You are on page 1of 17

ISSN: 1693-167X

ANTROPOLOGI
INDONESIA
Indonesian Journal of Social and Cultural Anthropology
Makna Kultural Mitos dalam Budaya Vol. 33 No. 3
Masyarakat Banten September-Desember
2012
Kekuasaan Politik dan Adat Para Mosalaki
ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 33 No. 3 September-Desember 2012

di Desa Nggela dan Tenda, Kabupaten Ende, Flores

Politik Etnisitas dalam Pemekaran Daerah

Departemen Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 33 No. 3 2012

Dewan Penasihat
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Indonesia

Ketua Departemen Antropologi,


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

Ketua Pusat Kajian Antropologi,


Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia
Pemimpin Redaksi
Tony Rudyansjah
Redaksi Pelaksana
Dian Sulistiawati, Irwan M. Hidayana, Dave Lumenta.
Manajer Tata Laksana
Imam Ardhianto
Administrasi dan Keuangan
Sri Paramita Budi Utami
Sekretaris
Sarah Monica, Shabrina, Astrid Puspitasari
Distribusi dan Sirkulasi
Febrian
Pembantu Teknis
Geger Riyanto, Amira Waworuntu, Muhammad Damm
Dewan Redaksi
Achmad Fedyani Saifuddin, Universitas Indonesia
Birgit Bruchler,, University of Frankfurt
Boedhi Hartono, Universitas Indonesia
Engseng Ho, Duke University
Greg Acciaioli, University of Western Australia
Heddy Shri Ahimsa Putra, Gadjah Mada University
Martin Slama, Austrian Academy of Sciences
Meutia F. Swasono, Universitas Indonesia
Kari Telle, Chr. Michelsen Institute
Ratna Saptari, University of Leiden
Semiarto Aji Purwanto, Universitas Indonesia
Suraya Afiff, Universitas Indonesia
Timo Kaartinen, University of Helsinki
Yasmine.Z. Shahab, Universitas Indonesia
Yunita.T. Winarto, Universitas Indonesia

ISSN 1693-167X ANTROPOLOGI INDONESIA is a refereed international journal


Daftar Isi
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 33 NO. 3 2012

Makna Kultural Mitos dalam Budaya Masyarakat Banten 159


Ayatullah Humaeni

Kekuasaan Politik dan Adat Para Mosalaki


di Desa Nggela dan Tenda, Kabupaten Ende, Flores 180
J. Emmed M. Priyoharyono

Politik Etnisitas dalam Pemekaran Daerah 203


Fikarwin Zuska

Pengelolaan Sumber Daya Laut Kawasan Terumbu


Karang Takabonerate dan Paradigma Komunalisme
Lingkungan Masyarakat Bajo Masa Lalu 216
Munsi Lampe

Puisi Lisan Masyarakat Banda Eli Ketahanan Budaya di


Maluku setelah Perang Pala 228
Timo Kaartinen
Puisi Lisan Masyarakat Banda Eli
Ketahanan Budaya di Maluku setelah Perang Pala
Timo Kaartinen1
University of Helsinki

Abstrak

Artikel ini mengajukan pertanyaan bagaimana masyarakat Banda, yang tersingkir dari
kepulauan Banda akibat kolonisasi Banda oleh VOC pada tahun 1621, melangsungkan ke-
beradaannya sebagai satu kelompok budaya secara berkelanjutan. Masyarakat Banda di
pengasingan memainkan peranan yang penting di dalam perniagaan bahari di Indonesia
bagian timur pada periode awal kolonial. Mereka bertahan sebagai satu kelompok budaya pada
dua desa di Kepulauan Kei. Lagu-lagu tradisional dua desa ini berkisar pada pelayaran laut.
Argumentasi yang diajukan bahwa masyarakat Banda dimobilisasikan oleh tradisi-tradisi lisan
yang mengungkapkan pertalian kekerabatan orang Banda dengan para mitra niaga mereka
di wilayah-wilayah yang jauh.

Kata Kunci: puisi lisan, Masyarakat Banda Eli, ketahanan budaya


Abstract

This article asks the question how Banda displaced from the Banda Islands due to coloni-
zation of Banda by the VOC in 1621, maintain their existence as a sustainable cultural group.
Banda communities play an important role in maritime commerce in the eastern part of Indo-
nesia at the beginning of the colonial period. They survive as one cultural group in two villages
on the islands of Kei. The traditional songs of the two villages center on the sea voyage. The
argument is that Banda people are mobilized by oral traditions that reveal the kinship ties of
Banda people with their partners in commerce in distant lands.

Key-words: oral poetry, Banda Eli Communities, cultural resistance

1 Timo Kaartinen, Ph.D., Lecturer Social and Cultural Anthropology, University of Helsinki. E-mail: timo.kaartinen@helsinki.fi

