You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fisika adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika
mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu.
Para fisikawan atau ahli fisika mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang yang
sangat beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang membentuk segala materi (fisika
partikel) hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos.
Para ilmuawan melakukan berbagai macam eksperimen dan mengungkapkan
berbagai macam teori untuk menjelaksan gejala gejala alam yang terjadi dalam lingkup
makroskopis sampai lingkup mikroskopis. Di awal perkembangannya, gejala gejala alam
tersebut dapat dijelaskan dengan teori fisika klasik yang mencakup mekanika klasik
dijelaskan oleh Newton, Lagrange, Hamilton mengenai gerak dinamis benda benda
makroskopis, dan cahaya sebagai gelombang yang dijelaskan oleh Fresnell, Maxwell, dan
Herts mengenai sifat sifat cahaya.
Pada akhir abad 19, teori teori fisika klasik tidak mampu memberikan penjelasan
yang memuaskan untuk gejala mikroskopis seperti radiasi benda hitam dan efek fotolistrik.
Kegagalan teori fisika klasik dikarenakan tinjauan harga energi yang kontinyu, sedangkan
dalam perkembangannya harga energi bernilai diskrit. Akibatnya, dasar dasar fisika yang
ada secara radikal diteliti ulang, dan dalam seperempat pertama abad 20 muncul berbagai
teori seperti relativitas oleh Einstein dalam teori fisika moderen dan mekanika kuantum
dalam teori fisika kuantum.
Pada makalah ini, akan dibahas mengenai asal usul lahirnya teori fisika kuantum
yang diharapkan dapat memberikan penjelasan yang sederhana mengenai teori fisika
kuantum.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan teori fisika kuantum?
2. Bagaimana asal usul adanya teori fisika kuantum?

1
1.3. Batasan Masalah
Dalam makalah ini hanya membahas mengenai beberapa teori yang ada dalam teori
fisika kuantum.

1.4. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu:
1. Memahami teori fisika kuantum.
2. Memahami asal usul adanya teori fisika kuantum.

1.5. Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu dapat menambah wawasan mahasiswa
mengenai teori fisika kuantum.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Radiasi Benda Hitam (Pergeseran Wien, Perumusan Planck, Perumusan Rayleigh
Jeans)
Apabila suatu benda dipanaskan maka akan tampak mengeluarkan radiasi (misalnya
ditandai dengan terpancarnya cahaya yang berwarna-warni). Dalam keadaan kesetimbangan
maka cahaya yang dipancarkan akan tersebar dalam seluruh spektrum frekuensi v atau panjang
gelombang , dan kita berusaha mendefinisikan daya terpancar yaitu energi emisi pada panjang
gelombang per satuan luas per satuan waktu, E(,T). Ini adalah fungsi universal. Dalam hal
radiasi benda hitam maka benda mempunyai karakteristik penyerap sempurna terhadap radiasi
yang mengenainya. Secara praktis kita dapat membuat benda hitam ini misalnya sebuah kotak
dengan lubang kecil sedemikian hingga sembarang radiasi yang masuk benda hitam melalui
lubang kecil, akan terpantul-pantul diantara dinding bagian dalam benda hitam dan tidak ada
kemungkinan lolos keluar (karakteristik penyerap sempurna) lewat lubang tersebut.
Kirchhoff (1859) menunjukkan dari hukum kedua termodinamika, bahwa radiasi di dalam
rongga benda hitam bersifat isotropik, yaitu fluks radiasi bebas dari arah/orentasi, kemudian juga
bersifat homogen yaitu fluks radiasi sama untuk disetiap titik, dan juga sama dalam semua
rongga pada suhu yang sama, untuk setiap panjang gelombang. Daya emisi (dengan alasan
geometrik sederhana) lalu dikaitkan dengan rapat energi u(, T) di dalam rongga. Relasi ini
adalah
4 E , T
u , T (2.1)
c
Berikutnya Wien (1894) dengan gagasan-gagasan yang juga sangat umum menunjukkan bahwa
rapat energi haruslah dalam bentuk berikut :
u , T 5 f T (2.2)
dengan f adalah fungsi yang masih umum. Dalam bentuk fungsi frekuensi maka dapat kita
tuliskan menjadi
d
u v, T u , T 2 u T
c
(2.3)
dv V
Dengan persamaan ini kemudian dinyatakanlah hukum wien dalam bentuk

