You are on page 1of 18

PEMEROLEHAN KLAUSA RELATIF PADA PEMELAJAR BAHASA INDONESIA

BAGI PENUTUR ASING (BIPA): KAJIAN BAHASA-ANTARA

Suharsono
FIB Universitas Gadjah Mada
email: hars_yogya@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemerolehan klausa relatif pemelajar BIPA
tingkat madya, yang mencakup (a) bentuk klausa relatif, (b) urutan pemerolehan klausa
relatif, dan (c) pengaruh penggunaan strategi belajar bahasa terhadap pemerolehan
klausa relatif. Data diambil dari pemakaian bahasa Indonesia oleh pemelajar BIPA yang
dihasilkan selama program kursus berlangsung dan isian kuesioner. Data kebahasaan
dianalisis menggunakan metode padan-translasional dan metode agih, sedangkan
data hasil kuesioner dianalisis dengan teknik penghitungan rerata dan persentase
yang disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik. Kajian ini mendapatkan fakta bahwa
penggunaan pronomina relatif yang merupakan butir yang tingkat pemerolehannya
paling rendah, sedang tipe klausa relatif yang merelatifkan subjek menduduki tingkat
tertinggi. Sementara itu, penggunaan strategi belajar bahasa berkorelasi positif terhadap
pemerolehan klausa relatif. Penelitian ini memperoleh simpulan bahwa: (1) urutan
pemerolehan klausa relatif menggambarkan sekaligus urutan penguasaan dan tingkat
kesulitan setiap tipe, dan (2) penggunaan strategi belajar bahasa yang dilakukan secara
sadar memungkinkan pencapaian pemerolehan klausa relatif lebih cepat.

Kata kunci: klausa relatif, pemerolehan klausa relatif, bahasa-antara, strategi belajar
bahasa

THE ACQUISITION OF RELATIVE CLAUSES BY BIPA LEARNERS:


AN INTERLANGUAGE STUDY

Abstract
This study aims to describe the acquisition of relative clauses by BIPA (Bahasa Indonesia
for Foreigners) learners of the intermediate level, in terms of: (a) relative clause forms, (b)
the sequence of relative clause acquisition, and (c) effects of language learning strategies
on the relative clause acquisition. The data were collected from the use of Indonesian by
BIPA learners attending a language program and through a questionnaire. The language
data were analyzed by the translational equivalence and distributional methods and the
questionnaire data by the calculation of means and percentages presented in tables and
graphs. The results of the study showed that the use of the relative pronoun yang was
the item with the lowest acquisition level and the relative clause type relativizing the
subject was in the highest rank. Meanwhile, the use of language learning strategies had
a positive correlation with the relative clause acquisition. The study concludes that: (1)
the sequence of the relative clause acquisition reflects both the sequence of mastery and
the difficulty level of of each clause type, and (2) the use of language learning strategies
enables learners to acquire relative clauses faster.

Keywords: relative clause, relative clause acquisition, BIPA, interlanguage, language


learning strategies

57
58

PENDAHULUAN yaitu antara 19942001, kebanyakan


Kajian mengenai pemerolehan bahasa kajian yang dibahas berbasis pengalaman
Indonesia sebagai bahasa asing belum dan sedikit yang berdasarkan penelitian.
banyak dilakukan, padahal penggunaan Topik-topik materi ajar, pengembangan
bahasa Indonesia sebagai bahasa asing kurikulum atau program, metodologi
(BIPA), baik dalam bidang pengajaran atau teknik mengajar, multimedia, dan
maupun bidang lainnya, telah menga- kebudayaan merupakan topik-topik yang
lami peningkatan. Kini bahasa Indonesia mendominasi dalam konferensi tersebut.
dipelajari dan diajarkan di berbagai belah- Bidang-bidang kajian bahasa-antara (in-
an dunia. Tidak kurang dari 73 negara, terlanguage), tes bahasa, ragam bahasa,
yang terdiri dari 178 lembaga yang men- dan persepsi pemelajar kurang diminati
gajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa (Alwasilah, 2006). Begitu juga pada em-
asing. Di dalam negeri pun pengajaran pat KIPBIPA berikutnya (sampai dengan
BIPA diselenggarakan di berbagai per- KIPBIPA VIII tahun 2012) kajian yang
guruan tinggi maupun lembaga-lembaga berkenaan dengan empat topik di atas
lainnya yang bukan perguruan tinggi, dan masih belum menarik minat peneliti dan
terdapat tidak kurang dari 44 lembaga penggiat BIPA.
yang menyelenggarakan program BIPA Dua penelitian yang berkenaan de-
(Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar ngan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negeri Kemendiknas, 2007). Selanjutnya, asing adalah penelitian Kartika (2006)
pada tahun 2014 jumlah lembaga ini dan Muliastuti (2006), yang keduanya
bertambah menjadi sekitar 60 lembaga berfokus pada analisis kesalahan. Pene-
yang pada umumnya menyelenggarakan litian Kartika (2006), yang menggunakan
program Darmasiswa Republik Indonesia subjek penelitian pemelajar BIPA dari
(darmasiswa.kemendikbud.go.id). Jepang, menyimpulkan bahwa sebenar-
Selaras dengan diterbitkannya UU nya pemelajar BIPA Jepang mengetahui
Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, berbagai strategi tindak tutur memohon.
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Pengetahuan tersebut mereka peroleh
Kebangsaan yang menegaskan fungsi dari pengalaman mereka menyimak
bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ujaran dosen selama berinteraksi di kelas
dalam komunikasi nasional bagi seluruh dan teman Indonesia di luar kelas. Akan
lapisan masyarakat, tuntutan penggunaan tetapi, tidak semua tindak tutur memo-
bahasa Indonesia oleh penutur asing di hon yang dituturkan pemelajar BIPA
dalam negeri akan semakin meningkat Jepang berterima dan santun. Untuk
pada masa-masa mendatang. Tuntutan menguasainya, pemelajar memerlukan
ini akan mendorong kemungkinan pe- contoh nyata bagaimana menggunakan
ningkatan permintaan pengajaran BIPA, tindak tutur tidak-langsung secara tepat.
baik di dalam maupun luar negeri. Dalam Selanjutnya, analisis kesalahan terhadap
kondisi seperti ini upaya untuk senantiasa contoh-contoh kata, frasa, dan kalimat
meningkatkan kualitas pengajaran BIPA bahasa Indonesia dalam Kamus Bahasa
merupakan suatu keniscayaan. Dengan Indonesia-Korea adalah penelitian yang
demikian, jelas bahwa penelitian yang dilakukan Muliastuti (2006). Meskipun
mendalam, berkelanjutan, dan lintas di- penelitian ini tidak menggunakan subjek
siplin yang berhubungan dengan BIPA penelitian pemelajar BIPA, tetapi karena
sangat diperlukan demi kemajuan BIPA kamus tersebut disusun oleh orang Korea
pada masa depan. dan bahwa kamus itu memiliki peran
Dalam empat KIPBIPA (Konferensi penting bagi pemelajar BIPA dari Korea,
Internasional Pengajar BIPA) pertama, maka penelitian ini dapat dimasukkan

