Professional Documents
Culture Documents
1. Akad Istishna
a. Pengertian
Istishna adalah akad jual beli antara pembeli (al-mustashni) dan as shani
(produsen yang juga sebagai penjual (Slamet, 2013:161). Istishna juga
merupakan jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual-beli.
Istishna berarti diminta dibuatkan/dipesan. Akad yang mengandung tuntutan agar
tukang/ahli membuat suatu pesanan dengan ciri khusus. Dengan demikian
istishna adalah jual beli antara pemesan dan penerima pesanan, dimana
spesifikasi dan harga barang disepakati diawal sedangkan pembayaran dilakukan
secara bertahap sesuai kesepakatan (Nasaruddin, 2014:258).
Akad Istishna adalah akad jual beli untuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/Mustashni) dan penjual (pembuat/Shani)- (fatwa DSN MUI). Shani
akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah
disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (Istishna
Paralel). Dalam PSAK 104 per 8 dijelaskan barang pesanan harus memiliki
kriteria:
i. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati.
ii. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal dan
iii. Harus diketahui karekteristiknya secara umum yang meliputi jenis,
spesifikasi tekhnis, kualitas, dan kuantitasnya.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas (a) jumlah
yang telah dibayarkan; dan (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan
spesifikasi dan tepat waktu (PASAK 104 per 13). Begitu akad sudah disepakati
maka akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada dasarnya tidak dapat
dibatalkan, kecuali :
Akad berakhir apabila kewajiban kedua belah pihak sudah terpenuhi atau kedua
belah pihak bersepakat untuk menghentikan akad
Suatu kelompok akad istishna, dengan satu atau beberapa pembeli, harus
diperlakukan sebagai satu akad istishna jika:
Jika ada pemesanan aset tambahan dengan akad istishna terpisah, tambahan
aset tersebut diperlakukan sebagai akad yang terpisah jika:
(a) aset tambahan berbeda secara signifikan dengan aset dalam akad istishna
awal dalam desain, teknologi atau fungsi; atau
(b) harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait harga akad istishna
awal;
ii. Biaya Perolehan Istishna
PSAK 104, paragraf 25-30 telah mengatur pengakuan dan pengukuran biaya
istishna seperti berikut. Biaya perolehan istishna terdiri dari:
1) Biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk
membuat barang pesanan; dan
2) Biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan
praakad.
Jika akad istishna tidak disepakati, maka jurnal untuk biaya praakad akan
dijurnal sebagai berikut:
Jurnal yang dibuat oelh entitas produsen untuk mencatat biaya perolehan
istishna adalah sebagai berikut:
Pada saat menerima aset istishna dari kontraktor, maka jurnlanya adalah
Pada saat entitas syariah menagih ke pembeli akhir maka jurnalnya adalah:
Pada saat entitas syariah menerima kas dari pembeli akhir maka dibuat jurnal:
(Db) Kas xxx
Pada saat entitas syariah menyerahkan aset istishna kepada pembeli akhir
maka dibuat jurnal:
Jika menggunakan metode akad selesai dan proses pelunasan dilakukan dalam
periode lebih dari satu tahun setelah penyerahan barang pesanan, maka
pengakuan pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
c. Penyajian
PSAK 104 mengatur penyajian istishna dalam laporan keuangan sebagai berikut:
i. Penjual menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal berikut ini:
a) Piutang istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah
yang belum dilunasi oleh pembeli akhir
b) Termin istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah
tagihan termin penjual kepada pembeli akhir.
ii. Pembelia menyajikan laporan keuangan hal-hal berikut ini:
a) Hutang istishna sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang
belum dilunasi
b) Aset istishna dalam penyelesaian sebesar:
Presentase penyelesaian dari nilai kontrak penjual penjualan
kepada pembeli akhir, jika istishna paralel, atau
Kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna
d. Pengungkapan
Penjual mengungkapan transaksi istishna dalam laporan keuangan, tetapi tidak
terbatas, pada:
i. Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak
istishna
ii. Metode yang digunakan dalam penentuan presentase penyelesaian kontrak
yang sedang berjalan
iii. Rincian piutang istishna berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas
piutang
iv. Pengungkapan yang diperlukan sesuai dengan PSAK 101: penyajian
laporan keuangan syariah.