You are on page 1of 30

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak,
2008).
Transportasi pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut
penderita atau korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai
dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang
memadai.
Dewasa ini banyak pasien yang harus bisa kita ajarkan untuk dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya, karena jika tidak, pasien-pasien itu
tidak akan bisa berjalan dengan mandiri.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi
pengetahuan tentang bagaimana caranya memenuhi kebutuhan mobilisasi dan
transportasi pasien kepada masyarakat luas yang mana di negara Indonesia
masih kurang mengetahuinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Aktifitas dan latihan?
2. Apa saja sistem yang berperan pada Aktivitas dan Latihan ?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan mobilisasi dan
transportasi?
4. Bagaimana Fisiologis Aktifitas ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan dalam lingkup kebutuhan mobilisasi dan
transportasi?
6. Apa saja tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan mobilisasi dan
transportasi?
2

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk Mengetahui pengertian dari Aktifitas dan latihan
2. Untuk Mengetahui sistem yang berperan pada Aktivitas dan Latihan
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan aktivitas
dan latihan
4. Untuk Mengetahui Fisiologis Aktifitas
5. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan dalam lingkup kebutuhan
mobilisasi dan transportasi
6. Untuk Mengetahui tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
mobilisasi dan transportasi
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas
seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Aktivitas fisik yang kurang memadai
dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem muskuloskeletal
seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan
ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya. (Towarto, Wartonah 2007)
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan
dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat
setara dengan kekuatan dan fleksibilitas oto. (Towarto, Wartonah 2007)
Gangguan aktivitas dan latihan adalah keadaan dimana individu
mengalami ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk
menahan atau memenuhi kebutuhan atau keinginan aktivitas sehari-hari.
(Susan, Mary, Eleaner, Majorie, 1998).
2. Sistem Tubuh Yang Berperan dalam Kebutuhan Aktivitas
a. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi
mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai
otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium
dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi
tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi
pelindung organ-organ dalam. Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang
pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang
vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur
dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung
4

dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang dilapisi


kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan
diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan
terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu
pada masa dewasa.
b. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh
bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi
tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang
bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar
dapat berfungsi kembali.
c. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan
tulang. Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi
dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga
stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan
ketidakstabilan.
d. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis)
dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf
memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi
sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat
seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan
secara umum, sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan
terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial
akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah
radial tangan.
e. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi
membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan
antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat
beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi
5

kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang


sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu,
terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain
sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.
3. Epidemiologi
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan aktivitas dan
latihan dapat terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi
terjadi gangguan mobilisasi adalah pada orang yang lanjut usia, post
cedera dan post trauma. (Towarto, Wartonah 2007)
4. Fisiologis Pergerakan
Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari sistem
skeletal, otot skelet, dan sistem saraf. Karena ketiga sistem ini
berhubungan erat dengan mekanisme pendukung tubuh, sistem ini dapat
dianggap sebagai satu unit fungsional. Sistem skeletal berfungsi
menyokong jaringan tubuh, melindungi bagian tubuh yang lunak, sebagai
tempat melekatnya otot dan tendon, sebagai sumber mineral dan berperan
dalam proses hematopoeisis (proses pembentukan dan perkembangan sel-
sel darah). Sedangan otot berperan dalam proses pergerakan,memberi
bentuk pada postur tubuh,dan memproduksi panas melalui aktivitas
kontraksi otot. (Potter dan Perry, 2005)
Pengaturan pergerakan dapat dibedakan menjadi gerak yang disadari atau
volunter, dan gerak yang tidak disadari atau involunter atau yang disebut
dengan refleks. Proses gerak yang disadari mekanismenya melalui jalur
yang panjang mulai dari reseptor, saraf sensorik, kemudian dibawa ke otak
untuk selanjutnya diasosiasi menjadi respons yang akan dibawa oleh saraf
motorik dan efektor. Sedangkan gerakan refleks atau involunter berjalan
dengan sangat cepat dan respons terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. (Tarwoto dan Wartonah,
2006)
6

