You are on page 1of 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi

adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sesorang berada di atas batas

normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk

diastolik. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena

penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi. Sebelum

memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu

lama dan terus menerus bisa memicu stroke serta serangan jantung, gagal

jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik

(Purnomo, 2009).

Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita

hipertensi. Data WHO menyebutkan jumlah penderita hipertensi di India

tahun 2000 adalah 60.4 juta dan juga diperkirakan sebanyak 107,3 juta pada

tahun 2025 ( terjadi kenaikan sebesar 65%). Di cina pada tahun 2000

sebanyak 98,5 juta orang menderita hipertensi dan tahun 2025 diperkirakan

menjadi 151,7 juta ( kenaikan sebesar 65%). Sedangkan dibagian lain asia

tercatat tahun 2000 sebesar 38,5 juta penderita hipertemsi dan tahun 2025

sebesar 67,3 juta ( kenaikan sebesar 57%). Data ini mennjukan bahwa

hipertensi menjadi ancaman bagi masyarakat dunia ( Kamaludddin, 2010).

1
2

Saat ini jumlah penderita hipertensi di Indonesi diperkirakan 15.000 juta

orang. Prevalensi pada daerah urban dan rural bekisar antara 17-21% dan

hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi pada dewasa

adalah 6-15% dan 50% di antara orang dewasa yang menderita hipertensi

tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung

untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak

mengetahaui faktor resiko dan 90% merupakan hipertensi essensial

(Irza, 2009).

Stres berkaitan dengan hipertensi, hasil dari penelitian Prasetyorini

(2012) menyebutkan bahwaadanya pengaruh yang signifikan antara tingkat

stres terhadap komplikasi pada penderita hipertensi. Stres merupakan suatu

tekanan fisik maupun psikis yang dapat merangsang anak ginjal dan

melepaskan hormon adrenalin (Gunawan, 2001). Stres akanmenstimulasi

sistem saraf simpatis yang meningkatkan curah jantung danvasokontriksi

arteriol, yang kemudian meningkatkan tekanan darah (Menurut Kozier,

2010).Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi sangat berperan

untukdapat mengelola stres dengan baik (Hawari, 2008).

Relaksasi nafas dalam (deep breathing) pada sistem pernafasan berupa

suatu keadaan inspirasi dan ekspirasi pernafasan dengan frekuensi pernafasan

menjadi 6 10 kali permenit sehingga terjadi peningkatan regangan

kardiopulmonal (Izzo, 2008). Relaksasi nafas dalam dapat meningkatkan

alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, mengurangi


3

stres baik stres fisik maupun emosional (Smeltzer & Bare, 2002). Relaksasi

nafas dalam juga akan membuat individu merasa rileks (Priharjo, 2003).

Hasil dari penelitian Suwardianto, 2011 tentang pengaruh relaksasi nafas

dalam(deep breating) terhadap perubahan tekanan darah pada penderita

hipertensi menunjukan terjadi penurunan signifikan tekanan darah sesudah

dilakukan relaksasi nafas dalam. Penelitimenyimpulkan bahwa teknik

relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi melalui penurunan stres.Selain relaksasi nafas dalam, relaksasi

dengan memasukkan unsur keyakinan dapat dilakukan oleh siapa saja yang

yakin terhadap sesuatu dan dapat dipraktekkan oleh agama apa saja

(Benson, 2000).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam sebagai Terapi Tambahan terhadap

Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di X

B. Rumusan Masalah

1. Rumusan Masalah Umum

Apakah terdapat pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam sebagai

terapi tambahan terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi

di wilayah X

2. Rumusan masalah khusus

a. Apakah terdapat perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik

sebelum dan sesudah diberikan terapi teknik relaksasi nafas dalam

pada kelompok perlakuan ?