LITERA, Volume 14, Nomor 1, April 2015


59

sebagai salah satu jenis analisis kesalah- san dipilihnya topik ini. Pertama, peneli-
an. Berdasarkan kajiannya, Muliastuti tian terhadap pemerolehan klausa relatif
(2006) menyimpulkan bahwa terdapat dalam bahasa Indonesia belum pernah
kesalahan yang cukup signifikan pada dilakukan. Kedua, klausa relatif meru-
contoh-contoh bahasa Indonesia di dalam pakan salah satu masalah yang dihadapi
Kamus Bahasa Indonesia-Korea Modern (Edisi pemelajar BIPA dalam memproduksinya.
Kedua) susunan Ahn Young Ho tersebut. Dengan mengkaji klausa relatif, dapat
Kesalahan-kesalahan itu disebabkan oleh diungkapkan jenis dan tingkat kesulitan
faktor interferensi dan faktor intrabahasa. yang dihadapi pemelajar BIPA dalam
Faktor intrabahasa meliputi kesalahan memproduksi klausa relatif. Ketiga, pe-
yang terjadi karena penyamarataan yang merolehan atau penguasaan klausa relatif
berlebih, ketidaktahuan batas kaidah, melibatkan penguasaan aspek tata bahasa
penerapan kaidah yang tidak sempurna, lainnya secara terpadu, seperti afiks, verba
dan salah menghipotesiskan konsep. bentuk aktif dan pasif, pilihan kata, dan
Sementara itu, penelitian yang men- struktur frasa. Penelitian ini diharap-
dalami masalah urutan pemerolehan kan dapat mengisi kelangkaan kajian di
aspek-aspek tata bahasa bahasa Indone- bidang pemerolehan tata bahasa BIPA
sia sebagai bahasa asing masih langka. dan diharapkan memberikan kontribusi
Penelitian yang ada umumnya mengam- di bidang pengajaran BIPA, khusunya
bil objek kajian bahasa Inggris sebagai pengembangan materi ajar BIPA.
bahasa asing atau kedua. Untuk konteks Selanjutnya, karena perbedaan indi-
Indonesia, penelitian Nurmayanti (2012) vidu merupakan faktor penting yang
dapat disebut sebagai salah satu contoh membantu dalam mengidentifikasi pe-
penelitian yang berada dalam ranah terse- nyebab munculnya gejala lingual dalam
but. Penelitiannya mengkaji pemerolehan pemerolehan bahasa asing (Ellis, 2003: 73-
bahasa Inggris sebagai bahasa kedua pada 78), dalam mendeskripsikan pemeroleh-
siswa Briton International School, yang an klausa relatif perlu diperhitungkan
meliputi pemerolehan kata, pemerolehan kemungkinan perbedaan individual
kalimat, dan faktor-faktor yang mendu- tersebut. Perbedaan itu kemungkinan
kung pemerolehan bahasa Inggris. akan menyebabkan perbedaan dalam: (1)
Berdasarkan pertimbangan di atas, bentuk lingual yang dihasilkan, (2) tingkat
penelitian ini mengambil salah satu topik kecepatan pemerolehan, dan (3) urutan
kajian, yaitu bahasa-antara (interlanguage). pemerolehan. Perbedaan individual da-
Pada tahap bahasa-antara ini akan terli- pat menyangkut banyak faktor, misalnya
hat bagaimana proses pemerolehan atau motivasi (Ellis, 2003; Gass & Selinker,
penguasaan bahasa asing terjadi (Ellis, 2001), usia, sikap, strategi belajar (bahasa)
2003: 34). Bahasa-antara adalah situasi (Saville-Troike, 2006: 8292), dan jumlah
(penguasaan) kebahasaan yang meng- waktu belajar (Abdul-Hamied, 2001: 2),
gambarkan bahwa pemelajar bahasa asing tetapi dalam penelitian ini hanya akan
mengonstruk sebuah sistem linguistis dipertimbangkan faktor strategi belajar
yang sebagian diambil dari bahasa per- bahasa. Dalam hal ini akan dilihat pen-
tamanya (B1) tetapi berbeda dengan B1 garuh penggunaan strategi belajar bahasa
tersebut dan berbeda pula dengan bahasa terhadap pemerolehan klausa relatif.
target (bahasa asing/B2). (Ellis, 2003: 33; Tujuan penelitian ini adalah mendes-
VanPatten & Benati, 2010: 100). kripsikan bentuk klausa relatif yang di-
Salah satu aspek tata bahasa yang hasilkan oleh pemelajar BIPA, menjelas-
diteliti dalam bahasa-antara ini adalah kan urutan pemerolehan klausa relatif
pemerolehan klausa relatif. Ada tiga ala- bahasa Indonesia, dan mengungkapkan

Pemerolehan Klausa Relatif pada Pemelajar BIPA: Kajian Bahasa-Antara


60

pengaruh penggunaan strategi belajar Dalam proses pemerolehan, menurut


bahasa terhadap pemerolehan klausa hipotesis urutan alamiah, unsur-unsur ba-
relatif. Penelitian ini memiliki hipotesis hasa dan kaidah bahasa diperoleh dalam
bahwa pemerolehan klausa relatif akan urutan yang dapat diprediksi (Krashen
mendorong terjadinya pergeseran identi- (1982: 34), artinya bahwa tidak setiap
tas tuturan dan identitas tersebut dapat pemerolehan sekaligus akan memper-
diungkap melalui produksi bahasa atau oleh struktur bahasa dalam urutan yang
kalimatnya. persis sama. Dengan kata lain, struktur
Bahasa-antara adalah bahasa yang atau butir gramatikal tertentu berkemung-
mengacu kepada sistem bahasa di luar kinan akan diperoleh lebih cepat bila
sistem bahasa pertama atau bahasa yang dibandingkan dengan yang lainnya.
dituturkan pemelajar (selanjutnya di- Selanjutnya, karena bidang kajian
singkat B1) dan kedudukannya berada di pemerolehan bahasa asing memusatkan
antara B1 dan B2 (bahasa kedua/asing). perhatian pada pendeskripsian dan pe-
Oleh karena itu, bahasa-antara meru- mahaman dinamika proses belajar bahasa,
pakan suatu sistem linguistis yang unik pengukuran dalam pemerolehan bahasa
(Ellis, 2003: 33). Konsep bahasa-antara layak dijadikan pertimbangan dalam pene-
menawarkan suatu catatan umum ba- litian ini. Hal ini karena pengukuran mem-
gaimana pemerolehan B2 terjadi. Dalam berikan bukti bagi interpretasi terhadap
kaitan ini premis-premis tentang bahasa- perkembangan atau perubahan dalam
antara yang dikemukakan Ellis (2003: 33- sistem linguistik pemelajar (Norris &
34) layak dijadikan pijakan teoretis. Di sini Ortega, 2003: 717). Dengan kata lain,
akan dikemukakan empat premis yang pengukuran menjadi wahana penting
berhubungan erat dengan penelitian ini. untuk menjelaskan tingkat perkembang-
Pertama, pemelajar mengonstruk sebuah an atau perubahan dalam pemeroleh-
sistem kaidah linguistik yang abstrak an bahasa asing. Dalam penelitian ini
yang mendasari pemahaman dan produk- pengukuran atau penghitungan secara
si B2. Sistem kaidah ini merupakan tata kuantitatif diterapkan pada pembahasan
bahasa mental dan merujuk pada sebuah yang terkait dengan urutan pemerolehan
bahasa-antara. Kedua, tata bahasa pe- dan penggunaan strategi belajar bahasa.
melajar terbuka terhadap pengaruh dari
luar (yaitu melalui input) dan dari dalam. METODE
Ketiga, tata bahasa pemelajar bersifat Penelitian ini mengambil subjek pe-
transisional. Pemelajar mengubah tata melajar dewasa (adult learner). Pemelajar
bahasanya dari waktu ke waktu dengan dewasa merupakan pemelajar BIPA yang
menambahkan kaidah, menghilangkan memiliki karakteristik psikologis, sosial,
kaidah, dan menyusun kembali seluruh kemampuan penguasaan bahasa, dan
sistem. Hal ini menghasilkan sebuah gaya belajar yang berbeda dengan pe-
kontinuum bahasa-antara, yakni pe- melajar anak-anak. Meski pemelajar de-
melajar mengonstruk suatu rangkaian tata wasa sering dianggap sebagai pemelajar
bahasa mental atau bahasa-antara sampai yang miskin bahasa karena plastisitas
secara bertahap meningkat kompleksitas otak yang dicapai pada periode kritis
pengetahuan B2-nya. Keempat, pemelajar telah berkurang dan menyebabkan pe-
menerapkan berbagai strategi belajar un- merolehan bahasa asing menjadi lebih
tuk mengembangkan bahasa-antaranya. sulit dibandingkan pada masa sebelum-
Jenis-jenis kesalahan yang berbeda yang nya, tetapi pemelajar dewasa telah siap
diproduksi pemelajar mencerminkan mengembangkan strategi belajar dan
strategi belajar yang berbeda. mampu menggunakannya untuk mem-

