You are on page 1of 15

PRAKTIKUM PENCAPAN

Pencapan Kain Kapas Dengan Zat Warna Naftol

Kelompok 6

Nama Anggota : Mika Emi Bernadeta (15020072)

M Rizal Pratama (15020073)

Nadia Hendayani (15020079)

Randy Rukanda H (15020083)

Grup : 3K3

Dosen : Sukirman, S.ST.

Asisten : Sasmaya, S.Teks.

POLITEKNIK STT TEKSTIL


BANDUNG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1. MAKSUD DAN TUJUAN

1.1 Maksud

Melakukan pencapan dengan menggunakan zat warna Naftol dengan cara Cap
Naftol dan cara Pad Naftol pada kain Kapas.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui hasil pencapan dengan cara Pad Naftol dan menggunakan
zat warna cara Cap Naftol pada kain Kapas.
BAB II

TEORI DASAR

Pencapan merupakan proses pelekatan zat warna secara tidak merata dengan
menimbulkan corak-corak tertentu. Proses pelekatan zat warna keatas permukaan kain ini
dilakukan secara mekanis. Disini digunakan metode menggunakan screen datar yang
merupakan gasa yang terpasang pada rangka. Gasa atau screen ini dapat digunakan
secara berulang-ulang dengan cara membersihkannya. Proses awalnya agar didapat motif
yang akan menempel pada kain, sebelumnya dibuat terlebih dahulu gambar motif tersebut
pada kertas gambar untuk kemudian dipindahkan ke kertas transparan hingga mulai
dilakukan proses exposing yang akan menghasilkan screen yang terdapat beberapa bagian
yang tertutup yang dihasilkan dari gambar yang tidak bermotif, sedangkan bagian motifnya
akan memberikan bagian screen yang berlubang hingga pasta cap dapat menembusnya.

2.1 Kain Kapas


Serat kapas adalah serat yang dihasilkan dari rambut biji tanaman kapas. Tanaman ini
termasuk dalam jenis Gossypium. Kelebihannya terutama dari daya serap dan kenyamanan
pakainya.Bentuk penampang melintang serat kapas pada umumnya berbentuk seperti
ginjal. Bentuk penampang membujurnya adalah pipih seperti pita yang terpuntir. Bentuk
penampang serat kapas dapat dilihat dibawah ini :

Gambar 1. Bentuk penampang melintang dan membujur serat kapas

sumber : W. V. Bergen and W. Krauser , Textile Fiber Atlas

2.1.1 Struktur Kimia Serat Kapas


Selulosa merupakan suatu rantai polimer linier yang tersusun dari kondensat molekul-
molekul glukosa (C6H10O5) yang dihubungkan oleh jembatan oksigen pada posisi atom
karbon nomor satu dan empat. Struktur kimia dari selulosa dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
CH CH2OH H OH CH2OH
OH
O O H O O
H H H
OH H OH H H
OH H (S) (S)
(S) (S) H (S) OH H
H OH H
O H O O H
H O H
CH2OH H OH CH2OH H OH

Struktur Kimia Rantai selulosa

Gambar 2. Struktur Kimia Selulosa

sumber: P.Suprijono,Buku Serat Serat Tekstil 1973 ,hal : 45.

Berat molekut selulosa ditentukan oleh banyaknya jumlah glukosa yang


berpolimerisasi atau derajat polimerisasinya (n). Besar derajat polimerisasi untuk
kapas biasanya antara 2000 10000. Difraksi sinar-X serat kapas menunjukan bahwa
serat kapas terdiri dari bagian kristalin dan bagian amorf. bagian kristalin, susunan
rantai molekul selulosa sejajar satu sama lain dalam bentuk spiral, sedangkan pada
bagian amorf, susunannya tidak teratur (disorientasi). Secara umum bagian kristalin
menentukan sifat kekuatan tarik serat, elastisitas dan ketahanan terhadap tekukan,
sedangkan bagian amorf menentukan sifat kelemasan, mulur, penggelembungan dan
daya serap serat.

