You are on page 1of 15

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/310829078

KUALITAS AUDIT: SEBUAH KAJIAN TEORITIS

Article July 2016

CITATIONS READS

0 286

3 authors, including:

Junaidi Junaidi
Universitas Teknologi Yogyakarta
11 PUBLICATIONS 3 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Junaidi Junaidi on 25 November 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
Vol. 4 No. 1, Januari Juni 2016
ISSN: 2303-2235, E-ISSN: 2476-8820

KUALITAS AUDIT: SEBUAH KAJIAN TEORITIS

Junaidi
Bambang Hartadi
Priyo Sajarwo Yurianto
Universitas Teknologi Yogyakarta

ABSTRAK
The issues of audit quality are interesting to be discussed in scientific studies. Audit quality is probability
that financial statements contain error and that the auditor will find and report the error. Measuring the
quality of audit is not easy because it is associated with the behavior of the auditor. It is proven that there are
many proxies used to measure audit quality. Various researches have been done in the field of auditing to
measure the quality of audit with different results. This paper describes the concept of audit quality and the
elements related to audit quality. Furthermore, this paper also describes some proxies used to measure the
quality of audit. This study is expected to be used as a basis for measuring audit quality.
Key words: audit, quality, tenure, rotation,independence, opinion.

PENDAHULUAN mendasari bahwa kualitas audit yang dirasakan


Isu tentang kualitas audit diangkat dalam pasar mencerminkan kualitas audit yang
berbagai penelitian. Selain itu penelitian- sebenarnya. DeAngelo (1981) menyatakan bahwa
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kualitas audit terdiri atas 2 elemen yaitu
terdapat beberapa indikator yang memengaruhi kompetensi dan independensi auditor. Kompetensi
kualitas audit dan hasilnya tidak konklusif. berarti audit harus dilaksanakan seseorang yang
Apakah kualitas audit itu, dan apa ukurannya serta memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
apa yang mempengaruhi kualitas audit menjadi cukup. Independensi dalam audit berarti
topik diskusi yang menarik untuk diungkap dalam mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam
penelitian. Paper ini akan membahas beberapa melakukan pengujian audit, mengevaluasi
konsep yang berkaitan dengan kualitas audit. hasilnya, dan membuat laporan audit.
Bagian berikut ini akan membahas tentang, yaitu Independensi dianggap sebagai karakteristik
tentang kualitas audit, dan independensi. Bagian auditor yang paling kritis. Alasan bahwa banyak
berikutnya akan membahas tentang ukuran pemakai berbeda yang ingin bergantung pada
kualitas audit dan beberapa anteseden kualitas laporan akuntan publik untuk kewajaran dari
audit, dan bagian akhir adalah penutup. laporan keuangan adalah harapan dari sudut
pandang yang tidak bias.
KUALITAS AUDIT Palmrose (1988) mendefinisikan kualitas
DeAngelo (1981) mendefinisikan audit dalam hal tingkat jaminan. Karena tujuan
kualitas audit sebagai "probabilitas gabungan dari audit adalah untuk memberikan jaminan
nilaian pasar bahwa auditor (a) menemukan terhadap laporan keuangan, kualitas audit adalah
pelanggaran dalam sistem akuntansi klien, dan (b) probabilitas bahwa laporan keuangan tidak
melaporkan pelanggaran." Probabilitas bahwa mengandung salah saji material. Dalam
auditor akan melaporkan salah saji terdeteksi kenyataannya, definisi ini menggunakan hasil
didefinisikan oleh DeAngelo (1981) sebagai audit, yaitu, keandalan laporan keuangan auditan
independensi auditor. Oleh karena itu, menurut untuk mencerminkan kualitas audit. Titman dan
definisi DeAngelo (1981) ini, kualitas audit Trueman (1986) mendefinisikan kualitas auditor
merupakan fungsi peningkatan kemampuan dalam hal keakuratan informasi yang disediakan
auditor untuk mendeteksi salah saji akuntansi dan auditor kepada investor. Definisi mereka adalah
independensi auditor yang dinilai oleh pasar. Oleh sama dengan yang disediakan oleh Palmrose
karena itu ketika menerapkan definisi ini untuk (1988). Davidson dan Neu (1993) memberikan
kualitas audit yang sebenarnya, ada asumsi yang definisi kualitas audit yang didasarkan pada