LITERA, Volume 14, Nomor 1, April 2015


61

bantunya dalam mempelajari bahasa karena artikel ini hanya berfokus pada
(Lenneberg, 1967 via Schleppegrell, 1987: masalah pemerolehan (klausa relatif) dan
2). bukan perkembangan pemerolehan dari
Pemelajar yang dijadikan subjek pe- satu tingkat ke tingkat berikutnya. Untuk
nelitian ini adalah lima pemelajar BIPA menjaga kerahasiaan individu, dalam
tingkat madya yang belajar bahasa dan artikel ini nama pemelajar sengaja tidak
budaya Indonesia di Inculs, Fakultas ditampilkan secara eksplisit kecuali hanya
Ilmu Budaya UGM, pada semester kedua dalam bentuk singkatan.
2012/2013. Semuanya berasal dari Amerika Data yang digunakan sebagai ba-
Serikat. Perlu dikemukakan di sini bahwa han analisis adalah tuturan dan tulisan
pada saat penelitian ini dilakukan standar pemelajar BIPA yang dihasilkan selama
kemahiran yang digunakan Inculs tidak program kursus berlangsung dan isian
sepenuhnya mengacu pada Common Eu- kuesioner. Metode pengumpulan data
ropean Framework of Reference for Language yang berhubungan dengan pemakaian
(CEFR). Akan tetapi, bila dilihat silabus bahasa dilakukan dengan teknik natu-
dan buku ajar yang digunakan, dapat ralistik (Chaudron, 2003). Dalam teknik
disimpulkan bahwa tingkat madya Inculs naturalistik, data dijaring berdasarkan
ini setara dengan tingkat B2 model CEFR. hasil tuturan atau tulisan yang alami,
Sebelum ada standar pemeringkatan ke- yang dipakai dalam konteks riil, seperti
mahiran BIPA yang baku di Indonesia, wawancara spontan, observasi kelas, pem-
standar kemahiran model CEFR dapat berian tugas menulis mengenai topik ter-
dijadikan rujukan. CEFR merupakan stan- tentu, dsb. Dari keseluruhan klausa yang
dar kemahiran berbahasa yang awalnya diproduksi pemelajar dan terjaring dalam
menjadi rujukan bagi bahasa-bahasa di penelitian, terdapat 124 klausa relatif yang
kawasan Eropa, tetapi kini diadposi pula dijadikan sebagai bahan analisis. Adapun
di kawasan lain di luar Eropa, termasuk pengumpulan data yang menggunakan
beberapa bahasa di Asia, seperti Jepang, kuesioner diterapkan untuk menjaring
Mandarin, Korea (Kakazu, 2011; Wiedarti, data yang berhubungan dengan upaya un-
2010). CEFR membagi skala kemahiran tuk mengungkap strategi belajar bahasa
berbahasa atas enam tingkat, yaitu A1, A2, pemelajar. Dengan kuesioner tersebut,
B1, B2, C1, dan C2. Tingkat A1 merupa- peneliti mendapat data kualitatif dari
kan peringkat kemahiran yang terendah responden mengenai hal-hal yang terkait
dan C2 merupakan peringkat kemahiran dengan strategi belajar yang digunakan
tertinggi. Masing-masing tingkat memiliki dalam meningkatkan atau mengembang-
deskriptor yang menunjukkan tingkat kan pemerolehan klausa relatif. Dalam
kemahiran berbahasa yang harus dikuasai analisis data lingual digunakan metode
oleh pemelajar (Language Policy Division, padan-translasional dan metode agih
Council of Europe, 2001). Di Indonesia (Sudaryanto, 1993), sedangkan untuk data
pada umumnya lembaga penyelenggara hasil kuesioner digunakan teknik penghi-
pengajaran BIPA membagi peringkat ke- tungan rerata dan persentase yang disaji-
mahiran atas tiga tingkat, yaitu dasar, kan dalam bentuk tabulasi dan grafik.
madya/menengah, dan lanjut. Bila di-
hubungkan dengan CEFR, tingkat dasar HASIL DAN PEMBAHASAN
secara garis besar merujuk tingkat A1 dan Klausa relatif adalah klausa terikat
A2, tingkat madya merujuk B1 dan B2, yang diawali oleh pronomina relatif yang
dan tingkat lanjut merujuk C1 dan C2. Da- (Kridalaksana, 2008: 125) dan fungsinya
lam artikel ini masalah standar pemering- mendeskripsikan sebuah nomina atau
katan BIPA tidak dibicarakan secara rinci frasa nomina yang terdapat di dalam

Pemerolehan Klausa Relatif pada Pemelajar BIPA: Kajian Bahasa-Antara


62

klausa utama (DeCapua, 2008: 319). Da- Baik pada contoh (4.a) maupun (4.b),
lam klausa relatif, pronomina relatif yang unsur nomina mahasiswa, yang sudah dise-
merupakan penentu bagi unsur yang but pada kalimat sebelumnya, mengalami
direlatifkan. Berdasarkan unsur yang dire- pelesapan pada kalimat kedua. Apabila
latifkan, terdapat lima tipe klausa relatif, nomina tersebut dihadirkan, kalimatnya
yaitu: (1) klausa relatif yang merelatifkan menjadi (4.a.1) dan (4.b.1) berikut ini.
subjek, (2) klausa relatif yang merelatifkan (4) a.1. Di sana ada beberapa mahasiswa
objek, (3) klausa relatif yang merelatifkan yang berdiskusi. Mahasiswa yang
unsur termilik, (4) klausa relatif yang duduk berasal dari Jerman dan
menghilangkan unsur nomina; dan (5) mahasiswa yang berdiri dari
klausa relatif yang merelatifkan predikat. Jepang.
Berikut ini berturut-turut dikemukakan (4) b.1. Di ruang minum beberapa ma-
masing-masing dua contoh untuk setiap hasiswa sedang berdiskusi. Ada
tipe. mahasiswa yang berdiskusi ten-
(1) a. Wanita yang berkebaya dapat me- tang budaya, politik, dan ada
lewati pintu sebelah kanan. juga mahasiswa yang berdiskusi
b. Peserta yang akan mengikuti tes tentang kuliner.
kesehatan diharap masuk melalui (5) a. Dia yang memasaknya, bukan saya.
pintu samping. b. Wanita itulah yang dicari Jennifer.
(2) a. Wanita yang dicari Jennifer itu
ternyata sudah berpindah tempat Dari contoh-contoh tersebut tampat
tinggal. bahwa pembentukan klausa relatif mengi-
b. Wanita yang saya cari itu ternyata kutkan dua ciri lingual, yaitu kehadiran
sudah berpindah tempat tinggal. pronomina relatif yang dan demonstrativa
ini/itu. Kehadiran pronomina relatif yang
Kalimat (2.a) berasal dari (2.a.1) dan bersifat wajib, sedangkan kemunculan
(2.b.1). Setelah objeknya (wanita itu) di- demonstrativa ini/itu bersifat opsional.
relatifkan, maka terbentuklah kalimat Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
(2.a). pronomina relatif yang merupakan pen-
(2) a.1. Jennifer mencari wanita itu. anda klausa relatif. Meskipun kehadiran
(2) a.2. Wanita itu ternyata sudah berpin- demonstrativa ini/itu bersifat opsional,
dah tempat tinggal. fungsi yang dimainkan sebagai pembatas
(3) a. Wanita yang suaminya bekerja di bagi frasa nominal yang direlatifkan men-
toko swalayan itu ternyata sudah jadikan demonstrativa tersebut memiliki
berpindah tempat tinggal. peran penting dalam kaitannya dengan
b. Kampung yang warganya suka penguasaan klausa relatif bagi pemelajar
bergotong royong itu mendapat BIPA.
penghargaan.
(4) a. Di sana ada beberapa mahasiswa Tipe Kesalahan Penggunaan Klausa
yang berdiskusi. Yang duduk be- Relatif oleh Pemelajar BIPA
rasal dari Jerman dan yang berdiri Salah satu hal penting yang perlu
dari Jepang. dideskripsikan berkaitan dengan pe-
b. Di ruang minum beberapa maha- merolehan bahasa asing adalah bentuk
siswa sedang berdiskusi. Ada yang lingual yang diproduksi oleh pemelajar.
berdiskusi tentang budaya, politik, Deskripsi tersebut terutama berkaitan
dan ada juga yang berdiskusi ten- dengan bentuk-bentuk kesalahan karena
tang kuliner. dalam situasi bahasa-antara pemelajar
berkemungkinan melakukan kesalahan