3
u v, T V 3 g
v
(2.4)
T
Implikasi dari hukum ini adalah
1. Distribusi spectrum radiasi benda hitam untuk sembarang temperatur dapat kita cari
dengan rumus di atas.
2. Bila fungsi g(x) mempunyai nilai maksimum untuk x > 0 maka berlaku
b
maks (2.5)
T

dengan b adalah tetapan universal. Untuk fungsi g(x) maka Wien menggunakan model berikut:
g v / T Ce v / T (2.6)

Dengan model ini maka data eksperimen untuk frekuensi tinggi dapat diverifikasi
dengan sangat baik.
Pada 1900 Rayleigh juga menurunkan formula
8v 2
u v, T 3 kT (2.7)
c
-16
dengan k = 1,38 x 10 erg/derajad dan c adalah kecepatan cahaya. Rumus ini
diturunkan berdasarkan dua hal yaitu hukum klasik ekipartisi energi menyatakan rata-
rata energi per derajad kebebasan untuk system dinamik yang berada dalam keadaan
kesetimbangan dalam konteks ini adalah kT, dan perhitungan jumlah modus (yaitu
derajad kebebasan) untuk radiasi elektromagnetik dengan frekuensi dalam interval
(,+d), yang dikungkung oleh rongga.
Dapat kipertegas disini bahwa hukum Wien berlaku untuk frekuensi tinggi, sedangkan
rumus Rayleigh cocok untuk frekuensi rendah.

4
Gambar 2.1a. Kurva Pergeseran Wien Gambar 2.1b. Kurva Rayleigh

Pada tahun 1900 Max Planck menemukan rumus dengan cara interpolasi (fitting) yang jenius
antara rumus Wien dengan rumus Rayleigh-Jeans. Rumus ini adalah
8h v3
u v, T 3 hv / kT (2.8)
c e 1
-27
dengan h adalah tetapan Planck (parameter ) yang besarnya 6,63 x 10 erg det. Verifikasi untuk
frekuensi rendah 0 maka akan diperoleh hukum Rayleigh-Jeans. Meskipun rumus Planck
diatas cocok dengan data eksperimen, namun diperoleh dari interpolasi rumus klasik Wien dan
Reyleigh. Pencapaian penting oleh Planck yang sekaligus menjembatani antara klasik dan
kuantum adalah adalah gagasan Planck untuk kuantisasi energi. Dua bulan setelah diperolehnya
rumus Planck di atas dan berkaitan dengan fenomena panas jenis bahan, maka Planck
mengajukan gagasan yang spektakuler bahwa untuk alas an yang tidak dia ketahui, atom-atom di
dalam dinding rongga benda hitam memancarkan energi dalam bentuk kuantum yaitu = n h (n
= 1,2,3,).
Energi yang dibawa per kuantum sangatlah kecil. Sebagai contoh untuk cahaya oranye
-12
dengan = 6000 maka energinya adalah hv = 3.3 x 10 erg. Sehingga untuk pancaran radiasi
7 -12 20
sebesar 100 watt pada frekeunsi ini memerlukan sebanyak N 100 x 10 / 3.3 x 10 = 3 x 10
kuantum/det. Dengan sedemikian besarnya jumlah kuantum, maka kita tidak dapat mengalami
secara langsung efek tumbukan partikel tersebut. Dapat kita ringkas disini untuk teori Planck:
1. Energi medan elektromagnetik terkuantisasi menurut = n h

