan perekonomian Indonesia yang maju dan sehat.
Diantaranya adalah menciptakan panduan-panduan untuk menciptakan kesetaraan
bagi setiap investor di pasar modal. Baik pemegang saham mayoritas maupun
minoritas memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh informasi
yang reliable dari perusahaan emiten. Oleh karena itu peran GCG adalah untuk
menjamin hak-hak dari para investor minoritas dapat tercapai. Dan pedoman
mengenai kesetaraan perlakuan terhadap setiap investor tersebut tertuang secara
jelas dalam prinsip nomor III OECD Principal of Corporate Governance.

Permasalahan mengenai perlindungan hak pemegang saham minoritas ini


biasanya berkaitan dengan transaksi-transaksi yang mengandung benturan
kepentingan. Transaksi menyimpang tersebut mendapat pengaturan secara eksplisit
dalam Pasal 82 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar
Modal dan juga peraturan Bapepam-LK IX.E.1 Tentang Transaksi Afiliasi dan
Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.

Permasalahan yang pernah muncul terkait dengan topik tersebut adalah


mengenai rencana penjualan 90,7 % saham Matahari Department Store (MDS)
kepada Meadow Asia Company Limited (MAC) oleh PT Matahari Putra Prima Tbk
(MPP) yang menuai banyak protes. Banyak pihak mencurigai bahwa terdapat
banyak manipulasi pada transaksi tersebut yang melibatkan orang dalam
perusahaan dan akan merugikan pihak pemegang saham minoritas. Selanjutnya
akan kami bahas kronologi peristiwa dan penyelesaian kasus tersebut.
PEMBAHASAN KASUS

Profil PT. Matahari Department Store Tbk. ( MDS)

PT Matahari Department Store Tbk. adalah salah satu perusahaan ritel


terkemuka di Indonesia yang menyediakan perlengkapan pakaian, aksesoris,
produk-produk kecantikan dan rumah tangga dengan harga terjangkau.

Gerai pertama Matahari, yang merupakan toko pakaian anak-anak, dibuka


di daerah Pasar Baru, Jakarta pada tanggal 24 Oktober 1958. Sejak itu, Matahari
berekspansi melebarkan jejaknya dengan membuka department store modern
pertama di Indonesia pada tahun 1972 dan selanjutnya mewujudkan keberadaannya
di seluruh tanah air. Gerai Matahari tersebar di 131 toko yang terletak di 62 kota,
didukung oleh tim beranggotakan 50,000 orang dan lebih dari 1,200 pemasok lokal
serta lebih dari 90% pembelian langsung dari sumber-sumber di seluruh Indonesia.
Merek eksklusif Matahari yang telah memenangkan penghargaan hanya dijual di
gerai-gerai milik sendiri dan secara konsisten berada pada peringkat atas di
kelasnya dalam hal gaya fashion, keterjangkauan dan bernilai istimewa sehingga
membantu mewujudkan posisi Matahari sebagai department store terpilih di
Indonesia.

Matahari berubah nama menjadi PT Matahari Department Store Tbk (MDS)


sesudah menjadi entitas terpisah dari PT Matahari Putra Prima Tbk (MPP) pada
tahun 2009. Asia Color Company Limited, anak Perseroan CVC Capital Partners
Asia menjadi pemegang saham mayoritas Matahari pada bulan April 2010 sebesar
98,15% (90.76% dibeli dari PT Matahari Putra Prima Tbk dan 7.24% dibeli dari
PT. Pasific Asia Holding Ltd) dan sisanya 1,85% dimiliki oleh publik dan lain-lain.

Saham Matahari ditawarkan kepada publik oleh Asia Color Company


Limited dan PT Multipolar Tbk pada tahun 2013, dan menarik perhatian dunia
sehingga meningkatkan kepemilikan publik atas Perseroan dari 1,85% menjadi
47,35% sejak 28 Maret 2013.
Profil PT. Matahari Putra Prima Tbk. (MPP)

PT Matahari Putra Prima Tbk. adalah perusahaan ritel Indonesia yang


merupakan anak perusahaan dari perusahaan Grup Lippo. Toko pertama PT
Matahari Putra Prima Tbk. terletak di Pasar Baru, Jakarta yang berdiri sejak 1958.
Pada tahun 1972, toko ini kemudian berkembang menjadi perintis departement
store pertama di Indonesia. Delapan tahun kemudian, toko dibuka di luar Jakarta
yaitu di Bogor dengan nama Sinar Matahari Bogor. Pada tahun 1992, perusahaan
melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

Visi perusahaan adalah untuk menjadi ritel pilihan pertama para konsumen.
Sedangkan misinya adalah untuk membawa nilai produk fashion dan jasa yang
meningkatkan kualitas konsumen secara konsisten.