IARN (iarn. detikjogja. com) 21


Junaidi et al.
kemampuan auditor untuk mendeteksi dan Independensi dalam hal ini akuntan publik lebih
menghilangkan salah saji material dan manipulasi mengutamakan kepentingan publik di atas
laba bersih yang dilaporkan. kepentingan klien atau auditor sendiri dalam
Coram et al. (2008) menyatakan bahwa membuat laporan keuangan auditan. Oleh karena
kualitas audit adalah seberapa besar kemungkinan itu keberpihakan auditor dalam hal ini lebih
dari seorang auditor menemukan adanya diutamakan pada kepentingan publik.
unintentional/intentional error dari laporan Nilai audit sangat tergantung pada
keuangan perusahaan, serta seberapa besar persepsi publik akan independensi yang dimiliki
kemungkinan temuan tersebut kemudian auditor. Independensi dalam audit berarti
dilaporkan dan dicantumkan dalam opini auditnya. mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam
Kualitas audit tergantung kemampuan teknikal melakukan ujian audit, mengevaluasi hasilnya,
auditor yang terepresentasi dalam pengalaman dan dan membuat laporan audit. Bila auditor adalah
pendidikan profesi, dan independensi auditor penasihat untuk klien, seorang bankir, atau orang
dalam menjaga sikap mentalnya. Selanjutnya lainnya, auditor bisa dianggap tidak independen.
Peecher and Piercey (2008) menyatakan kualitas Independensi dianggap sebagai karakteristik
audit sebagai probabilitas seorang auditor auditor yang paling kritis. Alasan bahwa banyak
menemukan dan melaporkan adanya pelanggaran pemakai laporan keuangan yang ingin bergantung
dalam sistem akuntansi kliennya. Probabilitas pada laporan akuntan publik untuk kewajaran
penemuan suatu pelanggaran tergantung pada laporan keuangan adalah harapan yang tidak bias.
kemampuan teknikal auditor dan independensi Oleh karena itu tidak mengherankan bila
auditor tersebut. independensi merupakan hal pertama yang
dibahas dalam peraturan etika.
INDEPENDENSI Independensi merupakan salah satu
Dalam membuat keputusan, auditor komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan
memiliki struktur pengetahuan yang berbeda, dan publik. Independensi berarti bahwa auditor harus
ini akan memengaruhi cara pembuatan keputusan. objektif, tidak mudah dipengaruhi dan tidak
Pembuatan keputusan tidak dapat dilepaskan dari memihak kepentingan siapapun, karena ia
konteks sosial yang ada dalam praktik. Konteks melakukan pekerjaannya untuk kepentingan
sosial yang dimaksud adalah tekanan atau umum. Auditor berkewajiban untuk objektif tidak
pengaruh politik, sosial dan ekonomi. Seorang hanya pada manajemen dan pemilik perusahaan,
auditor tidak lagi menggunakan pemikiran namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang
rasional, jika merasa bahwa keputusan yang akan meletakkan kepercayaan pada pekerjaan auditor
diambil sangat erat kaitannya dengan kepentingan tersebut. Sikap mental independen tersebut
pribadinya. Oleh karena itu dalam konteks meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun
pengambilan keputusan (pemberian opini), auditor independen dalam penampilan (in appearance).
harus dapat menjaga independensinya. Akuntan publik dalam melaksanakan
Independensi merupakan sikap seseorang pemeriksaan, memperoleh kepercayaan dari klien
yang dicirikan dengan integritas dan objektivitas dan para pemakai laporan keuangan untuk
tugas profesionalnya. Menurut American Institute membuktikan kewajaran laporan keuangan yang
of Certified Public Accountant (AICPA), disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat
independensi merupakan suatu kemampuan untuk mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan
bertindak berdasarkan integritas dan objektivitas. mungkin bertentangan dengan kepentingan para
Meskipun integritas dan objektivitas tidak dapat pemakai laporan keuangan. Kepentingan pemakai
diukur secara pasti, namun keduanya merupakan laporan keuangan yang satu mungkin berbeda
hal yang sangat mendasar bagi profesi akuntan dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu dalam
publik. memberikan pendapat mengenai kewajaran
Independensi merupakan sikap mental laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik
yang dimiliki auditor untuk tidak memihak dalam harus bersikap independen terhadap kepentingan
melakukan audit (Mautz and Sharaf 1961). klien, para pemakai laporan keuangan, maupun
Masyarakat pengguna jasa audit memandang terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri.
bahwa auditor independen terhadap laporan Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1
keuangan yang diperiksanya dari pembuat dan ayat 2 menyatakan bahwa setiap anggota harus
pemakai laporan keuangan. Independensi mempertahankan integritas, objektivitas dan
merupakan komponen profesionalisma yang harus independensi dalam melaksanakan tugasnya.
dipertahankan oleh akuntan publik profesional. Seorang auditor yang mempertahankan integritas,
22 IARN (iarn. detikjogja. com)
Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 4 No. 1, Januari Juni 2016
akan bertindak objektif dan tegas dalam tentang perdebatan atas pengukuran dan alat ukur
memertimbangkan fakta, terlepas dari kepentingan di dalam ilmu akuntansi. Jika kualitas audit adalah
pribadi. Auditor yang mempertahankan independensi dan independensi adalah sikap
objektivitas, akan bertindak adil tanpa dipengaruhi mental, maka jelas bukan perkara yang mudah
tekanan dan permintaan pihak tertentu atau untuk mengukur sikap mental seorang auditor
kepentingan pribadinya. Auditor yang ketika ia membuat sebuah keputusan atas sebuah
menegakkan independensinya, tidak terpengaruh masalah. Apalagi jika keputusan itu terjadi pada
dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan masa lalu atau ada beberapa keputusan yang
yang berasal dari luar diri auditor dalam dibuat dalam waktu yang bersamaan.
mempertimbangkan fakta yang dijumpainya Kallapur (2008) memaparkan bahwa
dalam pemeriksaan. Mengingat pentingnya terdapat beberapa ukuran kualitas audit yaitu laba
independensi ini, sebaiknya ada pembatasan masa dan non laba. Untuk ukuran non laba yang
pemberian jasa auditor bagi klien. digunakan untuk mengukur kualitas audit adalah
Dalam menjalankan tugasnya, auditor kualifikasi going concern. Lim dan Tan (2008)
dituntut memberikan informasi yang berkualitas melakukan pengujian tentang pengaruh fee jasa
berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan non audit terhadap kualitas audit. Mereka
klien. Jika penugasan auditor yang sekarang menggunakan tiga ukuran kualitas audit aktual
dipertahankan untuk jangka waktu lama di masa dan persepsi investor atas kualitas audit. Kualitas
depan, kemungkinan besar auditor tersebut merasa audit aktual terdiri atas tingkat discretionary
nyaman, sehingga objektivitas audit terganggu current accruals, kecenderungan pemberian opini
(Mautz and Sharaf, 1961). Berdasarkan Standar going concern, dan kecenderungan perusahaan
Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang menyesuaikan dengan ramalan analis. Selanjutnya
dilaksanakan auditor tersebut berkualitas jika persepsi investor atas kualitas audit diukur dengan
memenuhi ketentuan standar auditing (IAPI koefisien respon laba.
2009). Standar auditing mencakup mutu
profesional auditor independen, pertimbangan Laba sebagai proksi kualitas audit
(judgment) yang digunakan dalam pelaksanaan Beberapa penelitian telah menggunakan
audit dan penyusunan laporan auditor sebagai laba sebagai ukuran kualitas audit. Ada beberapa
berikut. hal yang perlu didiskusikan tentang laba ini
a. Standar umum: auditor harus memiliki keahlian mengingat laba merupakan laporan keuangan
dan pelatihan teknis yang memadahi, perusahaan yang dibuat oleh manajemen
independensi dalam sikap mental, dan perusahaan. Becker et al. (1998), DeFond dan
kemahiran profesional dengan cermat dan Subramanyam (1998), Francis, Maydew, dan
seksama. Sparks (1999), dan Francis dan Krishnan (1999)
b. Standar pelaksanaan pekerjaan laporan: adalah di antara penelitian pertama yang
perencanaan dan supervisi audit, pemahaman menggunakan akrual tidak normal dari model
yang memadahi atas struktur pengendalian Jones sebagai ukuran kualitas audit (Kallapur,
intern, dan bukti audit yang cukup dan 2008). Ukuran kualitas audit dengan laba yaitu
kompeten. akrual tidak normal (abnormal accruals), kualitas
c. Standar pelaporan: pernyataan apakah laporan akrual (accrual quality), penyajian kembali
keuangan sesuai dengan prinsip akuntan yang laporan keuangan (restatements), koefisien respon
berterima umum, pernyataan mengenai laba (earnings response coefficient). Selain itu
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi juga menggunakan ukuran meet or beat
yang berterima umum, pengungkapan benchmarks yaitu laba masa lalu, laba zero dan
informasi dalam laporan keuangan, dan ramalan analis.
pernyataan pendapat atas laporan keuangan
secara keseluruhan. Ukuran KAP sebagai proksi kualitas audit
DeAngelo (1981) secara analitis
UKURAN KUALITAS AUDIT menunjukkan bahwa ukuran auditor berhubungan
Tidak mudah untuk mengukur kualitas positif dengan kualitas audit. Dalam studinya,
audit secara pasti. Untuk itu berbagai penelitian ukuran auditor diukur dengan jumlah klien. Dia
menggunakan berbagai ukuran kualitas audit. berpendapat bahwa karena auditor mendapatkan
Widiastuty dan Febrianto () mengungkapkan klien tertentu kuasi-sewa, auditor dengan klien
bahwa perdebatan tentang ukuran kualitas audit lebih memiliki lebih banyak kehilangan dengan
atau kualitas auditor hanya salah satu contoh
IARN (iarn. detikjogja. com) 23
Junaidi et al.
tidak melaporkan salah saji yang ditemukan dalam (2007) menguji isu kualitas audit dengan
laporan keuangan. mengambil sampel perusahaan private di Belgia.
Mutchler et al. (1997) menemukan bukti Mereka menyimpulkan bahwa keputusan auditor
univariat bahwa auditor big six cenderung menerbitkan opini going concern tidak
menerbitkan opini audit going concern pada dipengaruhi oleh tenur pada sampel perusahaan
perusahaan yang mengalami financial distress bangkrut. Pada beberapa sampel perusahaan tidak
