Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 6
Grup : 3K3
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Melakukan pencapan dengan menggunakan zat warna Naftol dengan cara Cap
Naftol dan cara Pad Naftol pada kain Kapas.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui hasil pencapan dengan cara Pad Naftol dan menggunakan
zat warna cara Cap Naftol pada kain Kapas.
BAB II
TEORI DASAR
Pencapan merupakan proses pelekatan zat warna secara tidak merata dengan
menimbulkan corak-corak tertentu. Proses pelekatan zat warna keatas permukaan kain ini
dilakukan secara mekanis. Disini digunakan metode menggunakan screen datar yang
merupakan gasa yang terpasang pada rangka. Gasa atau screen ini dapat digunakan
secara berulang-ulang dengan cara membersihkannya. Proses awalnya agar didapat motif
yang akan menempel pada kain, sebelumnya dibuat terlebih dahulu gambar motif tersebut
pada kertas gambar untuk kemudian dipindahkan ke kertas transparan hingga mulai
dilakukan proses exposing yang akan menghasilkan screen yang terdapat beberapa bagian
yang tertutup yang dihasilkan dari gambar yang tidak bermotif, sedangkan bagian motifnya
akan memberikan bagian screen yang berlubang hingga pasta cap dapat menembusnya.
Gugus hidroksil (-OH), biasanya memudahkan kelarutan dalam air., sehingga serat
yang banyak mengandung gugus OH akan mudah menyerap air dan mempunyai
daya serap air yang tinggi.
Gugus karboksil (-COOH) karena gugus ini bersifat asam, maka lebih mudah
bereaksi dengan zat-zat yang bersifat basa.
Gugus/cincin aromatik, menyebabkan molekul menjadi lebih kaku, menaikkan gaya
kohesi antar-molekul, sehingga titik lelehnya menjadi lebih tinggi.
2.1.3 Sifat Fisika Serat Kapas
Kelembaban relatif pada kondisi standar yaitu 65 + 2% dan suhu 27 + 2oC, kadar
uap air/moisture regain serat kapas berkisar antara 7 8,5 %. Berat jenis serat
kapas berkisar antara 1,5 sampai 1,56 g/cm3.
2. Kekuatan
Kekuatan tarik serat kaps dalam keadaan basah lebih tinggi dibanding dalam
keadaan kering, yaitu + 1,1 x kekuatan kering. Kekuatan serat kapas dalam
kondisi standar berkisar antara 3,2 5,2 gram/denier.
3. Mulur
Mulur sampai putus serat kapas termasuk tinggi di antara serat selulosa yang
lainnya, yaitu berkisar antara 4 13% dengan rata-rata mulurnya sebesar 7%.
4. Warna
Zat warna Naftol adalah zat warna yang tidak larut dalam air, untuk itu harus diubah
OH ONa N N
+ NaOH OH
+ NO2 N NCL
+ H-OSel
Garam Diazonium
Tidak larut Naftolat larut Larut seperti koloid Berwarna Ik Hidrogen
pH >7 pH < 7
1. Naftol Monogenetik yaitu naftol dengan satu arah warna maksudnya warna yang
ditimbulkan meskipun dibangkitkan dengan bermacam macam garam diazonium
warnanya tetap. Contoh Naftol AS G
2. Naftol Poligenetik yaitu naftol yang warna setelah dibangkitkan dapat bermacam
macam sesuai dengan garam diazoniumnya.Contoh Naftol ASBO, Naftol AS- LB
Zat warna Naftol memiliki dua komponen yaitu :
OH
yang mempunyai sifat : Tidak Larut, tidak berwarna dan tidak substantif.
Substantifitas tinggi
OH
CONH
OH ONa
NaOH
Naftolat
Naftolat kurang stabil dalam kondisi terbuka karena tidak tahan terhadap CO 2
dan udara lembab (H2O)
CO2
ONa OH
+ + Na2CO3
H2O
Naftolat Naftol
Pencapan dengan zat warna naftol ini terdiri dari dua metode yaitu :
2. Pad Naftol
Yaitu padding dengan larutan naftol yang sudah berbentuk naftolat, kemudian
pencapan dengan garam diazonium. Jika digunakan naftol poligenetik,
setelah dicap dengan garam naftol akan dihasilkan warna sesuai garam
diazonium. Pengeringan pada naftolat perlu agar zat warna lebih terserap
oleh kain dan ketahanan luntur terhadap pencucian dan gosok lebih baik.