228 ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 33 No. 3 2012


Pengantar dayanya. Masyarakat Banda juga merupakan
Di Kepulauan Indonesia bagian timur pemenang dalam arti yang lebih praktikal. Saat
terdapat satu masyarakat yang diyakini telah VOC mengalami kebangkrutan pada tahun
punah. Leluhur mereka berasal dari Banda, 1799, keturunan masyarakat Banda berkelan-
gugusan Kepulauan Pala di Indonesia Timur. jutan menjalankan jaringan perdagangan niaga
VOC telah menaklukkan Banda, membunuh, pribumi jarak jauh, yang keberlangsungannya
dan memperbudak sebagian besar penduduk masih ada hingga awal abad ke-20.
aslinya pada Bulan April dan Mei 1621. Keberhasilan orang Banda dalam perni-
Kolonisasi Banda merupakan babak yang agaan membantu menegaskan keberadaan
terkenal dalam sejarah Indonesia, dan men- mereka sebagai satu komunitas budaya. Meski-
jadi satu bahasan dalam beberapa buku yang pun berpartisipasi dalam kehidupan ritual dan
populer. Yang paling mutakhir dari ini politis masyarakat tetangga mereka, namun
adalah yang ditulis oleh Giles Miles (2000) orang Banda tetap dapat mempertahankan
dengan judul Nathaniels Nutmeg. Miles meng- tradisi Islamnya dan mengenang leluhur bahari
gambarkan satu pertarungan dramatis antara mereka melalui berbagai lagu yang dinamai
perusahaan dagang Belanda dengan perusahan onotan. Lagu-lagu itu tidak sekedar citra nos-
dagang Inggris di Banda pada abad ke-17 se- talgik masa lampau semata. Dengan memper-
bagai Perang Pala. Bagi Miles, masyarakat tunjukkan lagu-lagu itu, orang Banda mampu
asli Banda secara relatif merupakan korban menegaskan hak-hak mereka atas perniagaan
pasif dari satu genocide (pemusnahan satu dan sumber-sumber daya di berbagai tempat
bangsa oleh satu bangsa lainnya). Dalam satu berbeda-beda yang pernah disinggahi dan di-
peristiwa dari tahun 1621, 44 tokoh Banda, di tempati leluhur mereka. Melalui lagu-lagu dan
antaranya Syahbandar Lonthor, menjadi kor- sejarah panjang yang mempraktikkan Islam,
ban Jan P i e t e r s z o o n C o e n k e t i k a d i a orang-orang Banda mampu mengelaborasikan
b a l a s d e n d a m a t a s kematian Jan Verho- ke dalam kehidupan mereka pada berbagai
even, pendahulunya sebagai pemimpin VOC, pusat perniagaan dan kekuatan politik masa
pada tahun 1609. Tokoh-tokoh Banda tidak lampau dan masa kini di Maluku. Keyakinan
disebut namanya, meskipun perannya dalam diri orang Banda berdasarkan budaya ini
perlawanan terhadap VOC dan usahanya terwujud di masa kini di dalam berbagai per-
membuat perdamaian dicatat dengan rinci anan penting mereka dalam kehidupan publik
dalam dokumen dari masa kejadian. masyarakat modern dan perkotaan Indonesia.
Dalam artikel ini, saya mengajukan satu
perspektif yang berbeda. Saya berargumen- Ketahanan Budaya
tasi bahwa masyarakat Banda merupakan Daya tahan budaya masyarakat Banda ter-
pemenang dari Perang Pala itu. Salah satu lihat jelas di Banda Eli, satu wilayah di mana
dasar untuk mengakui demikian adalah sastra saya melakukan penelitian selama tahun 1994
lisan yang menunjukkan bahwa perpindahan hingga 1996. Banda Eli adalah sebuah pedesaan
dari Banda terjadi bertahap-tahap, serta telah besar di pantai timur Pulau Kei Besar. Banda
menciptakan persekutuan dan pemukiman baru Eli terletak di dataran sempit yang menghadap
di luar Banda ketika VOC pertama masuk. Laut Arafura, dan terisolasi dari Kepulauan
Masyarakat Banda berhasil memenangkan Kei lainnnya karena terhalang oleh jalur gu-
Perang Pala itu karena tidak seperti beberapa nung tinggi yang menutupi Pulau Kei Besar.
masyarakat lain yang disingkirkan Belanda tujuan riset lapangan saya di desa itu adalah
di wilayah lainnya, orang Banda mampu untuk mengkaji cara orang Banda melihat
mempertahankan bahasa dan kedaulatan bu- peranan mereka di dalam sejarah di Maluku.

ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 33 No. 3 2012 229


Pada tahun 2009, saya kembali ke sana untuk denda yang cukup tinggi dalam masyarakat-
meneliti migrasi orang Banda di masa kini ke nya. Beberapa orang Kei lainnya tertarik akan
wilayah Ambon dan pusat-pusat kota lainnya akses orang Banda Eli atas dunia kosmopolitan
di Maluku. perdagangan antar pulau (dunia Islam di Nus-
Usulan untuk penelitian etnografis ma- antara).
syarakat Banda pada mulanya datang dari Dalam 50 tahun terakhir ini, banyak pen-
Andreas Sol, seorang pensiunan pendeta duduk pindah keluar dari Banda Eli dan tinggal
Katholik di Ambon. Semasa masih bertu- di perkotaan di mana mereka dapat bekerja se-
gas sebagai seorang missionaris di Kei pada bagai pegawai negeri, pekerja bangunan, peda-
akhir tahun1940-an, ia terpukau oleh keuni- gang, guru, pekerja pelabuhan, dan beraneka
kan Banda Eli. Desa Banda Eli merupakan ragam profesi lainnya. Gelombang migrasi baru
komunitas yang sepenuhnya Muslim, berbeda ini telah melahirkan pemukiman orang Banda
secara kontras dengan desa-desa di sekelil- di Ambon (ibukota Provinsi Maluku), dan di
ingnya yang masing-masing terdiri dari orang beberapa kota lainnya di seluruh Indonesia.
Katholik, Protestan, dan Islam. Desa Banda Eli
penuh dengan berbagai objek perniagan dan Satu Masyarakat Perantau
keping mata uang tua. Masyarakat di Banda Sewaktu melakukan penelitian lapangan
Eli membuat perahu dan periuk masak dari di Banda Eli, saya berupaya sebaik mungkin
tanah, meriam mini, perhiasaan, dan kerajinan untuk dapat mengenali berbagai perspektif
tangan lainnya. Penduduknya berbicara dalam berbeda mengenai sejarah dan budaya mereka.
bahasa berbeda yang disebut turwandan, atau Saya menemukan banyak sekali lagu-lagu dan
bahasa Banda, yang berbeda dari Bahasa Evav ritualritual yang menekankan pertalian yang
yang merupakan bahasa mayoritas penduduk terus dipelihara antar desa-desa mereka, antar
di Kepulauan Kei. anggota-anggota mereka yang merantau, dan
Dalam ukuran orang Kei, Banda Eli adalah antar leluhur-leluhur mereka di seluruh Kepu-
satu desa yang sangat besar. Desa itu dihuni lauan Banda. Saya mengkaji sejarah tentang
oleh hampir 2.000 jiwa, sedangkan desa-desa asal usul hirarki sosial, hak atas tanah, dan
orang Kei di sekitarnya masing-masing hanya relasi Banda Eli dengan masyarakat Kepulauan
dihuni beberapa ratus jiwa saja. Banda Eli Kei. Judul buku saya yang terakhir (Kaartinen
merupakan situs pelabuhan yang terbaik di 2010) mengacu pada dua perspektif ini sebagai
wilayah utara Kepulauan Kei Besar. Banda Eli Lagu-Lagu Perantauan/Songs of Travel
terdiri dari dua kelompok kelas sosial, yakni: dan Riwayat-Riwayat Tempat/Stories of
pendatang Banda dan orang biasa yang akarnya Place.
berasal dari masyarakat Kei. Dua kelompok itu Lagu-Lagu Perantauan mengindikasikan
tidak saling melakukan perkawinan, namun bahwa Banda Eli merupakan satu masyarakat
keduanya memiliki komitmen yang sama perantau dan migran. Riwayat-Riwayat Tem-
dalam memeluk agama Islam dan berbicara pat, pada sisi lain, menjelaskan bagaimana
bahasa Banda. Kepulauan Kei menjadi kampung halaman
Beberapa dari kelompok-kelompok orang mereka. Baik lagu-lagu maupun riwayat-
Kei telah tinggal di tanah Banda Eli sebelum riwayat itu merujuk pada satu tema budaya
orang Banda datang ke sana. Beberapa orang yang senantiasa hadir di berbagai wilayah yang
Kei datang ke Desa Banda Eli karena orang berbeda-beda di dalam kehidupan orang Banda.
Banda, dengan hasil kekayaan yang berasal Jika diringkas, tema budaya itu adalah bahwa
dari perdagangan, biasanya bersedia melunasi komunitas orang Banda di kampung halaman
utang-utang yang sering melilit orang-orang tidak mungkin hidup dan tetap ada, kecuali ada
Kei akibat sistem pembayaran mas kawin dan

