Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Di Sekolah Menengah Atas (SMA), berbagai bahan ajar digunakan oleh guru,
antara lain: materi ajar tertulis (Buku teks), Materi ajar dengar (kaset atau radio),
materi ajar interaktif (kombinasi materi ajar audio dan visual misalnya video). Buku
teks sebagai contoh, merupakan bahan ajar yang sangat sering digunakan oleh para
guru bahkan buku teks sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses
belajar-mengajar di dalam kelas. Akan tetapi, materi ajar tersebut tidak selalu cocok
dengan keadaan kelas atau dengan kurikulum itu sendiri. Oleh sebab itu, penelaahan
materi ajar sangat diperlukan untuk mengetahui isi dari materi ajar yang akan
dibawakan di dalam kelas. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai penelaahan
materi ajar Bahasa Inggris berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) di tingkat Sekolah Menengah Atas.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
ACUAN TEORI
Muhaimin (2008) mengungkapkan bahwa materi ajar atau bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut Abdul Majid, bahan ajar
adalah segala bentuk bahan, informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu
guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan yang tidak tertulis. Sementara itu,
Abdul Majid (2007) mengungkapkan bahwa Bahan ajar atau materi kurikulum
(curriculum material) adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami oleh
siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Sejalan dengan pendapat Muhaimin
dan Abdul Majid, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008:6),
menerangkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dari
ketiga pendapat mengenai materi ajar/bahan ajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
materi ajar atau juga yang dikenal sebagai bahan ajar adalah komponen yang
membantu guru atau instruktur untuk melaksanakan proses belajar-mengajar dalam
kelas, yang dapat berupa komponen tertulis maupun tidak tertulis.
Materi ajar atau Bahan Ajar merupakan salah satu komponen yang penting
dalam proses belajar-mengajar. Dengan adanya bahan ajar, baik guru maupun siswa
akan terbantu selama proses belajar-mengajar berlangsung di dalam kelas. Guru akan
memiliki standard dan pedoman dalam menyampaikan materi, sedangkan siswa akan
3
terbantu dari segi pemahaman secara tertulis atau tidak tertulis. Dengan demikian,
materi ajar sangat tidak bisa dipisahkan dengan pelaksaan pendidikan di sekolah.
Pannen dan Purwanto (2001) menyatakan bahwa materi ajar atau bahan ajar
terdiri atas dua komponen. Komponen tersebut antara lain: (1) tinjauan matakuliah
dan (2) pendahuluan setiap bab, penyajian dalam setiap bab, penutup setiap bab,
daftar pustaka, dan senarai. Setiap komponen mempunyai subbab komponen sendiri
yang saling berintegrasi satu sama lain.
4
2.1.3 Jenis-jenis Materi Ajar
1. Bahan cetak seperti; modul, buku , LKS, brosur, hand out, leaflet, wallchart
Bahan ajar memiliki fungsi strategis bagi proses pembelajaran yang dapat
membantu guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru tidak terlalu
banyak menyajikan materi. Di samping itu, bahan ajar dapat menggantikan sebagian
peran guru dan mendukung pembelajaran individual. Hal ini akan memberi dampak
positif bagi guru, karena sebagian waktunya dapat dicurahkan untuk membimbing
belajar siswa. Dampak positifnya bagi siswa, dapat mengurangi ketergantungan pada
guru dan membiasakan belajar mandiri. Hal ini juga mendukung prinsip belajar
sepanjang hayat (life long education).
5
Sulistyowati (2009) mengemukakan bahwa penggunaan bahan ajar berfungsi
sebagai:
Selain itu, Greene dan Petty (1981), merumuskan beberapa peranan dan
kegunaan buku ajar sebagai berikut :
2. Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subject matter yang kaya,
mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para
siswa, sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan di mana
keterampilan-keterampilan ekspresional diperoleh pada kondisi yang
menyerupai kehidupan yang sebenarnya.
6
4. Menyajikan (bersama-sama dengan buku manual yang mendampinginya)
metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi siswa.
5. Menyajikan fiksasi awal yang perlu sekaligus juga sebagai penunjang bagi
latihan dan tugas praktis.
6. Menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat
guna.
Dengan demikian, fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan kemampuan
guru dalam membuat keputusan yang terkait dengan perencanaan (planning),
aktivitas-aktivitas pembelajaran dan pengimplementasian (implementing), dan
penilaian (assessing).
Terdapat beberapa perbedaa antara materi ajar/bahan ajar dan buku teks.