dibandingkan auditor non big six. Auditor skala bangkrut, mereka menemukan adanya hubungan
besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih negatif antara tenur auditor dan kecenderungan
baik dibanding auditor skala kecil, termasuk penerbitan opini going concern. Carey and
dalam mengungkapkan masalah going concern. Simnett (2006) menguji pengaruh tenur partner
DeFond et al. (2002) menemukan bukti bahwa audit pada kualitas audit. Hasil penelitiannya
KAP Big 4 lebih sering melaporkan masalah menunjukkan bahwa auditor semakin rendah
laporan audit going concern daripada KAP non- kencenderungannya menerbitkan opini going
Big 4. Geiger and Rama (2006) menguji concern pada observasi tenur yang panjang.
perbedaan kualitas audit antara KAP Big 4 dan Bellovary et al. (1976) menjelaskan
non Big 4. Hasil menunjukkan bahwa tingkat sebelum tahun 1962 belum terdapat petunjuk
kesalahan Tipe I dan II yang dihasilkan oleh Big 4 formal tentang penilaian status going concern
lebih rendah daripada non Big 4. Law (2008) suatu perusahaan di Amerika. Kemudian tahun
menemukan bukti bahwa KAP Big 4 lebih 1962, Stock Exchange Commission (SEC) adalah
independen dari pada KAP non-Big 4. Apabila yang pertama untuk menangani isu-isu going
dinanalogikan bahwa KAP big 4 lebih memiliki concern saat Komisi menerbitkan Accounting
reputasi daripada KAP non-Big 4, maka dapat Series Release (ASR) No 90. Pada tahun 1974,
dikatakan bahwa reputasi auditor memang mem- AICPA menerbitkan SAS No 2, yang
pengaruhi kualitas auditor. Francis and Yu (2009) menyediakan diskusi khusus pertama mengenai
menemukan KAP yang lebih besar lebih item-item yang penting untuk dipertimbangkan
cenderung untuk mengeluarkan going concern saat menilai status going concern perusahaan.
laporan audit, dan klien dari KAP yang lebih besar Setelah menerbitkan SAS No 34 tahun 1981,
terbukti perilaku manajemen laba kurang agresif. selanjutnya AICPA mengeluarkan SAS No 59
Sedangkan Al-Thuneibat et al. (2010) tahun 1988, yang lebih lanjut membahas topik ini.
menjelaskan bahwa tenur KAP berpengaruh Terdapat 3 perubahan utama dari SAS No 34 ke
secara negatif pada kualitas audit. Kualitas audit SAS Nomor 59 yang meminta persyaratan
memburuk, pada saat tenur KAP diperluas sebagai bahwa: 1) auditor mempertimbangkan status
hasil dari pertumbuhan dalam besaran akrual going concern klien untuk setiap keterlibatan
diskresioner. Sementara itu, analisis data tidak audit, 2) laporan audit akan di-modified jika ada
mengungkapkan bahwa ukuran KAP memiliki keraguan substansial tentang status going concern
dampak signifikan terhadap hubungan antara tenur perusahaan, dan 3) laporan audit mencakup
KAP dan kualitas audit. paragraf penjelasan mengenai keraguan
substansial.
Pemberian Opini Going Concern Pada tahun 1988 AICPA menerbitkan
Mengingat kualitas audit sesungguhnya Statement on Auditing Standard (SAS) No. 59:
sulit untuk diobservasi pihak luar perusahaan, riset The auditor's consideration of an entity's ability
sebelumnya menggunakan berbagai ukuran yang to continue as a going concern yang meminta
dapat diobservasi sebagai proksi kualitas audit auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat
sesungguhnya. Proksi yang digunakan mencakup keraguan substansial mengenai kemampuan
akrual diskresioner, biaya pendanaan utang, perusahan klien untuk melanjutkan sebagai suatu
penyajian kembali laporan keuangan, litigasi going concern. SAS meminta auditor
auditor, kecenderungan pemberian opini going mengakumulasi dan mengevaluasi bukti untuk
concern, dan fraud. Misalnya Ghosh and Moon menentukan apakah status going concern
(2005), dan Myers et al. (2003) menemukan dipertanyakan. Seorang auditor
bahwa manajemen laba secara umum lebih rendah mempertimbangkan penerbitan opini going
ketika tenur auditor semakin panjang. Stanley and concern, jika menemukan alasan atas keraguan
Dezoort (2007) menemukan hubungan negatif keberlangsungan suatu perusahaan berdasarkan
antara lamanya hubungan auditor dengan klien pengujian yang dilakukan.
terhadap kecenderungan penyajian kembali Ikatan Akuntan Indonesia (2001)
laporan keuangan. Knechel and Vanstraelen sekarang IAPI mengadopsi SAS No. 59 menjadi
24 IARN (iarn. detikjogja. com)
Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 4 No. 1, Januari Juni 2016
Pernyataan Standar Auditing 30 (PSA 30) tentang 1. Jika auditor berkesimpulan rencana tidak
pertimbangan auditor atas kemampuan entitas efektif, auditor menyatakan tidak
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. memberikan pendapat.
PSA 30 mengharuskan auditor memberikan 2. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut
warning kepada pemakai laporan keuangan, akan efektif dan klien mengungkapkan keadaan
adanya kesangsian mengenai kemampuan tersebut dalam catatan atas laporan
perusahaan sebagai suatu entitas, untuk bisa keuangan, auditor menyatakan pendapat
bertahan hidup, paling tidak dalam 1 perioda wajar tanpa pengecualian.
akuntansi setelah tanggal laporan keuangan atau 3. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut
disebut juga dengan perioda waktu pantas. PSA efektif akan tetapi klien tidak
30 paragraf 2 menyatakan auditor bertanggung mengungkapkan keadaan tersebut dalam
jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat catatan atas laporan keuangan, auditor
kesangsian besar terhadap kemampuan entitas menyatakan pendapat tidak wajar.
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya IAPI (2009) menerbitkan IPSA 30.02
dalam perioda waktu yang pantas, tidak lebih dari sebagai pengganti PSA 30 (IPSA 30.02) yang
1 tahun sejak tanggal laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan interpretasi,
sedang diaudit (selanjutnya perioda tersebut akan klarifikasi, dan pedoman lebih lanjut bagi auditor
disebut dengan jangka waktu pantas). Evaluasi dalam menerapkan Pernyataan Standar Auditing
auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang No.30 mengenai pertimbangan auditor atas
kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang kemampuan entitas dalam mempertahankan
telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. kelangsungan hidupnya. Dalam IPSA 30.02
Informasi tentang kondisi dan peristiwa diperoleh dijelaskan bahwa auditor harus memperoleh dan
auditor dari penerapan prosedur audit yang mempertimbangkan informasi mengenai rencana
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai manajemen dalam mempertahankan kelangsungan
tujuan audit yang bersangkutan dengan asersi hidupnya selama jangka waktu pantas. Jika setelah
manajemen yang terkandung dalam laporan mempertimbangkan rencana manajemen, auditor
keuangan yang sedang diaudit, sebagaimana tetap menyimpulkan adanya keraguan substansial
dijelaskan dalam SA seksi 326 (PSA No. 07). atas kemampuan entitas dalam mempertahankan
PSA No. 30 dan SA Seksi 341 (IPSA kelangsungan hidupnya selama jangka waktu
30.01) memberikan pedoman kepada auditor pantas, maka auditor harus mempertimbangkan
tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam dampak terhadap laporan keuangan, termasuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap kecukupan pengungkapan dalam laporan
opini auditor sebagai berikut (IAI 2001). keuangan. Beberapa informasi harus
a. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian dipertimbangkan oleh auditor yang terkait dengan
mengenai kemampuan satuan usaha dalam pengungkapan dalam laporan keuangan adalah
mempertahankan kelangsungan hidupnya sebagai berikut.
dalam jangka waktu yang pantas, ia harus: a. Kondisi dan peristiwa yang relevan dengan
1. Memperoleh informasi mengenai rencana penyebab terjadinya keraguan substansial atas
manajemen yang ditujukan untuk kemampuan entitas dalam mempertahankan
mengurangi dampak kondisi dan peristiwa kelangsungan hidupnya selama jangka waktu
tersebut. pantas.
2. Menetapkan kemungkinan bahwa rencana b. Dampak atas kondisi dan peristiwa tersebut
tersebut secara efektif dilaksanakan. terhadap laporan keuangan.
b. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang c. Evaluasi manajemen atas signifikansi dari
mengurangi dampak kondisi dan peristiwa kondisi dan peristiwa tersebut, serta faktor-
terhadap kemampuan satuan usaha dalam faktor yang dapat mengurangi signifikansi
mempertahankan kelangsungan hidupnya, tersebut.
auditor mempertimbangkan untuk memberikan d. Kemungkinan terjadinya penghentian usaha.
pernyataan tidak memberikan pendapat. e. Rencana manajemen untuk menghadapai
c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, kondisi dan peristiwa tersebut.
langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh f. Informasi mengenai pemulihan atau klasifikasi
auditor adalah menyimpulkan (berdasarkan dari jumlah aset yang tercatat, maupun jumlah
pertimbangannya) atas efektivitas rencana atau klasifikasi dari liabilitas.
tersebut, yaitu sebagai berikut. Jika setelah mempertimbangkan rencana
manajemen, auditor harus menyimpulkan bahwa
IARN (iarn. detikjogja. com) 25
Junaidi et al.
keraguan substansial atas kemampuan entitas keraguan substansial termasuk rencana
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya manajemen terkait.
selama jangka waktu pantas telah berkurang, Independensi dalam audit berarti
maka auditor harus mempertimbangkan mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam
pengungkapan dalam laporan keuangan yang melakukan pengujian audit, mengevaluasi
dibuat manajemen atas kondisi dan peristiwa hasilnya, dan membuat laporan audit. Junaidi
utama yang ada pada awalnya menyebabkan (2014) menjelaskan matrik yang menunjukkan
auditor meyakini keraguan substansial tersebut. hubungan antara kondisi keuangan perusahaan
Pertimbangan auditor atas kecukupan dengan opini yang diberikan auditor atas laporan
pengungkapan dalam laporan keuangan harus keuangan tersebut untuk mengukur independensi
mencakup dampak atas kondisi dan peristiwa KAP. Untuk variabel independensi dapat
tersebut terhadap laporan keuangan, serta faktor- ditunjukkan dengan matrik 2x3 sebagai berikut.
faktor yang menyebabkan telah berkurangnya