LITERA, Volume 14, Nomor 1, April 2015


63

karena ketidaktahuan atau belum dikua- lebih cepat dibandingkan dengan lainnya.
sainya kaidah. Inilah yang disebut dengan Hal ini berarti pula bahwa pemerolehan
analisis kesalahan. Analisis kesalahan, klausa relatifnya lebih cepat dibanding-
dengan demikian, merupakan bagian kan dengan pemelajar lainnya. Selanjut-
yang tidak boleh dilewatkan manakala nya, diuraikan bentuk-bentuk kesalahan
melakukan pendeskripsian terhadap yang ditemukan dalam tuturan subjek
pemerolehan bahasa asing sebab di sini- penelitian.
lah tercermin suatu proses pemerolehan Pertama, kesalahan karena tidak di-
dalam masa transisi (Ellis, 2003: 23). Hal gunakannya pronomina relatif yang. Pada
itu juga selaras dengan premis yang dike- tipe kesalahan ini pemelajar tidak meng-
mukakan Ellis (2003: 33-34), khususnya gunakan pronomina relatif yang yang
premis ketiga, yang menyatakan bahwa seharusnya digunakan. Contohnya adalah
tata bahasa pemelajar bersifat transisional. kalimat (6) dan (7) berikut ini, dengan
Pemelajar mengubah tata bahasanya dari kalimat (6a) dan (7a) sebagai pembetu-
waktu ke waktu dengan menambahkan lannya.
kaidah, menghilangkan kaidah, dan me- (6) Di Yogyakarta, orang harus lebih ha-
nyusun kembali seluruh sistem. Berdasar- ti-hati karena di Amerika biasanya
kan analisis terhadap kesalahan tersebut, orang bisa berjalan lurus. Juga ada
dapat dilihat dan ditentukan urutan pe- lampu merah berbeda di sini.
merolehan, kecepatan pemerolehan, dan (6a) Di Yogyakarta, orang harus lebih
tahapan perkembangan bahasa-antara. hati-hati karena di Amerika biasa-
Sebelum dipaparkan tipe-tipe kesala- nya orang bisa berjalan lurus. Selain
han, perlu dikemukakan di sini bahwa itu, ada lampu merah yang berbeda di
tidak semua tipe klausa relatif ditemukan sini.
dalam kalimat-kalimat yang diproduksi (7) Mereka tinggal di rumah diberi kepada
oleh pemelajar BIPA. Dari lima tipe mereka oleh UGM.
klausa relatif yang telah dikemukakan (7a) Mereka tinggal di rumah yang diberi-
pada bagian sebelumnya, hanya tiga tipe kan kepada mereka oleh UGM.
yang terwakili dalam data atau muncul
dalam data, yaitu tipe 1 (klausa relatif Kesalahan pada (7) juga terletak pada
yang merelatifkan subjek), tipe 2 (klausa kekuranglengkapan afiks pada verba
relatif yang merelatifkan objek), dan tipe diberi. Di sini sekaligus juga mencermin-
4 (klausa relatif yang menghilangkan un- kan bahwa kaidah penggunaan afiks
sur nomina). Tipe 3 (klausa relatif yang belum sepenuhnya dikuasai.
merelatifkan unsur termilik) dan tipe 5 Kedua, kesalahan penempatan demon-
(klausa relatif yang merelatifkan predikat) strativa itu/ini. Sebagaimana dikemukakan
tidak muncul karena kedua tipe itu lebih pada bagian depan bahwa dimungkinkan
sulit penguasaannya daripada ketiga tipe dalam klausa relatif muncul demonstra-
lainnya. Selain itu, klausa relatif tipe 3 tiva ini/itu. Dalam klausa relatif, demon-
dan 5 merupakan topik tata bahasa yang strativa ini/itu memiliki fungsi sebagai
tingkat penguasaannya menjadi target pembatas bagi frasa nomina yang dire-
kompetensi pada tingkat lanjut, semen- latifkan. Maksudnya, unsur yang berada
tara pemelajar yang dijadikan subjek pe- di sebelah kiri ini/itu merupakan sebuah
nelitian ini adalah pemelajar yang berada frasa tersendiri, sedangkan unsur di sebe-
di tingkat madya. Tipe 4 hanya ditemukan lah kanannya merupakan kata atau frasa
kemunculannya pada satu pemelajar. Hal lain. Meski demonstrativa ini/itu bersifat
itu menunjukkan bahwa kemampuan opsional, fungsi yang dimainkan sebagai
berbahasa seorang pemelajar ini memang pembatas bagi frasa nominal yang direla-

Pemerolehan Klausa Relatif pada Pemelajar BIPA: Kajian Bahasa-Antara


64

tifkan menjadikan demonstrativa tersebut (12) Ini karena ada banyak tanggung jawab
memiliki peran penting dalam kaitannya yang ikut pernikahan, terutama jika
dengan penguasaan klausa relatif bagi suami istri punya anak.
pemelajar BIPA. Kesalahan yang ditemu- (12a) Ini karena ada banyak tanggung jawab
kan adalah demonstrativa ini/itu tidak yang mengikuti (menyertai) pernikah-
ditempatkan pada bagian akhir klausa an, terutama jika suami istri punya
relatif, melainkan di belakang nomina/ anak.
frasa nomina yang direlatifkan. Kalimat
(8) dan (9) sekadar contoh tipe kesalahan Keempat, kesalahan pada klausa relatif
yang termasuk ke dalam tipe kedua ini. yang merelatifkan objek. Kesalahan jenis
Adapun (8a) dan (9a) masing-masing ini dibagi atas empat subtipe berdasarkan
merupakan kalimat pembetulan dari (8) pada bentuk verba pasif yang berada di
dan (9). belakang pronomina relatif yang. Dalam
(8) Tulisan itu yang diceritakan oleh ar- bahasa Indonesia perelatifan objek me-
tikel Kisah Cinta dari Cina sangat nyebabkan verba dalam klausa relatif
menarik. berubah menjadi pasif. Di sini verba pasif
(8a) Tulisan yang diceritakan oleh artikel dibedakan atas dua tipe, yaitu verba pasif
Kisah Cinta dari Cina itu sangat berprefiks di- dan verba pasif persona.
menarik. Verba pasif persona adalah verba yang
(9) Orang itu yang terlihat semangat dalam pemasifannya tidak mengguna-
berhasil memecahkan rekor dunia. kan prefiks di-, melainkan berupa verba
(9a) Orang yang terlihat semangat itu dasar yang didahului pronomina persona
berhasil memecahkan rekor dunia. pertama atau kedua. Pembedaan atas dua
bentuk pasif ini didasarkan pada tingkat
Ketiga, kesalahan pada klausa relatif kesulitan pemerolehan terhadap verba
yang merelatifkan subjek. Jenis kesalahan bentuk pasif tersebut. Pada umumnya
tipe ini terletak pada penggunaan afiks pemerolehan bentuk pasif persona lebih
pada verba aktif. Verba yang seharusnya lambat dibandingkan dengan bentuk
berafiks, tetapi tidak diberi afiks. Pada pasif di-.
contoh (10) verba bicara seharusnya ber- Sebagaimana disebutkan di atas, ke-
bicara, pada (11) verba nikah seharusnya salahan pada klausa relatif yang merela-
menikah, dan pada (12) verba ikut seha- tifkan objek dibagi atas empat subtipe.
rusnya mengikuti/menyertai. Pengelompokkan subtype tersebut ber-
(10) Ada bermacam-macam pilihan, dasarkan pada bentuk verba pasif yang
seperti kerja dengan anak miskin berada di belakang pronomina relatif
atau anak di Chinatown yang tidak bisa yang. Keempat subtipe yang dimaksud,
bicara bahasa Inggris bagus. yaitu: (a) kesalahan penggunaan afiks
(10a) Ada bermacam-macam pilihan, pada verba pasif di-, (b) kesalahan pe-
seperti kerja dengan anak miskin nempatan persona pada verba pasif per-
atau anak di Chinatown yang tidak sona, (c) kesalahan penggunaan bentuk
bisa berbicara bahasa Inggris dengan verba pasif persona, dan (d) kesalahan
bagus. penempatan adverbia pada bentuk pasif
(11) Ada banyak macam-macam perni- persona. Penjelasan terperinci diuraikan
kahan di Amerika. Masalah perni- sebagai berikut.
kahan tergantung kepada orang Pertama, kesalahan penggunaan afiks
yang nikah. pada verba pasif di-. Jenis kesalahan ini
(11a) Masalah pernikahan tergantung meliputi kesalahan karena (i) verbanya
orang yang menikah. tidak berprefiks di- atau (ii) menggunakan