Kemendiknas (2008) memberikan definisi bahwa bahan ajar merupakan bahan atau
materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa
dalam KBM, sedangkan buku teks merupakan sumber informasi yang disusun
dengan struktur dan urutan berdasar bidang ilmu tertentu. Dari pernyataan diatas,
secara singkat dapat disimpulkan bahwa buku teks merupakan bagian dari materi ajar
itu sendiri.
Menurut Panen dan Purwanto (2001) bahan ajar berbeda dengan buku teks.
Perbedaan antara bahan ajar dengan buku teks tidak hanya terletak pada format, tata
letak dan perwajahannya, tetapi juga pada orientasi dan pendekatan yang digunakan
dalam penyusunannya. Buku teks biasanya ditulis dengan orientasi pada struktur dan
urutan berdasarkan bidang ilmu (content oriented) untuk dipergunakan oleh dosen
atau guru dalam mengajar (teaching oriented). Sangat jarang buku teks dipergunakan
7
untuk belajar mandiri, karena memang tidak dirancang untuk itu. Dengan demikian,
penggunaan buku teks memerlukan dosen atau guru yang berfungsi sebagai
penterjemah yang menyampaikan isi buku tersebut bagi peserta didik.
Berikut ini tabel perbedaan antara bahan ajar dan buku teks.
Bahan Ajar Buku Teks
1. Menimbulkan minat baca 1. Mengamsumsikan minat dari
pembaca
2. Ditulis dan dirancang untuk peserta 2. Ditulis untuk pembaca
didik
3. Dikemas untuk proses instruksional 3. Dirancang untuk dipasarkan secra
luas
4. Menjelaskan tujuan instruksional 4. Belum tentu menjelaskan tujuan
instruksional
5. Disusun berdasarkan pola belajar 5. Disusun secara linier
yang fleksibel
6. Struktur berdasarkan kebutuhan 6. Struktur berdasarkan logika bidang
pesrta didik dan kompetensi akhir ilmu
yang akan dicapai
7. Mengakomodasi kesulitan peserta 7. Tidak mengantisipasi kesukaran
didik belajar peserta didik
8. Memberi rangkuman 8. Belum tentu memberi rangkuman
9. Gaya penulisan komunikatif dan 9. Gaya penulisan naratif tetapi tidak
semi formal komunikatif
10. Kepadatan berdasarkan kebutuhan 10. Sangat padat
peserta didik
11. Mempunyai mekanisme untuk 11. Tidak memiliki mekanisme untuk
mengumpulkan umpan balik dari mengumpulkan umpan balik dari
peserta didik pembaca
12. Memberikan kesempatan pada 12. Belum tentu memberikan latihan
peserta didik untuk berlatih
8
13. Menjelaskan cara mempelajari 13. Tidak selalu ada penjelasan cara
bahan ajar mempelajari
9
berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis), mengakui dan
menghargai saling ketergantungan bahasa. Pendekatan ini lahir akibat
ketidakpuasan para praktisi atau pengajar bahasa atas hasil yang dicapai oleh
metode tata bahasa terjemahan, yang hanya mengutamakan penguasaan kaidah
tatabahasa, mengesampingkan kemampuan berkomunikasi sebagai bentuk akhir
yang diharapkan dari belajar bahasa (Iskandarwassid dan Sunendar 2009:55). Jadi,
pendekatan komunikatif ingin menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
dalam proses interaksi antarmanusia. Komunikasi di sini juga bisa berupa
komunikasi lisan maupun tertulis.
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang berlandaskan pada
pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi
merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa. Jadi
pembelajaran yang komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang memungkinkan
peserta didik memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan
kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan berbahasa baik kegiatan produktif
maupun reseptif sesuai dengan situasi nyata, bukan situasi buatan yang terlepas dari
konteks.
Pendekatan komunikatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Iskandarwassid
dan Sunendar 2009:55-56):
a. Acuan berpijaknya adalah kebutuhan peserta didik dan fungsi bahasa;
b. Tujuan belajar bahasa adalam membimbing peserta didik agar mampu
berkomunkasi dalam situasi yang sebenarnya;
c. Silabus pengajaran harus ditata sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa;
d. Peranan tatabahasa dalam pengajaran bahasa tetap diakui;
e. Tujuan utama adalah komunikasi yang bertujuan;
f. Peran pengajar sebagai pengelola kelas dan pembimbing peserta didik
dalam berkomunikasi diperluas; dan
g. Kegiatan belajar harus didasarkan pada teknik-teknik kreatif peserta didik
sendiri, dan peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil.