230 ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 33 No. 3 2012


di antara mereka yang terus menerus meran- untuk membeli pakaian anak-anaknya. Pada
tau meninggalkan kampung halamannya dan saat yang bersamaan, para pekerja yang mudik
menjadi orang asing di tempat lain. Lagu-lagu itu membuat juga satu kontribusi yang sangat
tersebut berperan menelusuri para perantau penting bagi pembangunan kembali mesjid-
itu. Lagu-lagu itu merayakan momen saat para mesjid di desa mereka. Bagi kebanyakan
perantau itu tiba dan singgah di satu tempat mereka, penghasilan yang diperoleh dari luar
sebagai sesuatu yang tetap bisa mengakrab- merupakan juga satu cara untuk memper-
kan maupun sebagai satu kehidupan sosial baiki dan membangun kembali rumah mereka
baru yang tetap menyenangkan. Lagu-lagu di tempat asal mereka dilahirkan. Dengan
tersebut memberikan dalih bagi para perantau demikian migrasi kerja orang-orang Banda Eli
untuk kembali ke kampung halaman asalnya, tidak hanya merupakan satu respon terhadap
namun pada saat yang bersamaan mengakui kebutuhan-kebutuhan ekonomi jangka pendek.
juga bahwa mereka semua mungkin saja su- Itu lebih merupakan persiapan menuju ke tahap
dah menemukan kampung halaman mereka di yang lebih matang untuk kehidupan mereka.
tempat lain. Sebagai seseorang yang telah dewasa (amani
Lagu-lagu tradisional itu merujuk pada kakani), mereka pada akhirnya mengemban
pelayaran samudera sebagai satu sumber status sebagai seorang yang lebih tua di antara
transformasi sosial dan pribadi maupun sum- saudara-saudara kandungnya. Dengan dapat
ber kelahiran kembali. Sepanjang penelitian memiliki rumah sendiri, mereka dapat me-
lapangan di Banda Eli, saya menyaksikan wariskan keanggotaan berdasarkan pertalian
praktik-praktik aktual perjalanan jarak jauh menurut garis ayah kepada anak-anak dan
yang berkaitan dengan perspektif budaya cucu-cucu mereka.
seperti ini. Manakala menikah, para pemuda Sampai dengan tahun 1960-an, kebanyakan
biasanya bergabung ke dalam rumah tangga rumah di Banda Eli merupakan rumah tinggal
para istri dan mertua mereka untuk periode komunal besar dengan ruangan cukup luas
selama satu tahun atau lebih. Para pemuda ini yang dapat menampung sampai dengan 12 pa-
menikmati relasi yang penuh dengan keinti- sangan yang sudah menikah. Kata rumo, yang
man dengan mertua-mertua mereka. Namun merujuk pada rumah sebagai satu kategori
demikian, para pemuda itu tidak mau berlama- sosial dan kosmologis, berkaitan dengan
lama di sana. Demi mencari nafkah, mereka pengelompokan tempat tinggal semacam ini.
lebih suka bermigrasi ke kota-kota yang cukup Setiap rumah di Banda Eli memantapkan se-
jauh selama berbulan-bulan atau bertahun- buah penegasan tentang leluhur pendiri komu-
tahun. nitasnya. Riwayat-riwayat tentang perjalanan
Sepanjang penelitian lapangan saya di Ban- para leluhur ini memberikan pengesanan
da Eli dari tahun 1994 sampai 1996, separuh bahwa mereka mempunyai saudara kandung
dari para pemuda yang menikah bermigrasi ke yang tinggal di tempat lain. Namun manakala
pulau-pulau lain untuk bekerja selama jangka orang-orang mendiskusikan hak-hak atas
waktu antara 1 bulan sampai 1 tahun. Pola- tanah, jabatan-jabatan penting dan pertalian
pola migrasi kerja musiman seperti itu tentu perkawinan di dalam desa, hal-hal yang bi-
saja dapat ditemukan di banyak masyarakat asa mereka bicarakan, seperti: Rumah Tiga
lain di Indonesia. Kasus orang Banda menjadi Orang (House of Three People), Rumah
menarik karena pandangan bahwa migrasi Tujuh Orang (House of Seven People), atau
kerja seperti itu dibayangkan mereka sebagai Tornado dan Empat Batu (Tornado and
sesuatu yang berkontribusi terhadap reproduksi Four Stones).
komunitas mereka secara lebih luas. Sebagian Idiom-idiom itu mengandung arti bahwa
dari nafkah yang diterima digunakan mereka rumah adalah satu kesatuan saudara kandung

ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 33 No. 3 2012 231


laki-laki dan saudara kandung perempuan. Di mengenai rantau tidak hanya berkenaan dengan
satu sisi, hal itu dapat dipahami sebagai satu sejarah etnis mereka, melainkan juga mengenai
komunitas manusia yang konkrit. Ini terlihat di pengalaman yang sedang berlangsung maupun
saat saudara kandung perempuan dan saudara pembaharuan relasi-relasi sosial di masa depan.
kandung laki-laki menolak membagi rumah Keasyikan kosmologis dan budaya akan
ayah mereka yang sudah meninggal, dan tempat-tempat asing mencerminkan sejarah
lebih suka menanggung bersama biaya-biaya panjang orang Banda sebagai satu masyarakat
perbaikan rumah itu. Komunitas saudara kandung berlayar. Saya akan menggambarkan sejarah
itu kelihatan jelas di pemakaman-pemakaman hal itu dalam bagian berikut.
saat saudara kandung yang paling tua dan
yang paling muda melaksanakan kewajiban- Sejarah Perniagaan
kewajiban k husus ter tent u. Mesk ipu n Hingga saat ini, Banda Eli merupakan
demikian, dan ini merupakan sisi yang salah satu pusat perdagangan jarak jauh dan
lainnya, rumah merupakan juga satu kes- pembuatan kapal di Kei. Ia menghasilkan
atuan kosmologis saudara kandung laki-laki kapal yang dijual kepada pedagang-pedagang
dan saudara kandung perempuan di berbagai Makassar yang membutuhkannya untuk
tempat nan jauh berbeda yang menyebar di mengarungi pengairan di antara Kepulauan
seluruh dunia. Aru yang berjarak sekitar 80 kilometer sebelah
Lagu-lagu tradisional orang Banda yang timur Kei Besar. Banda Eli secara luas dikenal
disebut onotan meriwayatkan para leluhur yang dengan pot atau belanga tanah yang mereka
mengembara ke tempat-tempat jauh dalam ekspor ke desa-desa tetangga sampai akhir
rangka menemui saudara-saudara kandung tahun 1970-an. Pot yang serupa biasa dibuat
yang telah lama menghilang. Di dalam perspe- di Banda masa pra-kolonial (Ellen and Glover
ktif ini, keutuhan dan kesatuan rumah berada 1974; Lape 2000), dan seorang kapten Belanda
tepat di masa lampau. Namun di tengah-tengah yang sedang berkunjung ke sana di tahun
narasi-narasi ini, paparan cerita biasanya berge- 1820-an melaporkan pernah melihat pot-pot
ser ke satu waktu dan ke satu tempat di mana itu di rumah Raja Keffing, di sebuah desa di
orang-orang diperlihatkan dengan sungguh- Seram (Kolff 1840: 303). Dalam tahun 1810-
sungguh menanti kedatangan para perantau itu. an, orang-orang dari Banda Eli diketahui juga
Pertemuan kembali para saudara kandung itu mengunjungi pulau-pulau Banda setiap tahun
menjadi satu kemungkinan kehidupan di masa dengan menggunakan kapal-kapal mereka
kini. Fokorndan, kata yang digunakan orang (Miller 1980: 52).
Banda Eli untuk mengacu pada tanah asal le- Sejak setengah abad yang lalu, orang-orang
luhur mereka, sering dikaitkan dengan istilah dari Banda Eli terus menerus mengunjungi
fukar wandan atau gunung Banda. Dalam mitra-mitra dagang tradisional mereka dengan
lagu onotan, itu merujuk pada satu bukit di menggunakan kapal-kapal yang mereka miliki.
pesisir pantai di tempat mana anak-anak biasa Pelayaran-pelayaran semacam itu secara reg-
memandang laut dan merenung secara intensif uler membawa mereka ke pesisir Papua yang
memikirkan ayah-ayah mereka yang sedang sampai tahun 1965 masih berada di bawah
merantau jauh. Pertemuan kembali saudara kekuasaan Belanda. Dalam tahun 1964 seke-
laki-laki dan saudara perempuan menjadi lompok orang Banda Eli memuat kapal mereka
mungkin saat ayah mereka kembali pulang. dengan kopra atau sekam kelapa dan menye-
Rumah yang dibangun ayah mereka merupakan berangi samudera ratusan kilometer menuju
hak milik bersama dari anak-anaknya. Kebun pulau-pulau Arobi, Karawatu dan Kilimata,
yang ia tanami akan mereka panen bersama. yang terletak dekat wilayah Kaimana di Neth-
Dalam pengertian ini, pencitraan orang Banda