4

b. Apakah terdapat perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik

sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol ?

c. Apakah terdapat perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam

sebagai terapi tambahan terhadap penurunan tekanan darah pada pasien

hipertensi di wilayah X

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik

sebelum dan sesudah diberikan terapi teknik relaksasi nafas dalam

pada kelompok perlakuan.

b. Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik

sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol.

c. Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik

pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan pengalaman, pengetahuan serta wawasan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai pengaruh

pemberian terapi teknik relaksasi nafas dalam sebagai terapi tambahan


5

terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien

hipertensi

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pemberian

pelayanan kesehatan berkaitan dengan masalah keperawatan dengan

hipertensi

3. Bagi Penderita Hipertensi

Dapat memberikan informasi tentang pengaruh teknik relaksasi nafas

dalam sebagai terapi tambahan terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi, sehingga mereka dapat menggunakan terapi non

farmakologis ini sebagai upaya untuk mengontrol dan menurunkan

tekanan darahnya.

4. Bagi Instalasi Pendidikan

Sebagai bahan acuan bacaan, informasi, dan referensi penelitian

selanjutnya terhadap pengaruh pemberian terapi teknik relaksasi nafas

dalam sebagai terapi tambahan terhadap penurunan tekanan darah sistolik

dan diastolik pada pasien hipertensi


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi yang diderita oleh seseorang erat kaitannya

dengan tekanan sistolik dan diastolik, Tekanan sistolik berkaitan

dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi,

sedangkan tekanan diastolic berkaitan dengan arteri pada jantung

mengalami relaksasi diantara dua denyut jantung. Dari hasil

pengukuran, tekanan sistolik memiliki nilai yang lebih besar dari

tekanan diastolik (Corwin, 2009).

Selain itu, Hipertensi juga didefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan

diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang

hipertensi ringan dan sedang gagal menjelaskan pengaruh utama

tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular. Perjalanan

penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin

tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini


7

menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan

organ yang bermakna (Sylvia Anderson Price, 2005).

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama

dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih atau sama

dengan 90 mmHg atau mengonsumsi obat anti hipertensi (Arthur C.

Guyton, 2007).Jadi, dari beberapa definisi tersebut, dapat

disimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan

sistolik dan tekanan diastoliknya lebih dari 140/90 mmHg.

b. Klasifikasi

Klasifikasi takanan darah untuk dewasa 18 tahun atau lebih

menurut Sixth Report of The Joint National Committee on Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (Sylvia Anderson

Price, 2005) dan klasifikasi menurut WHO.

Tabel 2.1
Klasifikasi menurut Sixth Report of The Joint National Committee
on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
(Sylvia Anderson Price, 2005).

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) 180 110

c. Etiologi
8

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu

hipertensi esensial dan hipertensi sekunder.

1) Hipertensi esensial

Hipertensi esensial atau lebih dikenal dengan hipertensi

primer atau idiopatik, merupakan hipertensi yang tidak jelas

etiologinya. Kasus hipertensi esensial merupakan hipertensi

yang paling sering terjadi yaitu sekitar 90%. Hipertensi esensial

disebabkan oleh multifactor, diantaranya faktor genetic dan

lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari

adanya riwayat penyakit kardiovaskular dari keluarga. Faktor

predisposisi dapat berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan

terhadap stress, dan resistensi insulin. Faktor lingkungan yang

dapat menyebabkan hipertensi, diantaranya stress, obesitas, dan

mengonsumsi natrium yang berlebihan.

2) Hipertensi sekunder

Disebabkan oleh obat-obatan dan penyakit ginjal yang

berupa hipertensi akibat lesi pada arteri ginjal sehingga

menyebabkan hipoperfusi ginjal. Selain itu, hipertensi sekunder

disebabkan oleh penyakit pada sistem endokrin, misalnya akibat

kelainan korteks adrenal, tumor di medulla adrenal,

hipotiroidisme, hipertiroidisme, dan hiperparatiroidisme.