2.1.2 Sifat Serat Kapas

Sifat suatu serat dipengaruhi oleh beberapa gugus fungsional berikut :

Gugus hidroksil (-OH), biasanya memudahkan kelarutan dalam air., sehingga serat
yang banyak mengandung gugus OH akan mudah menyerap air dan mempunyai
daya serap air yang tinggi.
Gugus karboksil (-COOH) karena gugus ini bersifat asam, maka lebih mudah
bereaksi dengan zat-zat yang bersifat basa.
Gugus/cincin aromatik, menyebabkan molekul menjadi lebih kaku, menaikkan gaya
kohesi antar-molekul, sehingga titik lelehnya menjadi lebih tinggi.
2.1.3 Sifat Fisika Serat Kapas

1. Kadar Uap Air

Kelembaban relatif pada kondisi standar yaitu 65 + 2% dan suhu 27 + 2oC, kadar
uap air/moisture regain serat kapas berkisar antara 7 8,5 %. Berat jenis serat
kapas berkisar antara 1,5 sampai 1,56 g/cm3.

2. Kekuatan

Kekuatan tarik serat kaps dalam keadaan basah lebih tinggi dibanding dalam
keadaan kering, yaitu + 1,1 x kekuatan kering. Kekuatan serat kapas dalam
kondisi standar berkisar antara 3,2 5,2 gram/denier.

3. Mulur

Mulur sampai putus serat kapas termasuk tinggi di antara serat selulosa yang
lainnya, yaitu berkisar antara 4 13% dengan rata-rata mulurnya sebesar 7%.

4. Warna

Warna serat kapas pada umumnya putih kekuning-kiningan, yang disebabkan


oleh adanya pigmen alam. Warna kapas akan makin tua setelah penyimpanan
selama 2 5 tahun.

2.2 Zat Warna Naftol

Zat warna Naftol adalah zat warna yang tidak larut dalam air, untuk itu harus diubah

menjadi bentuk naftolat agar larut.

OH ONa N N
+ NaOH OH
+ NO2 N NCL
+ H-OSel
Garam Diazonium
Tidak larut Naftolat larut Larut seperti koloid Berwarna Ik Hidrogen
pH >7 pH < 7

Naftol terdapat dua jenis yaitu :

1. Naftol Monogenetik yaitu naftol dengan satu arah warna maksudnya warna yang
ditimbulkan meskipun dibangkitkan dengan bermacam macam garam diazonium
warnanya tetap. Contoh Naftol AS G
2. Naftol Poligenetik yaitu naftol yang warna setelah dibangkitkan dapat bermacam
macam sesuai dengan garam diazoniumnya.Contoh Naftol ASBO, Naftol AS- LB
Zat warna Naftol memiliki dua komponen yaitu :

1. Naftolat : yaitu komponen penggandeng yang memiliki substantifitas terhadap


serat sehingga berikatan dengan serat
Dasar senyawa naftol Naftol

OH

yang mempunyai sifat : Tidak Larut, tidak berwarna dan tidak substantif.

Substantifitas tinggi

OH

CONH

Senyawa naftol dapat menjadi substantif setelah dilakukan penaftolan dengan


NaOH menjadi naftolat :

OH ONa
NaOH

Naftolat

Naftolat kurang stabil dalam kondisi terbuka karena tidak tahan terhadap CO 2
dan udara lembab (H2O)

CO2 + H2O H2CO3 (as. karbonat)

H2CO3 bereaksi dengan Naftolat (menarik Na dalam Naftolat) menjadi Na2CO3


sehingga naftolat balik lagi menjadi Naftol.

CO2
ONa OH
+ + Na2CO3
H2O
Naftolat Naftol

Naftol berdasarkan substantifitas

1. Substantifitas rendah : Naftol AS


2. Substantifitas sedang : Naftol AS G
3. Substantifitas tinggi : naftol AS Bt
2. Garam Diazonium : sebagai komponen pembangkit warna yang memberikan
warna.

