Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Di Sekolah Menengah Atas (SMA), berbagai bahan ajar digunakan oleh guru,
antara lain: materi ajar tertulis (Buku teks), Materi ajar dengar (kaset atau radio),
materi ajar interaktif (kombinasi materi ajar audio dan visual misalnya video). Buku
teks sebagai contoh, merupakan bahan ajar yang sangat sering digunakan oleh para
guru bahkan buku teks sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses
belajar-mengajar di dalam kelas. Akan tetapi, materi ajar tersebut tidak selalu cocok
dengan keadaan kelas atau dengan kurikulum itu sendiri. Oleh sebab itu, penelaahan
materi ajar sangat diperlukan untuk mengetahui isi dari materi ajar yang akan
dibawakan di dalam kelas. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai penelaahan
materi ajar Bahasa Inggris berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) di tingkat Sekolah Menengah Atas.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
ACUAN TEORI
Muhaimin (2008) mengungkapkan bahwa materi ajar atau bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut Abdul Majid, bahan ajar
adalah segala bentuk bahan, informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu
guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan yang tidak tertulis. Sementara itu,
Abdul Majid (2007) mengungkapkan bahwa Bahan ajar atau materi kurikulum
(curriculum material) adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami oleh
siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Sejalan dengan pendapat Muhaimin
dan Abdul Majid, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008:6),
menerangkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dari
ketiga pendapat mengenai materi ajar/bahan ajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
materi ajar atau juga yang dikenal sebagai bahan ajar adalah komponen yang
membantu guru atau instruktur untuk melaksanakan proses belajar-mengajar dalam
kelas, yang dapat berupa komponen tertulis maupun tidak tertulis.
Materi ajar atau Bahan Ajar merupakan salah satu komponen yang penting
dalam proses belajar-mengajar. Dengan adanya bahan ajar, baik guru maupun siswa
akan terbantu selama proses belajar-mengajar berlangsung di dalam kelas. Guru akan
memiliki standard dan pedoman dalam menyampaikan materi, sedangkan siswa akan
3
terbantu dari segi pemahaman secara tertulis atau tidak tertulis. Dengan demikian,
materi ajar sangat tidak bisa dipisahkan dengan pelaksaan pendidikan di sekolah.
Pannen dan Purwanto (2001) menyatakan bahwa materi ajar atau bahan ajar
terdiri atas dua komponen. Komponen tersebut antara lain: (1) tinjauan matakuliah
dan (2) pendahuluan setiap bab, penyajian dalam setiap bab, penutup setiap bab,
daftar pustaka, dan senarai. Setiap komponen mempunyai subbab komponen sendiri
yang saling berintegrasi satu sama lain.
4
2.1.3 Jenis-jenis Materi Ajar
1. Bahan cetak seperti; modul, buku , LKS, brosur, hand out, leaflet, wallchart
2. Audio Visual seperti; video/ film,VCD
3. Audio seperti; radio, kaset, CD audio, PH
4. Visual; foto, gambar, model/ maket
5. Multi Media; CD interaktif, computer Based, Internet
Dengan kata lain, materi ajar tidak hanya berupa materi yang bersifat tertulis,
tetapi juga ada yang bersifat Audio, Visual, Audio Visual ataupun yang
menggunakan multimedia.
Bahan ajar memiliki fungsi strategis bagi proses pembelajaran yang dapat
membantu guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru tidak terlalu
banyak menyajikan materi. Di samping itu, bahan ajar dapat menggantikan sebagian
peran guru dan mendukung pembelajaran individual. Hal ini akan memberi dampak
positif bagi guru, karena sebagian waktunya dapat dicurahkan untuk membimbing
belajar siswa. Dampak positifnya bagi siswa, dapat mengurangi ketergantungan pada
guru dan membiasakan belajar mandiri. Hal ini juga mendukung prinsip belajar
sepanjang hayat (life long education).