Prevalensi hipertensi ini sekitar 5-8%. Sekitar 90% kasus

hipertensi adalah hipertensi primer atau esensial sedangkan 7%


9

disebabkan oleh kelainan ginjal atau hipertensi renalis dan 3%

disebabkan oleh kelainan hormonal atau hipertensi hormonal

serta penyebab lainnya. Faktor tertentu yang mungkin menjadi

faktor penyebab lainnya adalah (Muttaqin, 2009):

a) Usia lanjut

Kemungkinan pertambahan usia juga berpengaruh

pada penderita hipertensi. Karena adanya perubahan

struktural dan fungsional sistem vaskular perifer. Perubahan

ini meliputi asteroklerosis, dan hilangnya elastisitas jaringan

ikat. Dengan pertambahan usia, jantung penderita menjadi

kaku dan kurang berfungsi.

b) Jenis kelamin

Umumnya hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-

laki pada usia pertengahan umur, sedangkan pada

perempuan terjadi setelah usia pertengahan umur. Penyakit

ini banyak menyebabkan komplikasi dan kematian pada

pria.

c) Keturunan

Faktor keturunan sangat berpengaruh pada penderita

hipertensi. Keluarga tertentu memiliki kadar natrium

intraseluler dan menurunkan rasio potassium natrium. Studi

menunjukkan hubungan antara tekanan darah dan

lingkungan untuk anggota keluarga genetiknya mirip. Dari


10

studi tersebut, peneliti memperkirakan hampir 25-60%

kasus hipertensi disebabkan oleh faktor genetik.

d) Obesitas

Umumnya, lebih besar berat badan orang, semakin

tinggi tekanan darahnya. Oleh karena itu, orang dengan

berat badan obesitas disarankan untuk menurunkan berat

badannya secara signifikan agar tekanan darah juga turun

sehingga dapat mengurangi dosis obat antihipertensi.

Penumpukan lemak pada tubuh bagian atas khususnya perut

lebih berpotensi menderita hipertensi daripada lemak

dibagian pinggul dan paha.

e) Konsumsi tembakau

Meskipun merokok belum tentu menjadi penyebab,

namun orang yang berhenti merokok dapat mengurangi

resiko terserang penyakit jantung. Berdasarkan hasil

penelitian, penderita hipertensi yang tidak merokok, tiga

sampai lima kali lebih kecil kemungkinannya untuk

menderita infark miokard dibandingkan pasien hipertensi

yang merokok.

f) Diet lemak tinggi

Makanan dengan kandungan lemak tinggi memiliki

efek langsung pada tekanan darah. Diet lemak tinggi

memberikan kontribusi untuk obesitas dan hiperlipidemia


11

yang meningkatkan risiko penderita komplikasi

kardiovaskular. Hiperlipidemia merupakan kelebihan

lemak dalam plasma yang dapat meningkatkan risiko

aterosklerosis. Dengan demikian, pasien hipertensi harus

dimotivasi untuk makan diet rendah lemak untuk

mengurangi risiko komplikasi cardiovascular.

g) Stress

Tekanan darah pada penderita hipertensi dapat

meningkat sebagai respon normal akibat stresor fisiologis

seperti marah, takut, dan rasa sakit fisik. Namun, jika

stressor tersebut tetap berlangsung, vasokonstriksi

meningkat, detak jantung meningkat, dan stimulasi

pelepasan renin dapat menyebabkan tekanan darah terus

tinggi. Dengan demikian, pasien yang terkena stres berulang

memiliki peningkatan risiko hipertensi.

h) Gaya hidup yang menetap

Risiko hipertensi meningkat sebanyak 25% akibat

gaya hidup yang menetap. Penderita hipertensi harus

didorong untuk latihan pola hidup sehat sebagai cara

memperbaiki kesehatan kardiovaskularnya. Latihan yang

dilakukan tidak perlu berat, misalnya aktivitas ringan

seperti berjalan cepat 30-45 menit selama tiga sampai lima

kali seminggu. Dengan mempertahankan aktivitas aerobik


12

secara teratur, pasien hipertensi dapat menurunkan tekanan

darah sistoliknya sekitar 10mmHg.

