You are on page 1of 15

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir dengan
berat badan dibawah normal (kurang dari 1500 gram). Bayi dengan berat lahir
kurang dari 1500 gram tanpa memandang masa kehamilan.
B. Etiologi
Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu :
1. Penyakit ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya
toxemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis.
Selain itu penyakit lain seperti nefritis akut, infeksi akut, dll.
b. Usia ibu
Angka kejadian tertinggi pada bayi BBLSR adalah umur ibu dibawah
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, multigravida dengan jarak
kehamilan terlalu dekat.
c. Keadaan sosial
Keadaan ini sangat berperan sekali terhadap timbulnya BBLSR. Hal ini
disebabkan oleh gizi yang kurang baik dan antenatal care yang kurang.
2. Faktor Janin
Hidramnion, gameli, kelainan kromosom dan Syphilis termasuk juga infeksi
kronis.
3. Faktor lingkungan
Radiasi, tinggal di daratan tinggi, zat racun
C. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada
masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia
transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor

4
pusat pernafasan agar lerjadi Primary gasping yang kemudian akan berlanjut
dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas/pengangkutan O2
selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan
ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primary apnea)
disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary
apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme
dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh ,sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang.asam organik
terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis
metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler
yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber
glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis
metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot
jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara
alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya
pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain
akan mengalami gangguan.
Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat
buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan
kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and
linux.com).

5
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi (2003) adalah :
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 1500gr
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46cm
4. Kuku panjang belum melewati ujung jarinya
5. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
6. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33cm
7. Rambut lanugo masih banyak
8. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
9. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya sehingga
seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
10. Tumit mengkilap telapak kaki halus
11. Alat kelamin : pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun kedalam skrotum, untuk perempuan klitoris
menonjol, libia minora tertutup oleh libia mayora
12. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
13. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks
hisap menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisannya
lemah
14. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan
lemak masih kurang
15. Verniks tidak ada atau kurang.
E. Komplikasi
1. Hipotermi
Tanda terjadinya hipotermi adalah :
a. Suhu tubuh bayi kurang dari 36,50C
b. Kurang aktif dan tangis lemah
c. Malas minum
d. Bayi teraba dingin
e. Kulit mengeras kemerahan

6
f. Frekuensi jantung < 100x/menit
g. Nafas pelan dan dalam
2. Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan :
a. Kadar glukosa darah < 45mg/dl
b. Kejang, tremor, kurang aktif
c. Riwayat ibu dengan diabetes
d. Keringat dingin
e. Hipotermia, sianosis, apneu intermitten
3. Ikterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya fungsi hepar
pada bayi premature, bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kern
ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen. Hiperbilirubin
di tandai dengan :
a. Selera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas
berwama kuning
b. Konjungtiva berwama kuning pucat
c. Kejang
d. Kemampuan menghisap menurun
e. Letargi
f. Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl
Masalah pemberian minum, Hal ini ditandai dengan :
a. Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari
b. Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusui
Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam sebelum dan
selama persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan,
terjadinya asfiksia saat lahir dll. Tanda terjadinya infeksi pada BBLSR
antara lain :
a. Pada pemeriksaan labomterium terdapat lekositosis atau lekositopenia
dan trombositopenia

7
b. Bayi malas minum
c. Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi
d. Terdapat gangguan nafas
e. Letargi
f. Kulit ikterus, sklerema
g. Kejang
Gangguan permafasan
a. Deflsiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat nafas/RDS
b. Resiko aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek batuk,reflek
menghisap dan reflek menelan
c. Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
d. Pemafasan tidak teratur
Penyakit membrane pada neonates/HDN
Penyebabnya adalah defisiensi faktor koagulasi yang bergantung pada
vitamin K.
F. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang
dapat terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan bayi
prematuritas ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian makanan bayi,
dan menghindari infeksi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLSR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan
baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh
karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim.
Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan
kain dan di sampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas
badannya dapat dipertahankan.