5
2. Cahaya dipancarkan dan diserap dalam bentuk paket-paket diskrit yang disebut foton
dengan energi E = hv
8h v3
3. Berlakunya rumus Planck untuk distribusi spectrum u v, T
c 3 e hv / kT 1

2.2. Efek Fotolistrik


Salah satu bukti eksperimen penting tentang keberadaan kuantum cahaya/foton adalah percobaan
efek fotolistrik. Sebelumnya telah diketahui pada 1887 oleh Hertz bahwa apabila suatu cahaya dikenakan
pada permukaan logam tertentu maka dapat terjadi lucutan elektron dari permukaan logam tersebut.
Gejala ini dikenal dengan efek fotolistrik. Sumbangan pemikiran Einstein untuk fenomena ini
berdasarkan rumusan Planck, telah menguatkan gagasan kuantisasi energi Planck untuk bisa diterima
secara luas. Percobaan efek foto listrik dambarkan sebagai sebuah cahaya dengan frekuensi mengenai
plat logam dan akan terjadi pelepasan elektron-elektron. Dengan selisih potensial yang sesuai V antara
plat logam dan kolektor maka elektron-elektron ini (photoelelctrons) akan muncul sebagai arus fotolistrik
yang dapat diukur dengan Ammeter. Potensial penghenti (stopping potential) V 0 adalah potensial selisih

yang diperlukan untuk menghentikan fotoelektron yang paling cepat, jadiuntuk meng-nolkan arus
fotolistrik. Selanjutnya dapat diamati bahwa:
1. V 0, yang terkait dengan energi kinetik fotoelektron yang paling besar (E k = eV 0 ),
tidak bergantung pada intensitas cahaya yang digunakan.
2. Ada frekuensi ambang 0 dimana cahaa dibawah frekuensi ini tidak dapat
menampilkan efek fotolsitrik.
Kontribusi Einstein untuk efek fotolistrik berangkat dari teorinya bahwa terjadi tumbukan
antara foton datang dengan elektron didalam logam.

2.2. Efek Compton


Efek Compton adalah eksperimen yang memberikan bukti paling nyata tentang
keberadaan sifat partikel dari radiasi. Kalau efek fotolistrik menguatkan adanya sifat partikel dari
cahaya yaitu gambaran foton untuk cahaya, maka efek Compton akan memberikan gambaran
sifat gelombang untuk materi. Authur Holly Compton (1923) meyakinkan realitas foton karena
memperkenalkan momentum foton, juga energi foton kedalam situasi eksperimental.

6
Seberkas sinar-x dengan panjang gelombang dijatuhkan pada target Grafit. Compton
lalu mengukur intensitas sinar-x terhambur dari target sebagai fungsi panjang gelombang untuk
beberapa arah terpilih. Kemudian diketemukan bahwa meskipun berkas datang hanya
mengandung satu panjang gelombang, sinar-x terhambur akan mempunyai puncak-puncak
inensitas pada dua panjang gelombang. Satu puncak berkaitan dengan panjang gelombang datang
sedang yang lain yang lebih besar dari . Selisih pajang gelombang ini disebut pergeseran
Compton (Compton Shift).