5
Sulistyowati (2009) mengemukakan bahwa penggunaan bahan ajar berfungsi
sebagai:
Selain itu, Greene dan Petty (1981), merumuskan beberapa peranan dan
kegunaan buku ajar sebagai berikut :
6
6. Menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat
guna.
Dengan demikian, fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan kemampuan
guru dalam membuat keputusan yang terkait dengan perencanaan (planning),
aktivitas-aktivitas pembelajaran dan pengimplementasian (implementing), dan
penilaian (assessing).
Terdapat beberapa perbedaa antara materi ajar/bahan ajar dan buku teks.
Kemendiknas (2008) memberikan definisi bahwa bahan ajar merupakan bahan atau
materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa
dalam KBM, sedangkan buku teks merupakan sumber informasi yang disusun
dengan struktur dan urutan berdasar bidang ilmu tertentu. Dari pernyataan diatas,
secara singkat dapat disimpulkan bahwa buku teks merupakan bagian dari materi ajar
itu sendiri.
Menurut Panen dan Purwanto (2001) bahan ajar berbeda dengan buku teks.
Perbedaan antara bahan ajar dengan buku teks tidak hanya terletak pada format, tata
letak dan perwajahannya, tetapi juga pada orientasi dan pendekatan yang digunakan
dalam penyusunannya. Buku teks biasanya ditulis dengan orientasi pada struktur dan
urutan berdasarkan bidang ilmu (content oriented) untuk dipergunakan oleh dosen
atau guru dalam mengajar (teaching oriented). Sangat jarang buku teks dipergunakan
untuk belajar mandiri, karena memang tidak dirancang untuk itu. Dengan demikian,
penggunaan buku teks memerlukan dosen atau guru yang berfungsi sebagai
penterjemah yang menyampaikan isi buku tersebut bagi peserta didik.
7
Berikut ini tabel perbedaan antara bahan ajar dan buku teks.
Bahan Ajar Buku Teks
1. Menimbulkan minat baca 1. Mengamsumsikan minat dari
pembaca
2. Ditulis dan dirancang untuk peserta 2. Ditulis untuk pembaca
didik
3. Dikemas untuk proses instruksional 3. Dirancang untuk dipasarkan secra
luas
4. Menjelaskan tujuan instruksional 4. Belum tentu menjelaskan tujuan
instruksional
5. Disusun berdasarkan pola belajar 5. Disusun secara linier
yang fleksibel
6. Struktur berdasarkan kebutuhan 6. Struktur berdasarkan logika bidang
pesrta didik dan kompetensi akhir ilmu
yang akan dicapai
7. Mengakomodasi kesulitan peserta 7. Tidak mengantisipasi kesukaran
didik belajar peserta didik
8. Memberi rangkuman 8. Belum tentu memberi rangkuman
9. Gaya penulisan komunikatif dan 9. Gaya penulisan naratif tetapi tidak
semi formal komunikatif
10. Kepadatan berdasarkan kebutuhan 10. Sangat padat
peserta didik
11. Mempunyai mekanisme untuk 11. Tidak memiliki mekanisme untuk
mengumpulkan umpan balik dari mengumpulkan umpan balik dari
peserta didik pembaca
12. Memberikan kesempatan pada 12. Belum tentu memberikan latihan
peserta didik untuk berlatih
13. Menjelaskan cara mempelajari 13. Tidak selalu ada penjelasan cara
bahan ajar mempelajari
8
2.4 Pendekatan Materi Ajar
9
tatabahasa, mengesampingkan kemampuan berkomunikasi sebagai bentuk akhir
yang diharapkan dari belajar bahasa (Iskandarwassid dan Sunendar 2009:55). Jadi,
pendekatan komunikatif ingin menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
dalam proses interaksi antarmanusia. Komunikasi di sini juga bisa berupa
komunikasi lisan maupun tertulis.