5. Kebutuhan Mobilitas dan Imobilitas


a. Kebutuhan Mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
b. Kebutuhan Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang,
cidera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
Jenis imobilitas :
1) Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik
dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi
pergerakan, seperti pada pasien hemiplegia yang tidak mampu
mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat
mengubah posisi tubuhnya untuk mengubah tekanan.
2) Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana mengalami
keterbatasan berpikir, seperti pada pasien yang mengalami
gangguan otak akibat suatu penyakit.
3) Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Seperti keadaan stress berat karena diamputasi
ketika mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau
kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
4) Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami
hambatan dalam berinteraksi karena keadaan penyakitnya sehingga
dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
6. Jenis Aktivitas dan Latihan
a. Jenis aktivitas antara lain:
1) Aktivitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial
dan menjalankan peran sehari-hari. Aktivitas penuh ini merupakan
7

fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat


mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2) Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara
bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus
cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pada pasien
paraplegi dapat mengalami aktivitas sebagian pada ekstremitas
bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Aktivitas
sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Aktivitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada system
musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang.
b) Aktivitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reversibel,
contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi
karena cedera tulang belakang, poliomilitis karena
terganggunya system saraf motorik dan sensorik.
b. Jenis latihan:
1) Latihan fleksibilitas seperti regang memperbaiki kisaran gerakan
otot dan sendi.
2) Latihan aerobik seperti berjalan dan berlari berpusat pada
penambahan daya tahan kardiovaskular.
3) Latihan anaerobik seperti angkat besi menambah kekuatan otot
jangka pendek.
Latihan bisa menjadi bagian penting terapi fisik, kehilangan berat
badan atau kemampuan olahraga. Latihan fisik yang sering dan teratur
memperbaiki kinerja sistem kekebalan tubuh, dan membantu
8

mencegah penyakit seperti penyakit kardiovaskular, Diabetes tipe


2 dan obesitas.
7. Faktor yang Mempengaruhi
a. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan
aktivitas seseorang karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-
hari.
b. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi
kemmapuan aktivitas karena dapat mempengaruhi fungsi system
tubuh.
c. Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan, contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan
jauh memiliki kemampuan aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang
yang mengalami gangguan aktivitas (sakit) karena budaya dan adat
dilarang beraktivitas.
d. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
e. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi
alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. Intolerensi aktivitas/
penurunan kekuatan dan stamina, Depresi mood dan cema
8. Perubahan Sistem Tubuh Akibat Imobilitas
a. Perubahan Metabolisme
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara
normal, mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolisme dalam tubuh.
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak
dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan
konsenstrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu
kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari
intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga
terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
9

c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi


Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya
pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-
zat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan
aktivitas metabolisme,
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal,
karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna dan
dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.
e. Perubahan Sistem Pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan.
Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun,
dan terjadinya lemah otot,
f. Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa
hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya
pembentukan trombus.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
1) Gangguan Muskular : menurunnya massa otot sebagai dampak
imobilitas, dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara
langsung.
2) Gangguan Skeletal : adanya imobilitas juga dapat menyebabkan
gangguan skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi
dan osteoporosis.
h. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas
kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
i. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
j. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya
rasa bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.
10

B. TEKNIK MOBILISASI
1. Nilai Aktivitas dan Latihan
Rentang Gerak Rentang Nilai Normal Kategori Kemampuan Aktivitas
Fisik menurut (Gunawan, Adi, 2001) yaitu :
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat aktivitas / Kategori
mobilitas

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan


orang lain

Memerlukan bantuan, pengawasan orang


Tingkat 3
lain dan peralatan

Sangat tergantung dan tidak dapat


Tingkat 4 melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan


sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam
mempertahankan keseimbangan seperti kemampuan mangangkat
beban, maksimal 57 %.