Pencapan dengan zat warna naftol ini terdiri dari dua metode yaitu :

1. Proses cap Naftol


Cara ini memungkinkan penggunaan beberapa macam naftol yang kemudian
dibangkitkan dengan satu macam senyawa diazonium yang berbentuk
garam. Kain dicap dengan naftol kemudian dibangkitkan dengan larutan
garam diazonium. Kerugian cara cap naftol tidak stabil dalam bentuk
naftolatnya, maka akan mudah rusak setelah dicapkan yang berarti tidak
dapat dibangkitkan dengan garam diazonium.

2. Pad Naftol
Yaitu padding dengan larutan naftol yang sudah berbentuk naftolat, kemudian
pencapan dengan garam diazonium. Jika digunakan naftol poligenetik,
setelah dicap dengan garam naftol akan dihasilkan warna sesuai garam
diazonium. Pengeringan pada naftolat perlu agar zat warna lebih terserap
oleh kain dan ketahanan luntur terhadap pencucian dan gosok lebih baik.
Pengeringan tidak boleh dengan sinar matahari (tidak boleh lebih 80oC)
karena akan mengubah bentuk naftolat menjadi naftol. Kerugian cara ini
memerlukan waktu yang lama, karena kain setelah dipad dengan senyawa
naftolat harus dikeringkan terlebih dahulu baru dicap dengan garam
diazonium.

Reaksi Penaftolan dan Pembangkitan dengan diazonium

OH ONa N N
+ NaOH OH
+ NO2 N NCL
+ H-OSel
Garam Diazonium
Tidak larut Naftolat larut Larut seperti koloid Berwarna Ik Hidrogen
pH >7 pH < 7
BAB III

PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Srcreen Printing
2. Meja printing
3. Rakel
4. Mesin Drying
5. Padder
6. Hair dryer
7. Alat bantu : mixer, pengaduk, neraca dan gelas ukur.

3.1.2 Bahan dan Zat Kimia


Bahan dan zat kimia yang digunakan :

1. Kain Kapas
2. Pengental
3. Zat warna naftol As-BO
4. Garam diazonium Merah dan Kuning
5. Spiritus
6. NaOH 38oBe
7. NaCl
8. Asam asetat

3.2 Cara Kerja


a. Pembuatan Pasta Cap
Ambil spiritus,NaOH 38oBe,pengental dan air sesuai dengan kebutuhan, kemudian
masukkan zat warna Naftol ke dalamnya dan diaduk terus sampai semua bagian
merata.
b. Pad Naftol

- Ambil zat warna naftol kemudian larutkan dengan NaOH untuk melarutkannya
sehingga menjadi naftolat, karena zat warna naftol tidak larut dalam air.
- Aktifkan padder dengan WPU 80 %, kemudian bahan dimasukan dalam larutan
naftolat dan di padding sebanyak dua kali.
- Setelah di padding bahan di keringkan sampai suhu 80oC.
- Kemudian bahan dicap dengan garam diazonium.
c. Pencapan Naftol

- Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka
sempurna dan konstan pada meja cap.
- Letakkan screen tepat berada pada bahan yang akan dicap
- Dengan bantuan rakel, pasta cap ditaburkan pada screen pada bagian pinggir
kasa (tidak mengenai motif) secara merata pada seluruh permukaan.
- Tahan frame agar mengepres pada bahan, kemudian lakukan proses
pencapan dengan cara memoles screen dengan pasta cap menggunakan
rakel.
- Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah
agar dapat mendorong zat warna masuk ke motif. Lepaskan screen ke atas.
- Untuk screen ke dua (warna berbeda), pasangkan screen dengan mempaskan
posisi motif , agar kedua motif dapat berimpit dengan tepat.
- Lakukan proses pencapan seperti point di atas.
- Setelah selesai, biarkan pasta pada kain sedikit mongering kemudian angkat
secara hati-hati.
- Lakukan proses pengeringan, dengan cara dijemur atau dengan pemanas lain.
d. Pad Garam Diazonium

- Ambil garam diazonium kemudian dilarutkan dengan asam asetat dan NaCl.
Setelah itu tambahkan air.

- Aktifkan padder dengan WPU 80 %, kemudian bahan dimasukan dalam larutan


pad garam diazonium dan di padding sebanyak dua kali.