Tabel 1
Matrik hubungan kondisi keuangan dengan opini auditor
Kondisi Keuangan Opini Auditor
GCO (going concern NGCO (non going
opinion) concern opinion)
Distress I (independent) NI (not independent)
Grey Area I I
Non Distress NI(not independent) I
Notasi:
Distress : perusahaan mengalami kesulitan keuangan
Grey Area : tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun
mengalami kesulitan keuangan
Non Distress : perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan berdasarkan
metoda Altman (2000).
GCO : opini going concern yang diberikan auditor
NGCO : opini non going concern yang diberikan auditor
NI : menunjukkan auditor tidak independen
I : menunjukkan auditor independen

Matrik tersebut menggambarkan terdapat ketidakpastian yang signifikan atas


hubungan antara hasil opini dengan kondisi kelangsungan hidup perusahaan dalam
keuangan perusahaan. Hasil opini yang menjalankan operasinya.
dikeluarkan KAP dikelompokkan menjadi 2 yaitu Untuk opini yang diberikan auditor
opini going concern dan non going concern. dibedakan menjadi 2, yaitu opini going concern
Selanjutnya untuk kondisi keuangan ditunjukkan dan bukan going concern. Selanjutnya kondisi
dengan kondisi distress, grey area, dan non keuangan perusahaan ditunjukkan dengan nilai Z-
distress. Opini going concern merupakan opini Score Altman. Probabilitas suatu perusahaan
yang diberikan oleh auditor atas laporan keuangan mengalami kesulitan keuangan, yang diukur
klien jika dalam hasil pemeriksaan terdapat dengan revised Z-Score Altman model (2000),
keraguan substansial mengenai kemampuan yaitu Z= 0,717 WCTA + 0,847RETA +
perusahan klien untuk melanjutkan usaha sebagai 3,107EBIT+ 0,420 BVED + 0,998SATA. Kondisi
suatu going concern. Menurut SPAP (2009) opini keuangan perusahaan dihitung berdasarkan model
going concern merupakan opini audit modifikasi Revised Z Score Altman. Jika nilai Z score < 1,21
yang diberikan auditor bila terdapat keraguan atas diprediksi perusahaan mengamali kebangkrutan
kemampuan going concern perusahaan atau (distress), selanjutnya diberi nilai 1. Jika Z Score
26 IARN (iarn. detikjogja. com)
Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 4 No. 1, Januari Juni 2016
bernilai antara 1,21-2,90, maka diprediksi nonspesialis (Lim and Tan, 2010). Lim and Tan
perusahaan tidak mengalami kepastian untuk tetap (2010) menguji apakah hubungan antara tenur
sehat keuangannya (grey area), selanjutnya diberi auditor dan kualitas audit adalah tergantung pada
nilai 2. Jika Z Score bernilai lebih dari 2,90 spesialisasi auditor dan biaya audit. Hasil
diprediksi perusahaan tidak mengalami penelitian tersebut menunjukkan bahwa kualitas
kebangkrutan (non distress), selanjutnya diberi audit yang lebih tinggi bagi perusahaan-
nilai 3. perusahaan yang telah diaudit oleh auditor
Ketika kondisi perusahaan distress spesialis daripada nonspecialis, ketika tenur
seharusnya auditor memberikan opini going auditor meningkat. Selanjutnya, peningkatan
concern (GCO), jika tidak memberikan opini kualitas audit dengan tenur panjang lebih besar,
GCO dapat dikatakan auditor tidak independen. jika auditor memiliki tingkat fee audit lebih
Selanjutnya ketika kondisi perusahaan non rendah pada klien. Jika auditor spesialis pada
distress seharusnya auditor memberikan opini non industri tertentu harus dirotasi, tidak ada pilihan
going concern (NGCO), jika tidak memberikan lain bahwa perusahaan harus menggunakan
opini NGCO dapat dikatakan auditor tidak auditor nonspesialis sehingga berpotensi
independen. Jika perusahaan pada kondisi distress menurunkan efisiensi dan efektivitas (Knechel et
(D) dan opini auditornya GCO, dapat dikatakan al. 2007).
auditor independen, dan perusahaan pada kondisi
non distress (ND) dan opini auditornya NGCO, Rotasi Auditor
dapat dikatakan auditornya independen. Pertanyaan tentang apakah rotasi KAP
Sedangkan perusahaan pada kondisi grey area dapat meningkatkan independensi auditor,
(GA), dan auditor memberikan opini baik GCO objektivitas dan skeptifisma profesional tentu
dan NGCO, dapat dikatakan bahwa auditornya masih menjadi sesuatu yang menarik untuk
independen. dijawab dalam penelitian empiris. Sampai saat ini,
perdebatan mengenai perlu tidaknya aturan
ANTESEDEN KUALITAS AUDIT kewajiban rotasi auditor masih diperdebatkan
Bagian ini akan dipaparkan beberapa elemen yang yang berkaitan dengan kualitas audit, kos audit,
berhubungan dengan kualitas audit yaitu dan spesialisasi audit. Di satu sisi banyak bukti
spesialisasi industri, rotasi auditor, tenur dan fee empiris yang menolak aturan tersebut, di sisi lain
audit. Beberapa anteseden kualitas audit seperti banyak yang mendukung aturan rotasi tersebut.
Big N, spesialis industri, dan tenur, pada Penentang rotasi wajib auditor secara
kenyataannya mempengaruhi pertanyaan umum berargumen bahwa adanya rotasi ini akan
penelitian tentang kualitas audit dalam berbagai meningkatkan biaya yang harus dipertimbangkan
penelitian yang berbeda (Kallapur 2008). auditor yiatu, start-up costs, dan waktu yang harus
dialokasikan untuk menyelaraskan dengan klien.
Spesialisasi Industri Berarti bahwa kehilangan efisiensi audit berarti
Lim and Tan (2010) menguji apakah hubungan juga meningkatkan biaya. Arrunada dan Paz-Ares
antara tenur auditor dan kualitas audit adalah (1995b) menyatakan bahwa auditor tidak akan
tergantung pada spesialisasi auditor dan biaya mampu melakukan transfer pengetahuan dengan
audit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan baik kepada kliennya akibat rotasi tersebut.
bahwa kualitas audit yang lebih tinggi bagi Daugherty (2013) menyatakan bahwa
perusahaan-perusahaan yang telah diaudit oleh komentar tentang rotasi wajib auditor sebagian
auditor spesialis daripada nonspecialis, ketika besar mendasarkan pada isu penurunan
tenur auditor meningkat. Selanjutnya, peningkatan familiaritas klien, meningkatnya audit cost,
kualitas audit dengan tenur panjang lebih besar, keberadaan regulasi, dan kompetisi antar KAP.
jika auditor memiliki tingkat fee audit lebih Mauts and Sharaf (1961: 231) menyatakan bahwa
rendah pada klien. KAP yang spesialis industri auditor harus menyadari berbagai kondisi, yang
tertentu menginvestasikan waktu dan sumber daya cenderung memengaruhi sikap mereka dan dengan
keuangan dalam mengembangkan personil dan demikian mengikis perlahan tapi pasti
teknologi dalam industri tertentu untuk independensi mereka. Ancaman independensi
meningkatkan kualitas audit. Dengan demikian, tidak hanya terjadi pada saat pelaporan, tetapi juga
auditor yang bekerja di KAP audit yang spesialis memiliki potensi terhadap dampak penilaian yang