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada
pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi
merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Jadi
pembelajaran yang komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang memungkinkan
peserta didik memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan
kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan berbahasa baik kegiatan produktif
maupun reseptif sesuai dengan situasi nyata, bukan situasi buatan yang terlepas dari
konteks.
Pendekatan komunikatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Iskandarwassid
dan Sunendar 2009:55-56):
a. Acuan berpijaknya adalah kebutuhan peserta didik dan fungsi bahasa;
b. Tujuan belajar bahasa adalam membimbing peserta didik agar mampu
berkomunkasi dalam situasi yang sebenarnya;
c. Silabus pengajaran harus ditata sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa;
d. Peranan tatabahasa dalam pengajaran bahasa tetap diakui;
e. Tujuan utama adalah komunikasi yang bertujuan;
f. Peran pengajar sebagai pengelola kelas dan pembimbing peserta didik
dalam berkomunikasi diperluas; dan
g. Kegiatan belajar harus didasarkan pada teknik-teknik kreatif peserta didik
sendiri, dan peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil.
10
Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran memberi
kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan proses dalam
pembelajaran dikenal pula sebagai keterampilan proses, guru menciptakan bentuk
kegiatan pengajaran yang bervariasi, agar siswa terlibat dalam berbagai pengalaman
(Sagala, 2010:74). Selanjutnya pada pertengahan abad ke-20 pendekatan proses
dikembangkan menjadi pendekatan keterampilan proses (Poedjiadi, 2005:78).
Menurut Hamalik (2009:149) Pendekatan keterampilan proses ialah
pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan
fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih
tinggi pada diri siswa. Kemampuan-kemampuan fisik dan mental tersebut pada
dasarnya telah dimiliki siswa meskipun masih sederhana dan perlu diransang agar
menunjukkan jati dirinya. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan
memproses perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sikap
dan nilai yang dituntut.
11
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih
familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan sehingga diharapkan
memiliki tanggungjawab yang memadai. Penyempurnaan kurilulum yang
berkelanjutan merupakan keharusan agar sistam pendidikan nasional selalu relevan
dan kompetitif. Hal itu juga sejalan dengan Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningatan standar
nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam
rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
12
memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar
dan mengalolasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat.
Dalam KTSP pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah,
serta komite sekolah dewan pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang
ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan
pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daereah, kepala
sekolah, tenaga kependidikan, perwakilan orangtua peserta didik dan tokoh
masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah berdasarkan
ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yan berlaku. Selanjutnya komite sekolah
perlu merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah dengan berbagai
implikasinya terhadap program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.
13
yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh karena itu, KTSP perlu dterapkan oleh
setiap satuan pendidikan, terutama berkaitan dengan tujuan hal sebagai berikut:
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelamahan, peluang, dan ancaman bagi
dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk memajukan lembaganya
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa
yang terbaik bagi sekolahnya
4. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum menciptakan transparasi dan demokrasi yang sehat, serta lebih
efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat
5. Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing
kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya,
sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan
mencapai sasaran KTSP
6. Sekolah dapat melakukan persaingan yagn sehat dengan sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya inovatif dengan dukungan
orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan
yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya dalam KTSP.
14
2.5.4. Landasan Pengembangan KTSP
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan
peraturan pemerintah sebagai berikut
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentnag Sisdiknas
Dalam Undang-Undang Sisdiknas dikemukakan bahwa Satandar
Nasional Pendidikan (SNP) teridiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan
penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
SNP digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan. Pengembangan standar
nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara
nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan dan
pengendalian mutu pendidikan.
15
kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
16
bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat
mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar,
profesionalisme tenaga kependidikan, serta system penilaian. Berdasarkan uraian di
atas dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut:
1. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan
KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan,
disertai seperangkat tanggungjawab untuk mengembangakan kurikulum sesuai
dengan kondisi setempat. Selain itu sekolah dan satuan pendidikan juga
diberkan kewenangan untuk mengali dan engelola sumber dana sesuai dengan
prioritas kebutuhan.
