Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sehubungan dengan latar belakang tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Bagamanakah sejarah munculnya PTK ?
2. Bagaimana konsep-konsep dasar dari PTK ?
3. Bagaimanakah langkah-langkah pelaksanaan PTK ?
4. Apakah kelebihan dan kekurangan PTK ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini berkaitan rumusan masalah yang ada adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui sejarah kemunculan PTK.
2. Mengetahui konsep-konsep dasar dari PTK
3. Mengetahui langkah-langkah pelaksanaan PTK
4. Memahami kelebihan dan kekurangan PTK.
D. Manfaat
Penulisan makalah ini memiliki manfaat diantaranya:
1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran.
2. Meningkatkan layanan professional dalam konteks pembelaaran, khususnya layanan
kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima.
3. Memberi kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan
pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.
4. Memberi kesempatan kepada guru mengadakan kajian secara bertahap kegiatan
pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan.
5. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka dan jujur dalam
pembelajaran.
6. Guru dan mahasiswa calon guru dapat langsung memperbaiki praktik-praktik
pembelajaran agar menjadi lebih baik dan lebih efektif.
7. Guru dan calon guru dapat meneliti sendiri kegiatan praktik pembelajaran yang
dilakukan di kelas.
8. Guru dan calon guru dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik-
praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini memiliki keefektifan yang tinggi.
9. Guru dan calon guru dapat mencari cara atau prosedur baru untuk memperbaiki dan
meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran di kelas dengan cara
melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi
pada siswa.
10. Meningkatkan profesionalitas guru, terutama kemampuannya dalam menjabarkan
kurikulum sesuai dengan tuntutan lokal, sekolah, dan kelas.
11. Meningkatkan mutu pengajaran dan hasil belajar siswa berdasarkan temuan langsung
dari kelas guru itu sendiri.
12. Mengembangkan kerjasama atau kolaborasi antar guru di sekolah, dan guru di sekolah
lain dalam memecahkan persoalan pengajaran dan pembelajaran.
13. Membiasakan guru/calon guru untuk melaksanakan pembelajaran berwawasan
penelitian (learning through research)
14. Membiasaka guru/pihak lain untuk memecahkan masalah dan merumuskan program
pembelajaran berdasarkan temuan empiris yang kontekstual.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah PTK
Awal mulanya, Action Research dikembangkan oleh seorang
psikologi bernama Kurt Lewin dengan tujuan untuk mencari
penyelesaian terhadap problem sosial, seperti pengangguran atau
kenakalan remaja yang berkembang di masyarakat pada waktu itu. Action
Research diawali oleh suatu kajian terhadap suatu problem secara
sistematis. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali dikenalkan oleh
Kurt Lewin. Pada waktu itu, PTK dipakai untuk mendeskripsikan penelitian
yang merupakan perpaduan antara pendekatan eksperimental dalam
bidang ilmu social dengan program tindakan social untuk menanggapi
masalah social. Penelitian tindakan pertama kali dikembangakan oleh Kurt
Lewin seorang Jerman pada tahun 1940-an. Ia seorang ahli psikologi social
dan eksperimental. Ia adalah seorang yang peduli terhadap masalah-
masalah social dan memfokuskannya pada proses kelompok partisipatif
untuk menangani konflik, krisis, dan perubahan-perubahan yang
umumnya ada dalam suatu organisasi. Lewin pertama kali mengemukakan
istilah action research (penelitian tindakan) pada makalah-makalah yang
ditulisnya pada tahun 1946, yang antara lain berjudul Action Research and
Minority Problems, dan Characterizing action research as a Comparative
Research un the Condition and Effect of Various Forms of social action and
Research Leading to social Action.
Dalam proses perkembangan selanjutnya, pada tahun 1952-
1953, Stephen Coreymemakai model ini untuk tindakan dalam dunia
pendidikan yang menurutnya bahwa dengan menggunakan PTK
perubahan dapat dilaksanakan dan dirasakan. Dalam PTK, guru,
supervisor, orang tua, dan pejabat administrator dapat terlibat dan dapat
juga merasakan perubahan yang terjadi pada anak didik. Setelah itu
tercatat ada beberapa proyek yang terkait dengan PTK diantaranya,
Councils Humanities Curriculum Project (HCP) pada tahun 1967-1972 di
Inggris. Kepala HCP,Lawrence Steen House (1975) memperkenalkan
istilah the teacher as researcher atau guru sebagai peneliti.