LITERA, Volume 14, Nomor 1, April 2015


65

prefiks di- secara tidak tepat. Klausa relatif (16a) Salah satu makanan khas Indonesia
pada data (13) dan (14) berkenaan dengan yang saya sukai (dan oleh banyak
kesalahan jenis (i), sedangkan data (15) orang asing) adalah sate ayam.
berkenaan dengan kesalahan jenis (ii).
Adapun (13a), (14a), dan (15a) masing- Pada data (17) berikut ini terdapat
masing merupakan pembetulannya. kesalahan bukan hanya karena menem-
(13) Orang terkenal dan model yang meng- patkan persona saya secara tidak tepat,
gambarkan di dalam majalah ini adalah tetapi juga terjadi pencampuradukan
tidak contoh bagus untuk perem- antara di- dan me-.
puan muda. (17) Pakaian yang dimembeli saya di Amer-
(13a) Orang terkenal dan model yang digam- ika lebih mahal dari pada pakaian
barkan di dalam majalah ini bukan con- yang dimembeli saya di Indonesia atau
toh bagus bagi perempuan muda. India.
(14) Juga, pekerja kantor sering pakai (17a) Pakaian yang saya beli di Amerika lebih
seragam yang bermaksud untuk men- mahal daripada pakaian yang saya
gangkat rasa solidaritas dalam perusa- beli saya di Indonesia atau India.
haannya.
(14a) Juga, pekerja kantor juga sering Mengingat bentuk dimembeli digu-
memakai seragam yang dimaksudkan nakan secara konsisten dalam dua buah
untuk mengangkat rasa solidaritas klausa pada sebuah kalimat, hal ini mem-
dalam perusahaannya. perlihatkan bahwa kesalahan penggunaan
(15a) Waktu saya belajar di S1 saya men- bentuk tersebut bukan karena kebetulan
emukan teori sosial dimenulis Marx atau salah tulis, melainkan karena belum
dan Foucawlt. dikuasainya kaidah pemasifan.
(15a) Waktu saya belajar di S1, saya men- Ketiga, kesalahan penggunaan bentuk
emukan teori sosial yang ditulis Marx verba pasif persona. Kesalahan pada ben-
dan Foucawlt. tuk pasif persona dapat pula berupa ke-
salahan pembentukan verbanya. Bentuk
Pada data (13) verba menggambarkan verba pada pasif persona yang seharusnya
seharusnya digambarkan, pada (14) verba berupa verba dasar, dalam hal ini verba
bermaksud seharusnya dimaksudkan, dan tanpa prefiks, digunakan verba berprefiks.
pada (15) terdapat pencampuradukan Contohnya adalah data berikut ini.
antara di- dan me-, yaitu verba dimenulis (18) Sembarang informasi yang anda bisa
seharusnya ditulis. menyediakan akan berguna saya.
Kedua, kesalahan penempatan per- (18a) Sembarang informasi yang bisa Anda
sona pada verba pasif persona. Jenis ke- sediakan akan berguna bagi saya.
salahan ini terjadi karena menempatkan
persona di belakang verbanya padahal Pada kalimat (18) verba menyediakan
seharusnya unsur persona berada di de- seharusnya berupa verba dasar tak ber-
pan verbanya. Kesalahan seperti ini terjadi prefiks sediakan. Selain itu, penempatan
karena pemelajar menerapkan kaidah pronomina persona Anda juga tidak benar
pemasifan dengan di- untuk pemasifan karena seharusnya berada langsung di
pada tipe pasif persona ini, seperti pada depan verbanya. Dalam hal ini kelihatan
data (16) berikut. bahwa pemelajar masih belum menguasai
(16) Salah satu makanan khas Indonesia kaidah pembentukan pasif persona se-
yang disukai saya (dan oleh banyak hingga belum mampu membedakan de-
orang asing) adalah sate ayam. ngan baik antara bentuk verba aktif (kare-
na personanya terletak di depan verba)

Pemerolehan Klausa Relatif pada Pemelajar BIPA: Kajian Bahasa-Antara


66

dengan verba pasif persona (yang sama- Klausa relatif di atas seharusnya ber-
sama pronomina personanya terletak bentuk (20a) berikut ini.
di depan verba tak berprefiks). Tampak (20a) Di Boston, kota yang sudah saya ting-
pula di sini bahwa tuturan B2-nya (bahasa gali untuk kuliah selama empat tahun
Indonesia) dipengaruhi oleh struktur B1- di universitas, ada banyak pengab-
nya (bahasa Inggris) karena dalam bahasa dian.
Inggris verba atau frasa verba pada klausa
relatif yang merelatifkan objek selalu ber- Keempat, kesalahan penempatan ad-
bentuk aktif. Struktur klausanya adalah verbia pada bentuk pasif persona. Dalam
nomina/frasa nomina + pronomina relatif bahasa Indonesia adverbia, yaitu kategori
+ subjek/frasa nomina + frasa verba (aktif) kata yang dapat mendampingi adjektiva,
(DeCapua, 2008: 324; Greenbaum, 1996: verba, numeralia, atau proposisi dalam
586). Sebagai contoh, dapat diperhatikan konstruksi sintaktis (Kridalaksana, 1986:
dua kalimat berikut (kalimat (i) dikutip 79), pada konstruksi pasif persona terletak
dari DeCapua (2008: 324) dan kalimat (ii) di depan pronomina persona, seperti pada
dikutip dari Greenbaum (1996: 586)). klausa buku itu sudah saya ambil. Kesala-
(i) Astrid saw the movie that her friends han yang dilakukan oleh pemelajar BIPA
had recommended. adalah menempatkan adverbia di antara
(ii) Police say that they cant confirm a TV pronomina persona dan verba dasar sep-
report that we all saw last night. erti pada (21) berikut ini.
(21) Ada terlalu banyak benda-benda yang
Pada kalimat (i) subjek/frasa nomina saya harus tulis tentang topik ini.
her friends berada di depan frasa verba (21a) Ada terlalu banyak benda-benda yang
had recommended yang berbentuk aktif dan harus saya tulis tentang topik ini.
pada kalimat (ii) subjek/frasa nomina we
all berada di depan verba aktif saw. Selanjutnya, terdapat catatan untuk
Pada kasus kalimat (18), mengikuti klausa relatif yang menghilangkan unsur
struktur klausa relatif dalam bahasa Ing- nomina. Sebagaimana telah dikemukakan
gris, penutur berbahasa Inggris akan pada bagian sebelumnya bahwa klausa
menuturkan kalimat tersebut menjadi relatif tipe 4, yaitu klausa relatif yang
(18b) berikut ini. menghilangkan unsur nomina, ditemukan
(18b) Any information that you could kemunculannya dalam data meski tipe
provide would be useful for me. 4 ini merupakan topik tata bahasa yang
tingkat penguasaannya menjadi target
Contoh lain kesalahan jenis ini adalah kompetensi pada tingkat lanjut. Akan
kalimat (19) berikut ini. tetapi, kemunculannya hanya ditemukan
(19) Baju yang saya akan mencuci adalah pada seorang pemelajar. Yang menarik
baju batik. adalah bahwa dari 7 data yang diperoleh
(19a) Baju yang akan saya cuci adalah baju ternyata semuanya benar. Di sini kelihatan
batik. bahwa si pemelajar ini telah menguasai
atau memperoleh kaidah klausa relatif
Kesalahan jenis ini ditemukan bukan tipe ini dengan baik. Berikut ini diberikan
hanya verba transitif berafiks meN- seperti sebagian contoh klausa relatif tipe 4 yang
kedua contoh di atas, tetapi juga pada dihasilkan oleh si pemelajar ini.
verba taktransitif, seperti pada contoh (22) Pada Minggu lalu, kami mengunjungi
(20) berikut ini. tiga tempat penting. Yang pertama yang
(20) Di Boston, kota yang saya sudah kuliah akan kami kunjungi adalah Borobudur,
untuk empat tahun di universitas, ada yang kedua adalah Prambanan. Tetapi
banyak pengabdian.

