You are on page 1of 12

Akuntansi Istishna

1. Akad Istishna
a. Pengertian
Istishna adalah akad jual beli antara pembeli (al-mustashni) dan as shani
(produsen yang juga sebagai penjual (Slamet, 2013:161). Istishna juga
merupakan jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual-beli.
Istishna berarti diminta dibuatkan/dipesan. Akad yang mengandung tuntutan agar
tukang/ahli membuat suatu pesanan dengan ciri khusus. Dengan demikian
istishna adalah jual beli antara pemesan dan penerima pesanan, dimana
spesifikasi dan harga barang disepakati diawal sedangkan pembayaran dilakukan
secara bertahap sesuai kesepakatan (Nasaruddin, 2014:258).
Akad Istishna adalah akad jual beli untuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/Mustashni) dan penjual (pembuat/Shani)- (fatwa DSN MUI). Shani
akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah
disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (Istishna
Paralel). Dalam PSAK 104 per 8 dijelaskan barang pesanan harus memiliki
kriteria:
i. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati.
ii. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal dan
iii. Harus diketahui karekteristiknya secara umum yang meliputi jenis,
spesifikasi tekhnis, kualitas, dan kuantitasnya.

Dalam Istishna paralel, penjual membuat akad Istishna kedua dengan


subkontraktor untuk membantunya memenuhi kewajiban akad Istishna pertama
(antara penjual dan pemesan). Pihak yang bertanggung jawab pada pemesan
tetap terletak pada penjual tidak dapat dialihkan pada subkotraktor karena akad
terjadi antara penjual dan pemesan bukan pemesan dengan subkontraktor.
Sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja subkontraktor.

Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas (a) jumlah
yang telah dibayarkan; dan (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan
spesifikasi dan tepat waktu (PASAK 104 per 13). Begitu akad sudah disepakati
maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada dasarnya tidak dapat
dibatalkan, kecuali :

a. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikanya; atau


b. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad (PSAK 104 per 12).

Akad berakhir apabila kewajiban kedua belah pihak sudah terpenuhi atau kedua
belah pihak bersepakat untuk menghentikan akad

b. Jenis Akad Istishna


i. Istishna yang akad jual belinya dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan criteria persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
mustashni dan shani.
ii. Istishna pararel adalah suatu bentuk akad istisna antara penjual dan
pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual
melakukan akad istishna dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat
memenuhi asset yang dipesan pemesan.

c. Fatwa DSN-MUI tentang Istishna (Nasaruddin, 2014:258)


Ada beberapa Fatwa DSN-MUI berkenaan dengan akad istishna yang harus
dipedomani untuk menentukan keabsahan akad istishna. Fatwa-fatwa DSN-MUI
tersebut adalah:
i. No. 06/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual-Beli istishna
Pertama: ketentuan tentang pembayaran
Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang,
barang, atau manfaat
Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan
Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang

Kedua: Ketentuan tentang barang

Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai utang


Harus dapat dijelaskan spesifikasinya
Penyerahannya dilakukan kemudian
Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan
Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerima barang
sebelum menerimanya
Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan
Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk
meelanjutkan atau membatalkan akad.
Ketiga: Ketentuan lain
Dalam hal pemesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan,
hukumnya mengikat.
Semua ketentuan dalam jual-beli salam yang tidak disebutkan diatas
berlaku pula pada jual beli istishna
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jiak terjadi
perselisihan diantara kedua belah pihak maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
ii. No. 22/DSN-MUI/III/2002 tentang Jual-Beli istishna paralel
Pertama: Ketentuan umum
Jika LKS melakukan transaksi istishna, untuk memenuhi
kewajibannya kepada nasabah ia dapat melakukan istishna lagi
dengan pihak lain pada objek yang sama, dengan syarat istishna
pertama tidak tergantung (Muallag) pada istishna kedua.
LKS selaku mustashni tidak diperkenankan untuk memungut MDC
(Margin During Construction) dari nasabah (Shani) karena hai ini
tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Semua rukun dan syarat-syarat yang berlaku dalam akad istishna
(Fatwa DSN No. 06/DSN-MUI/IV/2000) Berlaku pula dalam
istishna pararel.
Kedua: ketentuan lain
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
melalui Badan Arbitrase Syariah setelah Tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah.
Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dengan ketentuan jika
dikemudian hari ternyata dapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagai mestinya
d. Rukun Istishna
i. Pelaku
Pelaku terdiri dari pemesan (pembeli) dan penjual (pembuat). Harus cakap
hukum dan baligh
ii. Objek akad
Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna yang
berbentuk harga
iii. Ijab kabul
Ijab kabul/serah terima
e. Syarat Istishna
Adapun syarat-syarat istishna adalah:
i. Menjelaskan tentang jenis barang yang dibuat, macam, kadar, dan sifatnya
karena barang tersebut adalah barangyang dijual (obyek akad);
ii. Barang tersebut harus berupa barang yang berlaku muamalat di antara
manusia, seperti sepatu dan lain-lain;
iii. Tidak ada ketentuan mengenai tempo penyerahan barang yang dipesan.
Apabila waktunya ditentukan menurut Imam Abu Hanifah, akad berubah
menjadi salam dan berlakulah syarat-syarat salam. Menurut Imam Abu Yusuf
dan Muhammad, syarat ini tidak diperlukan.

2. Pengakuan dan pengukuran istishna


a. Akuntansi untuk penjual
i. Penyatuan dan Segmentasi Akad
PSAK 104 Paragraf 14-16 telah mengatur tentang penyatuan dan segmentasu
akad istishna. Yang dimaksudkan dengan penyatuan akad di sini adalah suatu
kelompok akad istishna dengan satu atau beberapa pembeli, maka hal
tersebut disebut ddengan penyatuan akad/ suatu akad dengan syarat tertentu.
Sedangkan segmentasi adkad adalah suatu akad istishna yang mencakup
sejumlah aset, maka akadnya di pisah antara aset yang satu dengan yang
lainnya.
Bila suatu akad istishna mencakup sejumlah aset, pengakuan dari setiap aset
diperlakukan sebagai suatu akad yang terpisah jika:
a) proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;
b) setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dengan penjual dan
pembeli dapat menerima atau menolak bagian akad yang berhubungan
dengan masing-masing aset tersebut; dan
c) biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasikan;

Suatu kelompok akad istishna, dengan satu atau beberapa pembeli, harus
diperlakukan sebagai satu akad istishna jika:

(a) kelompok akad tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket;


(b) akad tersebut berhubungan erat sekali, sebetulnya akad tersebut
merupakan bagian dari akad tunggal dengan suatu margin keuntungan;
dan
(c) akad tersebut dilakukan secara serentak atau secara berkesinambungan.

Jika ada pemesanan aset tambahan dengan akad istishna terpisah, tambahan
aset tersebut diperlakukan sebagai akad yang terpisah jika:

(a) aset tambahan berbeda secara signifikan dengan aset dalam akad istishna
awal dalam desain, teknologi atau fungsi; atau
(b) harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait harga akad istishna
awal;
ii. Biaya Perolehan Istishna
PSAK 104, paragraf 25-30 telah mengatur pengakuan dan pengukuran biaya
istishna seperti berikut. Biaya perolehan istishna terdiri dari:
1) Biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk
membuat barang pesanan; dan
2) Biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan
praakad.

Biaya praakad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai


biaya istishna jika akad disepakati. Namun jika akad tidak disepakati, maka
biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan.

Jurnal yang dibuat entitas syariah untuk biaya praakad adalah:

(Db) Beban Praakad tangguhan xxx

(Cr) Kas xxx


Jika akad istishna disepakati, maka entitas syariah akan membuat jurnal
seperti berikut:

(Db) Aset istishna dalam penyelesaian xxx

(Cr) Beban Praakad Tangguhan xxx

Jika akad istishna tidak disepakati, maka jurnal untuk biaya praakad akan
dijurnal sebagai berikut:

(Db) Beban lain-lain xxx

(Cr) Beban Praakad Tangguhan xxx

Biaya perolehan istishna yang terjadi selama periode laporan keuangan,


diakui sebagai aset istishna dalam penyelesaian pada saat terjadinya.
Sedangkan, beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset
dan pengembangan tidak termasuk dalam biaya istishna.