Selanjutnya pada tahun 1980-an guru-guru di proyek John
Elliot memusatkan kegiatan pada adanya kesenjangan antara mengajar
untuk pemahaman dan mengajar untuk kebutuhan. Sejak saat itu,
banyak perhatian ditujukan pada PTK, karena semakin tingginya
kesadaran guru akan manfaat PTK.
Pada awal tahun 1980, di Amerika, muncul suatu keinginan untuk
mewujudkan kolaborasi dalam upaya mengembangkan profesionalisme
antara pendidik dan tenaga kependidikan. Gideonse (1983)
mengemukakan bahwa restorasi terhadap pendekatan penelitian perlu
diadakan sehingga penelitian yang dilakukan merupakan investigasi yang
terkendali terhadap berbagai fase pendidikan dan pembelajaran dengan
cara refleksi dan sistematis. Upaya kaloborasi ini dikenal sebagai tindakan
atau Action research.
Selanjutnya Stephen Kemmis memikirkan bagaimana konsep
Penelitian Tindakan ini diterapkan pada bidang pendidikan (Kemmis,1982).
Berpusat pada Deakin University di Australia, Kemmis dan kolegannya
telah menghasilkan suatu seri publikasi dan materi pelajaran tentang
Penelitian Tindakan, Pengembangan Kurikulum, dan Evaluasi. Selanjutnya,
artikel mereka mengenai Penelitian Tindakan bermanfaat untuk
pengembangan penelitian Tindakan dalam bidang pendidikan.
Semua orang akan sepakat bahwa kualitas kegiatan belajar mengajar yang berlangsung
di sekolah perlu ditingkatkan. Angelo (1991) berpendapat bahwa sebagian pendidik
menyatakan, dunia pendidikan dapat ditingkatkan kualitasnya dengan memanfaatkan hasil
penelitian dalam bidang pendidikan dan psikologi. Tetapi kenyataan yang terjadi adalah hasil-
hasil penelitian kurang dapat menjawab peningkatan kualitas pendidikan. Para peneliti (dalam
penelitian non kelas) telah gagal menjawab persoalan-persoalan praktis yang dihadapi guru di
kelas. Mereka lebih tertarik pada aspek publikasi ilmiah dari hasil penelitiannya,
dibandingkan dengan kegiatan mengaplikasikan temuannya untuk peningkatan kualitas
pendidikan.
Para peneliti menyatakan bahwa apa yang dihasilkan dari kegiatan penelitian hanya
menjawab persoalan-persoalan umum dalam dunia pendidikan, bukan untuk melakukan
aplikasi-aplikasi tertentu dalam kelas-kelas khusus. Itulah sebabnya, persoalan-persoalan
teknis yang mendasar dalam dunia pendidikan masih tetap belum terjawab. Pernyataan
tersebut tentu menimbulkan pemikiran bagi bapak/ibu.
Pada tahun 1986 dalam usaha untuk mempersempit jurang pemisah antara penelitian
dan pengajaran, Praticia Cross mengajukan sebuah cara sistematis untuk pengajaran yang
dilakukan dalam kegiatan penelitian kelas. Menurut Cross (dalam Angelo, 1991) penelitian
tindakan kelas merupakan sebuah cara untuk mengurangi jarak antara peneliti dan praktisi,
karena mengangkat persoalan-persoalan praktis yang dihadapi guru di kelas. Hasil penelitian
dapat secara langsung dimanfaatkan untuk kepentingan kualitas kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas.
Dalam dunia pendidikan, PTK atau Classroom Action Research yang dapat dilakukan
oleh guru dan tenaga kependidikan lainnya, semakin dirasakan manfaatnya baik untuk
perbaikan maupun peningkatan mutu pembelajaran di kelas. PTK memang masih dirasa asing
oleh sebagian besar guru di Indonesia, oleh karena itu agar guru dapat melakukan PTK
dengan benar maka perlu mengenal dan memiliki pengetahuan yang cukup dan gambaran
yang jelas tentang penelitian ini.
B. Pengertian PTK
Berdasarkan berbagai sumber seperti Mettetal (2003); Kardi (2000), dan Nur (2001)
Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) didefinisikan sebagai
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerja guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Dalam model penelitian ini, si peneliti (guru) bertindak sebagai pengamat (observer)
sekaligus sebagai partisipan.
