You are on page 1of 5

LO alat dan bahan anastesi topikal

Anastetik lokal adalah obat yang sebagai penghilang nyeri berbeda dengan obat penghilang
nyeri yang lain. Perbedaannya adalah bahwa jika obat lain harus memasuki pembuluh darah
dan mencapai kadar yang cukup guna memberikan efek terapi, anastetik lokal jika sampai
memasuki pembuluh darah karena terabsopsi ke dalam pembuluh darah efek terapeutiknya
justru akan hilang bahkan berpotensi menimbulkan keracunan.

Anastetik lokal dapat digolongkan berdasarkan durasi anastesia yang ditimbulkannya.


Berdasar penggolongan ini terdapat anastetik lokal berdurasi singkat (30-60 menit) dan
golongan berdurasi sedang (60-90 menit) dan golongan anastetik lokal yang berdurasi lama
atau panjang (90 menit atau lebih)

Jenis anastetik berdasarkan struktur kimia

Berdasarkan jenis perangkainya dikenal pembagian anastetik lokal menjadi golongan ester
golongan amida.

Golongan ini merupakan golongan anastetik yang banyak dipakai mungkin karena
alergesinya yang relatif kurang.

Lidokain

Lidokain adalah anastetik golongan amida derivat zylidine. Lidokain 2% dengan


vasokonstriktor memberikan anastesia yang dalam dengan durasi medium. Lidokain
digunakan untuk anastesi topikal, infiltrasi blok, spinal, epidural, dan kaudal.

Lidokain 2% digunakan untuk anastesi infiltrasi dan blok dengan 1:50.000 atau 1:100.000
epinefrin. Lidokain untuk anastesia topikal diracik dalam bentuk salep 5%, semprotan 10%,
dan larutan kental 2%.

LO TEKNIK LOKAL ANESTESI

Teknik lokal anestesi menurut Laura Mitchell, David A. Mitchell,


Lorna Mc.Caul (2009) :

Anestesi block alveolaris inferior dan infiltrasi Iokal merupakan


teknik anestesi lokal utama; namun, tersedia juga beberapa alternatif,
suplemen dan pilihan darurat, Anestesi blok alveolaris inferior. Teknik
pilihan untuk gigi molar rahang bawah: juga efektif untuk premolar,
kaninus, dan insisif (pada insisif ditambah infiltrasi). Tujuannya adalah
mendepositkan anestetikum disekitar saraf alveolaris yang masuk ke
foramen mandibula di bawah lingula. Mulut pasien harus dibuka lebar.
Palpasi landmark eksternal dan linea obliqua interna dan perhatikan garis
raphe pterigomandibula. Dengan meletakkan ibu jari yang mempalpasi
pada fosa retromolar, ujung jarum dimasukkan pada titik tengah ujung ibu
jari sedikit di atas bidang oklusal di lateral raphe pterigomandibula.

Pada kedalaman jarum 0,5 cm, jika diperlukan blok saraf lingualis, disuntikkan
anestesi lokal pada titik ini sebanyak 0,5 ml. Arah jarum kemudian
digerakkan horizontal 40 derajat menyilang dari dorsum lidah dan maju
agar berkontak dengan lingula. Begitu jarum sudah berkontak dengan
tulang, jarum ditarik keluar sedikit dan sisa anestetikum diinjeksikan.
Tidak diperlukan memasukkan jarum sampai ke pusat.

Perhatikan bahwa posisi foramen mandibula bervariasi, bergantung pada usia. Pada
rahang tidak bergigi, posisi foramen dan juga titik insersi jarum relatif lebih tinggi dari yang
bergigi.

Blok saraf nasopalatinus. Anestesia yang dalam dapat tercapai dengan melewatkan
jarum melalui papila insisiva dan menyuntikan sedikit anestetikum. Suntikan ini sangat
menyakitkan.
Infiltrasi. Tujuannya adalah untuk menempatkan anestesi lokal disupraperiosteal, sedekat
mungkin dengan apeks gigi yang akan dianestesi. Anestesi lokal akan berdifusi melalui
periosteum dan tulang untuk membasahi saraf sekitar apikal gigi. Tarik pipi atau bibir agar
mukosa tegang dan masukkan jarum sepanjang sumbu panjang gigi ke arah tulang. Dekat
apikal gigi tarik sedikit dan deponir anestesi lokal perlahan-lahan. Untuk infiltrasi palatum,
bukal harus teranestesi terlebih dahulu dan baru lakukan infiltrasi di papila interdental.
Kemudian suntik mukosa palatum dan depositkan sedikit anestesi lokal dengan tekanan.