10
Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pengajaran memberi
kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan proses dalam
pembelajaran dikenal pula sebagai keterampilan proses, guru menciptakan bentuk
kegiatan pengajaran yang bervariasi, agar siswa terlibat dalam berbagai pengalaman
(Sagala, 2010:74). Selanjutnya pada pertengahan abad ke-20 pendekatan proses
dikembangkan menjadi pendekatan keterampilan proses (Poedjiadi, 2005:78).
Menurut Hamalik (2009:149) Pendekatan keterampilan proses ialah
pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan
fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih
tinggi pada diri siswa. Kemampuan-kemampuan fisik dan mental tersebut pada
dasarnya telah dimiliki siswa meskipun masih sederhana dan perlu diransang agar
menunjukkan jati dirinya. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan
memproses perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sikap
dan nilai yang dituntut.
11
silabus berdasarkan kerangka dasar kurukulum dan standar kompetensi lulusan, di
bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertugas di bidang pendidikan.
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih
familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan sehingga diharapkan
memiliki tanggungjawab yang memadai. Penyempurnaan kurilulum yang
berkelanjutan merupakan keharusan agar sistam pendidikan nasional selalu relevan
dan kompetitif. Hal itu juga sejalan dengan Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningatan standar
nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam
rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
12
memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar
dan mengalolasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat.
Dalam KTSP pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah,
serta komite sekolah dewan pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang
ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan
pada dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), pejabat pendidikan daereah, kepala
sekolah, tenaga kependidikan, perwakilan orangtua peserta didik dan tokoh
masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah berdasarkan
ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yan berlaku. Selanjutnya komite sekolah
perlu merumuskan dan menetapkan visi, misi dan tujuan sekolah dengan berbagai
implikasinya terhadap program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.
13
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelamahan, peluang, dan ancaman bagi
dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang
tersedia untuk memajukan lembaganya
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa
yang terbaik bagi sekolahnya
4. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum menciptakan transparasi dan demokrasi yang sehat, serta lebih
efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat
5. Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing
kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya,
sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan
mencapai sasaran KTSP
6. Sekolah dapat melakukan persaingan yagn sehat dengan sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya inovatif dengan dukungan
orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
7. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan
yang berubah dengan cepat, serta mengakomodasinya dalam KTSP.
14
penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
SNP digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan. Pengembangan standar
nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara
nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan dan
pengendalian mutu pendidikan.
15
mata pelajaran dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran, yang
akan bermuara pada kompetensi dasar.
16
Dalam KTSP, pelaksanaan kurikulum didukung oleh partisipasi
masyarakat dan orangtua peserta didik yang tinggi, bukan hanya mendukung
sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan
pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yagn dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
17
BAB III
PEMBAHASAN
18
Tempat Terbit : Solo
Cetakan ke :-
Tahun : 2007
Ditujukan untuk : Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah
Kelas : XII (Sembilan)
19
3.2.1 Kesesuaian Materi Ajar dan KTSP
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan telaah isi dalam hal ini kesesuaian
silabus yang terdapat pada KTSP dengan materi ajar (dalam hal ini buku Functional
English for Senior High School).