232 ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 33 No. 3 2012


erlands New Guinea (sekarang Papua New Sewaktu orang Banda menetap di Se-
Guinea). Bagi pemilik kapal itu, agen niaga ram Timur, keberadaan mereka mendorong
satu perusahaan Belanda yang ada di wilayah berkembangnya minat yang lebih luas dalam
ini memberikan satu akses singkat pada pasar perniagaan jarak jauh. Pedagang-pedagang
internasional. Namun, bagi orang-orang lain yang berdiam di Seram Timur mulai berlayar ke
di kapal itu pelayaran tersebut mengandung pesisir New Guinea dalam rangka memperoleh
satu maksud lain yang bersifat budaya. Itu kulit kura-kura, mutiara, bulu burung, siput
merupakan satu kunjungan kepada Raja Muslim di laut dan damar (Swadling 1996: 137). Pada
Namatota yang berkeinginan memperbaharui saat komoditas-komoditas baru ini memasuki
persekutuan dagang tradisional yang ia miliki Seram Timur, wilayah itu berubah menjadi satu
dengan orang-orang Banda dengan cara mem- titik pertemuan baru bagi pedagang-pedagang
berikan satu hadiah berupa piring Cina yang Asia yang aktivitasnya mulai terganggu sejak
sangat besar kepada mereka. kedatangan VOC (Knaap 1987: 53). Total nilai
Banda Eli dan Namatota merupakan hanya perdagangan yang ditangani pedagang Seram
dua titik di dalam jaringan luas perniagaan Timur setara nilainya dengan perdagangan
yang mulai berkembang pada awal abad ke-17, rempah-rempah yang dikontrol VOC. Para
di satu masa yang bersamaan dengan pengung- pedagang di Seram Timur ini bahkan memi-
sian saat orang Banda keluar dari kampung liki keunggulan di atas VOC. Pada saat harga
halamannya. Pusat utama jaringan perniagaan bunga pala, buah pala dan cengkeh jatuh di
ini ada di kepulauan sekitar Seram Timur, satu tahun 1650an, pedagang-pedagang di Seram
pulau yang terbesar di Maluku Tengah. Timur sudah terlebih dahulu mendiversifika-
Seram Timur merupakan tempat per- sikan barang-barang dagangan mereka dengan
tama kali orang Banda menemukan tempat komoditas lain yang dapat diekspor ke Cina.
p e rl i ndu nga n ya ng a m a n set ela h p e - Di jantung organisasi perniagaan orang
ca h nya kon f li k denga n Bela nd a. Pad a Seram Timur terdapat satu sistem waralaba
Bu la n Mei 1621, r at u s a n orang Banda perniagaan yang dikenal dengan istilah soso-
menunggu di perbukitan Lonthor, satu pu- lot. Ia mengandung arti bahwa perdagangan
lau terbesar di Banda, hingga armada utama di desa-desa pesisir Papua hanya terbuka bagi
VOC pergi berlayar menjauhi mereka. Pada kelompok-kelompok khusus tertentu (Ellen
satu malam penuh badai, mereka keluar dari 2003; Goodman 2006). Pedagang Banda dan
persembunyiannya, mengayuh perahu mereka pedagang lainnya yang tinggal di Seram Timur
keluar dari hutan dan menyeberang ke Seram, memperoleh hak-hak niaga di beberapa tempat
satu pulau terbesar di Maluku Tengah, dan di mana kapal-kapal Belanda bahkan tidak
bergabung dengan sekutu Muslim mereka di dapat singgah untuk mengambil air tawar.
sana (Chijs 1886: 162). Beberapa dari mereka Pertalian khusus antara pedagang pendatang
berlayar lebih jauh ke Kepulauan Kei, tempat dan tuan rumah setempat acapkali dikonstruk-
mereka mendirikan dua desa yang bernama sikan sebagai kerabat. Para pedagang menikahi
Banda Eli dan Banda Elat. perempuan dari komunitas tuan rumah setem-
Seram saat itu sudah menjadi lokasi niaga pat, dan sekutu tempatan mereka seringkali
yang penting jauh sebelum kedatangan orang beralih agama menjadi Islam. Melalui cara
Belanda. Ia merupakan lumbung sagu, satu ini, mitra-mitra niaga ini menegaskan diri satu
makanan pokok bagi 15.000 orang yang mena- sama lain sebagai bagian dari kebangsawanan
nam pohon pala di Banda. Selain sagu, Seram perniagaan di Maluku.
Timur juga pengekspor massoykulit kayu Orang Banda dan pedagang Muslim lain-
penghasil minyak yang digunakan sebagai rem- nya mengkonstruksikan mitra niaga mereka di
pah dan kosmetik maupun obat di Pulau Jawa. dalam setiap sosolot sebagai kerabat. Salah satu

ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 33 No. 3 2012 233


dari mereka akan menikah seorang perempuan lancar), atau sanambal (lagu-lagu pelayaran).
lokal dan tinggal menetap di desa perempuan Satu lagu selancar secara khusus menuturkan
lokal itu. Ini menyebabkan munculnya ke- satu kisah tentang janji pernikahan yang tak
beradaan orang Muslim di wilayah pesisir kunjung terpenuhi. Nama dari langgam ini
Papua. Orang Banda Eli menggunakan metode merujuk pada arus selancar yang mengisyarat-
yang sama dalam menciptakan pertalian kan para pelaut untuk menjauh dari gulungan
kekerabatan dengan keluarga pemilik tanah ombak yang berbahaya. Ia merupakan sebuah
di Kepulauan Kei, meskipun mereka tidak metafor untuk saling menghindari sumber me-
meneruskan kebiasaan saling kawin mengawini nyakiti hati satu sama lain maupun kehilangan
dengan orang- orang Kei. harga diri di antara pihak-pihak yang ada.
Lagu-lagu Banda mengindikasikan bahwa Lagu-lagu pelayaran membantu kapal-kapal
beberapa orang laki-laki Banda tinggal dan anak buah kapal untuk bisa secara aman
menetap di pulau-pulau kecil sepanjang rute mengarungi karang-karang, arus-arus mau-
niaga antara Seram Timur dan Kei dan me- pun tanjung-tanjung berbahaya. Lagu-lagu
nikah dengan perempuan setempat. Beberapa itu merujuk pada spirit-spirit yang menghuni
lagu mengandung kenangan terhadap pertalian tempat-tempat itu. Lagu-lagu pelayaran yang
kekerabatan antara orang Banda dan orang- saya dengar merupakan bagian dari siklus
orang di sepanjang kepulauan ini yang mereka di mana kapten dan anak buah kapal dapat
harus lalui dari Kepulauan Kei ke Seram Timur bergantian menyenandungkannya. Dengan
sebagai satu pusat utama perniagaan antar demikian, lagu-lagu pelayaran itu membuat
pulau. sebuah komentar metaforik berkaitan dengan
pertalian antara kelas terhormat dan orang
Lagu-Lagu Perantauan biasa di kampung, sebuah pengingat bahwa
Selama penelitian lapangan saya di Banda kedua kelompok itu (kapten dan anak buah
Eli dari tahun 1994 sampai 1996, banyak orang- kapal) tergantung satu sama lain bagi kehidu-
orang tua di sana yang masih bisa menyanyikan pan mereka. Dua langgam penting lagu yang
lagu-lagu tradisional itu. Penyanyi-penyanyi ini dinyanyikan para perempuan di Banda Eli
lancar dalam bahasa Banda, Kei dan Melayu, adalah singnyat (lagu duri babi) dan onotan
masing-masing bahasa ini digunakan untuk yang dapat diterjemahkan sebagai tangisan.
langgam lagu khusus tertentu. Paling sering Singnyat disenandungkan oleh orang Kei,
saya mendengar langgam lagu-lagu perantauan sedangkan onotan secara ekslusif merupakan
dalam konteks domestik. Mereka dinyanyikan langgam lagu orang Banda.
untuk menidurkan anak-anak, dan sebagai hi- Singnyat atau duri babi adalah satu binatang
buran bagi para perempuan yang harus tinggal penyengat yang dapat mengakibatkan sengatan
di rumah setelah mereka melahirkan. Penyanyi menyakitkan bagi seseorang yang sedang
terbaik yang dikenal biasanya perempuan, menceburkan diri ke air yang dangkal, seperti
namun terdapat juga beragam jenis lagu-lagu yang dilakukan para perempuan di pasang laut
yang khusus diperuntukkan bagi laki-laki dan dangkal untuk menangkap ikan dan binatang
perempuan. laut lainnya. Sebagai nama satu langgam
Lagu-lagu Banda Eli dapat disebut lagu- lagu, kata ini merupakan sebuah metafor dari
lagu perantauan karena kebanyakan lang- satu kenangan yang tiba-tiba muncul terha-
gam lagu-lagu tradisional berkaitan dengan dap seorang saudara laki-laki, anak laki-laki
merantau melalui samudera. Orang-orang maupun suami yang sedang merantau jauh.
me nye n a nd u ng k a n la ng g a m -la ng g a m Singnyat menggambarkan keterasingan yang
semacam itu sebagai rin safur (lagu-lagu se- diderita para perantau dan rasa sakit hati para
ibu dan istri yang ditinggalkan di rumah.

234 ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 33 No. 3 2012


Onotan secara eksklusif adalah satu jenis hanya orang biasa di kampung halaman, namun
lagu orang Banda. Ia merupakan naratif men- di tempat lain mereka adalah kaum bangsawan.
genai migrasi leluhur-leluhur Banda. Secara Pikiran semacam ini meneguhkan hati orang
khusus lagu-lagu ini memulai dengan satu Banda untuk merantau ke tempat-tempat asing
paparan tentang pahlawan-pahlawan leluhur di mana orang-orang dalam kenyataan
berlayar di kapalnya, dan berakhir dengan satu sesungguhnya kadang kala menyambut mereka
paparan yang mengingatkan mereka akan ke- sebagai saudara yang lama menghilang.
hidupan di masa kini yang lebih akrab. Paparan Lagu yang telah saya gambarkan ini
naratif secara tiba-tiba bergeser dari bahaya merupakan satu contoh tradisi yang me-
dan kegalauan pelayaran dan beralih ke satu miliki kemampuan menelusuri masyarakat
percakapan di antara tokoh-tokoh yang dapat Banda di dalam gerak. Pokok dari pelayaran
dikenali penonton. laut bukan hanya soal perdagangan. Orang-
Sebagai satu contoh dari perangkat yang orang itu melakukan perjalanan dalam rangka
berkaitan dengan gaya bahasa ini, saya akan menemui orang asing yang dapat mengenali
mendiskusikan satu onotan pendek mengasyik- mereka sebagai sahabat dan kerabat. Dalam
kan yang ditampilkan oleh Mustika Latar pada pengertian ini, hubungan orang-orang Banda
tahun 1996. Lagu ini meriwayatkan pelayaran dengan tempat-tempat yang jauh merupakan
yang dilakukan oleh seorang pahlawan yang satu sumber makna diri dan harga diri. Pe-
bernama Tinggirmas. Tokoh utama dari mikiran tentang dunia luar sebagai satu sumber
naratif ini adalah dua saudara kandung, Pati pemaknaan hadir juga di dalam kosmologi
dan Pande, yang memohon dapat bergabung penduduk lainnya di Kepalaun Kei. Meskipun
dengan Tinggirmas dan naik ke kapal di menit- demikian, mereka semua setuju bahwa orang
menit terakhir sebelum melepaskan sauhnya. Banda memiliki relasi yang istimewa dengan
Sewaktu mereka singgah di sebuah rumah dunia luar ini. Ini merupakan satu alasan orang
bangsawan di satu pulau nan jauh, Pati mem- Banda tidak mengasimilasikan dirinya dengan
pertunjukkan berbagai barang berharga yang masyarakat di Kepulauan Kei. Sebagian besar
dibawanya. Pande, di sisi lain, tidak memiliki orang-orang dari desa-desa tetangga orang
apa pun selain topi jerami yang Tinggirmas Kei-lah yang justru berpindah masuk Islam
berikan kepadanya sebagai satu tanda sayang. dan bergabung dengan komunitas orang Banda.
Oleh karena itu, Pande melanjutkan pelayaran- Lagu-lagu onotan meriwayatkan juga ten-
nya dan berakhir di Banda Eli. tang dinamisme internal masyarakat Banda
Terdapat dua pesan dalam lagu itu. Pertama Eli. Lagu-lagu tersebut merupakan kekayaan
berkenaan dengan ikatan dan kasih sayang intelektual kelompok-kelompok patrilineal,
antara Pande dan Tinggirmas. Orang luar ti- namun penyanyinya adalah para perempuan
dak dapat melihat kasih sayang dan kebaikan yang sering berpindah dari satu kelompok
yang Tinggirmas perlihatkan kepada Pande. patrilineal ke kelompok patrilineal lainnya pada
Satu-satunya tanda hanyalah hadiah sederhana saat mereka menikah. Penyanyi-penyanyi
berupa topi jerami. yang paling disegani mengetahui lagu-lagu
Pesan lainnya dari lagu itu adalah bahwa dari beberapa garis keturunan yang telah
Pande mempunyai seorang saudara laki-laki saling menikah di masa lampau yang tidak
termasyhur yang kaya di pulau yang nan jauh. terlalu jauh. Mustika, penyanyi yang lagunya
Rumah bangsawan di pulau itu adalah tempat telah dibicarakan di atas, dapat menyanyikan
di mana ia berada. Lagu ini menggoda para lagu-lagu yang dimiliki keluarga ayahnya,
keturunan Pande akan kemungkinan bahwa keluarga ibunya dan keluarga suaminya, di
mengunjungi pulau itu akan mengungkapkan samping lagu-lagu yang dimiliki oleh sekutu
pentingnya diri mereka. Mereka memang dan bawahan keluarga mereka. Lagu-lagunya

ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 33 No. 3 2012 235


menarasikan pertalian yang ada di masa kini pemukiman baru yang besar di Fidatan, sebuah
antara keluarga-keluarga tersebut. Lagu-lagu desa di sebelah utara Kei Kecil.
itu menganjurkan mereka agar dapat menelu-
suri lebih dalam ke masa lampau. Bahasa dan Masyarakat
Lagu-lagu perantauan mempertahankan
Keterisolasian relatif Banda Eli bukan meru-
juga pengetahuan orang-orang Banda akan
pakan alasan bahasa dan sejarah lisan orang
hak-hak perniagaan mereka di tempat-tempat
Banda lestari di desa ini. Melalui praktik rantau
yang jauh. Dari tahun 1960-an dan seterusnya,
dan tradisi lisan, mereka dapat memperoleh
praktik lawas dari perniagaan jarak jauh telah
satu titik pijakan dalam dunia perniagaan yang
melancarkan jalan bagi migrasi kerja. Banyak
lebih besar. Ini menjelaskan alasan orang-orang
orang Banda yang pergi mencari pekerjaan di
Banda di Kepulauan Kei tidak terasimilasikan
Ambon dan kota-kota yang lebih kecil telah
ke dalam penduduk mayoritas di sekitarnya.
menetap di Maluku Tengah tidak terlalu jauh
Malahan sebaliknya, sepanjang empat abad
dari kampung halaman orang Banda. Leluhur
keberadaannya di Kei, Banda Eli terutama
mereka sudah lebih dahulu dikenal di wilayah
telah menarik ke dalam masyarakatnya ratusan
ini. Beberapa kelompok di Maluku Tengah
orang dari masyarakat Kei di sekitarnya.
membuat satu penegasan yang berkaitan
Terdapat alasan serupa orang Banda masih
dengan asal-usul orang-orang Banda. Mereka
memiliki bahasa mereka, turwadan. Bahasa ini
menganggap Boiratan, seorang perempuan
paling banyak hanya memiliki 5.000 penutur,
pengelana mitikal dari Banda, sebagai kerabat
dan mereka terpecah dua baik di Banda Eli
mereka. Bagi kelompok-kelompok semacam
maupun Banda Elat, dua desa yang dipisahkan
itu, onotan tentang Boiratan merupakan bukti
oleh jarak yang dapat ditempuh dalam satu hari
dari kekerabatan dan sejarah bersama mereka
perjalanan. Bahasa ini dikelilingi oleh bahasa
dengan orang-orang Banda.
lokal yang jauh lebih besar, yang dikenal sebagai
Dalam beberapa dasawarsa terak hir
bahasa evan atau bahasa orang Kei, yang memiliki
ini, orang Banda secara berulang-ulang
setidaknya 100.000 penutur.
mengajukan seruan akan pertalian kekera-
Secara sangat mencolok, bahasa Banda telah
batan leluhur mereka dengan kelompok-
hidup selama hampir dari empat abad di kedua
kelompok yang menguasai tanah di daerah
lokasi yang terisolasi ini, yang dikelilingi oleh
perkotaan agar mereka dapat memperoleh
komunitas bahasa yang jauh lebih banyak.
hak-hak atas tanah dan sumber daya lainnya
Salah satu alasannya adalah bahwa bahasa
di sana. Pada tahun 1970-an mereka men-
orang Banda agak berbeda dari evev, dan orang
gumandangkan lagu tentang Boiratan untuk
Kei memandang bahasa Banda sulit untuk bisa
mendemonstrasikan pertalian mereka den-
dipelajari. Bahasa-bahasa lain yang paling dekat
gan Raja Amahusu yang beragama Kristen,
berhubungan dengan bahasa Banda dituturkan
dan memperoleh hak membangun rumah di
orang di sekitar Seram Timur (Collins 1983).
wilayah raja itu di bagian selatan Kota Ambon.
Meskipun demikian, Bahasa orang Banda tetap
Selama lebih dari dua dasawarsa, mereka telah
mempertahankan beberapa unsur tata bahasa,
tinggal di wilayah yang dikuasai orang Kris-
seperti konjugasi lisan dan bentuk-bentuk ke-
ten. Setelah konflik etnis dan krisis pengungsi
punyaan, yang telah menghilang dalam bahasa-
tahun 1999 sampai 2002, orang Banda mencari
bahasa di Seram Timur.
tanah di daerah yang mereka anggap aman.
Tata bahasa yang rumit dari bahasa orang
Di Kota Tual di Kepulauan Kei, orang-orang
Banda tidak digunakan terbatas hanya pada
Banda Eli mengajukan seruan akan pertalian
wilayah yang intim dan pribadi. Setidaknya
kekerabatan mereka dengan Raja Dullah yang
hingga tahun 1980-an, bahasa itu digunakan
muslim, dan memperoleh izin membangun satu