Gambar 2.2 Skematik Efek Compton

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Teori Fisika Kuantum


Teori fisika kuantum merupakan salah satu bagian dari ilmu Fisika yang mempelajari
perilaku materi dan energi pada skala atomik dan partikel-partikel subatomik atau gelombang.
Pada prinsipnya sama seperti dalam fisika klasik, namun materi yang dibahas dalam fisika
kuantum adalah skala atomik atau subatomik dan partikel bergerak dalam kecepatan tinggi.
Untuk partikel yang bergerak dengan kecepatan mendekati atau sama dengan kecepatan cahaya,
perilakunya dibahas secara terpisah dalam teori relativitas khusus. Ilmu Fisika kuantum
dikembangkan pada awal abad 20, dimana perumusan-perumusan dalam Fisika Klasik tidak lagi
mampu menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi pada materi yang sangat kecil. Fisika
kuantum diawali oleh hipotesa Planck yang menyatakan bahwa besaran energi suatu benda yang
beosilasi (osilator) tidak lagi bersifat kontinyu, namun bersifat diskrit (kuanta), sehingga
muncullah istilah Fisika Kuantum dan ditemukannya konsep dualisme partikel-gelombang.
Konsep dualisme dan besaran kuanta ini merupakan dasar dari Fisika Modern. Konsep, hipotesa
dan eksperimen menjadikan landasan pengembangan fisika modern serta penerapan fisika
modern, dalam berbagai bidang seperti kedokteran, telekomunikasi, dan industri.

3.2. Asal Usul Teori Fisika Kuantum


Pembahasan tentang produksi cahaya dan cara pengkajiannya di dalam tahun 1900
merupakan babak baru yang menandai lahirnya fisika kuantum. Sumber-sumber cahaya seperti
benda benda padat yang dipanaskan dan gas-gas yang dihasilkan oleh sebuah lucutan listrik
merupakan awal dari penelitian tentang bagaimana kuatnya radiasi pada berbagai panjang
gelombang. Joseph Stefan dan Ludwig Boltzman telah melakukan pengukuran laju energi kalor
radiasi yang dipancarkan oleh suatu benda, kemudian dikenal dengan Hukum Stefan-Boltzman.:
Selanjutnya Wilhelm Wien seorang fisikawan Jerman menemukan suatu hubungan yang
empiris sederhana antara panjang gelombang yang dipancarkan untuk intensitas maksimum (m)
dengan suhu mutlak (T) sebuah benda yang dikenal sebagai Hukum Pergeseran Wien
Ada dua teori klasik yang mencoba menjelaskan spektrum radiasi benda hitam yaitu teori
Wien dan teori Rayleigh Jeansa. Teori Wien menyatakan hubungan antara intensitas radiasi

8
dengan panjang gelombang menggunakan analogi antara radiasi dalam ruangan dan distribusi
kelajuan molekul gas.Ternyata persamaan tersebut hanya mampu menjelaskan radiasi benda
hitam untuk pendek, tetapi gagal untuk panjang. Teori Rayleigh-Jeans menyatakan hubungan
antara intensitas dan panjang gelombang radiasi dengan menggunakan penurunan dari teori
klasik murni. Ternyata persamaan tersebut berhasil menjelaskan radiasi benda hitam untuk
yang panjang, tetapi gagal untuk yang pendek
Pada tahun 1900, fisikawan berkebangsaan Jerman Max Planck (1858-1947),
memutuskan untuk mempelajari radiasi benda hitam. Beliau berusaha untuk mendapatkan
persamaan matematika yang menyangkut bentuk dan posisi kurva pada grafik distribusi
spektrum. Planck menganggap bahwa permukaan benda hitam memancarkan radiasi secara
terus-menerus, sesuai dengan hukum-hukum fisika yang diakui pada saat itu. Hukum-hukum itu
diturunkan dari hukum dasar mekanika yang dikembangkan oleh Sir Isaac Newton. Namun
dengan asumsi tersebut ternyata Planck gagal untuk mendapatkan persamaan matematika yang
dicarinya. Kegagalan ini telah mendorong Planck untuk berpendapat bahwa hukum mekanika
yang berkenaan dengan kerja suatu atom sedikit banyak berbeda dengan Hukum Newton.
Max Planck mulai dengan asumsi baru, bahwa permukaan benda hitam tidak menyerap
atau memancarkan energi secara kontinu, melainkan berjalan sedikit demi sedikit dan bertahap-
tahap. Menurut Planck, benda hitam menyerap energi dalam berkas-berkas kecil dan
memancarkan energi yang diserapnya dalam berkas-berkas kecil pula. Berkas-berkas kecil itu
selanjutnya disebut kuantum. Teori kuantum ini bias diibaratkan dengan naik atau turun
menggunakan tangga. Hanya pada posisi-posisi tertentu, yaitu pada posisi anak tangga kita dapat
menginjakkan kaki, dan tidak mungkin menginjakkan kaki di antara anak-anak tangga itu.
Dengan hipotesis yang revolusioner ini, Planck berhasil menemukan suatu persamaan
matematika untuk radiasi benda hitam yang benar-benar sesuai dengan data percobaan yang
diperolehnya. Persamaan tersebut selanjutnya disebut Hukum Radiasi Benda Hitam Planck yang
menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan dari suatu benda hitam berbeda-beda
sesuai dengan panjang gelombang cahaya. Planck mendapatkan suatu persamaan (3.1):
E = hf (3.1)
yang menyatakan bahwa energi suatu kuantum (E) adalah setara dengan nilai tetapan tertentu
yang dikenal sebagai Tetapan Planck (h), dikalikan dengan frekuensi (f) kuantum radiasi.