Struktur kepemilikan saham MPP adalah PT. Multipolar Tbk sebesar


50,01%, dan pemilik saham minoritas dan lain-lain sebesar 43,21%. Setelah saham
salah satu anak perusahaannya yakni Matahari Departemen Store resmi terjual
kepada CVC pada tanggal 26 Maret 2010, tidak terdapat perubahan yang signifikan
terhadap struktur kepemilikan tersebut, hal ini menunjukan bahwa transaksi
penjualan saham tersebut tidak memberikan dampak besar bagi kepemilikan MPP.

PT. Meadow Asia Company Ltd. (MAC)

Pada tahun 2010 PT. Matahari Putra Prima (MPP) melakukan joint venture
dengan CVC Capital Partners (CVC) sebuah global private equity fund untuk
mendirikan PT. Meadow Asia Company (MAC). Struktur kepemilikan sahamnya
adalah 80% dimiliki oleh CVC dan 20% dimiliki oleh MPP. Pada tahun 2010 pula
MAC mengakuisisi 90,7% saham MDS dari MPP dan 7,24% dari PT. Pasific Asia
Holding Ltd, sehingga total kepemilikan saham MDS sebesar 98,15% .

6
Kronologi Permasalahan

Pada Januari 2010 Matahari Putra Prima melakukan pendandatanganan


sales purchase agreement dengan PT CVC Capital Partner. CVC akan melakukan
akuisisi terhadap anak perusahaan MPP yakni Matahari Department Store dengan
total kepemilikan sebesar 90,76% melalui anak perusahaanya yakni Meadow Asia
Company Limited. Kemudian pada 5 Maret 2010, Matahari Putra Prima berniat
menggelar RUPS dengan agenda persetujuan penjualan saham tersebut. MAC
mengalokasikan Rp 7,16 triliun untuk membeli 90,76 persen saham Matahari Putra
Prima di Matahari Department Store. MPP akan menerima pembayaran tunai
sebesar Rp. 5.28 triliun, piutang sebesar Rp. 1 triliun, 20% saham biasa MAC,
20,72% saham preferen MAC, dan 8 juta warrant dengan total transaksi sebesar
Rp. 7,16 triliun. Selain membeli saham MPP yang ada pada MDS, MAC juga
berencana membeli saham Pasific Asia Holding Ltd sebesar 7,24% sehingga total
kepemilikan saham MAC pada MDS adalah sebesar 80%.

Sementara seperti kita ketahui dari profil perusahaan diatas, MAC


merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Matahari Putra Prima dan
CVC Capital Partners. Dimana MPP memiliki kepemilikan saham sebesar 20%
pada MAC dan CVC memiliki kepemilikan sebesar 80%. Hal ini tentu
mengindikasikan adanya insider trading yang dilakukan oleh MPP dan juga
terindikasi adanya praktek korporasi guna menaikan harga saham MDS.

Untuk indikasi pertama, sebelumnya perlu diketahui insider trading adalah


aktifitas perdagangan saham ataupun sekuritas tertentu oleh individu yang
mempunyai akses tentang informasi non publik dari perusahaan tersebut. Dengan
kata lain, perdagangan efek perusahaan yang dilakukan oleh orang yang
dikategorikan sebagai orang dalam. Individu tersebut melakukan aktifitas trading
dengan memanfaatkan informasi yang sebetulnya tidak bisa diakses oleh publik.
Seorang investor dengan akses informasi dari dalam yang sebetulnya tidak dapat
diakses publik, bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan
investor lain. Dan investor lain yang tidak memperoleh informasi tersebut tentu
akan merasa dirugikan.
Selanjutnya indikasi kedua adanya praktek korporasi yakni praktek
penggorengan saham guna menaikan harga saham MDS, dapat dilihat dari
adanya lonjakan kenaikan harga saham MDS yang tidak wajar dari akhir 2009
sampai Februari 2010, sejak adanya desas-desus mengenai penjualan saham MDS
kepada MAC. Dampak dari transaksi ini, harga saham MDS naik dari Rp.
50/lembar ke tingkat harga Rp. 1350/lembar pada tanggal 22 Januari 2010,
beberapa hari sebelum MPP mengumumkan penjualan saham MDS kepada MAC.
Dari lonjakan yang sangat signifikan tersebut Bursa Efek Indonesia mencurigai
adanya kebocoran berita mengenai penjualan saham MDS kepada MAC.