Dengan demikian PTK tidaklah sekedar penyelesaian masalah, melainkan juga
terdapat misi perubahan dan peningkatan. PTK bukanlah penelitian yang dilakukan terhadap
seseorang, melainkan penelitian yang dilakukan oleh praktisi terhadap kinerjanya untuk
melakukan peningkatan dan perubahan terhadap apa yang sudah mereka lakukan. PTK
bukanlah semata mata menerapkan metode ilmiah di dalam pembelajaran atau sekedar
menguji hipotesis, melainkan lebih memusatkan perhatian pada perubahan baik pada peneliti
(guru) maupun pada situasi di mana mereka bekerja. Dengan mengikuti alur berpikir itu, PTK
menjadi penting bagi guru karena membantu mereka dalam hal: memahami lebih baik tentang
pembelajarannya, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, sekaligus dapat
melakukan tindakan untuk meningkatkan belajar siswanya. Saat seorang guru melaksanakan
PTK berarti guru telah menjalankan misinya sebagai guru professional, yaitu (1)
membelajarkan, (2) melakukan pengembangan profesi berupa penulisan karya ilmiah dari
hasil PTK, sekaligus (3) melakukan ikhtiar untuk peningkatan mutu proses dan hasil
pembelajaran sebagai bagian tanggungjawabnya.
Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru
di dalam kelas. Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian riset-tindakan-riset-
tindakan- , yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai
masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah
individual action research dan collaborative action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua
hal, yaitu classroom action research dan collaborative action research; dua-duanya merujuk
pada hal yang sama.
Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa
saja bersifat kuantitatif. Action research berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan
untuk menguji hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action research
lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk
digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain
yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti.
Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research disajikan dalam
tabel berikut.
Instrumen harus valid dan reliabel Instrumen yang valid dan reliabel tidak
diperhatikan
C. Karakteristik PTK
Karakteristik PTK dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut.
a. Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa
praktik yang dulakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu
diselesaikan. Dengan perkataan lain, guru merasa bahwa ada sesuatu yang harus di
perbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya selama ini, dan diprakarsai
dari dalam guru sendiri (an inquiry of practice from whitin), bukan oleh orang luar.
b. Self-reflective inquiry, PTK merupakan penelitian reflektif, karena dimulai dari
refleksi diri yang dilakukan oleh guru. Untuk melakukan refleksi, guru berusaha
bertanya kepada diri sendiri, misalnya dengan mengajukan pertanyaan berikut.
1) Apakah penjelasan saya terlampau cepat?
2) Apakah saya sudah memberi contoh yang memadai?
3) Apakah saya sudah memberi kesempatan bertanya kepada siswa?
4) Apakah saya sudah memberi latihan yang memadai?
5) Apakah hasil latihan siswa sudah saya beri balikan?
6) Apakah bahasa yang saya gunakan dapat dipahami siswa?
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru akan dapat memperkirakan penyebab dari
masalah yang dihadapi dan akan mencoba mencari jalan keluar untuk memperbaiki
atau meningkatkan hasil belajar siswa.
c. On The Job Oriented, Artinya bahwa PTK dilaksanakan oleh pekerja sesuai dengan
bidang yang ditekuninya, misalnya seorang guru geografi yang hendaknya
mengadakan PTK dengan tema pembelajaran Geografi.
d. Problem Solving Oriented, Mengandung makna bahwa PTK dilakukan untuk
memecahkan masalah yang ada dalam Proses Belajar Mengaja (PBM) oleh guru.
e. Improvement Oriented, Bahwa PTK dilaksanakan untuk memperbaiki proses
pembelajaran.
f. Siklis, Pelaksanaan dilaksanakan berulang ulang dan Continue.
g. Action Oriented, PTK harus dilakukan dengan praktik dalam PBM.
h. Specific Contextual, PTK dilaksanakan benar-benar masalah yang dialami guru dalam
PBM.
i. Kolaboratif, dapat dilaksanakan bersama orang atau guru lain namun masih dalam 1
rumpun ilmu.
j. Metodologi bersifat longgar, maksudnya bahwa PTK tidak harus mengginakan
pengolahan data statistik yang rumit, cukup dengan analisis deskriptif. Instrumen yang
digunakan juga tidak harus diuji reabilitas, normalitas, atau validitas.
D. Model-Model PTK
Terdapat beberapa model PTK yang dapat dikembangkan sesuai masalah yang dihadapi
oleh setiap guru. Model-model PTK yang dimaksud diantaranya adalah :
1. Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin merupakan model yang menjadi acuan daripada semua model PTK
yang dikembangkan, lantaran Kurt Lewin adalah orang pertama kali yang
memperkenalkan Classrom Actions Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas.