Jurnal yang dibuat oelh entitas produsen untuk mencatat biaya perolehan
istishna adalah sebagai berikut:

(Db) Aset Istishna dalam penyelesaian xxx

(Cr) Kas/rekening suplier/bahan, dsb xxx

iii. Biaya Perolehan Istishna Paralel


Biaya istishna paralel terdiri dari:
1) Biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor
kepada entitas
2) Biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan
praakad
3) Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi
kewajiban, jika ada.

Biaya perolehan istishna paralel diakui sebagai aset istishna dalam


penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari produsen atau kontraktor
sebesar jumlah tagihan

Jurnal yang dibuat oleh entitas syariah adalah:

(Db) Aset istishna dalam penyelesaian xxx

(Cr) Rekening Kontraktor/kas xxx

iv. Pendapatan Istishna dan istishna paralel


Pengakuan pendapatan Istishna dan istishna paralel diaturr dalam PSAK 104
Paragraf 17-24, dengan penjelasan sebagai berikut.
Pendapatan istishna diakui dengan menggunakan metode presentase
penyelesaian atau metode akad selesai. Akad adalah selesai jika proses
pembuatan barang pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli.
Jika metode presentase penyelesaian digunakan, amak:
Bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah
diselesaikan dengan periode tersebut diakui sebagai pendatan istishna
pada periode bersangkutan.
Bagian margin keuntungan istishna yang diakui selama periode pelaporan
ditambahkan kepada aset istishna dalam penyelesaian
Pada akhir periode harga pokok istishna diakui sebesar biaya istishna
yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.

Entitas syariah akan membuat jurnal untuk mengakui pendapatan sebagai


berikut:

(Db) Harga Pokok Istishna xxx

(Db) Aset istishna dalam penylesaian xxx

(Cr) Pendapatan Istishna' xxx

Jika estimasi presentase penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya


tidak dapat ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan,
maka digunakan metode akad selesai dengan ketentuan sebagai berikut:

Tidak ada pendapatan istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan


tersebut selesai
Tidak ada harga pokok istishna yang diakui sampai dengan pekerjaan
tersebut selesai
Tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna dalam
penyelesaian sampai dengan pekerjaan tersebut selesai
Pengakuan pendapatan istishna, harga pokok istishna dan keuntungan
dilakukan hanya pada saat penyelesaian pekerjaan.

Jurnal yang dibuat oleh entitas syariah adalah:

Pada saat menerima aset istishna dari kontraktor, maka jurnlanya adalah

(Db) Aset istishna xxx

(Cr) Aset istishna dalam penyelesaian xxx

Pada saat entitas syariah menagih ke pembeli akhir maka jurnalnya adalah:

(Db) Piutang istishna xxx

(Cr) Termin Istishna xxx

Pada saat entitas syariah menerima kas dari pembeli akhir maka dibuat jurnal:
(Db) Kas xxx

(Cr) Piutang Istishan xxx

Pada saat entitas syariah menyerahkan aset istishna kepada pembeli akhir
maka dibuat jurnal:

(Db) Termin Istishna xxx

(Cr) Aset istishna xxx

(Cr) Pendapatan Istishna xxx

v. Istishna dengan pembayaran tangguh


Jika menggunakan metode presentase penyelesaian dan proses pelunasan
dilakukan dalam lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan,
maka pengekuan pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Margin keuntngan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila
istishna dilakukan secara tunai, diakui sesuai presentase penyelesaian
b) Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama
periode pelunasan secara proporsional sesuai dnegan jumlah pembayaran.