Kemudian berkaitan pula dengan kasus penjualan saham MDS kepada


MAC tersebut, para pengamat mengindikasikan adanya perlakuan yang tidak setara
untuk setiap pemegang saham MPP, pemegang saham mayoritas dirasa yang paling
diuntungkan dalam penjualan tersebut terutama PT. Multipolar Tbk yang
memegang saham terbesar (50,01%) MPP. PT. Multipolar Tbk merupakan anak
usaha dari Lipo Group. Hasil penjualan MDS menghasilkan dana tunai sebesar Rp.
5,28 triliun yang selanjutnya akan digunakan untuk melunasi hutang kepada PT.
Multipolar Tbk sebesar Rp. 3,4 triliun dan sisanya sebesar Rp. 1,88 triliun akan di
gunakan untuk membayar dividen para pemegang sahamnya dimana dividen untuk
Multipolar sebesar 50,01% ( Rp. 940,1 jt) dan sisanya dibagikan untuk para
pemegang saham minoritas yakni PT. Star Pasific dan juga publik.

Permasalahan yang lain adalah adanya unsur leverage buyout (pembelian


saham dengan menggunakan dana pinjaman) mengenai sumber dana tunai untuk
membeli MDS yang sebesar Rp. 3.25 triliun. Setelah dilakukan penelusuran, dana
sebesar Rp. 3.25 triliun itu ternyata berasal dari dana pinjaman pada bank CIMB
Niaga dan Standard Chartered yang diajukan MDS, jaminan terhadap kedua bank
tersebut adalah saham MDS sendiri sebesar 98% yang akan dibeli oleh MAC.
Selanjutnya, dana hasil pinjaman yang diperoleh Matahari Department Store
direncanakan untuk dipinjamkan kepada MAC untuk membeli saham MDS pada
saat yang bersamaan.
Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh MPP

1. Pelanggaran Regulasi
Menurut analisa pengamat, Yanuar berpendapat bahwa yang terjadi
dalam penjualan saham MDS kepada MAC adalah manipulasi pasar dan
perdagangan orang dalam, menipu dengan melibatkan pembiayaan
perbankan atas transaksi fiktif. Berdasarkan ketentuan dalam UU Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dalam kasus ini terdapar sejumlah unsur
pidana, yaitu unsur menipu (Pasal 90), unsur transaksi semu (Pasal
91) unsur orang dalam (Pasal 95), unsur transaksi orang dalam (Pasal 96),
dan unsur keuntungan pihak tertentu (Pasal 92). Menurut Yanuar, transaksi
ini terjadi antar pemegang saham yang dibiayai utang emiten ke perusahaan
pemegang saham dan emiten mengambil utang ke Bank CIMB Niaga dan
Standard Chartered. Yanuar menganjurkan agar Bapepam segera
melakukan gelar perkara atas tidak terpenuhinya unsur menipu Pasal 91,
transaksi semu dan persekongkolan untuk membentuk harga. Dan kemudian
Pasal 92 terkait informasi orang dalam yang melibatkan kecurigaan
transaksi orang dalam (Pasal 95-96) secara terbuka di publik.
Kemudian juga terdapat beberapa pelanggaran dalam Undang-Undang No.
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas antara lain :
Pasal 3 Ayat 2 mengenai pemisahan antar kepentingan pemegang
saham dengan dengan kegiatan perseroan, guna melindungi
kepentingan pemegang saham minoritas.

Pasal 84 Ayat 1 mengenai setiap satu saham memiliki satu hak suara
kecuali anggaran dasar menentukan lain. Jadi setiap pemegang
saham kecuali saham preferen berhak atas hak suaranya dalam
RUPS.

Pasal 86 Ayat 1 yang berbunyi RUPS dapat dilangsungkan jika


dalam RUPS lebih dari 1/2 (satu perdua) bagian dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara hadir atau diwakili, kecuali
Undang-Undang dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah
kuorum yang lebih besar
Pasal 52 Ayat 1 mengenai hak-hak pemegang saham