Pengeringan tidak boleh dengan sinar matahari (tidak boleh lebih 80oC)
karena akan mengubah bentuk naftolat menjadi naftol. Kerugian cara ini
memerlukan waktu yang lama, karena kain setelah dipad dengan senyawa
naftolat harus dikeringkan terlebih dahulu baru dicap dengan garam
diazonium.
OH ONa N N
+ NaOH OH
+ NO2 N NCL
+ H-OSel
Garam Diazonium
Tidak larut Naftolat larut Larut seperti koloid Berwarna Ik Hidrogen
pH >7 pH < 7
BAB III
PERCOBAAN
1. Srcreen Printing
2. Meja printing
3. Rakel
4. Mesin Drying
5. Padder
6. Hair dryer
7. Alat bantu : mixer, pengaduk, neraca dan gelas ukur.
1. Kain Kapas
2. Pengental
3. Zat warna naftol As-BO
4. Garam diazonium Merah dan Kuning
5. Spiritus
6. NaOH 38oBe
7. NaCl
8. Asam asetat
- Ambil zat warna naftol kemudian larutkan dengan NaOH untuk melarutkannya
sehingga menjadi naftolat, karena zat warna naftol tidak larut dalam air.
- Aktifkan padder dengan WPU 80 %, kemudian bahan dimasukan dalam larutan
naftolat dan di padding sebanyak dua kali.
- Setelah di padding bahan di keringkan sampai suhu 80oC.
- Kemudian bahan dicap dengan garam diazonium.
c. Pencapan Naftol
- Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka
sempurna dan konstan pada meja cap.
- Letakkan screen tepat berada pada bahan yang akan dicap
- Dengan bantuan rakel, pasta cap ditaburkan pada screen pada bagian pinggir
kasa (tidak mengenai motif) secara merata pada seluruh permukaan.
- Tahan frame agar mengepres pada bahan, kemudian lakukan proses
pencapan dengan cara memoles screen dengan pasta cap menggunakan
rakel.
- Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah
agar dapat mendorong zat warna masuk ke motif. Lepaskan screen ke atas.
- Untuk screen ke dua (warna berbeda), pasangkan screen dengan mempaskan
posisi motif , agar kedua motif dapat berimpit dengan tepat.
- Lakukan proses pencapan seperti point di atas.
- Setelah selesai, biarkan pasta pada kain sedikit mongering kemudian angkat
secara hati-hati.
- Lakukan proses pengeringan, dengan cara dijemur atau dengan pemanas lain.
d. Pad Garam Diazonium
- Ambil garam diazonium kemudian dilarutkan dengan asam asetat dan NaCl.
Setelah itu tambahkan air.