2. Relaksasi Nafas Dalam

a. Definisi

Teknik relaksasi merupakan metode yang digunakan untuk

menurunkan tegangan otot (muscle tention). Salah satu metode

tindakan eksternal yang mempengaruhi respon internal individu

terhadap nyeri. Beberapa Teknik relaksasi nafas dalam merupakan

suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat

mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam,

napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana

menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan

intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat

meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah

(Smeltzer & Bare, 2002).

b. Manfaat dan Tujuan Relaksasi Nafas Dalam

Manfaat teknik relaksasi nafas dalam menurut Priharjo (2003) dalam

Arfa (2014) adalah sebagai berikut :

1) Ketentraman hati.

2) Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah.

3) Tekanan darah dan ketegangan jiwa menjadi rendah.

4) Detak jantung lebih rendah.

5) Mengurangi tekanan darah.


13

6) Meningkatkan keyakinan.

7) Kesehatan mental menjadi lebih baik.

c. Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam menurut

Priharjo (2003)adalah sebagai berikut :

a) Ciptakan lingkungan yang tenang.

b) Usahakan tetap rileks dan tenang.

c) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru

dengan udara melalui hitungan 1,2,3.

d) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil

merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks.

e) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali.

f) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan

melalui mulut secara perlahan-lahan.

g) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks.

h) Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam.

i) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri.

j) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa

berkurang.

k) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat

setiap 5 kali.

l) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara

dangkal dan cepat.


14

d. Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Tekanan

Darah

Nafas dalam merupakan tindakan yang disadari untuk mengatur

pernafasan secara dalam yang dilakukan oleh korteks serebri,

sedangkan pernafasan spontan dilakukan oleh medulla oblongata.

Nafas dalam dilakukan dengan mengurangi frekuensi bernafas 16-19

kali dalam satu menit menjadi 6-10 kali dalam satu menit. Nafas

dalam yang dilakukan akan merangsang munculnya oksida nitrit

yang akan memasuki paru-paru bahkan pusat otak yang berfungsi

membuat orang menjadi lebih tenang sehingga tekanan darah yang

dalam keadaan tinggi akan menurun.

Oksida nitrit disintesis oleh enzim nitric oxide synthase (eNOS)

endotel dari L-arginin. Peningkatan aktivitas dari eNOS dan

produksi oksida nitrit dipengaruhi oleh faktor-faktor yang juga

meningkatkan kalsium intraselular, dan juga termasuk mediator

lokal. Mediator lokal tersebut adalah bradikinin, histamin, dan

Serotonin, serta beberapa neurotransmitter. Produksi nitrit oksida

secara kontinu akan memodulasi resistensi vaskular, dan telah

diketahui bahwa inhibisi eNOS menyebabkan peningkatan tekanan

darah (Ward, 2005).


15

B. KERANGKA TEORI

Etiologi :
Hipertensi
a. Hipertensi primer
atau essensial
b. Hipertensi
sekunder Tekanan Darah
Meningkat

Farmakologi : Non Farmakologi


a. Propanol a. Relaksasi nafas
b. Diurerik oral dalam
b. Aktivitas Jalan Kaki

Teknik Relaksasi
Nafas Dalam

Penuruna
Tekanan Darah
16

C. KERANGKA KONSEP

Variable Bebas Variable terikat

Terapi teknik Penurunan tekanan


relaksasi nafas darah sistolik dan
dalam diastolik

Variable perancu
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Penyakit penyerta
4. Kebiasaan merokok
5. Konsumsi natrium

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan dasar teori yang telah dipaparkan maka hipotesis yang
diajukan adalah ada pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam
sebagai terapi tambahan terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi di wilayah X