- Setelah di padding bahan di keringkan sampai suhu 80oC.

e. Pencapan Garam Diazonium


- Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna
dan konstan pada meja cap.
- Letakkan screen tepat berada pada bahan yang akan dicap
- Dengan bantuan rakel, pasta cap ditaburkan pada screen pada bagian pinggir
kasa (tidak mengenai motif) secara merata pada seluruh permukaan.
- Tahan frame agar mengepres pada bahan, kemudian lakukan proses pencapan
dengan cara memoles screen dengan pasta cap menggunakan rakel.
- Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar
dapat mendorong garam diazonium masuk ke motif. Lepaskan screen ke atas.
- Untuk screen ke dua (warna berbeda), pasangkan screen dengan mempaskan
posisi motif , agar kedua motif dapat berimpit dengan tepat.
- Lakukan proses pencapan seperti point di atas.
- Setelah selesai, biarkan pasta pada kain sedikit mengering kemudian angkat
secara hati-hati.
- Lakukan proses pengeringan, dengan cara dijemur atau dengan pemanas lain.

3.3 Fungsi Zat

1. Zat warna Naftol untuk memberikan motif warna pada bahan.


2. Spiritus sebagai pelarut naftol, mempermudah pembuatan leuko
3. NaOH 38oBe untuk melarutkan naftol menjadi naftolat yang larut
4. Garam Diazonium sebagai komponen pembangkit warna yang memberikan warna.
5. Pengental yang tahan alkali untuk menjaga zat warna tidak mengalami bleeding ketika
dicap dan untuk menghindari ketidaktajaman motif yang dihasilkan.
6. Asam asetat untuk mengaktifkan kerja garam diazonium.
7. NaCl sebagai bahan agar zat warna dapat berfiksasi dan akan membuat zat warna
dapat berfiksasi untuk berikatan dengan serat.
8. Teefol sebagai penyabunkan atau melepaskan zat-zat yang tidak terfikasasi oleh serat
berada di permukaan bahan.
9. Na2CO3 sebagai pemberi suasana alkali dan mengurangi kesadahaan.
10. Air sebagai medium untuk melarutkan garam diazonium

3.4 Diagram Alir

Padding Drying 80oC 2-3 Pencapan dengan garam diazonium Drying washing off
Pencuciaan dengan sabun (panas dan dingin) evaluasi
3.5 Resep
A. Cara Padding zat warna naftol
Resep R1 R2 R3 R4

ZwNaftol 20
200 = 4
1000

Spirtus 30
200 = 6
1000

NaOH 30
200 = 6
38oBe 1000

Zat anti migrasi 4


200 = 0,8
1000

NaCl 100
200 = 10
1000

B. Pencapan dengan Pasta Garam Diazonium

Resep 1 2 3 4
Garam
diazonium 20 30 20 30
50 = 1 50 = 1,5 50 = 1 50 = 1,5
1000 1000 1000 1000
CH3COOH 20
50 = 1
35% 1000

Pengental 600
50 = 35
alginat 1000

Balance 12,95 gram 13,125 gram 12,95 gram 13,125 gram

3.6 Data Pengamatan


(Terlampir)
3.7 Evaluasi

Penilaian 1 2 3 4
(20 g garam (30 g garam (20 g garam (30 g garam
diazonium) diazonium) diazonium) diazonium)
Kerataan 4 3 2 1
kekakuan 1 3 2 4
Ketajaman 2 4 1 3
Handling 1 2 3 4

1 = tidak baik
2 = cukup baik
3 = kurang baik
4 = Baik
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada praktikum pencapan zat warna naftol pada kain kapas menggunakan metoda
padding dengan menggunakan Naftol As-BO dan garam di azonium A (merah) dan B
kuning). (Zat warna Naftol adalah zat warna yang tidak larut, terbentuknya warna di dalam
serat sebagai hasil reaksi komponen Naftol dengan garam diazonium. Komponen Naftol
yang terkenal adalan Naftol AS yang merupakan perbaikan Naftol. Naftol As mempunyai
afinitas seperti halnya zat warna direk, maka penambahan elektrolit dalam pencelupan akan
memperbesar penyrapan. Dengan berat molekul yang besar sehingga tidak larut, untuk
melarutkan diperlukan natrium hidroksida. Setelah larutan Naftol diaplikasikan pada kain
dengan cara padding, pengeringan segera dilaksanakan untuk menghindari kontak dengan
karbondioksida udara seminimal mungkin.Setelah pengeringan kain harus dihidari dari
cahaya matahari, kelembaban, gas alam dan percikan air yang dapat menyebakan
ketidakrataan hasil pewarnaan. Penyimpanan setelah Naftolat yang terlalu lama dapat
menyebabkan difusa Naftolat yang terlalu dalam ke serat sehingga sulit dilakukan
pencuccian..