8
2. Makanan bayi prematur/BBLSR
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai
5gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB badan, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan mengisap cairan lambung. Reflek mengisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi
yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang
paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat
diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar
50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar
200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan
sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas
(BBLSR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
secara khusus dan terisolasi dengan baik.
4. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat

9
G. PATHWAY

10
Konsep Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
Asuhan keperawatan adalah factor penting dalam survival pasien dan
dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitas dan preventif perawatan
kesehatan. Ketika pasien memasuki system pelayanan kesehatan, perawat
menggunakan dengan langkah-langkah pada proses keperawatan,
mengumpulkan data, mengidentifikasi masalah. Kebutuhan diagnosa
keperawatan menetapkan tujuan-tujuan mengidentifikasi hasil dan memilih
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil serta tujuan ini. (Doenges : 2000).
Proses keperawatan terdiri dari:
1. Pengkajian
2. Riwayat keperawatan
Riwayat Perjalanan penyakit
a) Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan
b) Apa penyebabnya, kapan terjadinya kelahiran
c) Bagaimana dirasakan
d) Perubahan bentuk, terbatasnya gerakan
e) Kehilangan fungsi
3. Riwayat Kesehatan
a) Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam
jangka waktu lama
b) Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada
wanita
c) Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
d) Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir
4. Pemeriksaan fisik
a) Mengidentifikasi tipe BBLR
b) Kesadaran: tanda-tanda vital, tekanaan darah dan memeriksa keadaan
bayi yang lahir premature
c) Keadaan fisik atas: memeriksa kepala leher dan aksila
d) Mata : kondisi mata apakah normal atau tidak

11
e) Alat-alat vital yang membutuhkan perawatan khusus
II. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau rperubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjadi status kesehatan, menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000).
Untuk menyusun prioritas masalah penulis menggunakan Hirarki Kebutuhan
Dasar Manusia menurut Abraham Maslow.
Hirarki Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Adapun
diagnosa menurut NANDA 2013 adalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ekspansi
paru
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi
alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan
intake yang kurang adekuat.
III. Perencanaan
Menurut Doenges (2000), perencanaan dalam proses keperawatan adalah
metode pemberian langsung kepada klien terdiri atas tiga fase yaitu
menentukan prioritas, merumuskan tujuan dan membuat intervensi
keperawatan.
a. Diagnosa Keperawatan 1 :
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ekspansi
paru
Tujuan : Pola nafas yang efektif
Kriteria Hasil :

12
1) Kebutuhan oksigen menurun
2) Nafas spontan, adekuat
3) Tidak sesak
4) Tidak ada retraksi
Intervensi
1) Kaji frekwensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea dan
perubahan frekwensi jantung
Rasional : Membantu dalam membedakan periode perputaran
pernapasan normal dari serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi
pad gestasi minggu ke-30
2) Isap jalan napas sesuai kebutuhan
Rasional : Menghilangkan mukus yang neyumbat jalan napas
3) Posisikanm bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan
popok dibawah bahu untuk menghasilkan hiperekstensi
Rasional : Posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode
apnea, khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik
atau hiperkapnea
4) Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan memperberat
depresi pernapasan pada bayi
Rasional : Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan
dan aktifitas SSP
Kolaborasi :
5) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Rasional : Hipoksia, asidosis netabolik, hiperkapnea, hipoglikemia,
hipokalsemia dan sepsis
6) Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat
meningkatkan funsi pernapasan
7) Berikan obat-obatan yang sesuai indikasi
b. Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan

13
Tujuan : Pertukaran gas adekuat
Kriteria :
1) Tidak sianosis
2) Analisa gas darah normal
3) Saturasi oksigen normal.
Intervensi :
1) Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan leher
sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas
bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
Rasional : Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang
dapat mengurangi kelancaran jalan nafas.
2) Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu
Rasional : Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk
menjamin pertukaran gas yang sempurna.
3) Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.
4) Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan
kadar gas darah arteri
Rasional : Mencegah terjadinya hipoglikemia
c. Diagnosa Keperawatan 3 : Resiko tinggi gangguan keseimbangan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan ketidakmampuan
ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Tujuan : Hidrasi baik
Kriteria :
1) Turgor kulit elastik
2) Tidak ada edema
3) Produksi urin 1-2 cc/kgbb/jam
4) Elektrolit darah dalam batas normal
Intervensi :
Mandiri :