Anestesi intraosseus. Teknik ini diperkenalkan kembali untuk memperdalam analgesika satu
gigi. Membutuhkan alat dan keterampilan
khusus.
Teknik Refrigeration anestesi (menurut Haryono Mangunkusumo, 1981)
adalah :
Dalam lapangan KG.untuk maksud ini kita kenal obat Chloor aethyl.
Di dalam klinik kita sering pakai Chloor aethyl ini untuk anestesi waktu kita mengerjakan
suatu incisI abscess.
Jangan sekali-kali memberikan chloor aethyl itu pada tempat operasi, oleh karena chloor
aethyl itu akan menyebabkan jaringan yang terkena
menjadi keras, sehingga sukar untuk diincisi.
Dalam perdagangan chloor aethyl berupa larutan yang mudah menguap dan dimasukkan
dalam suatu tabung dari kaca, di ujung tabung terdapat suatu penutup, bila tutup ditekan,
maka terdapatlah jalan keluar chloor aethyl yang berupa spray.
Daerah yang kita semprot dengan chloor aethyl ini mula-mula dekat (+ 2 cm), dan lama-
lama kita jauhkan dan kita hentikan bila daerah itu sudah seperti diliput salju.
Bila kita hendak mengincisi abscess, bila yang kita pakai chloor aethyl kita semprotkan
pada jaringan sekitar abscess dengan cara tadi.
Pemakaian yang efektif apabila kita hendak mencabut gigi yang goyah atau gigi susu yang
goyah dan cara pemakaiannya ialah semprotan kita jauhkan pada perbatasan gigi dan jaringan
dengan maksud untuk membekukan pulpa dan jaringan sekitarnya pada waktu bersamaan.
Ini dikerjakan di sebelah bukal maupun di sebelah lingual gigi itu.
Oleh karena semprotanchloor aethyl berbahaya untuk mata, maka sebaiknya mata pasien
ditutup dengan kain penutup atau kita ambil kapas, kemudian kita basahi dengan chloor
aethyl itu.Setelah itu baru kapas kita tempatkan pada jaringan tadi.
Kesimpulan pada pemakaian chloor aethyl ini adalah dipakai untuk operasi yang tidak
memakan waktu, misalnya mencabut gigi yang sudah goyah, incisi.

Teknik Topical Anestesi menurut H. Handogo (1979) :


Topical anetesi dapat dilakukan dengan menyoletkan jaringan tersebut dengan obat topical
anestesi yang dapat berupa :
1. Ointment : - Num Oinment
Xylestesin
Tonex
Contralgin
2. Spray : Xylocain spray
Topical anestesi ini hanya dapat bekerja baik meresap kedalam jaringan 0,5 cm, jadi hanya
cukup untuk mencabut gigi susu atau gigi dewasa yang sudah goyah sekali.

LO Alat dan Bahan pada Eksodonsi

Elevator sebagai salah satu eksodonsia dirancang berbeda oleh pabrik pembuatnya. Beberapa
hal penting diketahui dalam menggunakan elevator , pengenalan bagian elevato, elevator
yang umum digunakan dan prinsip kerja dalam penggunaan elevator.

Indikasi penggunaan elevator

Elevator digunakan untuk

1) Menggerakkan dan mengeluarkan gigi yang tidak dapatdipegang mulut forsep misal
gigi impaksi
2) Mengambil akar gigi
3) Melonggarkan gigi sebelum aplikasi forsep
4) Memisahkan akar gigi dengan mahkota gigi
5) Mengambil tulang intraradikular

Elevator gigi

Elevator diindikasi untuk ekstraksi gigi secara keseluruhan pada keadaan berikut :

a) Gigi impaksi maksila atau mandibula karena lokasi dan posisi gigi impaksi
menyebabkan operator tidak dapat menggunakan forsep untuk mengeluarkannya
b) Gigi malposisi ke lingual, bukal atau gigi berjejal (crowded), terutama gigi premolar
maksila atau mandibula atau gigi insisiv lateralis yang karena lokasi gigi itu tidak
mungkin mengaplikasikan forsep tanpa mengganggu gigi yang ada didekatnya

Elevator diindikasi untuk mengambil akar gigi pada keadaan berikut ini :

a) Akar gigi yang fraktur setinggi garis gingiva, setengah panjang akar atau sepertiga
apikal
b) Sisa akar gig yang tertinggal di dalam alveolus pada eksodonsia sebelumnya bahkan
mungkin kejadiaannya telah lama
c) Akar gigi yang tertinggal di dalam alveolus karena proses karies gigi yang berkaitan.

Bahaya penggunaan elevator

Elevator harus digunakan secara berhati-hatidan dilakukan dengan penuh konsentrasi karena
dapat mengakibatkan :

a) Merusak gigi di dekatnya atau bahkan menyebabkan gigi di dekatnya terangkat keluar
dari soket
b) Fraktur maksila atau mandibula
c) Fraktur prosesur alveolaris
d) Jaringan lunak atau syaraf terluka

Mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan elevator maka operator harus
memperhatikan benar tentang aturan yang harus ditaati saat menggunakan elevator.

a) Jangan menggunakan gigi di dekatnya sebagai tumpuan elevator kecuali gigi itu akan
diekstraksi juga
b) Jangan menggunakan tulang bukal setinggi garis gingiva sebagai tumpuan elevator.
c) Selalu menggunakan handscoon untuk melindungi penderita dari terpelesetnya
elevator.

Sumber
Wiyatmi,hardani.2014.Anastesi lokal dalam Pencabutan Gigi. Klinik Gigi dan Mulut
RSJ Grhasia Provinsi DIY

You might also like