Padding Drying 80oC 2-3 Pencapan dengan garam diazonium Drying washing off
Pencuciaan dengan sabun (panas dan dingin) evaluasi
3.5 Resep
A. Cara Padding zat warna naftol
Resep R1 R2 R3 R4
ZwNaftol 20
200 = 4
1000
Spirtus 30
200 = 6
1000
NaOH 30
200 = 6
38oBe 1000
NaCl 100
200 = 10
1000
Resep 1 2 3 4
Garam
diazonium 20 30 20 30
50 = 1 50 = 1,5 50 = 1 50 = 1,5
1000 1000 1000 1000
CH3COOH 20
50 = 1
35% 1000
Pengental 600
50 = 35
alginat 1000
Penilaian 1 2 3 4
(20 g garam (30 g garam (20 g garam (30 g garam
diazonium) diazonium) diazonium) diazonium)
Kerataan 4 3 2 1
kekakuan 1 3 2 4
Ketajaman 2 4 1 3
Handling 1 2 3 4
1 = tidak baik
2 = cukup baik
3 = kurang baik
4 = Baik
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum pencapan zat warna naftol pada kain kapas menggunakan metoda
padding dengan menggunakan Naftol As-BO dan garam di azonium A (merah) dan B
kuning). (Zat warna Naftol adalah zat warna yang tidak larut, terbentuknya warna di dalam
serat sebagai hasil reaksi komponen Naftol dengan garam diazonium. Komponen Naftol
yang terkenal adalan Naftol AS yang merupakan perbaikan Naftol. Naftol As mempunyai
afinitas seperti halnya zat warna direk, maka penambahan elektrolit dalam pencelupan akan
memperbesar penyrapan. Dengan berat molekul yang besar sehingga tidak larut, untuk
melarutkan diperlukan natrium hidroksida. Setelah larutan Naftol diaplikasikan pada kain
dengan cara padding, pengeringan segera dilaksanakan untuk menghindari kontak dengan
karbondioksida udara seminimal mungkin.Setelah pengeringan kain harus dihidari dari
cahaya matahari, kelembaban, gas alam dan percikan air yang dapat menyebakan
ketidakrataan hasil pewarnaan. Penyimpanan setelah Naftolat yang terlalu lama dapat
menyebabkan difusa Naftolat yang terlalu dalam ke serat sehingga sulit dilakukan
pencuccian..
Pada hasil evaluasi terhadap penilaian kerataan, contoh uji resep 1 (20 g garam diazonium)
lebih baik dibandingkan dengan resep lainnya hal ini kemungkinan terjadi kemungkinan
dipengaruhi juga oleh teknik penempatan screen terhadap kain, jika penampatan screen 2
tidak sesuai dengan motif screen 1 maka akan terjadi tumpang tindih antara motif pada
screen 1 dan 2 . sehingga pada saat pencapan harus dipilih tempat yang rata dan
memposisikan antara pertemuan garis pada kassa.
Untuk nilai kekauan contoh uji yang memakai resep 4 (30 g/l garam diazonium) lebih kaku
jika di banding kan dengan resep yang lainnya. Hal ini berhubungan difusi zat warna.
Karena pada prinsipnya zat warna Naftol adalah zat warna yang tidak larut, terbentuknya
warna di dalam serat sebagai hasil reaksi komponen Naftol dengan garam diazonium.
Komponen Naftol yang terkenal adalan Naftol AS yang merupakan perbaikan
Naftol.Sehingga besarnya kosentrasi garam diazonium erat kaitannya dengan difusi zat
warna dalam serat. Kemungkinan karena kosentrasi yang tinggi membuat zat warna
berkumpul dibeberapa bagian saja, sehingga permukaan ada yang rata (tipis) dan tebal
sehingga menyebabkan hasil yang tidak rata pula.Hal iniditunjukan pada kain 2 dan 4 yang
sama-sama memakai 30 gr garam diazonium
Evaluasi ketajaman kain no 2 resep 30 g/l garam diazonium lebih baik jika dibandingkan
dengan kain yang memakai resep lainnya.Hal ketajaman pada motif dipengaruhi ole
penekanan pada kassa dan juga tajamnya warna yang biasa dihasilkan dari kepekatan zat
warna. Hal ini seseuai dengan banyaknya garam maka warna yang di hasilkan zat warna
naftol akan tua.Kemungkinan untuk perlakuan penekanan kasa pada kain yang lain kurang
sehingga motif yang dihasilkan kurang tajam dan terjadi overlap.
Handling erat kaitannya dengan proses pencucian. Dimana pencucian adalah usaha untuk
menghilangkan zat warna yang tidak terdisfusi pada serat.Pada kain no 4 (30 g/l garam
diazonium) didaptkan hasil yang lebih baik di banding yang lainnya. Hal ini terjadi
kemungkinan karena banyaknya zat warna yang tidak menempel pada kain sehingga pada
proses pencucian zat warna yan tidak menempel hilang (luntur) sehingga didapatkan efek
yang lembut jika dibandingkan dengan zat warna yang benar-benar menempel pada
permukaan kain, lebih terasa kasar.
BAB V
KESIMPULAN