JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2016 Analisa Tindakan Suctioning Di ICU RSUD Prof.Dr.Margono Soekardjo Purwokerto 1. Gambaran Singkat Kasus Ny. N berusia 40 tahun didiagnosis medis mengalami CKD dengan penurunan kesadaran. Pemeriksaan status kesadaran diperoleh tingkat kesadaran soporokoma GCS: 7 (E: 1, V: 2, M: 4). Pasien terpasang ETT dan juga ventilator mekanik dengan mode Bilevel. Dan saat dilakukan pemeriksaan suara nafas pasien terdengar seperti ada secretnya Oleh karena itu, pasien perlu dilakukan prosedur suctioning untuk membebaskan jalan napas pasien dari penumpukan sekret akibat pemasangan ETT. 2. Diagnosa Keperawatan Bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan secret di jalan napas. 3. Pengertian Prosedur Suction atau penghisapan lendir adalah suatu tindakan untuk membersihkan jalan nafas dengan memakai kateter penghisap. Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri (Hudak & Gallo, 2006). Tiga teknik pengisapan primer adalah pengisapan orofaring dan pengisapan nasofaring, pengisapan orotrakea dan pengisapan nasotrakea, dan pengisapan jalan napas buatan. 4. Tujuan Suction Untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri. 5. Indikasi Suction ETT Menurut Smeltzer & Bare (2008) indikasi penghisapan lendir (suction) lewat endotrakeal adalah untuk: 1. Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenance), apabila: a.Pasien tidak mampu batuk efektif. b.Diduga aspirasi 2. Membersihkan jalan napas (bronchial toilet), apabila ditemukan: a.Pada auskultasi terdengar suara napas yang kasar atauu ada suara napas tambahan. b.Diduga ada sekresi mucus pada saluran pernapasan. c.Apabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan beban kerja sistem pernafasan. 3. Pengambilan specimen untuk pemeriksaan laboratorium. 4. Sebelum dilakukan radiologis ulang untuk evaluasi. 5. Untuk mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal. 6. Prosedur Suction ETT a. Persiapan Alat - Set penghisap sekresi atau suction portable lengkap dan siap pakai - Kateter penghisap steril dengan ukuran 20 untuk dewasa - Sarung tangan steril/bersih - Masker - Kassa steril/bersih - Kom berisi air untuk membilas kateter suction b. Prosedur 1) Cuci tangan 2) Memakai alat pelindung diri (sarung tangan steril/bersih dan masker) 3) Menghidupkan mesin penghisap sekresi dan atur regulator vakum untuk menetapkan tekanan yang sesuai 4) Siapkan suction, lalu hubungkan satu ujung selang penghubung suction dengan mesin penghisap dan tempatkan ujung yang lain di tempat yang aman 5) Masukkan (insersi) suction di area mulut (orofaring),di daerah yang terpasang ET 6) Pengisapan dilakukan sambil menarik kateter suction dengan gerakan memutar. Jika ada rangsangan batuk, tarik sepanjang kira-kira 2 cm untuk mencegah trauma pada carina 7) Jika jalan napas klien sudah bersih dari sekret, hentikan tindakan 8) Bilas suction dengan air bersih yang sudah disipakan dalam kom. 9) Matikan mesin pengisap, kemudian lepaskan selang penghubung suction dengan mesin penghisap. 10) Letakkan suction di dekat klien 11) Lepas sarung tangan dan cuci tangan 12) Dokumentasikan tindakan dan monitor respon pasien pada lembar catatan asuhan keperawatan pada meja pasien (Kozier, 2009). 4. Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan suction ETT a. Sebelum suction, pasien harus diberi oksigen yang adekuat (pre oxygenasi) sebab oksigen akan menurun selama proses pengisapan b. Proses suction tidak boleh melebihi 10-15 detik di lumen artificial airway, total proses suction jangan melebihi 20 detik. c. Bila hendak mengulangi suction harus diberikan pre-oksigenasi kembali 6-10 kali ventilasi dan begitu seterusnya sampai jalan nafas bersih d. Jangan lupa monitor vital sign, ECG monitor ,sebelum melanjutkan suction, bila terjadi dysritmia atau hemodinamik tidak stabil, hentikan suction sementara waktu e. Suction harus hati-hati pada kasus-kasus tertentu misalnya penderita dengan odeme paru yang berat dengan memakai respirator dan PEEP, tidak dianjurkan melakukan suction untuk sementara waktu sampai oedem parunya teratasi f. Bila sputum kental dan sulit untuk dikeluarkan dapat dispooling dengan cairan NaCl 0,9% sebanyak 5-10 ml dimasukkan ke dalam lumen artificial airway sebelum disuction, untuk bayi cukup beberapa tetes saja g. Dianjurkan setiap memakai artificial airway harus menggunakan humidifier dengan kelembaban 100% pada temperatur tubuh untuk mengencerkan dan memudahkan pengeluaran sputum (Kozier, 2009). 7. Gambaran pemasangan NGT di rumah sakit. Prosedur tindakan suctioning pada Ny. N di rumah sakit sebagian besar sudah sesuai dengan prosedur. Perawat melakukan suctioning ETT dengan menggunaka sarung tangan dan juga prosedurnya sudah sesuai dengan teori. Namun, terdapat sedikit kekurangan yaitu perawat tidak memperhatikan selang kateter setelah melakukan suctioning sehingga biasanya kateter tersebut hanya tergantung diatas alat suction tanpa tertutup apapun padahal kateter tersebut akan digunakan untuk melakukan suction pada pasien lagi. Referensi: Hudak & Gallo.(1994). Critical care nursing : a holistic approach. (7th edition). Lippincott: Philadelphia Kozier, B., Erb, G., Berman, A. & Snyder, S.J. (2009). Fundamental of nursing: concepts, process and practice Seventh. Jakarta: EGC. Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2008). Buku ajar keperawatan medical bedah (8 ed)(Vol 2). Jakarta: EGC.