2. Pelanggaran Standar
Karena Indonesia mengadopsi standar corporate governance dari
OECD maka pelanggaran standar yang dilakukan adalah terhadap prinsip-
prinsip OECD terutama pada prinsip ketiga yang berisi bahwa :
Tatakelola perusahaan harus mampu memberikan kesetaraan perlakuan
terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas
dan pemegang saham asing. Seluruh pemegang saham harus mendapatkan
ganti rugi apabila terjadi kecurangan atau penghilangan hak-haknya.
Dari prinsip tersebut tentunya MPP telah melakukan pelanggaran yang jelas
karena telah dengan terbuka melakukan insider trading yang tentu telah
menghilangkan hak-hak pemegang saham minoritas. Insider Trading sendiri
telah secara dijelas dilarang dalam prinsip III B OECD, Insider trading
and abusive self-dealing should be prohibited.
3. Pelanggaran Peraturan
Transaksi penjualan MDS kepada MAC yang syarat akan benturan
kepentingan, transaksi tersebut diatur secara lebih tegas dalam Peraturan
Bapepam No.IX.E.1 sebagaimana telah diperbarui dengan Keputusan Ketua
Bapepam LK No: Kep-412/BL/2009. Berdasakan Pasal 1 huruf e peraturan
tersebut, benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentngan
ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi anggota
direksi, anggota dewan komisaris atau pemegang saham utama yang dapat
merugikan perusahaan dimaksud.
Berikut transaksi yang mengandung benturan kepentingan
berdasarkan Peraturan Bapepam No.IX.E.1 yang berkaitan dengan kasus
Matahari :
Membeli saham perseroan lain dimana pemegang saham pemegang
saham utama, komisaris atau direksi menjadi pemegang saham atau
anggota direksi atau komisaris
Memberi pinjaman kepada perusahaan lain dimana direktur,
komisaris. Atau pemegang saham pengendali merupakan
pemegang saham, direktur atau komisaris

Memperoleh pinjaman dari perusahaan lain dimana pemegang


saham utama, direktur, komisaris menjadi pemegang saham,
direktur, atau komisaris
Apabila kita hubungkan transaksi tersebut dengan kriteria transaksi
yang tecantum dalam peraturan tersebut maka terdapat beberapa hal yang
dapat diindikasikan terjadinya transaksi benturan kepentingan pada
penjualan saham MDS. Ada pun beberapa hal yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
Penjualan Saham 90.7% MDS oleh MPA kepada MAC dimana
MPA juga memiliki 20% saham MAC.

Perusahaan MDS meminjam dana kepada bank CIMB Niaga dan


Standard Chartered sebesar Rp. 3.25 triliun yang kemudian
dipinjamkan kembali pada MAC untuk membeli saham MDS.

Perusahaan MAC memperoleh pinjaman dana dari MDS yang


merupakan anak perusahaan dari perusaahan MPA yang juga
merupakan pemilik saham MAC.
Penyelesaian Kasus
Kabar rencana penjualan 90,7% saham yang PT. Matahari Department Store
yang dimiliki PT. Matahari Putra Prima kepada PT. Meadow Indonesia, banyak
menuai protes dikalangan masyarakat terkait dengan berbagai kecurangan dan
manipulasi yang di duga dilakukan oleh MPP seperti insider trading dan juga
penggorengan saham guna menaikan harga saham Matahari Department Store.
Menganggapi isu tersebut, Bapepam-LK selaku badan pengawas pasar
modal di Indonesia melakukan penyelidikan terhadap transaksi tersebut. Bapepam-
LK pun kemudian menyelenggarakan pertemuan dengan pihak menejemen MPP.
Dalam pertemuan itu Bapepam LK meminta kepada pihak menejemen MPP untuk
memberikan penjelasan secara lebih rinci kepada publik mengenai transaksi yang
bernilai triliunan rupiah tersebut.
Setelah pertemuan yang pertama dengan menejemen MPP tersebut,
Bapepam LK kembali meminta kepada pihak menejemen MPP uuntuk memberikan
penjelasan kepada publik mengenai segala bentuk utang yang dimiliki MPP dan
juga rencana penggunaan dana hasil penjualan saham MDS sebesar Rp. 7,16 triliun.
Dan kemudian memperoleh hasil bahwa hasil penjualan tersebut akan digunakan
untuk melunasi hutang MPP kepada PT. Multipolar dan juga untuk membagikan
dividen yang sebagian juga mengalir ke PT. Multipolar.
Selanjutnya karena hasil keterangan tersebut oleh Bapepam-LK dirasa
kurang jelas, Bapepam-LK pun meminta MPP untuk menunda pelaksanaan RUPS
dan membuat bussines plan mengenai penggunaan dana hasil penjualan tersebut
dan ditampilkan dalam bentuk public expose guna menjamin transparansi agar
pihak pemegang saham minoritas pun dapat mengetahui tujuan dari penjualan
saham tersebut.
Pada akhirnya Bapepam-LK tetap mengalami kesulitan untuk
mengumpulkan bukti-bukti penyimpangan transaksi penjualan yang dilakukan
MDS. Hal tersebut dikarenakan transaksi yang terjadi dan pihak-pihak yang
melakukan hanya sedikit jumlahnya. Walaupun analisa Bapepam-LK menemukan
indikasi transaksi mencurigakan, tetapi untuk melakukan proses hukum
memerlukan bukti yang materiil.
Dan kemudian tanggal 26 Maret 2010 dilaksanakanlah RUPS guna
membahas rencana penjualan saham MDS kepada MAC dan semua shareholder
menyetujui rencana penjualan tersebut. PT. Matahari Putra Prima pun secara resmi
menjual 90,7% saham PT. Matahari Department Store kepada PT. Meadow Asia
Company.
Dampak dari transaksi penjualan tersebut ternyata meningkatkan performa
dari PT. Matahari Putra Prima dan juga PT. Matahari departemen Store, hal tersebut
terlihat pada income statement MDS tahun 2010 sebagai berikut :
Berdasarkan laporan income statement tersebut dapat terlihat bahwa laba
bersih dan laba per saham MDS mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun
2009, dan kenaikan yang tejadi hampir 20 kali lipat. Hal tersebut menunjukan
bahwa strategi MPP untuk menjual saham MDS kepada MAC bukanlah keputusan
yang buruk bagi MDS.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari pembahasan kasus diatas terlihat bahwa tidak terdapat bukti yang
materiil terhadap kasus transaksi penjualan MDS oleh MPPA yang banyak
menuai protes. Namun transaksi insider trading dan praktek korporasi untuk
menaikan saham memanglah sangat jelas terlihat dalam transaksi tersebut
terutama dalam dua transaksi berikut