17
yang terlibat dalam pendidikan. Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah
misalnya, pihak-pihak yang terlibat bekerja sama secara harmonis sesuaidengan
posisinya masing-masing utnuk mewujudkan suatu sekolah yang dapat
dibanggakan oleh semua pihak.
18
BAB III
PEMBAHASAN
19
dengan sangat baik sehingga guru dan murid akan terbabntu selama proses
pembelajaran berlangsung.
Seperti yang dituliskan oleh penulis di belakang buku, buku yang mengacu
pada KTSP ini mewadahi pengetahuan yang bernuansakan social budaya dan
diintegrasikan dengan berbagai ilmu multidisipliner. Didukung dengan pembelajaran
berbagai keterampilan fungsional dengan ragam tingkat formalitas yang berbeda dan
aplikatif baik di dalam maupun di luar dunia pendidikan, serta mengoptimalkan
pencapaian linguistic, competence, sociocultural competence, actional dan strategic
competence. Pengorganisasian materin selain disesuaikan dengan konteks yang akrab
degan dunia realitas siswa, juga diselaraskan dengan minat dan karakteristik
psikologis siswa usia SMA/MA tanpa meninggalkan aspek fun and meaningful
learning.
20
Berbicara
3. Mengungkapkan 3.1 Mengungkapkan makna
makna dalam teks dalam percakapan
percakapan transaksional (to get things
transaksional dan done) dan interpersonal
interpersonal (bersosialisasi) resmi dan
resmi dan berlanjut (sustained)
berlanjut dalam secara akurat, lancar, dan
konteks berterima dalam konteks
kehidupan sehari- kehidupan sehari-hari dan
hari melibatkan tindak tutur:
mengusulkan, memohon,
mengeluh, membahas
kemungkinan atau
melakukan sesuatu, dan
memerintah
Mendengarkan
1. Memahami 1.2 Merespons makna dalam
makna dalam teks percakapan transaksional
percakapan (to get things done) dan
transaksional dan interpersonal
interpersonal (bersosialisasi) resmi dan
resmi dan berlanjut (sustained)
berlanjut dalam secara akurat, lancar, dan
konteks berterima dalam konteks
kehidupan sehari- kehidupan sehari-hari dan
hari melibatkan tindak tutur:
mengakui kesalahan,
berjanji, menyalahkan,
menuduh,
mengungkapkan
keingintahuan dan hasrat,
dan menyatakan berbagai
sikap
Berbicara
3. Mengungkapkan 3.2 Mengungkapkan makna
makna dalam teks dalam percakapan
percakapan transaksional (to get things
transaksional dan done) dan interpersonal
interpersonal (bersosialisasi) resmi dan
resmi dan berlanjut (sustained)
berlanjut dalam secara akurat, lancar, dan
konteks berterima dalam konteks
kehidupan sehari- kehidupan sehari-hari dan
hari melibatkan tindak tutur:
mengakui kesalahan,
berjanji, menyalahkan,
21
menuduh,
mengungkapkan
keingintahuan dan hasrat,
dan menyatakan berbagai
sikap
Mendengarkan
2. Memahami 2.1 Merespons makna dalam
makna dalam teks teks fungsional pendek
fungsional resmi dan tak resmi yang
pendek dan menggunakan ragam
monolog bahasa lisan secara akurat,
berbentuk lancar, dan berterima
narrative, dalam konteks kehidupan
explanation, dan sehari-hari
discussion dalam
konteks
kehidupan sehari-
hari
Berbicara
4. Mengungkapkan 4.1 Merespons makna dalam
makna dalam teks teks fungsional pendek
fungsional resmi dan tak resmi yang
pendek dan menggunakan ragam
monolog bahasa lisan secara akurat,
berbentuk lancar, dan berterima
narrative, dalam konteks kehidupan