Nilai Kekuatan Otot adalah sebagai berikut :


No. Nilai Kekuatan Otot Keterangan

1. 0 (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama


sekali

2. 1 (10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi


11

otot tetapi tidak ada gerak sama sekali

3. 2 (25%) Dapat menggerakan anggota gerak tanpa


gravitasi

4. 3 (50%) Dapat menggerakkan anggota gerak


untuk menahan berat (gravitasi)

5. 4 (75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif


dan melawan tahanan

6. 5 (100%) Kekuatan normal

2. Pelaksanaan Pemenuhan Aktivitas dan Latihan


a. Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan
fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :
1) Posisi fowler
2) Posisi sim
3) Posisi trendelenburg
4) Posisi Dorsal Recumbent
5) Posisi lithotomi
b. Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi
kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih
posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke
kursi roda, dan lain-lain.
c. Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk
melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah
bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.
d. Latihan isotonik dan isometrik
12

Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan


ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban
yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan
dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan
isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan
curah jantung dan denyut nadi.
e. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan
pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan
otot. Latihan-latihan itu, yaitu :
1) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
2) Fleksi dan ekstensi siku
3) Pronasi dan supinasi lengan bawah
4) Pronasi fleksi bahu
5) Abduksi dan adduksi
6) Rotasi bahu
7) Fleksi dan ekstensi jari-jari
8) Infersi dan efersi kaki
9) Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
10) Fleksi dan ekstensi lutut
11) Rotasi pangkal paha
12) Abduksi dan adduksi pangkal paha
f. Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi sebagai
dampak terjadinya imobilitas.
g. Melakukan Postural Drainase
Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret
dari paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari sekret itu
sendiri. Postural drainase dilakukan untuk mencegah terkumpulnya
sekret dalam saluran napas tetapi juga mempercepat pengeluaran
sekret sehingga tidak terjadi atelektasis, sehingga dapat
meningkatkan fungsi respirasi. Pada penderita dengan produksi
13

sputum yang banyak, postural drainase lebih efektif bila diikuti


dengan perkusi dan vibrasi dada.
h. Melakukan komunikasi terapeutik
Cara ini dilakukan untuk memperbaiki gangguan psikologis yaitu
dengan cara berbagi perasaan dengan pasien, membantu pasien untuk
mengekspresikan kecemasannya, memberikan dukungan moril, dan
lain-lain.
14

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang

menyebabkan terjadi keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.

2. Riwayat Keperawatan Dahulu

Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan mobilitas

3. Riwayat Keperawatan Keluarga

Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya

riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.

4. Kemampuan Mobilitas

Tingkat Kategori

Aktivitas/Mobilitas

Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan

orang lain

Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang

lain, dan peralatan

Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat

melakukan atau berpartisipasi dalam


15

perawatan

5. Kemampuan Rentang Gerak

Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu,

siku, lengan, panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak normal yang

berbeda pada setiap gerakan (Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi,

hiperekstensi)

6. Perubahan Intoleransi Aktivitas

Pengkajian intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan perubahan

sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular.

7. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi

Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral

atau tidak.

Skala Procentase Kekuatan Karakteristik

Normal

0 0 Paralisis sempurna

1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot

dapat dipalpasi atau dilihat

2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi

dengan topangan

3 50 Gerakan yang normal melawan

4 75 gravitasi

Gerakan penuh yang normal melawan

5 100 gravitasi dan melawan tahan minimal


16

Kekuatan normal, gerakan penuh

yang normal melawan gravitasi dan

tahanan penuh

8. Perubahan psikologis

Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan

mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan

emosi, dan sebagainya.

9. Pola Kesehatan

a. Aktivitas / Istirahat

Tanda : Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian yang

terkena.

b. Sirkulasi

Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon

terhadap nyeri) atau hipotensi (kehilangan darah).

c. Neurosensori

Gejala : Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, dan kesemutan

(parestesis).

Tanda : Deformitas lokal angulasi abnormal, pemendekan, rotasi,

krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang

fungsi. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / ansietas atau

trauma lain).
17

d. Nyeri atau Kenyamanan

Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin

terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang dapat berkurang

pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf. Spasme / kram

otot (setelah imobilitasi).

e. Keamanan

Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, dan perubahan

warm. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau

tiba-tiba).

B. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan


muskuloskeletal, kerusakan integritas struktur tulang.
2. Intoleran Aktivitas berhubungan dengan tirah baring
3. Risiko Cedera berhubungan dengan faktor risiko fisik (gangguan
mobilitas)
18

C. INTERVENSI dan IMPLEMENTASI

Tujuan dan Kriteria Rasional


No Diagnosa Keperawatan Intervensi (NIC)
Hasil (NOC)

1. Hambatan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan asuhan Label NIC : Bed rest-care 1. Memberikan kenyamanan pada
Definisi : Keterbatasan dalam pergerakan keperawatan .x 24 jam klien
1. Tempatkan pasien pada
fisik pada bagian tubuh tertentu atau pada diharapkan pasien mampu 2. Memberikan kenyamanan pada
tempat tidur terapeutik yang
satu atau lebih ekstremitas . Suatu kondisi dalam mobilisasi secara klien untuk tirah baring yang
sesuai
dimana individu tidak saja kehilangan mandiri dengan kriteria cukup lama
2. Jaga agar tempat tidur tetap
kemampuan bergeraknya secara total, tetapi hasil: 3. Mengurangi resiko jatuh pada
bersih, kering, dan rapi
juga mengalami penurunan aktivitas. NOC label : Mobility klien
3. Pasang side rail (pembatas
4. Mencegah dekubitus
Kemampuan klien tempat tidur)
Batasan karakteristik : 5. Mendeteksi ada tanda-tanda
mencapai 4. Ubah posisi klien setidaknya
1. Postur tubuh tidak stabil selama infeksi
keseimbangan setiap 2 jam
melakukan aktifitas rutin 6. Membantu klien dalam
Kemampuan klien 5. Observasi kondisi kulit
2. Keterbatasan kemampuan melakukan beraktivitas
menggerakan otot 6. Bantu pemenuhan ADL
keterampilan motorik kasar 7. Mengetahui keterbatasan sendi
Kemampuan klien Label NIC : Exercise Therapy :
3. Keterbatasan kemampuan melakukan klien
menggerakan sendi Joint Mobility
ketererampilan motorik halus 8. Membantu pemulihan sendi klien
Kemampuan klien
4. Tidak ada koordinasi gerak atau gerakan 7. Lakukan pengkajian
berpindah
tak ritmis mengenai keterbatasan 9. Mencegah terjadinya komplikasi
19

5. Keterbatasan ROM pergerakan sendi dan fungsi lebih lanjut


6. Sulit berbalik sendi klien. 10. Dapat memeberikan motivasi
7. Perubahan gaya berjalan (missal 8. Anjurkan klien untuk kepada klien untuk berlatih dan
menjadi pelan, sulit memulai langkah, melakukan latihan Range of cepat pulih
kaki diseret, goyah pada posisi lateral) Motion (ROM) secara aktif 11. Merencanakan program pemulihan
8. Penurunan waktu reaksi maupun pasif sesuai indikasi klien
9. Gerakan menjadi napas pendek secara reguler.
10. Usaha yang kuat untuk perubahan gerak 9. Lindungi klien dari trauma
(peningkatan perhatatian dalam aktivitas selama melakukan latihan.
lain, mengontrol perilaku, focus dalam 10. Kembangkan/berikan
tidak mampu beraktivitas) reinforcement positif selama
11. Gerak lambat latihan.
12. Gerakan menyebabkan tremor Kolaboratif
Faktor Faktor yang Berhubungan
11. Kolaborasikan dengan
1. Pengobatan
fisioterapist dalam
2. Terapi pembatasan gerak
pengembangan program
3. Kurang pengetahuan mengenai manfaat
latihan bagi klien, secara
pergerakan fisik
tepat.
4. IMT diatas 75 % sesuai dengan usia
5. Kerusakan sensori persepsi
20

6. Nyeri, tidak nyaman


7. Kerusakan musculoskeletal dan
neuromuscular
8. Intoleransi aktivitas
9. Depresi mood atau cemas
10. Kerusakan kognitif
11. Penurunan kekuatan otot, control, dan
massa
12. Keengganan untuk memulai gerak
13. Gaya hidup menetap, tidak fit
14. Malnutrisi umum atau spesifik
15. Kehilangan integritas struktur tulang
16. Keterlambatan perkembangan
17. Kekakuan sendi atau kontraktur
18. Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
19. Berhubungan dengan metabolisme
seluler
20. Keterbatasan dukungan lingkungan fisik
atau social
21. Kepercayaaan terhadap budaya
21