LITERA, Volume 14, Nomor 1, April 2015


67

yang paling menarik adalah kraton Sura- karena tipe tersebut hanya diproduksi
karta. oleh satu orang pemelajar dan hal itu
(23) Di warung itu ada beberapa maha- dimungkinkan pemunculannya berkat ke-
siswa yang berdiskusi. Yang sedang mampuan istimewa pemelajar tersebut
minum kopi adalah mahasiswa jurusan yang berhasil mencapai tingkat lanjut atau
Sastra Perancis, dan yang minum teh tingkat C1 bila mengikuti standar peme-
belajar di Fakultas Hukum. ringkatan CEFR. Begitu juga tipe 2* tidak
(24) Pak Suharjo punya empat anak. diikutkan dalam urutan pemerolehan
Yang bersuara indah bermimpi men- karena hanya diproduksi oleh seorang
jadi penyanyi terkenal. pemelajar.
Tabel 1 menunjukkan bahwa peng-
Pemerolehan Klausa Relatif gunaan pronomina relatif merupakan
Analisis kesalahan sebagaimana di- butir yang tingkat pemerolehannya pa-
uraikan pada pasal sebelumnya sekaligus ling rendah. Sementara itu, pemerolehan
memperlihatkan bagaimana pemelajar terhadap klausa relatif yang merelatifkan
BIPA memproduksi klausa relatif. Hasil subjek menduduki tingkat tertinggi, yang
analisis kesalahan tersebut dapat dipakai mengandung arti bahwa butir inilah yang
sebagai dasar untuk menentukan urutan pemerolehannya paling cepat. Apabila
pemerolehannya. Urutan pemerolehan ini keenam tipe tersebut diurutkan, akan
menggambarkan tipe klausa relatif mana tampak hierarkhinya sebagai berikut (dari
yang mampu dikuasai oleh pemelajar leb- yang cepat dikuasai menuju yang paling
ih dulu dan mana yang lebih kemudian. lambat): (1) klausa relatif yang merelat-
Dengan demikian, urutan pemerolehan ifkan subjek, (2) penempatan adverbia
ini menggambarkan bagaimana kemam- pada verba pasif persona, (3) penempatan
puan pemelajar secara kelompok dalam persona pada verba pasif persona, (4)
memproduksi klausa relatif. Inilah yang penggunaan afiks pada verba pasif di-,
disebut dengan skor kelompok. Penentuan (5) penggunaan prefiks pada verba pasif
urutan pemerolehan dengan metode skor persona, dan (6) penggunaan pronomina
kelompok ini didasarkan pada asumsi relatif yang.
bahwa semakin tinggi frekuensi kesalahan Tipe klausa relatif yang merelatifkan
menandakan semakin lambat pengua- subjek menduduki tempat yang paling
saan terhadap butir kebahasaan tersebut. cepat pemerolehannya karena (i) proses
Sebaliknya, semakin rendah frekuensi pembentukannya sama dengan B1 pe-
terjadinya kesalahan menandakan bahwa melajar (bahasa Inggris), yakni tinggal
semakin cepat penguasaan terhadap butir menempelkan klausa relatif pada unsur
itu. Berdasarkan asumsi tersebut, dapat subjek, dan (ii) dalam proses perelatifan-
ditentukan hierarkhi penguasaan klausa nya tidak menuntut perubahan bentuk
relatif. Butir yang dikuasai lebih lambat pada verba maupun posisi nominanya
(yang frekuensi kesalahannya lebih tinggi) (unsur subjek). Sebaliknya, pemeroleh-
berarti bahwa butir tersebut berada pada an terhadap penggunaan pronomina
hierarkhi bawah. Sebaliknya, butir yang relatif yang menduduki hierarkhi yang
dikuasai lebih cepat (yang frekuensi ke- terbawah karena dipengaruhi oleh faktor
salahannya lebih rendah) berarti bahwa interferensi B1. Dalam bahasa Inggris (B1)
butir tersebut berada pada hierarkhi kehadiran pronomina relatif, khususnya
atas. Presentasi kesalahan disajikan pada yang merelatifkan objek, tidak bersifat
Tabel 1. wajib (lihat DeCapua, 2008: 327; Leech
Perlu dicatat bahwa tipe 5* tidak di- et. al, 1982: 98), sedangkan dalam bahasa
perhitungkan dalam urutan pemerolehan Indonesia bersifat wajib. Dalam bahasa

Pemerolehan Klausa Relatif pada Pemelajar BIPA: Kajian Bahasa-Antara


68

Tabel 1. Persentase Kesalahan menurut Tipe Klausa Relatif

Inggris pronomina relatif that pada ka- Pada lain pihak, hierarkhi ke-4 dan
limat (25) berikut dapat dilesapkan dan ke-5, yang ditempati masing-masing oleh
hasilnya merupakan tururan yang gra- penggunaan afiks pada verba pasif di- dan
matikal sebagaimana tampak pada (25a) prefiks pada verba pasif persona, menun-
(dikutip dari DeCapua, 2008: 327). Begitu jukkan bahwa kaidah pemasifan dalam
juga kalimat (26) dan (26b) (dikutip dari klausa relatif belum dikuasai dengan
Leech et. al, 1982: 98). baik. Bila dihubungkan dengan tahapan
(25) Susan bought the book that the pemerolehan bahasa-antara sebagaimana
teacher liked. dikemukakan Brown (1994: 211213),
(25a) Susan bought the book the teacher pemerolehan bentuk pasif pada klausa
liked. relatif berada pada tahap kebangkitan
(26) Do you have a typewriter that you (tahap kedua), yaitu mulai terjadi inter-
can lend me? nalisasi kaidah, tetapi pemelajar belum
(26a) Do you have a typewriter you can mampu membetulkan kesalahan yang
lend me?) dilakukannya dan masih dijumpai agak
banyak kesalahan. Sementara itu, pe-
Hal ini sesuai dengan premis dalam merolehan klausa relatif yang merelatif-
bahasa-antara, sebagaimana telah dike- kan subjek dapat dikatakan berada pada
mukakan pada bagian depan tulisan ini, tahap stabilisasi (tahap keempat), yakni
bahwa tata bahasa pemelajar terbuka pemelajar relatif menguasai sistem atau
terhadap pengaruh dari dalam (interfe- kaidah klausa relatif yang merelatifkan
rensi B1). subjek dan dapat memproduksinya tanpa

LITERA, Volume 14, Nomor 1, April 2015


69

banyak kesalahan karena telah dikuasai- tersebut: (1) tidak pernah atau hampir
nya kaidah. Sebaliknya, penguasaan ter- tidak pernah, (2) umumnya tidak per-
hadap penggunaan pronomina relatif yang nah, (3) kadang-kadang, (4) biasanya,
dapat dikatakan berada pada tahap kesi- atau (5) selalu atau hampir selalu. Daf-
lapan acak (tahap pertama) karena masih tar pernyataan tersebut dikelompokkan
terjadi banyak kesalahan akibat belum menjadi 6 bagian, yang masing-masing
terinternalisasikannya kaidah. Adapun bagian merupakan jenis strategi belajar
pemerolehan bentuk pasif persona pada bahasa. Keenam strategi tersebut adalah
klausa relatif, khususnya penempatan (a) strategi memori atau mengingat, (b)
pronomina persona dan adverbia, dapat strategi kognitif, (c) strategi kompensasi,
dikatakan berada pada tahap sistematik (d) strategi metakognitif, (e) strategi afek-
(tahap ketiga), yaitu pemelajar mampu tif, dan (f) strategi sosial. Oxford (1990)
menggunakan pronomina persona dan menyebut strategi (a) s.d. (c) merupakan
adverbia pada klausa relatif secara agak strategi langsung, yaitu strategi belajar
konsisten meski kaidah belum sepenuh- bahasa yang langsung melibatkan bahasa
nya dikuasai. target, sedang strategi (d) s.d. (f) merupa-
kan strategi tak langsung, yaitu strategi
Strategi Belajar Bahasa dan Pemerolehan belajar bahasa yang mendukung dan me-
Klausa Relatif ngelola belajar bahasa tanpa melibatkan
Setiap pemelajar memiliki kapasi- bahasa target secara langsung. Setelah data
tas mental dan kognisi yang berbeda. terkumpul, dilakukanlah penghitungan
Karena itu, tingkat pemerolehan bahasa skor untuk masing-masing strategi.
asing juga berbeda. Ada banyak faktor Dari kuesioner yang terjaring, dapat
yang mempengaruhinya, tetapi dalam dikemukakan hasilnya sebagai berikut.
penelitian ini hanya faktor strategi belajar Pertama, 80% pemelajar hampir selalu
bahasa yang akan diperhitungkan untuk menggunakan strategi sosial, artinya
menjelaskan hubungan antara faktor in- sebagian besar skor untuk strategi ini
dividual dan pemerolehan klausa relatif. tinggi, yaitu di atas 4.5. Hanya seorang
Strategi belajar bahasa adalah cara yang mahasiswa (bernama Ch) yang biasanya
digunakan oleh pemelajar untuk mem- menggunakan strategi sosial karena skor
bantu pemerolehan bahasa target. Strategi untuk strategi ini antara 3.54.4. Strategi
belajar bahasa merupakan tindakan sosial merupakan strategi belajar bahasa
spesifik yang diambil oleh pemelajar yang dengan cara pemelajar belajar melalui
melibatkan bukan hanya aspek kognitif interaksi dengan orang lain. Fakta ini
(Oxford, 1990: 8-9). menunjukkan bahwa mayoritas pemelajar
Berkaitan dengan strategi belajar ba- hampir selalu membangun kontak atau
hasa tersebut, pertanyaan yang hendak di- interaksi dengan orang lain, khususnya
jawab dalam penelitian ini adalah apakah dengan orang Indonesia (penutur asli),
strategi belajar bahasa yang digunakan sehingga memungkinkan lebih banyak
berkorelasi dengan pencapaian pemero- praktik berbahasa Indonesia. Karena
lehan klausa relatif. Untuk memenuhi semua pemelajar tinggal bersama kelu-
maksud tersebut, dilakukan penjaringan arga Indonesia, agaknya mereka meman-
data melalui kuesioner mengenai strategi faatkan situasi ini untuk meningkatkan
belajar bahasa. Kuesioner yang diadaptasi pemerolehan BIPA-nya. Dengan kata
dari Oxford (1990: 283291) itu berisi lain, dalam meningkatkan pemerolehan
50 pernyataan yang harus dijawab oleh bahasanya mayoritas pemelajar menggu-
responden dengan cara memilih apakah nakan strategi belajar yang tidak langsung
pernyataan (tentang cara belajar bahasa) melibatkan bahasa target (BIPA).