9
Hipotesis Planck yang bertentangan dengan teori klasik tentang gelombang
elektromagnetik ini merupakan titik awal dari lahirnya teori kuantum yang menandai terjadinya
revolusi dalam bidang fisika. Terobosan Planck merupakan tindakan yang sangat berani karena
bertentangan dengan hukum fisika yang telah mapan dan sangat dihormati. Dengan teori ini ilmu
fisika mampu menyuguhkan pengertian yang mendalam tentang alam benda dan materi. Planck
menerbitkan karyanya pada majalah yang sangat terkenal. Namun untuk beberapa saat, karya
Planck ini tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat ilmiah saat itu. Pada mulanya, Planck
sendiri dan fisikawan lainnya menganggap bahwa hipotesis tersebut tidak lain dari fiksi
matematika yang cocok. Namun setelah berjalan beberapa tahun, anggapan tersebut berubah
hingga hipotesis Planck tentang kuantum dapat digunakan untuk menerangkan berbagai
fenomena fisika.
Teori kuantum sangat penting dalam ilmu pengetahuan karena pada prinsipnya teori ini
dapat digunakan untuk meramalkan sifat-sifat kimia dan fisika suatu zat. Pengakuan terhadap
hasil karya Planck datang perlahan-lahan karena pendekatan yang ditempuhnya merupakan cara
berfikir yang sama sekali baru. Albert Einstein misalnya, menggunakan konsep kuantum ini
untuk menjelaskan efek fotolistrik yang diamatinya. Efek fotolistrik merupakan fenomena fisika
berupa pancaran elektron dari permukaan benda apabila cahaya dengan energi tertentu menimpa
permukaan benda itu. Semua logam dapat menunjukkan fenomena ini. Penjelasan Einstein
mengenai efek fotolistrik itu terbilang sangat radikal, sehingga untuk beberapa waktu tidak
diterima secara umum. Einstein melakukan eksperimen dengan menembakkan cahaya pada
permukaan logam Natrium (Sodium) dan mengamati partikel-partikel atau elektron-elektron
pada permukaan logam terhambur dengan kecepatan tertentu.
Elektron-elektron terhambur ini memiliki energi kinetik sebesar mv2, dimana m adalah
masa elektron dan v adalah kecepatan elektron yang terhambur. Peristiwa pergerakan elektron
dengan kecepatan tertentu ini merupakan sifat dari partikel, sehingga dikatakan bahwa
gelombang cahaya dapat berperilaku seperti partikel. Namun hanya cahaya dengan
frekuensi/energi tertentu yang mampu menghamburkan elektron-elektron pada permukaan logam
Natrium, yaitu energi foton harus sama dengan energi yang diperlukan untuk memindahkan
elektron (fungsi kerja logam) ditambah dengan energi kinetik dari elektron yang
terhambur,penjelasannya tersebut memperoleh perhatian luas di kalangan fisikawan. Dengan