industri tertentu memiliki lebih banyak dilakukan selama audit (Dopuch et al. 2003,
kesempatan untuk mengembangkan keahliannya Bazerman et al. 1997). Oleh karena itu diduga
daripada mereka yang bekerja di KAP bahwa hubungan auditor dengan kliennya dalam
IARN (iarn. detikjogja. com) 27
Junaidi et al.
jangka waktu yang lama akan berdampak menguji pergantian auditor yang terjadi antara
kemandirian dan objektivitas auditor. Argumen tahun 1995 sampai 2003 untuk perusahaan yang
khusus untuk konsekuensi independensi listed di Australia. Mereka menemukan bahwa
berkurang dengan tenur yang panjang yaitu dengan menggunakan 2 proksi kualitas audit yaitu
auditor dimungkinkan menyerah pada tekanan kecenderungan pemberian opini going concern
klien yang tak terelakkan dalam situasi konflik dan level akrual diskresioner, kualitas audit tidak
audit, dan pada ekstremnya, kemungkinan bahwa dipengaruhi secara negatif oleh tenur KAP.
keakraban yang berlebihan akan mengakibatkan Panjangnya tenur secara nyata meningkatkan
kolusi auditor dengan klien (McLaren 1958). kualitas audit yang diproksikan dengan
KAP spesialis untuk industri tertentu kecenderungan pemberian opini going concern.
menginvestasikan waktu dan sumber daya Akan tetapi dengan menggunakan tingkat akrual
keuangan dalam mengembangkan personil dan diskresioner tenur tidak menaikan atau
teknologi dalam industri tertentu untuk menurunkan kualitas audit.
meningkatkan kualitas audit. Dengan demikian, Chi et al. (2009) tidak menemukan
auditor yang bekerja di KAP audit yang spesialis bahwa kewajiban rotasi KAP meningkatkan
industri tertentu memiliki lebih banyak kualitas audit. Mereka meneliti dengan data audit
kesempatan untuk mengembangkan keahliannya di Taiwan, dengan rotasi 5 tahunan, yang secara
daripada mereka yang bekerja di KAP de facto menjadi wajib pada tahun 2004. Di
nonspesialis (Lim and Tan 2010). samping itu mereka juga tidak menemukan bukti
Lim and Tan (2010) menguji apakah yang konsisten mendukung keyakinan bahwa
hubungan antara tenur auditor dan kualitas audit kewajiban rotasi KAP berdasarkan persepsi
adalah tergantung pada spesialisasi auditor dan investor meningkatkan kualitas audit. Hal senada
biaya audit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan dikemukakan oleh Siregar et al. (2011) bahwa
bahwa kualitas audit yang lebih tinggi bagi kebijakan tentang rotasi audit perlu dievaluasi
perusahaan-perusahaan yang telah diaudit oleh karena hasil penelitian mereka tidak menemukan
auditor spesialis daripada nonspesialis, ketika bukti bahwa jangka waktu audit yang terlalu lama
tenur auditor meningkat. Selanjutnya, peningkatan dan rotasi audit tidak menurunkan kualitas audit.
kualitas audit dengan tenur panjang lebih besar, Nagy (2005) menemukan bukti bahwa
jika auditor memiliki tingkat fee audit lebih tenur auditor berhubungan negatif dengan kualitas
rendah pada klien. Jika auditor spesialis pada audit. Selanjutnya Jennings et al. (2006) dengan
industri tertentu harus dirotasi, tidak ada pilihan menggunakan pendekatan studi eksperimental
lain bahwa perusahaan harus menggunakan dengan cara menganalisis tanggapan 49 hakim
auditor nonspesialis sehingga berpotensi yang menghadiri kursus lanjutan di National
menurunkan efisiensi dan efektivitas (Knechel et College Yudisial, menemukan bukti persepsi
al. 2007). mengenai independensi auditor dapat ditingkatkan
Geiger and Raghunandan (2002) dengan penguatan tata kelola perusahaan dan
menemukan bukti bahwa auditor mungkin rotasi audit. Selanjutnya Fargher and Liwei
dipengaruhi oleh klien mereka yang baru (2008) menemukan bukti bahwa dalam tahun awal
diperoleh di tahun-tahun sebelumnya dan tidak masa tenur, kebijakan akuntansi menurun
mendukung argumen yang mengusulkan agar kualitasnya, akan tetapi ketika terjadi rotasi,
rotasi auditor wajib. Myers et al. (2003) kualitas kebijakan akuntansi meningkat di awal
menyatakan tidak menemukan bukti yang tahun.
mendukung bahwa rendahnya kualitas audit Rotasi wajib KAP mendasarkan pada 2
berhubungan dengan tenur auditor yang panjang. asumsi: (1) hubungan jangka panjang antara KAP
Knechel and Vantraelen (2007) menemukan bukti dengan klien akan mengganggu independensi
bahwa tidak terdapat perbedaan reaksi pasar atas auditor, dan memengaruhi kemampuan untuk
tenur audit dan audit switch. Selain itu kualitas objektif dan netral, dan (2) rotasi wajib KAP akan
audit (independensi) tidak terganggu oleh berapa memecahkan masalah (jika ada) berkaitan dengan
lama hubungan yang terjalin antara auditor dengan hubungan jangka panjang antara auditor dengan
klien. klien (Jones 2012).
Selanjutnya Jackson et al. (2008) menguji Untuk menjaga kualitas auditor,
pengaruh rotasi wajib KAP pada kualitas audit. pemerintah telah mengeluarkan Keputusan
Kualitas audit diproksikan dengan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002, yang
kencenderungan pemberian opini going concern diperbaharui dengan Keputusan Menteri
dan akrual diskresioner. Penelitian tersebut Keuangan No. 359/KMK.06/2003. Peraturan ini
28 IARN (iarn. detikjogja. com)
Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 4 No. 1, Januari Juni 2016
menyebutkan bahwa pemberian jasa umum Publik (KAP) hanya boleh mengaudit sebuah
laporan keuangan bagi klien dilakukan oleh perusahaan paling lama 6 (enam) tahun buku
Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk berturut-turut, sedangkan bagi Akuntan Publik
5 tahun buku berturut-turut dan oleh seorang (AP) di dalam KAP tersebut hanya diperbolehkan
Akuntan Publik paling lama untuk 3 tahun buku mengaudit paling lama 3 (tiga) tahun buku
berturut-turut. Selanjutnya peraturan tersebut berturut-turut. Pada tanggal 6 April 2015,
diperbaharui lagi dengan Peraturan Menteri pemerintah telah menerbitkan Peraturan
Keuangan No. 17 Tahun 2008. Bagian kedua Pemerintah (PP) No. 20 tahun 2015 tentang
peraturan tersebut menjelaskan tentang Praktik Akuntan Publik (PP 20/2015) yang
pembatasan masa pemberian jasa auditor, dalam merupakan pengaturan lebih lanjut dari Undang-
hal ini pemberian jasa audit umum atas laporan undang No.5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik.
keuangan dari suatu entitas sebagaimana Berkaitan dengan aturan rotasi jasa akuntan publik
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a diatur dalam Pasal 11 PP 20/2015 tersebut,
dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 tahun dimana dalam Pasal 11 ayat (1) dijelaskan bahwa :
buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Pemberian jasa audit atas informasi
Publik paling lama untuk 3 tahun buku berturut- keuangan historis sebagaimana dimaksud dalam