Standar Kompetensi Dasar Sesuai Tidak Keterangan
Kompetensi Sesuai
Mendengarkan
1. Memahami 1.1 Merespons makna dalam Tercantum
makna dalam teks percakapan transaksional di buku
percakapan paket
(to get things done) dan
transaksional dan
interpersonal interpersonal
resmi dan (bersosialisasi) resmi dan
berlanjut dalam berlanjut (sustained)
konteks secara akurat, lancar, dan
kehidupan sehari- berterima dalam konteks
hari kehidupan sehari-hari dan
melibatkan tindak tutur:
mengusulkan, memohon,
mengeluh, membahas
kemungkinan atau
melakukan sesuatu, dan
memerintah
Berbicara
3. Mengungkapkan
makna dalam teks
percakapan
transaksional dan 3.1 Mengungkapkan makna
interpersonal dalam percakapan
resmi dan transaksional (to get
berlanjut dalam things done) dan
konteks interpersonal
kehidupan sehari-
(bersosialisasi) resmi dan
hari
berlanjut (sustained)
secara akurat, lancar, dan
berterima dalam konteks
kehidupan sehari-hari dan
melibatkan tindak tutur:
mengusulkan, memohon,
Mendengarkan
mengeluh, membahas
1. Memahami
makna dalam teks kemungkinan atau
percakapan melakukan sesuatu, dan
transaksional dan memerintah
interpersonal
resmi dan
20
berlanjut dalam
konteks
kehidupan sehari- 1.2 Merespons makna dalam
hari
percakapan transaksional
(to get things done) dan
interpersonal
(bersosialisasi) resmi dan
berlanjut (sustained)
secara akurat, lancar, dan
berterima dalam konteks
kehidupan sehari-hari dan
Berbicara melibatkan tindak tutur:
3. Mengungkapkan mengakui kesalahan,
makna dalam teks berjanji, menyalahkan,
percakapan menuduh,
transaksional dan mengungkapkan
interpersonal keingintahuan dan hasrat,
resmi dan
dan menyatakan berbagai
berlanjut dalam
konteks sikap
kehidupan sehari-
hari
21
monolog teks fungsional pendek
berbentuk resmi dan tak resmi yang
narrative, menggunakan ragam
explanation, dan
bahasa lisan secara akurat,
discussion dalam
konteks lancar, dan berterima
kehidupan sehari- dalam konteks kehidupan
hari sehari-hari
Mendengarkan
2. Memahami
makna dalam teks
fungsional
pendek dan
monolog
4.1 Merespons makna dalam
berbentuk
teks fungsional pendek
narrative,
resmi dan tak resmi yang
explanation, dan
menggunakan ragam
discussion dalam
bahasa lisan secara akurat,
konteks
lancar, dan berterima
kehidupan sehari-
dalam konteks kehidupan
hari
sehari-hari
Berbicara
4. Mengungkapkan
makna dalam teks
fungsional
2.2 Merespons makna dalam
pendek dan
monolog teks monolog yang
berbentuk menggunakan ragam
narrative, bahasa lisan secara akurat,
explanation, dan lancar, dan berterima
discussion dalam dalam konteks kehidupan
konteks sehari-hari dalam teks
kehidupan sehari-
berbentuk: narrative,
hari
explanation, dan
discussion
Membaca
5. Memahami
makna teks
fungsional
pendek dan teks
tulis esai
berbentuk 4.2 Mengungkapkan makna
narrative, dalam teks monolog yang
explanation, dan menggunakan ragam
discussion dalam bahasa lisan secara akurat,
22
konteks lancar, dan berterima
kehidupan sehari- dalam konteks kehidupan
hari dan untuk sehari-hari dalam teks
mengakses ilmu
berbentuk: narrative,
pengetahuan
explanation, dan
discussion
Menulis
6. Mengungkapkan
makna dalam teks
tulis monolog
yang berbentuk
narrative, 5.1 Merespons makna dalam
explanation, dan
teks fungsional pendek
discussion secara
akurat, lancar, resmi dan tak resmi yang
dan berterima menggunakan ragam
dalam konteks bahasa tulis secara akurat,
kehidupan sehari- lancar, dan berterima
hari dalam konteks kehidupan
sehari-hari dan untuk
mengakses ilmu
pengetahuan
Membaca
5. Memahami
makna teks 6.1 Mengungkapkan makna
fungsional dalam teks fungsional
pendek dan teks
pendek resmi dan tak
tulis esai
berbentuk resmi yang menggunakan
narrative, ragam bahasa tulis secara
explanation, dan akurat, lancar, dan
discussion dalam berterima dalam konteks
konteks kehidupan sehari-hari
kehidupan sehari-
hari dan untuk
mengakses ilmu
pengetahuan
23
akurat, lancar, untuk mengakses ilmu
dan berterima pengetahuan dalam teks
dalam konteks berbentuk narrative,
kehidupan sehari-
explanation, dan
hari
discussion
Kurikulum KTSP tingkat SMA kelas XII semester 1 memiliki Enam Standar
Kompetensi. Berdasarkan tabel di atas, Functional English for Senior High School
kelas XII sesuai dengan silabus KTSP yang berlaku hanya saja materi-materi yang
ada di buku tidak secara berurutan dengan silabus.
Cakupan Integratif
Terdapat pada halaman 63-70, serta pada halaman 133-138
24
Cakupan Deskrit
a. Aspek Speaking
- Halaman 3-5
o Melakukan Role Play mengenai Memberikan dan Meminta
Saran, serta Memberitahukan Orang Lain untuk Melakukan
Sesuatu.