Pemerolehan Klausa Relatif pada Pemelajar BIPA: Kajian Bahasa-Antara


70

Kedua, strategi belajar lain yang ma- Berdasarkan skor rerata tersebut, da-
yoritas (80%) biasa digunakan peme- pat disimpulkan bahwa 60% pemelajar
lajar adalah strategi kompensasi. Di biasa menggunakan strategi belajar
antara lima pemelajar, hanya ada satu bahasa untuk meningkatkan kemam-
pemelajar yang kadang-kadang saja puan berbahasanya. Ini berarti bahwa
menerapkan strategi kompensasi ini. dua pertiga pemelajar secara sadar biasa
Strategi kompensasi adalah strategi yang menggunakan strategi belajar bahasa
membantu pe-melajar untuk mengatasi dalam menguasai BIPA. Sementara itu,
keterbatasan dalam keterampilan ber- sisanya kadang-kadang menggunakan
bahasa, baik reseptif maupun produktif. strategi belajar bahasa. Ini mencerminkan
Strategi yang tergolong strategi lang- bahwa dua pemelajar itu cenderung tidak
sung ini meliputi strategi menebak dan konsisten menggunakan strategi belajar
mengatasi keterbatasan dalam berbicara bahasa.
dan menulis. Dalam strategi menebak, Dikaitkan dengan pemerolehan klau-
pemelajar belajar dengan cara melihat sa relatif, Ch dan J masih menampakkan
penanda linguistis atau penanda lainnya. produksi bahasa Indonesianya yang
Untuk mengatasi keterbatasan dalam keinggris-inggrisan; artinya belum ba-
berbicara dan menulis, pemelajar antara nyak terjadi perubahan pada tuturannya.
lain menggunakan cara beralih ke bahasa Keduanya belum banyak memproduksi
ibu (B1), meminta bantuan, menggunakan klausa relatif. Meskipun terdapat perkem-
mimik atau gerakan. (Oxford, 1990: 91). Di bangan pemerolehan BIPA-nya, tetapi
luar kedua strategi utama tersebut, yaitu tidak sebaik atau secepat teman lainnya.
strategi sosial dan kompensasi, penerapan Hal ini diperkuat dengan hasil analisis
strategi belajar lebih bersifat individual kuesioner yang menunjukkan bahwa
karena bervariasi antara satu pemelajar keduanya memilikik skor rerata umum
dengan pemelajar lainnya. masing-masing 3,02 dan 3,20 dalam
Ketiga, rerata umum dari strategi be- strategi belajar bahasa. Ini berarti bahwa
lajar (yang menggambarkan rerata 6 keduanya kadang-kadang saja meng-
strategi belajar) untuk setiap pemelajar gunakan strategi belajar bahasa. Hal ini
adalah sebagai berikut. Tiga pemelajar berarti pula bahwa penggunaan strategi
(60%) memiliki skor rerata antara 3.44.4, belajar bahasa kurang disadari, artinya
sedang 2 pemelajar (40%) memiliki skor kadang dia menggunakan strategi bahasa
rerata 2.53.4. Rinciannya dapat dilihat secara sadar, tetapi kadang tidak.
pada tabel di bawah ini. Yang menarik untuk dikemukakan
adalah seorang pemelajar (Cm) yang
Tabel 2. Rerata Umum Strategi Belajar perkembangan pemerolehannya luar
Bahasa biasa. Dikatakan luar biasa karena bisa
melampaui ketiga teman lainnya yang
berada dalam satu tingkat (madya). Pe-
merolehan klausa relatif pemelajar ini
dapat dikatakan cepat dan si pemelajar
ini cepat pula memahami pola kaidah tata
bahasa. Kemampuan memahami pola-
pola kaidah tata bahasa ini berhubungan
Keterangan Skor:
Tinggi Selalu atau hampir selalu 4.55.0 erat dengan strategi belajar bahasanya.
Biasanya 3.54.4 Berdasarkan isian kuesioner, diketahui
Sedang Kadang-kadang 2.53.4 bahwa pemelajar ini selalu berusaha me-
Rendah Umumnya tidak pernah 1.52.4 nemukan pola-pola dan berusaha untuk
Tidak pernah atau hampir 1.01.4
tidak pernah

LITERA, Volume 14, Nomor 1, April 2015


71

menjadi pemelajar BIPA yang baik, beru- interaksi dengan orang-orang di seki-
saha untuk memperhatikan bila seseorang tarnya memungkinkan kaidah tata bahasa
sedang berbicara dalam bahasa Indonesia (klausa relatif) lebih cepat terinternalisasi.
(strategi metakognitif). Selain itu, dia juga Dengan terinternalisasikannya kaidah,
selalu meminta orang Indonesia untuk maka kesalahan akan berkurang. Dengan
mengoreksi bila dia berbicara, praktik berkurangnya kesalahan itu, maka akan
berbicara dalam bahasa Indonesia dengan memunculkan bentuk tuturan pemelajar
teman lain, selalu meminta bantuan dari asing yang relatif mendekati ke bentuk
penutur bahasa Indonesia, dan berusaha tuturan penutur bahasa Indonesia. Di sini
untuk memulai berbicara dengan bahasa terjadi perubahan atau pergeseran iden-
Indonesia (strategi sosial). Dilihat dari titas terhadap tuturan pemelajar BIPA,
rerata umum penggunaan strategi bela- yakni dari tuturan yang semula terpe-
jar bahasa, pemelajar ini memiliki rerata ngaruh oleh struktur bahasa pertamanya
tertinggi, yaitu 3,8. Hal ini berarti bahwa (B1) menjadi tuturan yang mendekati
pemelajar ini menggunakan cara-cara ke bentuk tuturan bahasa target. Seiring
untuk meningkatkan keterampilan ber- dengan perubahan identitas tuturan itu,
bahasanya secara sadar. Skor tertinggi terjadi pula peningkatan kepercayaan diri
untuk strategi metakognitif (4,67) dan dan motivasi pemelajar untuk berbahasa
sosial (4,50) yang dicapai oleh pemelajar Indonesia. Munculnya peningkatan ke-
ini memperlihatkan bahwa pemelajar ini percayaan diri itu akan semakin mendor-
mengelola belajarnya dengan baik, teren- ong pemelajar untuk aktif memproduksi
cana, dan berusaha membangun interaksi tuturan bahasa Indonesia, termasuk di
dengan orang lain untuk meningkatkan dalamnya klausa relatif. Kedua, pemerole-
keterampilan berbahasanya. Usahanya han klausa relatif dapat menghilangkan
tersebut ternyata membuahkan hasil, identitas ke-asing-an dari tuturan yang
yakni pemerolehan tata bahasanya lebih dihasilkan oleh pemelajar BIPA. Semakin
cepat daripada teman lainnya. Hal itu tinggi pencapaian pemerolehan dan
terbukti dari data tulisan yang diamati, semakin banyak tipe klausa relatif yang
tidak banyak kesalahan yang dilakukan dikuasai, semakin tenggelam ciri-ciri
pemelajar ini dalam memproduksi klausa ke-asing-annya dan semakin kuat atau
relatif. kokoh identitas tuturan pemelajar BIPA ke
Berdasarkan uraian di atas, terda- arah tuturan penutur asli. Dalam konteks
pat dua hal yang dapat dicatat. Pertama, bahasa-antara, bila pemerolehan bahasa
penggunaan strategi belajar bahasa berko- pemelajar BIPA mencapai tahap stabilisasi
relasi positif terhadap pemerolehan klau- atau otonom, hal itu akan mendorong ter-
sa relatif. Fakta ini mendukung pendapat ciptanya identitas baru dari tuturannya.
Lenneberg (1967), seperti telah dikemu-
kakan pada bagian sebelumnya, bahwa SIMPULAN
pemelajar dewasa siap mengembangkan Dari paparan di atas dapat dikemuka-
strategi belajar dan mampu menggu- kan simpulan sebagai berikut. Pertama,
nakannya untuk membantunya dalam urutan pemerolehan klausa relatif meng-
mempelajari bahasa. Pada kasus pemela- gambarkan sekaligus urutan penguasaan
jar bernama Cm kelihatan jelas bahwa dan tingkat kesulitan setiap tipe. Atas
penggunaan strategi belajar secara sadar dasar itu, pengembangan materi ajar BIPA
memungkinkan pencapaian pemerolehan dan pengajarannya seyogyanya mem-
tata bahasanya, termasuk klausa relatif, perhitungkan tingkat kesulitan tersebut.
lebih cepat. Usaha untuk menemukan Kedua, dalam konteks bahasa-antara,
pola-pola dan mempraktikannya dalam pemerolehan klausa relatif berkemung-