turut. Selanjutnya dalam ayat 3 PMK No. 17 Pasal 10 ayat (1) huruf a terhadap suatu entitas
tahun 2008 dijelaskan bahwa jasa audit umum atas oleh seorang Akuntan Publik dibatasi paling lama
laporan keuangan dapat diberikan kembali kepada untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut.
klien yang sama melalui KAP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) setelah 1 tahun buku tidak Tenur
diberikan melalui KAP tersebut. Tenur auditor (KAP) menunjukkan lama
Peraturan tersebut muncul karena hubungan antara auditor dengan klien. Tenur
kekhawatiran bahwa tenur auditor dapat memiliki auditor panjang dapat meningkatkan kompetensi
dampak negatif terhadap independensi auditor. auditor. Auditor dapat mendasarkan keputusan
Meskipun secara hukum telah diatur mengenai auditnya pada pengetahuan klien yang luas, yang
masa perikatan antara auditor dengan klien secara sudah berkembang dari waktu ke waktu. Disi lain
jelas, akan tetapi fenomena rotasi semu terjadi di tenur panjang mungkin dapat merusak
Indonesia. Rotasi auditor tidak dapat serta-merta independensi auditor karena dalam jangka panjang
menjustifikasi putusnya hubungan antara auditor terjadi kedekatan antara manajemen dan auditor.
dengan klien. Rotasi semu auditor menunjukkan Tenur auditor pendek dapat merusak kompetensi
suatu kondisi yang secara konsep, telah terjadi auditor karena auditor kurang mengetahui tentang
pergantian auditor yang menyebabkan hubungan perusahaan di tahun-tahun awal audit, tetapi juga
KAP dengan klien terputus, padahal secara bisa merusak independensi auditor, karena auditor
substantif hubungan KAP dengan kliennya masih akan ingin mempertahankan klien baru cukup
tetap berlangsung. lama untuk menutup biaya pengaturan audit awal
Yurianto (2009) memaparkan bahwa atau lowball fee (Dye, 1991).
secara umum (praktik), Peraturan Menteri Riset yang mengungkap hubungan tenur
Keuangan No.17/PMK.01/2008 tersebut dengan kualitas audit di antaranya Geiger dan
menimbulkan perilaku tricky yang dilakukan oleh Raghunandan (2002), Johnson (2002), Myers et
KAP maupun partner untuk saling bertukar al. (2003), Manry, et al. (2003), Carcello and
partner. Junaidi (2012, 2014) mengungkap tentang Nagy (2004), Ghosh and Moon (2005), Carey and
rotasi semu auditor dimana beberapa KAP di Simnett (2006), Knechel and Vanstraelen (2007),
Indonesia melakukan pergantian nama KAP untuk Shafie et al. (2009), Al-Thuneibat et al. (2010).
dapat mempertahankan klien dan mengaudit klien Sebagian besar penelitian di Amerika menolak
yang sama. Rotasi yang tampak adalah bahwa pernyataan bahwa lamanya hubungan auditor
pergantian auditor ini sudah terjadi dan tidak dengan klien berpengaruh negatif pada kualitas
melanggar peraturan, akan tetapi secara substantif audit [misalnya Geiger and Raghunandan (2002),
pergantian KAP yang terjadi tersebut merupakan Myers et al. (2003), Carcello and Nagy (2004),
rotasi semu, karena klien masih berhubungan Ghosh and Moon (2005)].
dengan KAP yang melakukan penugasan Geiger and Raghunandan (2002)
sebelumnya dengan nama KAP yang baru mengungkapkan bahwa kegagalan pelaporan audit
(Junaidi, 2012, 2014). secara signifikan lebih banyak terjadi pada awal
Berdasarkan pengaturan dalam PMK masa hubungan auditor dengan klien. Myers et al.
No.17 tersebut di atas, sebuah Kantor Akuntan (2003) menemukan bukti bahwa kualitas laba
IARN (iarn. detikjogja. com) 29
Junaidi et al.
akan semakin meningkat ketika tenur auditor keuangan perusahaan. Mereka mengklaim bahwa
semakin lama. Mereka menggunakan semua semakin lama sebuah KAP mempertahankan
perusahaan 1988-2000 inklusif dengan Compustat klien, KAP tersebut kurang mampu menjaga
tahun 2001. Temuan Myers et al. (2003) ini objektivitas ketika memeriksa pernyataan klien,
membenarkan klaim yang dibuat para pendukung dan semakin besar kemungkinan bahwa akan ada
rotasi wajib auditor bahwa saat ini sistem rotasi kesalahan yang tidak terdeteksi dalam laporan
sukarela terbukti tidak memadai. keuangan.
Carcello and Nagy (2004) menemukan Kurangnya objektivitas auditor
bukti bahwa kecurangan pelaporan keuangan lebih disebabkan oleh beberapa sumber. Pertama,
cenderung terjadi pada 3 tahun pertama masa bahwa dari waktu ke waktu auditor mulai
tenur auditor. Dengan menggunakan data AAERs teridentifikasi, dan bertindak sebagai advokat bagi
yang dikeluarkan SEC tahun 1990-2001, diduga manajemen. Sebagai konsekuensinya, daripada
merupakan tahun-tahun yang mengawali tindakan melihat asersi manajemen dengan skeptisisma
fraud pasca 1987, gagal membuktikan bahwa profesional yang tepat, auditor akan melihatnya
fraud disebabkan oleh tenur audit yang lama. dari perspektif pendukung bagi manajemen.
Ghosh and Moon (2005) menemukan bukti bahwa Kedua, dari waktu ke waktu auditor menjadi tidak
persepsi investor terhadap kualitas laba akan berhasil untuk melihat dan memasukkan ke dalam
semakin meningkat ketika tenur auditor semakin penilaian mereka bukti baru atau perubahan situasi
lama, dan Shafie (2009) menemukan bahwa tenur klien. Perilaku ini dapat mengakibatkan auditor
KAP berhubungan positif signifikan dengan gagal untuk merevisi penilaian dari tahun
kualitas pelaporan auditor di Malaysia. sebelumnya tentang kesesuaian asersi meskipun
Mauts and Sharaf (1961: 231) fakta-fakta dan keadaan telah berubah (misalnya,
menyatakan bahwa auditor harus menyadari gagal untuk memberikan bobot yang tepat untuk
berbagai kondisi, yang cenderung memengaruhi bukti baru mengenai kemungkinan kerugian
sikap mereka dan dengan demikian mengikis kontinjensi). Terakhir, dikatakan bahwa
perlahan tapi pasti independensi mereka. kemampuan untuk mempertahankan klien tanpa
Ancaman independensi tidak hanya terjadi pada batas waktu memberikan insentif bagi auditor
saat pelaporan, tetapi juga memiliki potensi untuk mengalah dengan klien bila terjadi
terhadap dampak penilaian yang dilakukan selama perselisihan, jika auditor melakukan sebaliknya
audit (Dopuch et al. 2003, Bazerman et al. 1997). akan mengakibatkan hilangnya klien. Argumen ini
Oleh karena itu diduga bahwa hubungan auditor didukung oleh penelitian yang menunjukkan
dengan kliennya dalam jangka waktu yang lama bahwa biaya start up dikeluarkan oleh auditor
akan berdampak kemandirian dan objektivitas selama tahun pertama keterlibatan, dan bahwa
auditor. Argumen khusus untuk konsekuensi sebagai auditor mungkin dapat memperoleh
independensi berkurang dengan tenur yang manfaat ekonomi (economic benefit) untuk audit
panjang yaitu auditor dimungkinkan menyerah tahun berikutnya selama mereka mempertahankan
pada tekanan klien yang tak terelakkan dalam klien (DeAngelo, 1981, Davis et al., 1993,
