Professional Documents
Culture Documents
Rekayasa pantai adalah suatu ilmu yang mempelajari dan mencoba menyelesaikan
permasalahan di wilayah pantai seperti misalnya erosi pantai, perencanaan
pelabuhan dan sebagainya. Ilmu rekayasa pantai ini merupakan bagian dari ilmu
teknik sipil yang mempunyai kaitan erat dengan ilmu-ilmu lainnya, antara lain
oseanografi, meteorologi, geofisika, hidrolika, geologi, statistik dan matematika.
Mengingat bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang
memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, dengan luas daratan 1.900.000 km 2
dan laut 3.270.000 km2, maka rekayasa pantai sangat penting untuk dipelajari.
Sehubungan dengan wilayah pantai yang merupakan pertemuan antara darat dan
laut, maka kawasan ini mempunyai ciri yang khas, karena ke arah laut dibatasi oleh
pengaruh fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah darat dibatasi oleh
pengaruh proses alami dan kegiatan manusia terhadap lingkungan darat.
I-1
1.2. Fungsi Pantai (1)
1 Dr. Ir. Syamsudin, diktat kuliah Pengantar Teknik Pantai, Bandung, Puslitbang Pengairan
2 Ir. Sugiarto, MS dan Drs. Willy Ekariyono. Penghijauan Pantai, Jakarta, Swadaya, 1996
I-2
1.3.2. Pantai Berlumpur
Pantai berlumpur merupakan hamparan lumpur sepanjang pantai
yang dihasilkan dari proses sedimentasi atau pengendapan,
umumnya terletak di dekat muara sungai. Tanah pantai ini berasal
dari endapan lumpur yang dibawa oleh aliran sungai.
Struktur dan komposisi tumbuhan di kawasan pantai berlumpur
Indonesia merupakan formasi hutan mangrove yang didominasi
oleh bakau hitam, bakau putih, dll. Selain menghasilkan kayu,
hutan mengrove juga menghasilkan bahan penyamak atau bahan
pewarna. Tunas-tunas baru selalu tumbuh dalam hutan mangrove,
sehingga kawasan hutan menjadi luas. Akibatnya, lambat laun
daratan pun makin meluas ke arah laut.
Hutan mangrove memberikan perlindungan terhadap daratan dan
ancaman erosi. Hutan mangrove juga berfungsi sebagai tempat
pelestarian populasi ikan, kepiting, udang dan kerang-kerangan. Di
dalam perairan hutan mangrove banyak terdapat jenis alga dan
plankton yang menjadi sumber makanan bagi biota-biota tadi.
Daun, dahan, dan pohon-pohon mangrove yang telah tua akan
tumbang dan didekomposisi oleh fungsi dan bakteri menjadi bahan
organik. Selanjutnya bahan organik ini akan menjadi penyubur
tanah, dan menjadi bahan makanan bagi biota lainnya.
1.3.3. Pantai Berawa
Pantai berawa merupakan daerah yang tergenang air, baik secara
permanen ataupun temporer. Tanah dan air pantai ini memiliki
tingkat keasaman yang tinggi.
Hutan pantai berawa umumnya ditumbuhi oleh jenis tumbuhan
seperti nipah, sagu, meranti, terentang, dll
1.3.4. Pantai Berbatu
Pantai berbatu umumnya terdiri dari bongkahan-bongkahan batuan
granit. Pantai seperti ini terdapat di kepulauan Natuna, Pulau
Buton, dan Pantai selatan Jawa (Pelabuhan Ratu dan Ujung Kulon)
I-3
1.4. Permasalahan di Wilayah Pantai (3)
3 Dr. Ir. Syamsudin, diktat kuliah Pengantar Teknik Pantai, Bandung, Puslitbang Pengairan
I-4
muara. Proses ini biasanya disebabkan karena debit sungai kecil,
terutama di musim kemarau, sehingga aliran air tidak mampu
membilas sedimen.
- Pendangkalan muara sungai dapat terjadi mulai dari muara ke udik
sampai pada suatu lokasi di sungai dimana pengaruh intrusi air laut
(pengaruh pasang surut dan pencapuran air garam) masih ada.
4 Dr. Ir. Syamsudin, diktat kuliah Pengantar Teknik Pantai, Bandung, Puslitbang Pengairan
I-5
merupakan data lama yang perlu diperbaharui. Data medan wilayah
pesisir yang merupakan wilayah peralihan antara darat dan laut sangat
terbatas dan sifatnya setempat-tempat.
2) Data Hidrolis Kelautan
Data hidrolis kelautan berupa data gelombang, arus dan pasang surut.
Data gelombang jangka panjang dapat diperoleh dari US Wether Chart
yang didapat berdasarkan data pengamatan secara visual. Data
gelombang hasil pengukuran dengan alat pengukur umumnya hanya
didapatkan dalam jangka pendek dan belum terorganisasi. Untuk itu
nampaknya hal yang sangat penting dan dirasa perlu adalah adanya
stasiun pengukuran gelombang. Data arus dan pasang surut berdasarkan
hasil pengamatan dapat diperoleh di Dinas Hidrografi A.L. yang diterbitkan
setiap tahun.
3) Data Sedimen
Data sedimen berupa gradasi sedimen dasar, konsentrasi dan gradasi
sedimen suspensi dan besar angkutannya. Data besarnya angkutan pasir
sejajar pantai dapat diukur berdasarkan pengendapan yang terjadi di udik
(up drift) bangunan-bangunan pantai yang menjorok ke laut. Data
angkutan sedimen sangat penting untuk keperluan perhitungan studi
kelayakan dalam rangka pemeliharaan bangunan pantai, seperti
pelabuhan, struktur pengambilan air tambak dan pengaruh arus muara
sungai.
4) Data Angin
Data angin dapat diperoleh di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG). Data tersebut umumnya diperoleh dari stasiun pengamatan di
darat untuk keperluan penerbangan. Namun karena ketiadaan data angin
yang lebih tepat, data tersebut banyak digunakan untuk meramalkan
gelombang, sehingga untuk menunjang ramalan gelombang perlu dibuat
stasiun angin pada lokasi yang tepat.
Data yang Dibutuhkan Untuk Penelitian Wilayah Pantai Data yang
Dibutuhkan Untuk Penelitian Wilayah Pantai
I-6