Model Kurt Lewin menetapkan empat langkah dalam PTK, yaitu :perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observating), dan refleksi (reflecting).
5. Model Hopkins
Desain ini berpijak pada desain model PTK pendahulunya. Selanjutnya Hopkins
(2011) menyusun desain tersendiri sebagai berikut:
mengambil start audit perencanaan konstruk perencanaan tindakan
(target, tugas, kriteria keberhasilan) implementasi dan evaluasi: implementasi
(menopang komitmen: cek kemajuan; mengatasi problem) cek hasil pengambilan
stok audit dan pelaporan.
E. Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Kelas
Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian kelas (classroom research).
PTK termasuk salah satu jenis penelitian kelas karena penelitian tersebut dilakukan di
dalam kelas. Penelitian kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelas, mencakup
tidak hanya PTK, tetapi juga berbagai jenis penelitian yang dilakukan di dalam kelas,
misalnya penelitian tentang bentuk interaksi siswa atau penelitian yang meneliti proporsi
berbicara antara guru dan siswa saat pembelajaran berlangsung. Jelas dalam penelitian
kelas seperti ini, kelas dijadikan sebagai obyek penelitian. Penelitian dilakukan oleh
orang luar, yang mengumpulkan data. Sementara itu PTK dilakukan oleh guru sendiri
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di kelas yang menjadi tugasnya. Perbedaan
Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian kelas ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas
No. Aspek Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Kelas
1. Peneliti Guru Orang Luar
2. Rencana Penelitian Oleh guru (mungkin dibantu Oleh peneliti
orang luar)
3. Munculnya masalah Dirasakan oleh guru Dirasakan oleh orang
Luar/peneliti
4. Ciri Utama Ada tindakan untuk Belum tentu ada tindakan
perbaikan yang berulang perbaikan
5. Peran Guru Sebagai guru dan peneliti Sebagai guru (subyek
penelitian)
6. Tempat Penelitian Kelas Kelas
7. Proses Oleh guru sendiri atau Oleh peneliti
pengumpulan data bantuan orang lain
8. Hasil penelitian Langsung dimanfaatkan Menjadi milik peneliti,
oleh guru, dan dampaknya belum tentu dimanfaatkan
dapat dirasakan oleh siswa oleh guru
d. Keterampilan Observasi
Seorang pengamat yang baik memiliki minimal 3 keterampilan, yaitu:
1. Dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepat memutuskan dalam
menginterpretasikan satu peristiwa;
2. Dapat menciptakan suasana yang memberi dukungan dan menghindari terjadinya
suasana yang menakutkan guru dan siswa; dan
3. Menguasai berbagai teknik untuk menemukan peristiwa atau interaksi yang tepat
untuk direkam, serta alat/instrumen perekam yang efektif untuk episode tertentu.
Di dalam suatu observasi, hasil pengamatan berupa fakta atau deskripsi, bukan
pendapat atau opini. Dilihat cara melakukan kegiatannya, ada empat jenis
observasi yang dapat dipilih, yaitu:
a) Observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi,
melainkan hanya menggunakan kertas kosong untuk merekam proses
pembelajaran yang diamati.
b) Observasi terfokus secara khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek
tertentu dari pembelajaran.
c) Observasi terstruktur menggunakan instrumen observasi yang terstruktur
dengan baik dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan
tanda cek (v) pada tempat yang disediakan.
d) Observasi sistematik dilakukan lebih rinci dalam hal kategori data yang
diamati.
e. Balikan (Feedback)
Hasil observasi yang direkam secara cermat dan sistematis dapat dijadikan dasar
untuk memberi balikan yang tepat. Syarat balikan yang baik:
1) diberikan segera setelah pengamatan, dalam berbagai bentuk misalnya diskusi;
2) menunjukkan secara spesifik bagian mana yang perlu diperbaiki, bagian mana
yang sudah baik untuk dipertahankan;
3) balikan harus dapat memberi jalan keluar kepada orang yang diberi balikan
tersebut.
4. Analisis Data
Agar data yang telah dikumpulkan bermakna sebagai dasar untuk mengambil
keputusan, data tersebut harus dianalisis atau diberi makna. Analisis data pada tahap ini
agak berbeda dengan interpretasi yang dilakukan pada tahap observasi. Analisis data
dilakukan setelah satu paket perbaikan selesai diimplementasikan secara keseluruhan.