14
1) Bandingkan masukan dan pengeluaran urine setiap shift dan
keseimbangan kumulatif setiap periodik 24 jam
Rasional : Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan
terapi cairan kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada hari pertama, meningkat
sampai 120-140 ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum. Pengambilan
darah untuk tes menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht.
2) Pantau berat jenis urine setiap selesai berkemih atau setiap 2-4 jam
dengan menginspirasi urine dari popok bayi bila bayi tidak tahan
dengan kantong penampung urine.
Rasional : Meskipun imaturitas ginjal dan ketidaknyamanan untuk
mengonsentrasikan urine biasanya mengakibatkan berat jenis yang
rendah pada bayi preterm ( rentang normal1,006-1,013). Kadar yang
rendah menandakan volume cairan berlebihan dan kadar lebih besar
dari 1,013 menandakan ketidakmampuan masukan cairan dan dehidrasi.
3) Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, dan keadaan fontanel anterior.
Rasional : Kehilangan atau perpindahan cairan yang minimal dapat
dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit yang
buruk, membran mukosa kering, dan fontanel cekung.
Kolaborasi :
4) Berikan infus parenteral dalam jumlah lebih besar dari 180 ml/kg,
khususnya pada PDA, displasia bronkopulmonal (BPD), atau entero
coltis nekrotisan (NEC)
Rasional : Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas normal 45-53%
kalium serum
5) Berikan tranfusi darah.
Rasional : Penggantian cairan darah menambah volume darah,
membantu mengenbalikan vasokonstriksi akibat dengan hipoksia,
asidosis, dan pirau kanan ke kiri melalui PDA dan telah membantu
dalam penurunan komplikasi enterokolitis nekrotisan dan displasia
bronkopulmonal.

15
d. Diagnosa Keperawatan 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium,
metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat
Tujuan : Nutrisi adekuat
Kriteria :
1) Berat badan naik 10-30 gram / hari
2) Tidak ada edema
3) Protein dan albumin darah dalam batas normal
Intervensi :
Mandiri :
1) Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan (misalnya :
mengisap, menelan, dan batuk)
Rasional : Menentukan metode pemberian makan yang tepat untuk bayi
2) Auskultasi adanya bising usus, kaji status fisik dan statuys pernapasan
Rasiona l: Pemberian makan pertama bayi stabil memiliki peristaltik
dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila distres pernapasan ada
cairan parenteral di indikasikan dan cairan peroral harus ditunda
3) Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari, kemudian
dokumentasikan pada grafik pertumbuhan bayi
Rasional : Mengidentifikasikan adanya resiko derajat dan resiko
terhadap pola pertumbuhan. Bayi SGA dengan kelebihan cairan
ekstrasel kemungkinan kehilangan 15% BB lahir. Bayi SGA mungkin
telah mengalami penurunan berat badan dealam uterus atau mengalami
penurunan simpanan lemak/glikogen.
4) Pantau masukan dan dan pengeluaran. Hitung konsumsi kalori dan
elektrolit setiap hari
Rasional : Memberikan informasi tentang masukan aktual dalam
hubungannya dengan perkiraan kebutuhan untuk digunakan dalam
penyesuaian diet
5) Kaji tingkat hidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, berat jenis urine,
kondisi membran mukosa, fruktuasi berat badan.

16
Rasional : Peningkatan kebutuhan metabolik dari bayi SGA dapat
meningkatkan kebutuhan cairan. Keadaan bayi hiperglikemia dapat
mengakibatkan diuresi pada bayi. Pemberian cairan intravena mungkin
diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan, tetapi harus
dengan hati-hati ditangani untuk menghindari kelebihan cairan
6) Kaji tanda-tanda hipoglikemia; takipnea dan pernapasan tidak teratur,
apnea, letargi, fruktuasi suhu, dan diaphoresis. Pemberian makan buruk,
gugup, menangis, nada tinggi, gemetar, mata terbalik, dan aktifitas
kejang.
Rasional : Karena glukosa adalah sumber utama dari bahan bakar untuk
otak, kekurangan dapat menyebabkan kerusakan SSP
permanen.hipoglikemia secara bermakna meningkatkan mobilitas
mortalitas serta efek berat yang lama bergantung pada durasi masing-
masing episode.
Kolaborasi :
7) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
Rasional : Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir bayi SGA
saat cadangan glikogen dengan cepat berkurang dan glukoneogenesis
tidak adekuat karena penurunan simpanan protein obat dan lemak.
IV. Implementasi
Pelaksanaan merupakan kategori dan prilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencaspai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan Potter dan Perry (2005)
pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas sehari-hari dengan kata lain pelaksanaan mencangkup melakukan,
membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari.
V. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang mengukur
seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai berdasarkan standar
atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan aspek penting
didalam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan apakah

17
intervensi keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali atau dimodifikasi
kembali. Dalam evaluasi prinsip obyektifitas, reliabilitas dan validitas dapat
dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat.
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu evaluasi proses (formatif ) dan
evaluasi hasil ( sumatif ). Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan
segera setelah tindakan dilakukan dan didokumentasikan pada catatan
keperawatan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk
mengukur sejauhmana pencapaian tujuan yang ditetapkan, dan dilakukan
pada akhir asuhan.

18

You might also like