236 ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 33 No. 3 2012


untuk pidato di depan publik. Orang-orang tara dua macam loyalitas itu. Leonard Andaya
Banda Eli menggunakannya di depan hadirin (1993: 3) beragumentasi bahwa orang Maluku
yang lebih luas di saat mereka berupaya men- mengidentifikasikan diri mereka baik dengan
gatasi berbagai pertikaian perkawinan dan kon- komunitas pulau tertentu yang khusus maupun
flik tanah. Keunggulan menggunakan bahasa dunia Maluku yang lebih luas. Bagi orang
Banda dalam konteks semacam itu memung- Banda, pertalian kerabat dengan orang yang
kinkan seseorang untuk mengutarakan secara nampaknya asing dan loyalitas di antara para
jujur perasaan hati yang terluka dan harga orang tua, di antara anak-anak mereka dan di
diri yang dilanggar. Berbeda dengan banyak antara pasangan-pasangan mereka merupakan
bahasa lain yang telah usang, bahasa orang nilai-nilai budaya yang bersifat komplementer.
Banda secara mencolok telah bertahan hidup Melalui perantauan-perantauan jarak jauh,
lama sebagai satu medium mengungkapkan masyarakat Banda secara terus menerus
kemarahan, harga diri dan otoritas. memperluas diri ke pusat-pusat politik dan
perniagaan. Dari sudut pandang para perem-
Kesimpulan puan, pusat-pusat ini merupakan bagian dari
Saya telah menyatakan bahwa orang Banda lahan perniagaan yang mengasingkan.
akhirnya telah menjadi pemenang dalam Para lelaki pergi ke sana, dan kadang kala
Perang Pala. Organisasi niaga mereka telah mereka tidak lagi kembali. Namun, lagu-
bertahan hidup jauh melampui keberadaan lagu itu mengekspresikan lebih daripada
perusahaan Hindia Belanda (VOC). Pada saat hanya sudut para perempuan dalam situasi
yang bersamaan, mereka telah bertahan hidup ini. Mereka melihat dunia Maluku dengan
sebagai satu komunitas yang berkembang se- mata memandang ke berbagai generasi di masa
cara penuh. lampau maupun di masa depan. Onotan yang
Komunitas-komunitas perniagaan pada telah saya diskusikan di atas tidak menyatakan
umumnya membentuk kelompok-kelompok apapun tentang perkawinan dengan orang-
etnis yang berbeda karena mereka biasanya orang dari pulau lain, namun tetap secara jelas
tetap berada di luar dari jaringan kekerabatan mengutarakan bahwa pulau ini merupakan
dan ekonomi moral dari tetangga-tetangga kampung halaman bagi saudara kandung laki-
etnis lain terdekat di sekelilingnya. Saya laki yang telah lama hilang. Kemungkinan
mengutarakan bahwa ini bukan merupakan saling bisa berjumpa merupakan satu alasan
keseluruhan cerita tentang orang Banda. Tidak yang kuat untuk mengunjungi pulau itu.
seperti kelompok-kelompok lainnya, seperti Keut u han i kat an di ant ara saudara
orang Bugis, Makassar, ataupun orang Arab kandung merupakan nilai budaya yang memo-
Hadrami, yang telah terlibat dalam perniagaan tivasi perantauan dan peniagaan. Nilai yang
jarak jauh di Indonesia Timur, orang-orang sama juga ditegaskan oleh citra anak-anak yang
Banda menekankan pada asal usul mereka di sedang berkumpul di atas bukit dan menan-
pulau-pulau yang ada di Maluku. yakan berbagai berita akan ayah mereka yang
Tampaknya bersifat paradoksikal bahwa sedang merantau.
orang Banda mengajukan penegasan akan per- Meskipun saya mengajukan argumen-
talian kekerabatan dan kedekatan dengan mitra- tasi bahwa perniagaan jarak jauh orang Banda
mitra niaga di berbagai tempat jauh sewaktu distrukturkan oleh budaya mereka, saya
perniagaan jarak jauh telah mengasingkan tidak mengatakan bahwa orang Banda, lebih
mereka satu sama lain. Meskipun begitu, saya dari orang di Banda Eli, adalah satu kelompok
telah mengajukan argumen bahwa mereka yang seragam. Migrasi, pembagian kelas dan
tidak melihat adanya satu kontradiksi di an- pertalian beragam mereka dengan komunitas

ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 33 No. 3 2012 237


etnis dan lokal lainnya berarti bahwa mereka beberapa yang lainnya berkomitmen terhadap
hidup dalam beberapa dunia yang berbeda. praktik-praktik kosmologis kehidupan desa.
Beberapa dari mereka hidup di desa, beberapa Budaya Banda secara fundamental merupakan
yang lain di kota. Beberapa hidup dari gaji, satu cara orang-orang yang hidup dalam dunia-
beberapa lainnya dari pertanian. Beberapa dunia yang berbeda dapat berkomunikasi satu
berkomitmen terhadap pendidikan modern, sama lainnya.

Referensi

Andaya, Leonard
1993 Cultural State Formation in Eastern Indonesia. Anthony Reid (peny.) Southeast Asia in
the Early Modern Era: Trade, Power, and Belief. Cornell University Press. hlm.23-41.
Chijs, Mr. J.A. van der
1886 De vestiging van het Nederlandsche gezag over de Banda-Eilanden (1599-1621). 's Hage:
M. Nijhoff.
Collins, James
1983 The Historical Relationships of the Languages of Central Maluku. Pacific Linguistics,
Ser. D 47.
Ellen, Roy
2003 On the Edge of the Banda Zone. Past and Present in the Social Organization of a Moluc-
can Trading Network. Honolulu: University of Hawaii Press.
Ellen, Roy and Glover, I. C.
1974 Pottery Manufacture and Trade in the Central Moluccas. Man, n.s. 9(3): 353-379.
Goodman, Thomas
2006 The Sosolot: An Eighteenth Century East Indonesian Trade Network. Ph.D. Dissertation,
University of Hawaii.
Kaartinen, Timo
2010 Songs of Travel and Stories of Place. Poetics of Absence in an Eastern Indonesian Society.
Folklore Fellows Communications 299. Helsinki: Academia Scientarium Fennica.
Knaap, G.J.
1987 Kruidnagelen en Christenen. De Verenigde Oost-Indische Compagnie en de bevolking van
Ambon 1656-1696. VKI 125. Dordrecht: Foris Publications.
Kolff, Dirk Hendrik
1840 Voyages of the Dutch Brig of War Dourga through the Southern and Little-Known parts of
the Moluccan Archipelago and the Previously Unknown Southern Coast of New Guinea
Performed during the Years 1825 & 1826. London: James Madden & Co.
Lape, Peter
2000 Political dynamics and religious change in the late pre-colonial Banda Islands, Indonesia.
World Archaeology 32(1): 138-155.

238 ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 33 No. 3 2012


Miller, W.G.
1980 An account of trade patterns in the Banda Sea in 1979, from an unpublished manuscript
in the India Office library. Indonesia Circle 23:41-57.
Milton, Giles
2000 Nathaniels Nutmeg. How One Mans Courage Changed the Course of History. London:
Hodder and Stoughton.
Reid, Anthony
1993a Southeast Asia in the Age of Commerce 1450-1680. Volume Two: Expansion and Crisis.
New Haven: Yale University Press.
Swadling, Pamela
1996 Plumes from Paradise. Trade cycles in outer Southeast Asia and their impact on New
Guinea and nearby islands until 1920. With contributions by Roy Wagner and Billai Laba.
Boroko: Papua New Guinea National Museum, in association with Robert Brown & ass.