explanation, dan sehari-hari
discussion dalam
konteks
kehidupan sehari-
hari
Mendengarkan
2. Memahami 2.2 Merespons makna dalam
makna dalam teks teks monolog yang
fungsional menggunakan ragam
pendek dan bahasa lisan secara akurat,
monolog lancar, dan berterima
berbentuk dalam konteks kehidupan
narrative, sehari-hari dalam teks
explanation, dan berbentuk: narrative,
discussion dalam explanation, dan
konteks discussion
kehidupan sehari-
hari
22
Berbicara
4. Mengungkapkan 4.2 Mengungkapkan makna
makna dalam teks dalam teks monolog yang
fungsional menggunakan ragam
pendek dan bahasa lisan secara akurat,
monolog lancar, dan berterima
berbentuk dalam konteks kehidupan
narrative, sehari-hari dalam teks
explanation, dan berbentuk: narrative,
discussion dalam explanation, dan
konteks discussion
kehidupan sehari-
hari
Membaca
5. Memahami 5.1 Merespons makna dalam
makna teks teks fungsional pendek
fungsional
resmi dan tak resmi yang
pendek dan teks
tulis esai menggunakan ragam
berbentuk bahasa tulis secara akurat,
narrative, lancar, dan berterima
explanation, dan dalam konteks kehidupan
discussion dalam sehari-hari dan untuk
konteks mengakses ilmu
kehidupan sehari-
pengetahuan
hari dan untuk
mengakses ilmu
pengetahuan
Menulis
6. Mengungkapkan 6.1 Mengungkapkan makna
makna dalam teks dalam teks fungsional
tulis monolog
pendek resmi dan tak
yang berbentuk
narrative, resmi yang menggunakan
explanation, dan ragam bahasa tulis secara
discussion secara akurat, lancar, dan
akurat, lancar, berterima dalam konteks
dan berterima kehidupan sehari-hari
dalam konteks
kehidupan sehari-
hari
23
Membaca
5. Memahami 5.2 Merespons makna dan
makna teks langkah retorika dalam
fungsional
esai yang menggunakan
pendek dan teks
tulis esai ragam bahasa tulis secara
berbentuk akurat, lancar, dan
narrative, berterima dalam konteks
explanation, dan kehidupan sehari-hari dan
discussion dalam untuk mengakses ilmu
konteks pengetahuan dalam teks
kehidupan sehari-
berbentuk narrative,
hari dan untuk
mengakses ilmu explanation, dan
pengetahuan discussion
Menulis
6. Mengungkapkan 6.2 Mengungkapkan makna
makna dalam teks dan langkah retorika
tulis monolog dalam teks monolog
yang berbentuk dengan menggunakan
narrative,
ragam bahasa tulis secara
explanation, dan
discussion secara akurat, lancar, dan
akurat, lancar, berterima dalam konteks
dan berterima kehidupan sehari-hari
dalam konteks dalam teks berbentuk
kehidupan sehari- narrative, explanation,
hari dan discussion
Kurikulum KTSP tingkat SMA kelas XII semester 1 memiliki Enam Standar
Kompetensi. Berdasarkan tabel di atas, Functional English for Senior High School
kelas XII sesuai dengan silabus KTSP yang berlaku hanya saja materi-materi yang
ada di buku tidak secara berurutan dengan silabus.
24
menulis (Writing) Serta Structure mulai dari pengenalan konsep sesuai dengan
tuntutan yang ada di Standar Kompetensi (SK) maupun Kompetensi Dasar pelajaran
Bahasa Inggris untuk tingkat SMA.
Cakupan Integratif
Terdapat pada halaman 63-70, serta pada halaman 133-138
Cakupan Deskrit
a. Aspek Speaking
- Halaman 3-5
o Melakukan Role Play mengenai Memberikan dan Meminta
Saran, serta Memberitahukan Orang Lain untuk Melakukan
Sesuatu.
