Professional Documents
Culture Documents
NRP 02211645000005
Elvassore N .
Pendahuluan
Suatu obat dikatakan mempunyai penghantaran yang unggul jika obat tersebut
mempunyai laju pelepasan yang terkontrol (controlled release drug) (Wang dkk.,
2006). Controlled release system mampu mengontrol pelepasan obat dalam tubuh
pada laju yang diinginkan ke bagian tubuh yang 2 diinginkan. Controlled release
system dapat dilakukan dengan memformulasikan active pharmaceutical ingredients
(API) dengan polimer sebagai drug excipients, dimana API akan terdistribusi dalam
matriks polimer (Yeo - Kiran, 2005 dan Tandya dkk., 2007). Pembuatan
mikropartikel dapat dilakukan dengan teknik konvensional seperti teknik
penghancuran secara mekanis (crusher, grinder, dll), teknik presipitasi larutan organik
(pemisahan fasa polimer, penguapan atau ekstraksi pelarut), dan teknik spray drying.
Gas dan fluida superkritis dapat digunakan dalam kristalisasi sebagai anti-solvent,
yang disebut metode Gas anti-solvent (GAS). Bila kelarutan berkurang dengan
melarutkan zat anti-solvent (keadaan gas atau superkritis) dalam larutan, zat
terlarutnya akan mengkristal. Metode GAS biasanya berlaku pada suhu rendah dan
tekanan rendah dibandingkan dengan metode RESS untuk berbagai jenis senyawa
dengan memilih pelarut cair yang sesuai. Perintis pengembangan metode GAS
dilakukan oleh Gallagher dkk. Mereka menerapkan metode GAS menggunakan
Carbon dioxide, chlorodifluoromethane dan dicholorodifluoromethane untuk
memanipulasi distribusi ukuran kristal untuk nitroguanidin eksplosif, naftalena dan
lainnya, dan pengaruh berbagai jalur ekspansi terhadap ukuran partikel juga diselidiki.
Sebagai anti-solvent, CO2 banyak digunakan; Sebagai contoh, kristalisasi b-karoten
dan asetaminofen yang dilakukan pada larutan toluena dan n-butanol oleh Chang dan
Randolph, dan perubahan volume molar parsial untuk setiap komponen dalam fase
cair dan ketergantungan kelarutan B-karoten pada tekanan CO2 juga ditunjukkan.
Metode GAS berlaku untuk pemisahan bahan yang sulit dipisahkan dengan metode
konvensional. Shishikura melaporkan pemisahan asam karboksilat dalam larutan
aseton. Asam sitrat berhasil dipisahkan dari asam organik lainnya, termasuk produk
sampingan utama dari fermentasi asam sitrat, dan ditunjukkan bahwa untuk
pemisahan yang efisien tingkat supersaturasi larutan dan kelarutan zat terlarut sangat
penting. Baru-baru ini Catchpole et al. juga berhasil memisahkan lesitin dari minyak
kedelai dan ketumbar trigliserida dari minyak esensial dengan menggunakan metode
GAS dengan CO2. Tai dan Cheng menerapkan Metode GAS pada kristalisasi senyawa
organik seperti asetaminofen dan sukrosa, dan senyawa anorganik seperti amonium
klorida. Dilaporkan bahwa proses pertumbuhan kristal dalam metode GAS serupa
dengan kristalisasi konvensional kecuali kristal anorganik ukuran milimeter.
Metode GAS terdiri dari penambahan SCF ke dalam larutan yang dibentuk oleh
pelarut organik dan zat terlarut yang di inginkan dan 'steels' pelarut dari larutan
dengan akibatnya padatnya tekanan. Transfer ini terjadi karena SCF sangat larut
dalam pelarut sedangkan padatannya tidak (TABERNERO et al., 2012). Gambar
dibawah ini menunjukkan peralatan GAS menurut Jung dan Perrut (2001). Secara
singkat, larutannya dimasukkan ke dalam ruang kontrol suhu yang diikuti oleh
penambahan antisolven melalui dasar ke ruang dengan saringan filter, pada laju dan
suhu konstan yang telah ditentukan yang menyebabkan perluasan larutan cair dan
pengendapan bahan padat (FRANCESCHI et al., 2008b).
Sebuah review yang diterbitkan oleh Martn dan Cocero (2008a) membahas
tentang beberapa proses mikronisasi yang menggunakan cairan superkritis. Para
penulis menunjukkan bahwa aplikasi komersial teknologi presipitasi fluida superkritis
memerlukan prediktabilitas dan konsistensi karakteristik produk, terutama karena ada
banyak variabel yang terlibat dalam sistem. Pernyataan ini melibatkan pemahaman
rinci tentang pengaruh semua parameter proses yang relevan. Efek dari parameter
proses utama pada proses mikronisasi dengan SCF yang memiliki efek pada ukuran
partikel dan morfologi seperti pengaruh dari suhu, tekanan, laju penambahan CO2,
agitasi, dlsb.
Effect of pressure: Dalam ketiga jurnal yang di review ini, penurunan tekanan
menyebabkan peningkatan kecil ukuran partikel dan pembesaran distribusi ukuran
partikel. Dalam beberapa kasus lain, pengaruh tekanan menghasilkan efek sebaliknya.
Mikropartikel sperik kadang-kadang diperoleh pada operasi di kondisi CO2 cair.
Simpulan
Jadi, bisa disimpulkan dari komparasi 3 jurnal pada metode GAS (Gas anti
solvent) ini menunjukkan bahwa banyak parameter yang disebutkan di atas memiliki
pengaruh simultan terhadap berbagai tahap proses, terkadang menghasilkan kesulitan
dalam interpretasi proses, atau bahkan hasil eksperimen kontradiktif yang diperoleh
oleh peneliti yang berbeda. Oleh karena itu, pengembangan suatu proses seringkali
memerlukan studi eksperimental yang ekstensif dengan berbagai kombinasi parameter
proses. Hal ini diperlukan untuk mempunyai beberapa pengetahuan tentang
mekanisme proses yang memungkinkan dilakukannya interpretasi dan analisis yang
lebih dalam terhadap hasil eksperimen untuk penerapan posterior dan validitas proses
(MARTN; COCERO, 2008a). Tinjauan paten yang menarik terkait teknologi
presipitasi superkritis dipresentasikan oleh Martn dan Cocero (2008b), serta aspek
proses dan fitur untuk memperbaiki atau mengatasi masalah teknis.
Summary Komparasi 3 Jurnal untuk Metode Gas Ant Solvent (GAS) :