Pemerolehan Klausa Relatif pada Pemelajar BIPA: Kajian Bahasa-Antara


72

kinan melewati tahapan yang memper- Alwasilah, A.C. 2006. Dosen BIPA Buta
lihatkan adanya interferensi B1 terhadap Politik: Analisis Isi Prosiding KIP-
B2. Semakin pemelajar menguasai klausa BIPA. Prosiding KIPBIPA VI, Serang,
relatif, semakin tipis interferensi yang Banten, 11-14 Juli.
terdapat pada klausa yang dihasilkan. Ke- Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar
tiga, penggunaan strategi belajar bahasa Negeri Kemendiknas. 2007. Pengem-
berkorelasi positif terhadap pemerolehan bangan Program Bahasa Indonesia untuk
klausa relatif. Penggunaan strategi belajar Penutur Asing. Jakarta: Kemendiknas.
yang dilakukan secara sadar memung- Brown, H.D. 1994. Principles of Language
kinkan pencapaian pemerolehan klausa Learning and Teaching. California: Pear-
relatif lebih cepat. Keempat, pemeroleh- son Hall Regents.
an bahasa asing (BIPA) menyebabkan Chaudron, Craig. 2003. Data Collection in
pergeseran atau perubahan identitas SLA Research, dalam Catherine J.D.
tuturan pemelajar asing dari pengaruh and Michael H.L. (ed.), The Handbook
struktur bahasa pertama ke bahasa target. of Second Language Acquisition. Oxford:
Semakin tinggi pencapaian pemerolehan Blackwell Publishing Ltd.
dan semakin banyak tipe klausa relatif DeCapua, A. 2008. Grammar for Teachers:
yang dikuasai, semakin tenggelam ciri- A Guide to American English for Native
ciri ke-asing-annya dan semakin kuat atau and Non-Native Speakers. New York:
kokoh identitas tuturan pemelajar BIPA Springer.
ke arah tuturan penutur asli. Dengan kata Ellis, R. 2003. Second Language Acquisition.
lain, tercapainya tingkat pemerolehan New York: Oxford University Press.
klausa relatif membawa perubahan iden- Gass, S.M. & L. Selinker. 2001. Second
titas tuturan pemelajar BIPA. Language Acquisition: An Introductory
Course. Mahwah, NJ: Erlbaum.
UCAPAN TERIMA KASIH Greenbaum, S. 1996. The Oxford English
Artikel ini merupakan bagian dari ha- Grammar. Oxford: Oxford University
sil penelitian yang didanai oleh Fakultas Press.
Ilmu Budaya UGM dengan skema Peneli- Kakazu, K. 2011. Implementation of
tian Payung Kompetisi B Tahun Anggaran Proficiency Standards into Japanese-
2013. Ucapan terima kasih disampaikan Language Education: Approach by
kepada Dekan dan Wakil Dekan Bidang The Japan Foundation. Makalah
Penelitian dan Kerjasama FIB UGM yang disajikan pada The Second Annual
telah menyediakan dana untuk peneli- International Symposium of Foreign
tian ini. Terima kasih juga disampaikan Language Learning (AISOFOLL).
kepada Ketua Inculs (Indonesian Language SEAMEO QITEP in Language, Jakarta,
and Culture Learnng Service) dan maha- 2930 November 2011.
siswa peserta Kursus Intensif Bahasa dan Kartika, D. 2006. Performansi Antar-
Budaya Indonesia yang tergabung dalam bahasa (Interlanguage) Tindak Tutur
Program Summer Course USINDO 2013 Memohon Pembelajar BIPA dari
yang bersedia membantu pelaksanaan Jepang: Kajian Tindak Tutur Tidak
penelitian ini. Langsung. Makalah KIPBIPA VI di
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
DAFTAR PUSTAKA Banten, 11-14 Juli 2006.
Abdul-Hamied, Fuad. 2001.Pembelajar- Krashen, S.D. 1982. Principles and Practice
an Bahasa Indonesia bagi Penutur in Second Language Acquisition. First
Asing: Isu dan Realita. Prosiding internet edition (2009). Tanpa Kota
Konferensi Internasional Pengajar Terbit: Pergamon Press Inc.
BIPA (KIPBIPA) IV, Denpasar.

LITERA, Volume 14, Nomor 1, April 2015


73

Kridalaksana, H. 1986. Kelas Kata dalam Ba- Oxford, R.L. 1990. Language Learning Strat-
hasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. egies: What Every Teacher Should Know.
Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik. Boston: Heinle & Heinle.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Uta- Saville-Troike, M. 2006. Introducing Sec-
ma. ond Language Acquisition. Cambridge:
Language Policy Division, Council of Cambridge University Press.
Europe. 2001. Common European Schleppegrell, M. 1987. The Older Lan-
Framework of Reference for Languages. guage Learner, dalam ERIC Clear-
Cambridge: Cambridge University inghouse on Languages and Linguistics;
Press. http://www.cal.org/resources/archive/
Language Policy Division, Council of Eu- digest/ 1987olderlearner.html.
rope. Tanpa Tahun. A Teachers Guide Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik
to the Common European Framework. Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian
Tanpa Kota Terbit: Pearson. Wahana Kebudayaan secara Linguistis.
Leech, G., Margaret D., and Robert H. Yogyakarta: Duta Wacana University
1982. English Grammar for Today, Lon- Press.
don: The Macmillan Press. VanPatten, B. and Alessandro G.B. 2010.
Muliastuti, L. 2006. Kesalahan Contoh- Key Terms in Second Language Acquisi-
Contoh Bahasa Indonesia dalam tion. London: Continuum Interna-
Kamus Bahasa Indonesia-Korea dan tional Publishing Group.
Implikasinya pada Pengajaran BIPA. Wiedarti, P. 2010. Menuju Pengembang-
Makalah KIPBIPA VI di Universitas an Program Bahasa Indonesia untuk
Sultan Ageng Tirtayasa, Banten, 11-14 Penutur Asing dengan Mengacu pada
Juli 2006. Common European Framework of Refe-
Norris, J. and Lourdes Ortega. 2003. De- rences for Languages dan Genre. Maka-
fining and Measuring SLA, dalam lah disajikan pada The First Annual
Catherine J. Doughty and Michael H. International Symposium of Foreign Lan-
Long (eds.), The Handbook of Second guage Learning (AISOFOLL): Exploring
Language Acquisition. First Edition. Standards for Foreign Language Learning
Malden: Blackwell Publishing Ltd. in Southeast Asia, SEAMEO QITEP in
Nurmayanti. 2012. Pemerolehan Bahasa Language, Jakarta, 20 Oktober 2010.
Kedua Anak (Studi Kasus di Briton
International School). Tesis. Yogya-
karta: UGM.

Pemerolehan Klausa Relatif pada Pemelajar BIPA: Kajian Bahasa-Antara


74

Lampiran 1. Contoh Hasil Pengolahan Kuesioner Strategi Belajar Bahasa bagi Pemelajar
BIPA

Nama: Cm

Keterangan:
Bagian A : Strategi memori/mengingat Bagian D : Strategi metakognitif
Bagian B : Strategi kognitif Bagian E : Strategi afektif
Bagian C : Strategi kompensasi Bagian F : Strategi sosial

Rata-rata keseluruhan adalah jumlah skor tiap bagian dibagi banyaknya pertanyaan yang
terjawab/terisi.

Lampiran 2. Grafik Profil Strategi Belajar Bahasa

Keterangan:
Tinggi 4.5 5.0 Selalu atau hampir selalu
3.5 4.4 Biasanya
Sedang 2.5 3.4 Kadang-kadang
Rendah 1.5 2.4 Umumnya tidak pernah
1.0 1.4 Tidak pernah atau hampir pernah

LITERA, Volume 14, Nomor 1, April 2015

You might also like