ANTROPOLOGI INDONESIA Vol. 33 No. 3 2012 239


Panduan Penulisan untuk Kontributor Guidelines for contributors
Antropologi Indonesia diterbitkan dengan tujuan Antropologi Indonesia was published to develop
ikut mengembangkan ilmu antropologi sosial dan bu- and enrich scientific discussion for scholars who put
daya di Indonesia. Jurnal ini menggunakan sistem mitra interest on socio-cultural issues in Indonesia. These
bebestari (Peer-Review) dalam proses pemilihan naskah journals apply peer-reviewed process in selecting
yang akan diterbitkan. Redaksi menerima sumbangan high quality article. Editors welcome theoretical or
artikel baik yang bersifat teoretis, maupun hasil pene- research based article submission. Authors argument
litian etnografi. Karangan tersebut tidak harus sejalan doesnt need to be in line with editors. the criteria
dengan pendapat redaksi. Kriteria artikel yang dapat of the submitted article covers the following types
dimuat dalam jurnal ini dapat dipisah menjadi empat ba- of article: first, the article presents the results of an
gian. Pertama, adalah artikel hasil penelitian etnografi ethnographic/qualitative research in certain topic and
atau kualitatif mengenai topik tertentu yang berkaitan is related with ethnic/social groups in Indonesia; sec-
dengan kelompok etnik/kelompok sosial di Indonesia; ond, the article is an elaborated discussion of applied
Kedua, Hasil penelitian terapan, kolaboratif, dan juga and collaborative research with strong engagement
hasil penelitian yang dihasilkan dari pengalaman keter- between the author and the collaborators subject
libatan penulis dengan masyarakat/komunitas, semisal in implementing intervention program or any other
program-program intervensi yang berhubungan dengan development initiative that put emphasizes on social,
relasi kebudayaan, politik, lingkungan, dan pemban- political, and cultural issues; Third, a theoretical
gunan; Ketiga, adalah Pembahasan/diskusi mengenai writing that elaborates social and cultural theory
teori/metodologi dalam ilmu antropologi atau ilmu-ilmu linked with the theoretical discourse of anthropology,
sosial lainnya yang berkaitan dengan diskursus teoritik especially in Indonesia anthropology; last, the article
di antropologi; dan terakhir adalah tinjauan buku terha- is a critical review of anthropological reference and
dap buku teks antropologi atau ilmu-ilmu sosial lainnya. other ethnography books that must be published at
Buku yang dikaji berlaku untuk buku yang diterbitkan least in the last 3 years.
dalam 3 tahun terakhir untuk terbitan dalam negeri dan Submitted article will be selected and reviewed
5 tahun terakhir untuk terbitan luar negeri. by editorial boards. The submission should be in soft
Artikel yang masuk masih akan disunting oleh copy format and must be sent to journal.ai@gmail.
Dewan Redaksi. Naskah dapat dikirimkan kepada com in Ms Word file format, double spaces, with
Redaksi melalui email journal.ai@gmail.com dalam letter size paper. The length of the article should
format program MS Word, spasi rangkap, dengan uku- not exceed 5000 word. Please also attach abstract
ran kertas letter dan margin normal. Panjang tulisan with maximum of 250 words length in English and
maksimal 5000 kata. Mohon agar disertakan abstrak Bahasa, and six keywords. Author should write their
maksimal 250 kata dalam bahasa Inggris dan sekaligus institution postal address and also the phone contact
abstrak berbahasa Indonesia. Disertai dengan minimal in first part of the article.
tiga kata kunci dan maksimal enam kata kunci. Penulis Article should meet the following structures:
juga diharapkan mengirimkan alamat kontak dan nomor introduction, supporting data and the ground of
telepon. author argument (for articles that are theoretical or
Sistematika penulisan harus dibuat dengan men- methodological should include theoretical discussion
cantumkan pendahuluan, pembahasan/ulasan (jika and literature study), and conclusion. All references
artikel bersifat teoritik/metodologi bagian ini adalah in the articles should be neatly put in a proper for-
ulasan yang mendukung argumen di sub bab pertama) , mat. Footnotes should be written on the bottom part
dan penutup /kesimpulan. Semua catatan dalam artikel of every page, do not put them at the end of article.
hendaknya tersusun rapi dengan ketentuan penulisan Bibliography should follow the AAA (American
ilmiah yang berlaku. Begitu pula dengan catatan kaki, Anthropologist Association) Style, with some adjust-
agar ditulis di bagian bawah halaman, bukan pada ba- ment as follow:
gian belakang artikel. Kemudian untuk daftar pustaka
dibuat merujuk pada gaya penulisan AAA (American Gilmore, D.
Anthropologist Association) Style, dengan beberapa
modifikasi sebagaimana ditunjukan pada contoh berikut 1990 Manhood in the Making: Cultural Concepts of
abjad sebagai berikut: Masculinity. New Haven and London: Yale
University Press.
Geertz, C. If it is a chapter in a book, or an article in a journal please
1984 Tihingan: Sebuah Desa di Bali, dalam give the title of book/journal and the page numbers. In
Koentjaraningrat (peny.) Masyarakat Desa the case of journal please give the Volume and issue
di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. number. e.g.
Hlm. 246274.
Geertz, C.
Koentjaraningrat.
1974 Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. 1980 Tihingan: Sebuah Desa di Bali, in Koentjaran-
Jakarta: Penerbit Djambatan. ingrat (ed.) Masyarakat Desa di Indonesia.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Manoppo-Watupongoh, G.Y.J. Universitas Indonesia. Pp.246274.
1995 Wanita Minahasa, Antropologi Indonesia
18(51):6474. Marvin, G.
1984 The Cockfight in Andalusia, Spain: Images of
the Truly Male, Anthropological Quarterly
57(2):6070.
copyright 2010
ANTROPOLOGI INDONESIA
Pusat Kajian Antropologi, Departemen Antropologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
Lantai 1, Gedung B, Kampus Universitas Indonesia, Depok, 16424
Phone/Fax: +62 21 78881032 e-mail: journal.ai@gmail.com
ANTROPOLOGI INDONESIA VOL. 33 NO. 3 2012

Makna Kultural Mitos dalam Budaya Masyarakat Banten 159


Ayatullah Humaeni

Kekuasaan Politik dan Adat Para Mosalaki


di Desa Nggela dan Tenda, Kabupaten Ende, Flores 180
J. Emmed M. Priyoharyono

Politik Etnisitas dalam Pemekaran Daerah 203


Fikarwin Zuska

Pengelolaan Sumber Daya Laut Kawasan Terumbu


Karang Takabonerate dan Paradigma Komunalisme
Lingkungan Masyarakat Bajo Masa Lalu 216
Munsi Lampe

Puisi Lisan Masyarakat Banda Eli Ketahanan Budaya di


Maluku setelah Perang Pala 228
Timo Kaartinen

You might also like