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian Quasy experimental dengan
rancangan non-equivalent pre test and post test control group design.
Penelitian eksperimental kuasi adalah suatu prosedur penelitian yang
17

dengan memberikan perlakuan tertentu pada subjek penelitian, dengan


tujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan sebagai variabel bebas
terhadap variabel terikat dengan rancangan tertentu. Penelitian eksperimen
kuasi ini menggunakan rancangan non-equivalent pre test and post test
control group yaitu suatu penelitian yang dimulai dengan mengidentifikasi
kelompok yang akan diberi perlakuan dan kelompok tanpa perlakuan atau
disebut kelompok kontrol, yang mungkin dapat menerangkan mengapa
kelompok perlakuan dapat terkena efek, sedangkan untuk kelompok
kontrol tidak.
B. Populasi dan sample
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan yang
didiagnosa hipertensi Cara pemilihan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah yaitu pengambilan sampel dengan cara purposive
sampling. Peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil dengan
pertimbangan tertentu. Sampel tidak diambil secara acak tetapi ditentukan
sendiri oleh peneliti sehingga memenuhi kriteria yang diinginkan. Dalam
penelitian ini terdapat kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
Penderita dengan hipertensi, Penderita berusia 34-61 tahun. Bukan
wanita hamil, Penderita tetap melakukan terapi farmakologi dengan
obat anti hipertensi (OAH) berupa amlopdipine dari kelompok
penghambat kalsium atau calcium channel blocker (CCB) tipe
dihydropyridine dengan dosis yang relatif sama yaitu 5-10 mg.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi
dengan penyakit penyerta seperti chronic kidney disease (CKD),
penyakit parenkim ginjal, penyakit vaskular ginjal, penyakit sindrom
Chusing atau hiperaldosteronemia primer, feokromositoma,
hipertiroidisme, hiperparatiroidisme.
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
18

Pengambilan data ini dilakukan di wilayah X, pada X


D. Teknik Pengolahan Dan Analisa Data
Pengolahan data penelitian yang dilakukan oleh peneliti meliputi :
a) Editing Peneliti memeriksa data yang diperoleh, baik mengenai
identitas responden maupun hasil pengukuran.
b) Coding Coding dilakukan untuk mempermudah proses pengolahan
data, maka peneliti memberikan kode pada data yang diperoleh
untuk mempermudah dalam pengelompokan dan klasifikasi data.
Peneliti menggunakan kode 1 untuk kelompok eksperimen dan
kode 2 untuk kelompok kontrol.
c) Transfering Peneliti memindahkan kode-kode tersebut ke dalam
komputer setelah semua data terkumpul.
d) Tabulating Peneliti melakukan penyusunan data agar dengan
mudah dijumlahkkan dan didata untuk disusun dan dianalisis.
e) Entering Peneliti memasukkan data ke dalam komputer untuk
selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan program
SPSS 16.
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti meliputi analisis
univariat dan analisis bivariat.
E. Etika Penelitian
Peneliti melakukan pertimbangan etik untuk memenuhi hak responden
dalam penelitian ini, antara lain :
1. Self determination. Peneliti memberikan penjelasan tentang maksud,
tujuan, dan manfaat penelitian kepada responden. Responden diberikan
kebebasan untuk menentukan apakah responden bersedia atau tidak untuk
mengikuti penelitian yang akan dilakukan.
2. Privacy. Peneliti meminta ijin terlebih dahulu kepada responden dan
menjelaskan bahwa perlakuan akan diberikan oleh peneliti kepada
responden sehingga responden memilikin hak untuk dihargai tentang
pembagian informasi terkait dengan apa yang akan responden lakukan dan
19

apa yang akan dilakukan kepada responden dalam penelitian yang akan
dilakukan.
3. Anonymity. Responden diberikan kode tertentu untuk mencegah
diketahuinya data yang didapatkan adalah berasal darinya.
4. Confidentially. Peneliti memberikan penjelasan tentang rencana
pelaksanaan penelitian dan menjelaskan bahwa peneliti akan menyimpan
data tentang responden di tempat tertentu dan bahwa semua bentuk data
tersebut hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Pemenuhan
hak-hak responden akan dituangkan melalui suatu lembar pendekatan,
yaitu informed consent. Responden yang bersedia menjadi sampel dalam
penelitian ini akan menandatangani sebuah pernyataan kesediaan
berpartisipasi sebagai sampel penelitian setelah diberikan informasi
mengenai penelitian.

You might also like