You are on page 1of 6

Sifat Membran Sel

Karakterisasi membran diperlukan untuk mengetahui sifat-sifat membran


yang dihasilkan. Karakterisasi membran yang berhubungan dengan struktur
membran adalah sifat kimia, kristalinitas, statistika pori, dan ketebalan, sedangkan
yang berhubungan dengan fungsi membran adalah permeabilitas dan permselektivitas.
Sifat kimia membran dapat digambarkan dari perbedaan polaritas. Bila suatu
membran memiliki kepolaran yang hampir sama dengan kepolaran umpan, maka membran
akan mempunyai permeabilitas yang tinggi karena membran yang polar akan mudah menarik
molekul yang polar dan akan menolak molekul yang nonpolar, demikian sebaliknya.
Derajat kristalinitas suatu membran akan mempengaruhi permeabilitas dan
permselektivitas, juga sifat mekanik membran. Jika derajat kristalinitas besar,
maka membran bersifat kurang elastis dan kekuatan tariknya kecil. Kristalinitas polimer juga
akan mempengaruhi pembentukan pori dan ketahanan membran terhadap pengaruh
perubahan fisik seperti tekanan dan suhu. (Kesting, 1971).
Permeabilitas membran merupakan ukuran kecepatan suatu spesi
menembus membran. Permeabilitas dipengaruhi oleh jumlah pori, ukuran pori, tekanan yang
dioperasikan dan ketebalan membran. Permeabilitas sering dinyatakan sebagi
fluks (koefisien permeabilitas). Definisi fluks adalah jumlah volume permeat yang melewati
satu satuan luas membran dalam waktu tertentu dengan adanya gaya dorong, dalam hal ini
adalah tekanan (Mulder, 1996)
Permeabilitas membran adalah tingkat pasif difusi molekul melalui membran.
Molekul-molekul yang dikenal sebagai permeant molekul. Permeabilitas bergantung
terutama pada muatan listrik dan polaritas molekul dan pada tingkat lebih rendah massa
molar molekul. Karena sifat hidrofobik membran sel, molekul kecil bermuatan netral.
Ketidakmampuan molekul yang dibebankan untuk melewati membran sel hasil pH partisi
zat seluruh kompartemen cairan tubuh.
B. Macam Macam sifat membran dan contohnya
Berdasarkan kemampuannya untuk melewatkan suatu zat, sifat membrane sel dapat dibagi
atas 3 jenis, yaitu :
1. Impermeabel
Suatu keadaan dimana semua zat yang ada di luar sel tidak dapat masuk ke dalam sel
karena adanya mekanisme penolakan oleh sel.
contohnya membran dari karet.
2. Semipermeabel
Suatu keadaan dimana hanya zat zat tertentu yang hanya dibutuhkan oleh sel saja yang
dapat masuk, sedangkan zat lainnya tidak dapat masuk. Keadaan inilah yang lazim ditemui
pada semua jenis sel
contohnya membran dari sitoplasma
3. Permeabel
Suat keadaan dimana segala macam zat yang ada d luar sel dapat masuk ke dalam sel.
Keadaan ini biasa ditemui pada sel sel yang membrannya sudah rusak sehingga sel tidak
dapat bertahan hidup.