situasi konflik audit, dan pada ekstremnya, O'Keefe et al., 1994).
kemungkinan bahwa keakraban yang berlebihan Carey and Simnett (2006) menunjukkan
akan mengakibatkan kolusi auditor dengan klien terdapat hubungan negatif signifikan antara tenur
(McLaren 1958). partner audit dengan kualitas audit, dan auditor
Carey and Simnett (2006) menyatakan semakin rendah kencenderungannya menerbitkan
bahwa terdapat 2 argumen utama yang opini going concern pada observasi tenur yang
mendukung asosiasi negatif panjangnya tenur panjang. Knechel and Vanstraelen (2007)
auditor dan kualitas audit, yaitu (1) pengikisan menunjukkan bahwa keputusan auditor atas opini
independensi yang mungkin disebabkan going concern tidak dipengaruhi tenur dalam
meningkatnya hubungan personal antara auditor sampel perusahaan bangkrut, dan dalam sampel
dengan kliennya, dan (2) penurunan kapasitas perusahaan tidak bangkrut mereka menemukan
partner audit terhadap pengaruh penilaian kritis. beberapa bukti hubungan negatif antara tenur
Perkembangan hubungan personal antara auditor dan penerbitan opini going concern.
manajemen klien dan auditor akan mengancam Selanjutnya mereka menyatakan bahwa bukti
independensi auditor. Davis et al. (2000) untuk tenur baik meningkatkan atau menurunkan
menjelaskan pendukung rotasi auditor kualitas adalah lemah.
berpendapat bahwa adanya rotasi akan Tenur auditor yang lebih lama sangat
menyediakan 'tampilan segar' pada informasi mungkin terkait dengan berkurangnya
30 IARN (iarn. detikjogja. com)
Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 4 No. 1, Januari Juni 2016
kewaspadaan auditor melalui kedekatan yang auditor. Davis dan Hollie (2010) menemukan
berlebihan (overfamiliarity) dengan klien (Mautz pengungkapan fee jasa nonaudit mengurangi
and Sharaf 1961). Tenur auditor panjang dapat akurasi persepsi investor atas independensi
menciptakan dorongan ekonomi bagi auditor auditor. Mereka menemukan bahwa tingkat
menjadi kurang independen, dalam hal ini bahwa proporsional dari fee jasa nonaudit terhadap total
auditor dapat menyetujui tuntutan klien dalam fee memiliki dampak yang berbeda-beda pada
rangka untuk terus mengamankan fee audit masa persepsi investor atas independensi auditor dan
depan (Hoyle 1978). Davis et al. (2002) perilaku pasar. Lim dan tan (2008) menemukan
menyimpulkan bahwa kualitas audit menurun beberapa bukti bahwa kualitas audit yang lebih
dengan semakin lamanya tenur (Ghosh and Moon, tinggi ketika klien membeli lebih jasa nonaudit
2005). Al-Thuneibat et al. (2011) menunjukkan dari spesialis industri.
bahwa secara statistik tenur KAP berpengaruh
negatif terhadap kualitas audit, dan ukuran PENUTUP
perusahaan tidak berpengaruh pada korelasi Dari berbagai konsep dan penelitian yang
antara tenur KAP dan kualitas audit. Junaidi telah diungkapkan di atas tidak mudah untuk
(2010, 2012) menemukan bahwa tenur mengukur kualitas audit. Oleh karena itu
berpengaruh negatif pada kualitas audit yang diperlukan beberapa proksi yang digunakan dalam
diukur dengan kecenderungan pemberian opini berbagai model penelitian. Penelitian-penelitian
going concern. lanjutan perlu perlu dilakukan untuk
mengeksplorasi ukuran yang tepat baik dalam
Fee Jasa Audit dan Nonaudit merumuskan konsep kualitas audit maupun
Beberapa penelitian mengungkap bahwa menentukan ukuran kualitas audit yang tepat.
fee jasa audit dan jasa nonaudit diduga
memengaruhi kualitas audit. Dhaliwal et al. DAFTAR PUSTAKA
(2008) menemukan bukti bahwa fee audit secara AICPA. 1988. SAS No. 59: The Auditor's
signifikan mempengaruhi kualitas audit Consideration of an Entity's Ability to
(independensi auditor). Hoitash, et al. (2007) Continue as a Going Concern.
menunjukkan bahwa pada saat auditor http://www.aicpa.org/research/standards/
bernegosiasi dengan manajemen tentang tarif fee auditattest/pages/sas.aspx.
yang harus dibayarkan oleh manajemen terhadap
hasil laporan keuangan auditan, kemungkinan
besar akan terjadi konsesi resiprokal yang
mereduksi independensi laporan auditan. Hal _______. 2000. Predicting financial distress of
tersebut jelas menjurus pada tindakan yang companies: revisiting the z-score and zeta
mengesampingkan profesionalisma, dalam hal ini models.
konsesi resiprokal mereduksi kepentingan http://pages.stern.nyu.edu/~ealtman/PredF
penjagaan atas independensi auditor. Hartadi nclDistr.pdf
(2009) menguji menguji pengaruh fee audit, rotasi
KAP, dan reputasi auditor. Didasarkan pada Al-thuneibat, Ali Abedalqader, Ream Tawfiq
review literature, diduga bahwa variable fee audit, Ibrahim Al Isa, and Rana Ahmad Ata
rotasi KAP, dan reputasi auditor berpengaruh Baker. 2010. Do audit tenure and firm size
terhadap kualitas auditor. Data yang digunakan contribute to audit quality?. Managerial
adalah laporan keuangan auditan dari perusahaan Auditing Journal, 26 (4), 317-334.
manufaktur yang tergabung dalam LQ-45 mulai
Bazerman, M.H., K. P. Morgan, and G. F.
tahun 2004-2010. Pengujian dilakukan dengan
Loewanstein. 1997. The impossibility of
regresi. Dari hasil uji statistik terbukti bahwa: fee
auditor independence. Sloan Management
audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas
Review, 38 (Summer), 89-94.
audit, sementara rotasi dan reputasi audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Becker, Connie L, M. L DeFond, James
Penelitian sebelumnya tentang pengaruh Jiambalvo, and K. R Subramanyam. 1998.
fee jasa nonaudit pada independensi dalam The effect of audit quality on earnings
penampilan auditor telah menghasilkan temuan management. Contemporary
yang berbeda-beda. Misalnya Frankel et al. (2002) AccountingResearch, 15 (1), 1-24.
menemukan bahwa fee jasa nonaudit
memengaruhi persepsi investor atas independensi
IARN (iarn. detikjogja. com) 31
Junaidi et al.
Bellovary, Jodi L., Don E. Giacomino, and Journal of Accounting and Economics,
Michael D. Akers. 2007. A review of 113-127.
going concern prediction studies: 1976 to
Present. Journal of Business & Economics DeFond, M. L, K. Raghunandan, and K. R
Research, 2, 9-27. Subramanyam. 2002. Do non-audit service
fees impair auditor independence?
Carcello, Joseph V., and Terry L. Neal. 2000. Evidence from going concern audit
Audit Committee Composition and opinions. Journal of Accounting Research,
Auditor Reporting. The Accounting 40 (4), 1247-1274.
Review, 75 (4), 453-467.
Dopuch, Nicholas, Robert W. Holthausen, and
_______, and Albert L. Nagy. 2004. Audit firm Richard W. Leftwich Source. 1987.
tenure and fraudulent financial reporting. Predicting audit qualifications with
Auditing: A Journal of Practice & Theory, financial and market variables. The
23 (2), 55-69. Accounting Review, 62 (3), 431-454.