- Halaman 24
o Menggunakan Ekspresi Mengkritik Sesuatu
- Halaman 49
o Menggunakan ekspresi Mengakui Kesalahan dan membuat
janji
- Halaman 75
o Menggunakan ekspresi Meminta Orang Lain untuk Melakukan
Sesuatu
- Halaman 96
o Menggunakan ekspresi Meminta Motivasi dari Orang Lain
- Halaman 110
o Menggunakan ekspresi Menyalahkan dan enuduh
- Halaman 121
o Menggunakan ekspresi Penasaran
25
b. Aspek Listening
- Halaman 6, 23, 44, 56, 99, 120
o Merespon makna transaksional dari pembicaraan
- Halaman 73
o Merespon makna transaksional dan mencari gambar berdasarkan
pembicaraan
- Halaman 109
o Merespon makna ideational dan membuat akhir sebuah cerita
c. Aspek Reading
- Halaman 7, 17
o Mengidentifikasi makna dari teks dan mengetahui sistematika dari
Explanation Text
- Halaman 32
o Mengidentifikasi makna dari teks dan mengetahui sistematika dari
Review text
- Halaman 56
o Mengidentifikasi makna dari teks dan mengetahui sistematika dari
News Item
- Halaman 76
o Mengidentifikasi makna dari teks dan mengetahui sistematika dari
Exposition text
- Halaman 105
o Mengidentifikasi makna dari teks dan mengetahui sistematika dari
Narrative text
- Halaman 124
o Mengidentifikasi makna dari teks dan mengetahui sistematika dari
Discussion text
26
d. Aspek Writing
- Halaman 13
o Menuliskan Explanation Text berdasarkan Flow Chart
- Halaman 21
o Menuliskan paragraph menggunakan gaya penulisan formal
- Halaman 42
o Menuliskan paragraph berdasarkan diagram
- Halaman 60
o Menuliskan Diary tentang Mengakui Kesalahan
- Halaman 83
o Menuliskan Surat Pribadi, Pesan dan Memo
- Halaman 90
o Menuliskan berbagai jenis surat
- Halaman 109
o Menuliskan Narrative Text
- Halaman 119
o Menuliskan Discussion text
27
3.5 Media
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas mengenai buku teks ini, maka dapat disimpulkan
bahwa buku teks Functional English for Senior High School ini memiliki kriteria-
kriteria yang dibutuhkan dan sudah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan (KTSP). Dengan menyajikan materi menggunakan bahasa yang lugas dan
komunikatif yang sangat cocok untuk anak tingkat SMA/MA. Materi yang disajikan
memiliki empat aspek keterampilan bahasa yaitu mendengarkan/menyimak
(Listening), berbicara (Speaking), membaca (Reading) dan menulis (Writing).
4.2 Saran
Penulis mengharapkan kepada rekan-rekan pengajar sekalian untuk lebih
memperhatikan materi ajar yang akan digunakan dalam proses belajar-mengajar di
dalam kelas sebab materi ajar akan menjadi salah satu faktor yang cukup penting
dalam menuntaskan sasaran-sasaran yang ingin dicapai.
Selain itu, Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberikan alternatif
penunjang dalam pembuatan makalah lainnya lainnya khususnya telaah buku teks.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini banyak sekali kekurangannya, maka
diharapkan pada makalah selanjutnya dapat lebih mengembangkan makalah ini
dengan lebih baik.
29
DAFTAR PUSTAKA
Diknas. 2004. Pedoman Umum Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Jakarta:
Ditjen Dikdasmenum
Greene dan Petty. 1981. Developing Language Skill in The Elementary Schools,
(Boston : Alyn and Bacon Inc.), hlm. 540-2.
Pannen, P., Purwanto. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas
Poedjiadi, Anna. 2005. Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran
Kontekstual Bermuatan nilai. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (menciptakan
metode pembelajaaran yang menarik dan menyenangkan). Yogyakarta: Diva
Press.
30
Prof.Dr.Suyono, M.Pd dan Drs.Hariyanto, M.S. 2012. Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: Remaja rodaskarya
31