Jika menggunakan metode akad selesai dan proses pelunasan dilakukan dalam
periode lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka
pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a) Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila


istishna dilakukan secara tunai, diakui pada saat penyerahan barang
pesanan,
b) Selisih antara nialai akan dan niali tunai pada saat penyerahan diakui
selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah
pembayaran
vi. Penyelesaian awal
Jika pembeli akhir melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan
penjual memberikan potongan maka potongan tersebut sebagai pengurang
pendapatan istishna
Pengurangan pendapatan istishna akibat penyelesaian awal piutang istishna
dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna pada saat
pembayaran. Jurnal akan dibuat sebagai berikut:
(Db) Kas xxx
(Db) Pendapatan margin istishna xxx
(Cr) piutang istishna xxx
b) Penggantian kepad pembeli sebesar jumlah keuntungan yang dihapuskan
tersebut setelah menerima pembayaran piutang. Jurnalnya adalah
Untuk penerimaan kas
(Db) kas xxx
(Cr) Piutang istishna xxx
untuk penyerahan kas kembali kepada pembeli akhir
(Db) Pendapatan Margin Istishna xxx
(Cr) Kas xxx

vii. Perubahan pesanan dan klaim tambahan


PSAK No. 104 mengatur tentang pengukuran perubahan pesanan dan klaim
tambahan sebagai berikut:
a) Nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh penjual dan
pembeli ditambahakan kepada istishna dan biaya istishna
b) Jika kondisi pengenaan setiap tambahan yang dipersyaratkan dipenuhi
maka jumalh biaya setiap tagihan tambahan akan menambahkan biaya
istishna, sehingga pendapatan istishna akan berkurang sebesar jumlah
penambahan biaya akibat klaim tambahan
c) Perlakuan akuntansi: a) dan b) juga berlaku pada istishna paralel, akan
tetapi biaya perubahan pesanan dan tagihan tambahan ditentukan oleh
produsen atau kontraktor dan disetujui penjual berdasarkan akad istishna
paralel.
viii.Pengakuan taksiran rugi
Paragraf 34 dan 35 PSAK 104 mengatur tentang kemungkinan terjadinya
kerugian istishna bila diperkirakan biaya istishna melebihi pendapatan istishna.
Hal tersebut dapat dijelaskan dibawah ini.
a) Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna akan
melebihi pendapatan istishna, taksiran kerugiian harus segera diakui.
b) Jumlah kerugian semacam itu ditentukan tanpa memperhatikan:
1) Apakah pekerjaan istishna telah dilakukan atau belum
2) Tahap penyelesaian pembuatan barang pesanan
3) Jumlah laba yang diharapkan dari akad lain yang tidak diperlakukan
sebagai akad tunggal sesuai paragraf 14 PSAK 104
b. Akuntansi untuk Pembeli
(Bank) sebagai pembeli PSAK No. 104 telah mengatur pengakuan dan
pengukurannya sebagai berikut:
i. Pembeli mengakui aktiva istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah
termin yang ditagih pembeli dan sekaligus mengakhiri utang istishna
kepada penjual.
Dalam hal ini, jurnal yang dibuat bank adalah sebagai berikut:
(Db) Aktiva istishna dalam penyelesaian xxx
(Cr) Hutang istishna xxx
ii. Aset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran
tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih
antara harga beli yang disepakati dalam akad istishna tangguh dan biaya
perolehan tunai diakui sebagai beban istishna tangguhan.
Untuk itu, pembeli akan mengakui dengan jurnal sebagai berikut:
(Db) aktiva istishna xxx
(Db) Beban istishna tangguhan xxx
(Cr) hutang istishna xxx
iii. Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan
porsi pelunasan hutang istishna
Jurnal yang akan dibuat oleh pembeli untuk mengamortisasi beban istishna
tangguhan adalah:
(Db) Beban istishna xxx
(Cr) Beban istishna tangguhan xxx
iv. Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau
kesalahan penjual dan mengakibatkan kerugian tambahan, maka kerugian
itu dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek yang telah diserahkan
penjual. Jika kerugian tersebut melebihi garansi penyelesaian proyek, maka
selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan jika
diprlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Untuk masalah ini entitas syariah akan mencatat dengan jurnal sebagai
berikut:
1) Apabila kerugian lebih kecil dari garansi penyelesaian proyek
Pada saat penjual menyerahkan uang garansi kepada pembeli
(bank):
(Db) Kas xxx
(Cr) uang garansi penyelesaian proyek xxx
Pada saat pembebanan kerugian pembeli (bank):
(Db) uang garansi penyelesaian proyek xxx
(Cr) rekening lain-lain xxx
2) Apabila kerugian lebih besar dari garansi penyelesaian proyek
Pada saat penjual menyerahkan uang garansi kepada pembeli
(bank):
(Db) Kas xxx
(Cr) uang garansi penyelesaian proyek xxx
Pada saat pembebanan kerugian pembeli (bank):
(Db) uang garansi penyelesaian proyek xxx
(Db) Piutang jatuh tempoh xxx
(Cr) rekening lain-lain xxx
v. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai
dengan spesifikasi dan tidak dapat memperoleh kembali seluruh jumlah
uang yang telah dibayarkan kepada penjual, maka jumlah yang belum
diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempoh kepada penjual dan
jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Dalam hal ini pembeli (bank) akan mencatat sebagai berikut:
a) Pembeli ditagih oleh penjual
(Db) aktiva istishna xxx
(Db) beban istishna tangguhan xxx
(Cr) hutang istishna xxx
b) Pada saat membayar kepada penjual
(Db) utang istishna xxx
(Cr) kas xxx
c) Pada saat mengakui penarikan kembali atas pembayaran kepada
penjual
(Db) kas xxx
(Db) Piutang jatuh tempoh xxx
(Cr) aset istishna dalam penyelesaian xxx
vi. Jika pembeli (bank) menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan
spesifikasi barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah
antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai
kerugian pada periode berjalan.
Dalam hal ini bank akan mencatat kerugian sebagai berikut:
(Db) aset istishna xxx
(Db) Kerugian penurunan niali aktiva istishna xxx
(Cr) Aset istishna dalam penyelesaian xxx