MPPA menjual saham MDS kepada MAC pada tahun 2010


dimana MAC juga baru dibentuk pada tahun tersebut dan MPP
memiliki 20% kepemilikan terhadap MAC. Pada saat isu penjualan
saham tersebut muncul harga saham MDS melonjak naik.

Dana yang digunakan untuk pembelian saham tersebut adalah dana


yang dipinjam oleh MPP kepada dua bank CIMB Niaga dan
Standard Chartered dengan jaminan 90,7% saham MDS, yang
kemudian dana tersebut dipinjamkan kepada MAC untuk membeli
saham MDS.

Saran

1. Kepada BAPEPAM-LK dan Bursa Efek Indonesia diharapkan terus


mengawasi apabila terdapat tindak kecurangan yang dilakukan oleh
perusahaan dan memberi sanksi yang tegas apabila kecurangan tersebut
telah terbukti.
2. Kepada Investor agar terus mengawasi dan waspada terhadap operasi
perusahaan dan hendaknya mengajukan keberatan apabila merasa telah
terjadi perampasan hak ataupun tindak kecurangan.
DAFTAR PUSTAKA

OECD. 2004. OECD Corporate Governance Principles.

BAPEPAM.2009. Peraturan No.IX.E.1 Tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan


Kepentingan, Jakarta : Departemen Keuangan dan Bapepam RI

Republik Indonesia.2007 . Undang-undang No. 40 Tentang Perseroan Terbatas,


Jakarta : Sekretariat Negara.

Bussines Law Comunity. 2010. Analisis Yuridis Terhadap Kasus Penjualan


Saham PT. Matahari. Diambil dari: http://blc-fhugm.blogspot.co.id/. (24
September 2015).

Fauzi, Abdul Wahid. 2010. Bapepam Turut Periksa Kasus Saham Matahari
Diambil dari: http://investasi.kontan.co.id/news/bapepam-turut-periksa-kasus-
saham-matahari. (24 September 2015).

Hukumonline.com. 2010. Ada Transaksi Afiliasi dalam Penjualan Matahari.


Diambil dari: http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b8cd826904cc/ada-
transaksi-afiliasi-dalam-penjualan-matahari. (24 September 2015).

REPUBLIKA.CO.ID. 2010. Bapepam Perlu Gelar Perkara Kasus Matahari Putra


Prima. Diambil dari: http://www.republika.co.id/berita/breaking-
news/ekonomi/10/07/11/124218-bapepam-perlu-gelar-perkara-kasus-matahari-
putra-prima. (24 September 2015).

Matahari Departement Store. 2012. Tentang Matahari. Diambil dari:


http://www.matahari.co.id/about.(24 September 2015).

Ayuwuragil D,Kustin. Profil Matahari Putra Prima. Diambil dari:


http://profil.merdeka.com/indonesia/m/matahari-putra-prima/ . (24 September
2015).

You might also like