Contoh transport membrane yang terjadi dalam tubuh


A. Difusi bebas
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang
ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh
partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana
perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh
yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi
manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi yang
paling sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan
dari sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid atau fluida. Difusi yang dilakukan
oleh sel hidup contohnya adalah peristiwa masuknya O2 dan keluarnya CO2
B. Difusi terfasilitasi (Difusi terbantu)
Adalah difusi yang dibantu oleh protein kotranspor (protein pembawa) atau dengan
saluran protein
Difusi dipermudah dengan saluran protein
Substansi seperti asam amino, gula, dan substansi bermuatan tidak dapat berdifusi melalui
membrane plasma. Substansi-substansi tersebut melewati membran plasma melalui saluran
yang di bentuk oleh protein. Protein yang membentuk saluran ini merupakan protein
integral.
Difusi dipermudah dengan protein pembawa
proses difusi ini melibatkan protein yang membentuk suatu salauran dan mengikat
substansi yang ditranspor. Protein ini disebut protein pembawa. Protein pembawa biasanya
mengangkut molekul polar, misalnya asam amino dan glukosa.
C. Transpor aktif
Contoh transpor aktif, di mana energi dari hidrolisis ATP secara langsung digabungkan dengan gerakan suatu zat tertentu
melintasi membran independen. en.wikipedia.org
Transpor aktif adalah gerakan molekul melintasi membran sel ke arah melawan gradien
konsentrasi mereka, yaitu bergerak dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Transpor
aktif biasanya berhubungan dengan akumulasi konsentrasi tinggi molekul yang dibutuhan
sel, seperti ion, glukosa dan asam amino. Jika proses menggunakan energi kimia, seperti
dari adenosin trifosfat (ATP), itu disebut transpor aktif primer. Transpor aktif sekunder
melibatkan penggunaan gradien elektrokimia. Transpor aktif menggunakan energi sel,
seperti transportasi pasif, yang tidak menggunakan energi sel. Transpor aktif adalah contoh
yang baik dari proses yang sel membutuhkan energi. Contoh transpor aktif termasuk
penyerapan glukosa di usus pada manusia.

Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara
dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul hidrofobik
(CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu, molekul lainnya
seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi hidrofilik
membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu
lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transpor
pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan
transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus.
Ada beberapa transpor yang ada pada membran sel,yaitu sebagai berikut:
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien
konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi
merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan
entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan
berlanjut selama respirasi seluler yang mengkonsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi
pelarut melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh beda
konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi juga masih
dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien
konsentrasinya. Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan glukosa.
Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi transporter.
Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor.
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan.
Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif
membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor
aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionophore. Yang termasuk transpor aktif
ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven pumps. Dalam transpor
menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter
ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter
mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven pump merupakan suatu
siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri.
Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada Bakteriorhodopsin.

Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen (02)dan Karbondioksida (CO2)

Udara lingkungan dapat dihirup masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara,
yakni pernapasan secara langsung dan pernapasan tak langsung. Pengambilan udara secara
langsung dapat dilakukan oleh permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara udara yang
dimasukan ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan pernapasan tidak
langsung.

Saat kita bernapas, udara diambil dan dikeluarkan melalui paru-paru. Dengan lain kata, kita
melakukan pernapasan secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu, proses difusi
pada pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru. Bagian paru-paru yang meng alami
proses difusi dengan udara yaitu gelembung halus kecil atau alveolus. Oleh karena itu,
berdasarkan proses terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap mekanisme
pertukaran gas. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang dimaksud yakni mekanisme
pernapasan eksternal dan internal.

1. Pernafasan Eksternal

Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-
paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada
saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran
oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan
pernapasan eksternal.

Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang
diangkut berbentuk ion bikarbonat (HCO- 3). Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase,
karbondioksida (CO2) air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi
keluar.
Seketika itu juga, hemoglobin tereduksi (yang disimbolkan Hb) melepaskan ion-ion hidrogen
(H+) sehingga hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan
berikatan dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2).

Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus), karena ada perbedaan tekanan parsial
antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan
karbondioksida pada darah dan udara berbeda.

Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial
oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih
tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan
berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru.

Sementara itu, tekanan parsial karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan
parsial karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada darah akan
lebih kecil di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida
pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.

2. Pernafasan Internal

Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan
internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan
karbondioksida tersebut berlangsung dalam respirasi seluler. Setelah oksihemoglobin (HbO2)
dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya menuju cairan jaringan
tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses metabolisme sel.

Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi. Proses
difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara
darah dan cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah
dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi oksigen dalam cairan
jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam darah mengalir menuju cairan jaringan.

Sementara itu, tekanan karbondioksida pada darah lebih rendah daripada cairan jaringan.
Akibatnya, karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah.
Karbondioksida yang diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan bersama
hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2).