Kerugianpenurunan nilai aktiva istishna dilaporkan dalam laba rugi


sebagai beban lain-lain.
vii. Dalam istishna paralel, jika pembeli akhir menolak menerima barang
pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, maka
barang pesanan diukur dengan nilai lebih rendah antara nilai wajar dan
harga pokok istishna. Selisih yang terjadi diakui sebgai kerugian pada
periode berjalan.
Dalam hal ini bank akan mencatat sebagai berikut:
(Db) aset istishna xxx
(Db) kerugian penurunan aktiva istishna xxx
(Cr) aset istishna dalam penyelesaian xxx

c. Penyajian
PSAK 104 mengatur penyajian istishna dalam laporan keuangan sebagai berikut:
i. Penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal berikut ini:
a) Piutang istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah
yang belum dilunasi oleh pembeli akhir
b) Termin istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah
tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.
ii. Pembelia menyajikan laporan keuangan hal-hal berikut ini:
a) Hutang istishna sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang
belum dilunasi
b) Aset istishna dalam penyelesaian sebesar:
Presentase penyelesaian dari nilai kontrak penjual penjualan
kepada pembeli akhir, jika istishna paralel, atau
Kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna
d. Pengungkapan
Penjual mengungkapan transaksi istishna dalam laporan keuangan, tetapi tidak
terbatas, pada:
i. Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak
istishna
ii. Metode yang digunakan dalam penentuan presentase penyelesaian kontrak
yang sedang berjalan
iii. Rincian piutang istishna berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas
piutang
iv. Pengungkapan yang diperlukan sesuai dengan PSAK 101: penyajian
laporan keuangan syariah.

Pembeli mengungkapkan transaksi istishna dalam laporan keuangan, tetapi tidak


terbatas, pada:

i. Rincian hutang istishna berdasarkan jumlah dan jangka waktu;


ii. Pengungkapan yang diperlukan sesuai dengan PSAK 101: penyajian
laporan keuangan syariah.
Daftar pustaka:

Bhinardi, Ardito. 2012. Istishna. (online) (http://muamalah-


ardito.blogspot.com/2012/03/istishna.html. diakses pada tanggal 16 Maret 2015)

Wiyono, Slamet,. Mualamin, Taufan. 2013. Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia.


Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

You might also like