Jika perbaikan ini direncanakan untuk enam kali pembelajaran, maka analisis data
dilakukan setelah pembelajaran tuntas dilaksanakan. Dengan demikian, pada setiap
pembelajaran akan diadakan interpretasi yang dimanfaatkan untuk melakukan
penyesuaian, dan pada akhir paket perbaikan diadakan analisis data secara keseluruhan
untuk menghasilkan informasi yang dapat menjawab hipotesis perbaikan yang
dirancang guru.
Analisis data dapat dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama, data diseleksi,
difokuskan, jika perlu ada yang direduksi karena itu tahap ini sering disebut sebagai
reduksi data. Kemudian data diorganisaskan sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan
penelitian yang ingin dicari jawabannya. Tahap kedua, data yang sudah terorganisasi ini
dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam bentuk narasi, grafik, maupun tabel.
Akhirnya, berdasarkan paparan atau deskripsi yang telah dibuat ditarik kesimpulan
dalam bentuk pernyataan atau formula singkat.
5. Refleksi
Saat refleksi, guru mencoba merenungkan mengapa satu kejadian berlangsung dan
mengapa hal seperti itu terjadi. Ia juga mencoba merenungkan mengapa satu usaha
perbaikan berhasil dan mengapa yang lain gagal. Melalui refleksi, guru akan dapat
menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu
diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya.
6. Perencanaan Tindak Lanjut
Sebagaimana yang telah tersirat dalam tahap analisis data dan refleksi, hasil atau
kesimpulan yang didapat pada analisis data, setelah melakukan refleksi digunakan
untuk membuat rencana tindak lanjut. Jika ternyata tindakan perbaikan belum berhasil
menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru, maka hasil analisis data dan refleksi
digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan, bahkan bila perlu dibuat
rencana baru. Siklus PTK berakhir, jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Jadi, suatu
siklus dalam PTK sebenarnya tidak dapat ditentukan lebih dahulu berapa banyaknya.
G. Ciri Ciri Penelitian Tindakan Kelas
Berikut ini adalah beberapa ciri dari Penelitian Tindakan Kelas
1. Merupakan kegiatan nyata untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.
2. Merupakan tindakan oleh guru kepada siswa.
3. Tindakan harus berbeda dari kegiatan biasanya.
4. Terjadi dalam siklus berkesinambungan, minimum dua siklus.
5. Ada pedoman yang jelas secara tertulis bagi siswa untuk dapat mengikuti tahap demi
tahap.
6. Ada untuk kerja siswa sesuai pedoman tertulis dari guru.
7. Ada penelusuran terhadapa proses dengan berdasar pedoman pengamatan.
8. Ada evaluasi terhadap hasil penelitian dengan instrumen yang relevan.
9. Keberhasilan tindakan dilakukan dalam bentuk refleksi dan melibatkan siswa yang di
kenai tindakan.
10. Hasil refleksi harus terlihat dalam perencanaan siklus berikutnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan penulisan ini maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penelitian tindakan kelas muncul karena adanya suatu kepentingan untuk menjawab
setiap persoalan-persoalan praktis di dalam kelas yang hasilnya bermanfaat baik untuk
perbaikan maupun peningkatan mutu pembelajaran di kelas
2. Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR) didefinisikan
sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru. PTK memiliki karakteristik yang
berbeda dari penelitian formal. Serta model PTK yang beragam dapat dengan mudah
diaplikasikan dalam kelas.
3. Langkah-langkah PTK dimulai dari perencanaan pelaksanaan Observasi Analisis
data Refleksi dan perencanaan tindak lanjut.
4. Kelebihan PTK terutama sangat bermanfaat untuk guru, siswa dan juga sekolah guna
meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas, sedangkan kekurangan PTK
terutama terletak pada validitasnya yang tidak mungkin melakukan generalisasi karena
sasarannya hanya kelas dari guru yang berperan sebagai pengajar dan peneliti.
B. Saran
Dari pembahasan mengenai PTK ini, disarankan agar guru sebagai pengajar lebih
menggali dan memahami PTK secara lebih dalam serta dapat lebih aktif dan kreatif
melakukan pelaksanaan PTK di dalam kelas agar aktifitas dan minat belajar siswa juga
semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Asrori Muhammad, 2007. Penelitian Tindakan Kelas Bandung: CV. Wacana Prima.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah PTK sebagai Pengembangan Profesi Guru Jakarta: PT.
Rajagrafindo. Persada
Tim Unesa. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Konsorsium Sertifikasi Guru
Wardhani, IGAK dan Wihardit, Kuswaya, 2014. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta:
Universitas Terbuka