10
demikian, penerapan teori kuantum untuk menjelaskan efek fotolistrik telah mendorong ke arah
perhatian yang luar biasa terhadap Teori Kuantum dari Planck yang sebelumnya diabaikan.
Pada tahun 1924 Louis-Victor de Brogliemerumuskan secara empiris bahwa semua
partikel atau materi, tidak hanya cahaya, memilki sifat alami seperti gelombang, yaitu dimana p
= mv adalah momentum yang merupakan sifat materi dan adalah panjang gelombang.
Gelombang dalam mekanika klasik memiliki sifat-sifat seperti interferensi, difraksi dan
polarisasi. Pada tahun 1927, hipotesa de Broglie ini dikonfirmasi oleh dua eksperimen yang
dilakukan secara terpisah oleh George Paget Thomson (anak dari J.J. Thomson, penemu
elektron, peraih Nobel Fisika tahun 1906) yang melakukan eksperimen dengan melewatkan
berkas elektron ke dalam film tipis logam dan mengamati pola difraksi (sifat gelombang) dari
elektron yang terhambur dari permukaan logam. Atas jasanya G.P. Thomson dianugerahi Nobel
Fisika pada tahun 1934. Sedangkan di tempat terpisah C.J. Davisson dan L.H. Germer (Bell
Labs) menembakkan elektron-elektron dengan kecepatan rendah ke dalam kristal Nikel dan
mengukur intensitas elektron-elektron yang terhambur dari permukaan kristal Nikel pada sudut
hamburan yang berbeda.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa elektron-elektron yang terhambur memiliki pola
difraksi seperti yang diperkirakan oleh Bragg dalam difraksi sinar-X dari kristal Nikel. Atas jasa
merumuskan hipotesanya, de Broglie dianugerahi Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1929 dan
Davison dianugerahi Nobel Fisika pada tahun 1934 atas penemuan difraksi electron.
Teori Kuantum Modern dikembangkan dalam perhitungan energi partikel atau elektron
menggunakan persamaan gelombang yang dirumuskan oleh Erwin Schroedinger, karenanya
dikenal dengan persamaan Schroedinger, persamaan ini bersama dengan prinsip ekslusi
Pauliyang menyatakan bahwa elektron dan partikel Fermion lain tidak dapat memiliki keadaan
kuantum yang sama (energi, orbital, spin) merupakan dasar bagi penerapan teori kuantum
modern dalam menjelaskan efek Zeeman, atom berelektron banyak, osilator harmonis dan atom
hidrogen. Diantara kedua teori kuantum lama/klasik dan modern ini beberapa model atom
dikembangkan oleh Thomson, Rutherford, Bohr dan Sommerfeld-Bohr, dimana model atom ini
berdasarkan teori kuantum lama (besaran diskrit) dan juga merupakan dasar bagi penerapakan
teori kuantum modern khusunya dalam atom hidrogen dan atom berlektron banyak.

11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Teori fisika kuantum merupakan salah satu bagian dari ilmu Fisika yang mempelajari
perilaku materi dan energi pada skala atomik dan partikel-partikel subatomik atau
gelombang.
2. Teori fisika kuantum lahir karena kegagalan teori fisika klasik untuk menjelaskan gejala
alam yang bersifat mikroskopis, dimana peninjauan harga energi masih bersnilai kontinyu,
sedangkan harga energi yang sesungguhnya bernilai diskrit. Teori teori barupun
bermunculan untuk menjelaskan gejala alam mikroskopis seperti radiasi benda hitam, efek
fotolistrik, efek Compton, perumusan Rayleigh-Jeans, perumusan Planck, dan pergeseran
Wien.

4.2 Saran
Untuk menambah pemahaman tentang teori fisika kuantum, para pembaca diharapkan
membaca referensi lain. Makalah ini jauh dari kesempurnaan untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan.

12

You might also like