Namun, sebagian besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma darah dan bergabung
dengan air menjadi asam karbonat (H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan
segera terurai menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO- ). CO2
yang diangkut darah ini tidak semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paru-paru, akan tetapi
hanya 10%-nya saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam darah.
Ion-ion bikarbonat di dalam darah berfungsi sebagai bufer atau larutan penyangga. Lebih
tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam menjaga stabilitas pH (derajat keasaman) darah
HEMOLISIS
Cormack. (2008) mengatakan bahwa Hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat
lepasnya hemoglobin dari stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan
karena penurunan tegangan permukaan membrane sel dan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti pelarut organik, saponin, garam empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak
komplek lemak-protein dari stroma. (Hendrayani, 2007) Osmosis memainkan peranan yang
sangat penting pada tubuh makhluk hidup, misalnya, pada membrane sel darah merah. Jika
meletakan sel darah merahdalam suatu larutan hipertonik (lebih pekat), air yang terdapat
dalam sel darah akan ditarik keluar dari sel sehingga sel mengerut dan rusak. Peristiwa ini
disebut krenasi. Sebaliknya, jika kamu meletakan sel darah merah dalam suatu larutan yang
bersifat hipotonik (lebih encer), air dari larutan tersebut akan ditarik masuk kedalam sel
darah sehingga sel mengembang dan pecah. Proses ini disebut hemolisis. Orang yang
mengonsumsi terlalu banyak makanan berkadar garam tinggi, jaringan sel dan jaringan antar
selnya akan mengandung banyak air. Hal inidapat menyebabkan terjadinya pembengkakan
tubuh yang disebut edema. Sarkar & Devi (2006) Hemolisis secara langsung tidak
dibutuhkan penambahan lesitin
sedangkan hemolisis tidak langsung kehadiran lesitin pada sel darah merah atau penambahan
dari luar sangat diperlukan.Secara umum, mekanisme hemolisis berlangsung dua tahap.
Sel darah merah yang berada di luar cairannya dapat mempertahankan bentuknya
apabila dimasukkan dalam cairan yang isotonis dengan sitoplasmanya. Apabila sel darah
merah berada di dalam cairan yang hipertonis maka sel darah merah akan mengalami
pengerutan (krenasi), apabila sel darah merah berada dalam cairan yang bersifat hipotonis
maka sel akan pecah dan hemoglobin akan ke luar (hemolisis).
(Watson, 2007) Hemolisis adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah
menuju cairan disekelilingnya, keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya
membran sel darah merah. Membran sel darah termasuk membran yang permeabel selektif.
Membran sel darah merah mudah dilalui atau ditembus oleh ion-ion H+, OH-, NH4+, PO4,
HCO3-, Cl-, dan substansi seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya sel
darah merah tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat organik, hemoglobin
dan protein plasma.
(Wulangi, 2009) Ada dua macam hemolisis yaitu hemolisis osmotik yang terjadi
karena adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosis cairan didalam sel darah merah
dengan cairan yang berada disekeliling sel darah merah. Tekanan osmosa sel darah merah
adalah sama dengan osmosa larutan NaCl 0, 9 %, bila sel darah merah dimasukkan kedalam
larutan NaCl 0, 65 % belum terlihat adanya hemolisa, tetapi sel darah merah yang
dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 45 % hanya sebagian saja dari sel darah merah yang
mengalami hemolisis dan sebagian lagi sel darah merahnya masih utuh. Perbedaan ini
desebabkan karena umur sel darah merah yang sudah tua, membran sel mudah pecah,
sedangkan se darah merah yang muda, membran selnya masih kuat. Bila sel darah merah
dimasukkan kedalam laritan NaCl 0,25 %, semua sel darh merah akan mengalami hemolisa
sempurna. Yang kedua, hemolisis kimiawi membran sel darah merah dirusak oleh macam-
macam substansi kimia. Seperti, kloroform, aseton, alkohol, benzena dan eter, substansi lain
adalah bisa ular, Kalajengking, dan garam empedu.

You might also like