- Halaman 24
o Menggunakan Ekspresi Mengkritik Sesuatu
- Halaman 49
o Menggunakan ekspresi Mengakui Kesalahan dan membuat
janji
- Halaman 75
o Menggunakan ekspresi Meminta Orang Lain untuk Melakukan
Sesuatu
- Halaman 96
o Menggunakan ekspresi Meminta Motivasi dari Orang Lain
- Halaman 110
o Menggunakan ekspresi Menyalahkan dan enuduh
- Halaman 121
o Menggunakan ekspresi Penasaran
b. Aspek Listening
- Halaman 6, 23, 44, 56, 99, 120
o Merespon makna transaksional dari pembicaraan
- Halaman 73
o Merespon makna transaksional dan mencari gambar berdasarkan
pembicaraan
- Halaman 109
o Merespon makna ideational dan membuat akhir sebuah cerita
c. Aspek Reading
- Halaman 7, 17
25
o Mengidentifikasi makna dari teks dan mengetahui sistematika dari
Explanation Text
- Halaman 32
o Mengidentifikasi makna dari teks dan mengetahui sistematika dari
Review text
- Halaman 56
o Mengidentifikasi makna dari teks dan mengetahui sistematika dari
News Item
- Halaman 76
o Mengidentifikasi makna dari teks dan mengetahui sistematika dari
Exposition text
- Halaman 105
o Mengidentifikasi makna dari teks dan mengetahui sistematika dari
Narrative text
- Halaman 124
o Mengidentifikasi makna dari teks dan mengetahui sistematika dari
Discussion text
d. Aspek Writing
- Halaman 13
o Menuliskan Explanation Text berdasarkan Flow Chart
- Halaman 21
o Menuliskan paragraph menggunakan gaya penulisan formal
- Halaman 42
o Menuliskan paragraph berdasarkan diagram
- Halaman 60
o Menuliskan Diary tentang Mengakui Kesalahan
- Halaman 83
o Menuliskan Surat Pribadi, Pesan dan Memo
- Halaman 90
o Menuliskan berbagai jenis surat
- Halaman 109
o Menuliskan Narrative Text
- Halaman 119
o Menuliskan Discussion text
26
Di dalam buku ini, pendekatan yang digunakan didalam penyusunannya ada
pendekatan Komunikatif. Hal ini sejalan dengan penjelasan pada Bab 2 bahwa
pendekatan komunikatif adalah suatu pendekatan yang memiliki tujuan untuk
membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa, juga
mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran empat keterampilan berbahasa
(menyimak, membaca, berbicara, dan menulis). Pendekatan ini juga memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan
emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal,
baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.
3.5 Media
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas mengenai buku teks ini, maka dapat disimpulkan
bahwa buku teks Functional English for Senior High School ini memiliki kriteria-
kriteria yang dibutuhkan dan sudah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan (KTSP). Dengan menyajikan materi menggunakan bahasa yang lugas dan
komunikatif yang sangat cocok untuk anak tingkat SMA/MA. Materi yang disajikan
memiliki empat aspek keterampilan bahasa yaitu mendengarkan/menyimak
(Listening), berbicara (Speaking), membaca (Reading) dan menulis (Writing).
4.2 Saran
Penulis mengharapkan kepada rekan-rekan pengajar sekalian untuk lebih
memperhatikan materi ajar yang akan digunakan dalam proses belajar-mengajar di
dalam kelas sebab materi ajar akan menjadi salah satu faktor yang cukup penting
dalam menuntaskan sasaran-sasaran yang ingin dicapai.
28
Selain itu, Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberikan alternatif
penunjang dalam pembuatan makalah lainnya lainnya khususnya telaah buku teks.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini banyak sekali kekurangannya, maka
diharapkan pada makalah selanjutnya dapat lebih mengembangkan makalah ini
dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Diknas. 2004. Pedoman Umum Pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Jakarta:
Ditjen Dikdasmenum
Greene dan Petty. 1981. Developing Language Skill in The Elementary Schools,
(Boston : Alyn and Bacon Inc.), hlm. 540-2.
29
Muhaimin, 2009. Modul Wawasan Pengembangan Bahan Ajar bab V Malang: LKP2-
I
Pannen, P., Purwanto. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas
Poedjiadi, Anna. 2005. Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran
Kontekstual Bermuatan nilai. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (menciptakan
metode pembelajaaran yang menarik dan menyenangkan). Yogyakarta: Diva
Press.
30