Carey, Peter, and Roger Simnett. 2006. Audit Francis, J., and M. Yu. 2009. The effect of big
partner tenure and audit quality. The four office size on audit quality. The
Accounting Review, 81 (3), 653-676. Accounting Review, 84 (5), 1521-1552.

Coram, Paul, Alma, Glavovic, Ng Juliana, and Francis, Jere R, Edward L Maydew, and H.
David R. Woodliff. 2008. The moral Charles Sparks. 1999. The role of Big 6
intensity of reduced audit quality acts. auditors in the credible reporting of
Auditing: A Journal of Practice & Theory, accruals. Auditing: A Journal of Practice
27 (1), 127-149. and Theory, 18 (2), 17-34.

Daugherty, Brian, Denise Dickins, Julia Higgs, ----------, and J. Krishnan. 1999. Accounting
and Kay Tatum. 2013. The question of accruals and auditor reporting
mandatory audit firm rotation: would conservatism. Contemporary Accounting
investors benefit?. The CPA Journal, 28- Research, 16 (1), 135165.
33.
Frankel, Richard M, Marilyn F Johnson, and
Davidson, R. A. and D. Neu. 1993. A Note on Karen K Nelson. 2002. The relation
Association Between Audit Firm Size and between auditors' fees for nonaudit
Audit Quality. Contemporary Accounting services and earnings management. The
Research, 9 (2), 479- 488. Accounting Review, 77 No. Supplement,
71-105.
Davis, Larry. R., Ricchiute, David N., and Greg
Trompeter. 1993. Audit effort, audit fees, Geiger, Marshall A., and Raghunandan, K. 2002.
and the provision of on audit services to auditor tenure and audit reporting failures.
audit clients. The Accounting Review, 68 Auditing: A Journal of Practice & Theory,
(January), 135-150. 21 (1), 67-78.

Davis, Shawn M., and Dana Hollie. 2008. The _______ , and Dasaratha V. Rama. 2006. Audit
impact of nonaudit service fee levels on firm size and going concern reporting
investors perception of auditor accuracy. Accounting Horizons, 20 (1)1, 1-
independence. Behavioral Research in 17.
Accounting, 20 (1), 31-44.
Ghosh, Aloke, and Doocheol Moon. 2005.
DeAngelo, LE. 1981. Auditor size and audit Auditor tenure and perceptions of audit
quality. Journal of Accounting & quality. Accounting Review, 80 (2), 585-
Economics, 3 (December), 183-200. 612.

----------. 1981b. Auditor independence, _______. 2009. Pengaruh fee audit, rotasi KAP,
lowballing, and disclosure regulation. dan reputasi auditor terhadap kualitas audit

32 IARN (iarn. detikjogja. com)


Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 4 No. 1, Januari Juni 2016
di Bursa Efek Indonesia. Ekuitas: Jurnal of auditor independence. Managerial
Ekonomi dan Keuangan, 16 (1), 84-103 Auditing Journal, 23 (9), 917-934.

Hoyle, J. 1978. Mandatory auditor rotation: the Lee, C.J., C. Liu, and T. Wang. 1999. The 150-
arguments and an alternative. Journal of hour rule. Journal of Accounting and
Accountancy, 145 (5), 69-78. Economics, 27 (2), 203-228.

Hoitash, Rani, Ariel Markelevich, and Charles A. Lim, Chee-Yeow, and Tan. 2008. Non-Audit
Barragato. 2007. Auditor fees and audit Service Fees and Audit Quality: The
quality. Managerial Auditing Journal, 22 Impact of Auditor Specialization. Journal
(8), 761-786 of Accounting Research, 46 (1), 199-246.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar ----------, and Hun-Tong Tan. 2010. Does auditor
profesional akuntan publik. Jakarta: tenure improve audit quality.
Salemba Empat. Contemporaryy Accounting Research, 27
(1), 923-957.
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2009. Standar
profesional akuntan publik. Jakarta: Manry, David L., Theodore J. Mock, and Jerry L.
Salemba Empat. Turner. 2003. Does increased audit partner
tenure reduce audit quality?. Journal of
Jackson, Andrew B., Michael Moldrich, and Peter Accounting, Auditing & Finance, 553-572.
Roebuck. 2008. Mandatory audit firm
rotation and audit quality. Managerial Mautz, R. K., and Hussein. A. Sharaf. 1961. The
Auditing Journal, 23 (5), 420-437. philosophy of auditing. American
Accounting Association Monograph,
Jennings, Marianne Moody, Kurt J. Pany, and Sarasota, Florida: American Accounting
Philip M. J. Reckers. 2006. Strong Assosiation.
corporate governance and audit firm
rotation: effects on judges independence McLaren, N. L. 1958. Rotation of Auditors. The
perceptions and litigation judgments. Journal of Accountancy,(July), 41-44.
Accounting Horizon, 20 (3), 253-270
Menteri Keuangan. 2008. Peraturan menteri
Junaidi, Setiyono Miharjo, and Bambang Hartadi. keuangan nomor: 17/pmk. 01/2008.
2012. Does Auditor Tenure Reduce Aaudit tentang jasa akuntan publik.
Quality? Gadjah Mada International www.depkeu.go.id.
Journal of Business, 14 (3), 303-315.
Mutchler, Jane F., William Hopwood, James M.
----------. 2014. Pengaruh Tenur dan rotasi KAP McKeown, 1997. The Influence of
Pada Independensi. Disertasi, Program Contrary Information and Mitigating
Doktor Akuntansi FEB UGM, Yogyakarta. Factors on Audit Opinion Decisions on
Bankrupt Companies. Journal of
Kallapur, Sanjay, 2008. Antecedents and Accounting Research, 35 (2), 295-310.
Consequences of Audit Quality: A
Review. Working Paper, School of Myers, J., Myers, and T. Omer. 2003. Exploring
Accountancy, Singapore Management the term of auditor-client relationship and
University, 1-18. the quality of earnings: a case for
mandatory auditor rotation? The
Knechel, W. Robert, and Ann Vanstraelen. 2007. Accounting Review, 78 (3), 779-798.
The relationship between auditor tenure
and audit quality implied going concern O'Keefe, R., D. Simunic and M. Stein. 1994. The
opinions. Auditing: A Journal of Practice production of audit services: evidence
& Theory, 26 (1), 113-131. from a major public accounting firm.
Journal of Accounting Research, 32 (2),
Law, Philip. 2008. An empirical comparison of 241-261.
non-big 4 and big 4 auditors perceptions

IARN (iarn. detikjogja. com) 33


Junaidi et al.
Palmrose, Z. 1988. An Analysis of Auditor Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 8 (1),
Litigation and Audit Service Quality. The 1-20.
Accounting Review, 64 (1), 55-73.
Stanley, J., and T. Dezoort. 2007. Audit firm
Peecher, Mark E., and M. David Piercey. 2008. tenure and financial restatements: an
Judging audit quality in light of adverse analysis of industry specialization and fee
outcomes: evidence of outcome bias and effects. Journal of Accounting and Public
reverse outcome bias. Contemporary Policy 26 (2): 131159.
Accounting Research, 25 (1), 243-274.
Titman, S. and B. Trueman. 1986. Information
Quality and The Valuation of New Issues.
Journal of Accounting and Economics, 8
Shafie Rohami, Wan Nordin Wan Hussin, Mohd (2), 159-172.
Atef Md. Yusof and Md Hairi Md
Hussain. 2009. Audit firm tenure and Watkins, A.L. W. Hillison, and S.E. Morecroft.
auditor reporting quality: evidence in 2004. Audit quality: a synthesis of theory
Malaysia. International Business and empirical evidence. Journal of
Research, 2 (2), 100-109. Accounting Literature, 23, 153-193.

Siregar, Sylvia Veronica, Fitriany, Arie Wibowo, Yurianto, Priyo Sajarwo. 2009. Peraturan menteri
dan Viska Anggraita. 2011. Rotasi dan keuangan no. 17/pmk.01/2008: pemecahan
kualitas audit: evaluasi atas kebijakan masalah atau ilusi?. Kompak Jurnal Bisnis,
menteri keuangan KMK No.23/KMK.6/ 16 (2), 147-157.
2002 tentang jasa akuntan publik. Jurnal

34 IARN (iarn. detikjogja. com)


View publication stats

You might also like