Pada hasil evaluasi terhadap penilaian kerataan, contoh uji resep 1 (20 g garam diazonium)
lebih baik dibandingkan dengan resep lainnya hal ini kemungkinan terjadi kemungkinan
dipengaruhi juga oleh teknik penempatan screen terhadap kain, jika penampatan screen 2
tidak sesuai dengan motif screen 1 maka akan terjadi tumpang tindih antara motif pada
screen 1 dan 2 . sehingga pada saat pencapan harus dipilih tempat yang rata dan
memposisikan antara pertemuan garis pada kassa.

Untuk nilai kekauan contoh uji yang memakai resep 4 (30 g/l garam diazonium) lebih kaku
jika di banding kan dengan resep yang lainnya. Hal ini berhubungan difusi zat warna.
Karena pada prinsipnya zat warna Naftol adalah zat warna yang tidak larut, terbentuknya
warna di dalam serat sebagai hasil reaksi komponen Naftol dengan garam diazonium.
Komponen Naftol yang terkenal adalan Naftol AS yang merupakan perbaikan
Naftol.Sehingga besarnya kosentrasi garam diazonium erat kaitannya dengan difusi zat
warna dalam serat. Kemungkinan karena kosentrasi yang tinggi membuat zat warna
berkumpul dibeberapa bagian saja, sehingga permukaan ada yang rata (tipis) dan tebal
sehingga menyebabkan hasil yang tidak rata pula.Hal iniditunjukan pada kain 2 dan 4 yang
sama-sama memakai 30 gr garam diazonium

Evaluasi ketajaman kain no 2 resep 30 g/l garam diazonium lebih baik jika dibandingkan
dengan kain yang memakai resep lainnya.Hal ketajaman pada motif dipengaruhi ole
penekanan pada kassa dan juga tajamnya warna yang biasa dihasilkan dari kepekatan zat
warna. Hal ini seseuai dengan banyaknya garam maka warna yang di hasilkan zat warna
naftol akan tua.Kemungkinan untuk perlakuan penekanan kasa pada kain yang lain kurang
sehingga motif yang dihasilkan kurang tajam dan terjadi overlap.

Handling erat kaitannya dengan proses pencucian. Dimana pencucian adalah usaha untuk
menghilangkan zat warna yang tidak terdisfusi pada serat.Pada kain no 4 (30 g/l garam
diazonium) didaptkan hasil yang lebih baik di banding yang lainnya. Hal ini terjadi
kemungkinan karena banyaknya zat warna yang tidak menempel pada kain sehingga pada
proses pencucian zat warna yan tidak menempel hilang (luntur) sehingga didapatkan efek
yang lembut jika dibandingkan dengan zat warna yang benar-benar menempel pada
permukaan kain, lebih terasa kasar.
BAB V

KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

Penekanan rakel mempengaruhi ketajaman motif.


Besar kosentrasi garam diazonium berpengaruh terhadap ketuaan dan ketajaman
motif.
Handling baik tidak terlepas dari pencucian yang baik dan benar.
Kekakuan warna dipengaruhi oleh zat warna yang beragregasi pada permukaan
kain.
Dari semua resep yang paling optimum adalah rese 4 yang memakai kosentrasi 30
g/l garam diazonium.
DAFTAR PUSTAKA

Soeprijono. P. dkk, Serat-Serat Tekstil, ITT, Bandung : 1973


Lubis A, dkk, Teknologi Pencapan Tekstil, STT Tekstil, Bandung : 1998
Djufri R, dkk, Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan, ITT, Bandung :
1978

You might also like