berhubungan dengan aktivitas yang tepat


disesuaikan dengan umur

2. Intoleran Aktivitas Setelah dilakukan asuhan Label NIC : Activity Therapy 1. Semakin meningkat aktivitas yang
keperawatan .x 24 jam dicapai maka semakin cepat pasien
Definisi : Ketidakcukupan energi secara 1. Anjurkan pasien untuk
diharapkan pasien dapat mandiri dalam pemenuhan
fisiologis atau psikologis dalam memenuhi meningkatkan batasan
melakukan aktivitasnya kebutuhan
aktivitas sehari hari yang dibutuhkan atau aktivitas yang dicapainya
dengan normal dengan 2. Tidak memaksakan melakukan
diperlukan. 2. Fokuskan pada aktivitas yang
kriteria hasil: aktivitas apabila pasien tidak
bisa dilakukan pasien
NOC label : Activity mampu melakukan
Batasan karakteristik: 3. Anjurkan keluarga untuk
Tolerance 3. Pasien akan terbantu dalam
1. Laporan verbal : kelelahan dan membantu memenuhi
Pemenuhan pemenuhan kebutuhan selama
kelemahan kebutuhan pasien
kebutuhan oksigen belum bisa melakukan secara
2. Respon terhadap aktivitas menunjukan 4. Kolaborasikan dengan terapis
mencukupi dalam mandiri
nadi dan tekanan darah abnormal dalam latihan pemenuhan
memenuhi aktivitas 4. Dengan adanya kolaborasi akan
3. Perubahan EKG menunjukan aritmia aktivitas
dalam batas normal lebih efektif dan efisien dalam
atau disritmia
Rata-rata TD dalam memenuhi keb.
4. Dispneu dan ketidaknyamanan
batas normal
Faktor Faktor yang Berhubungan
Rata-rata pernapasan
1. Tirah baring atau imobilisasi
dalam batas normal
2. Kelemahan secara menyeluruh
22

3. Ketidakseimbangan antara kebutuhan Warna kulit normal


dan suplai oksigen Laporan dalam
4. Gaya hidup yang menetap pencapaian
kebutuhan sehari-
hari

3. Risiko Cedera dengan faktor risiko fisik Setelah dilakukan asuhan Label NIC : Environmental 1. Untuk mengamankan pasien dari
(gangguan mobilitas) keperawatan .x 24 jam Management risiko cedera dan risiko jatuh
diharapkan pasien dapat 2. Lingkungan yang aman
Batasan karakteristik: 1. Jauhkan benda benda
terhindar dari risiko mengurangi risiko cedera bagi
berbahaya di dekat pasien
Eksternal cedera dengan kriteria pasien
seperti benda- benda kecil
1. Mode transpor atau cara perpindahan hasil:
yang menyebabkan
2. Manusia atau penyedia pelayanan
NOC label : Risk tersandung.
kesehatan (contoh : agen nosokomial)
Control 2. Buat lingkungan yang aman
3. Pola kepegawaian : kognitif, afektif, dan
bagi pasien, dengan
faktor psikomotor Pasien mengetahui
lingkungan yang nyaman,
4. Fisik (contoh : rancangan struktur dan faktor risiko cedera
mengurangi benda- benda
arahan masyarakat, bangunan dan atau Pasien dapat
(furniture) yang dapat
perlengkapan) mengetahui
bergerak.
5. Nutrisi (contoh : vitamin dan tipe perilakunya yang
23

makanan) dapat memicu cedera


6. Biologikal ( contoh : tingkat imunisasi
dalam masyarakat, mikroorganisme)
Kimia (polutan, racun, obat, agen

Internal
1. Psikolgik (orientasi afektif)
2. Mal nutrisi
3. Bentuk darah abnormal, contoh :
leukositosis/leukopenia, perubahan faktor
pembekuan, trombositopeni, sickle cell,
thalassemia, penurunan Hb, Imun-
autoimum tidak berfungsi.
4. Biokimia, fungsi regulasi (contoh : tidak
berfungsinya sensoris)
5. Disfugsi gabungan
6. Disfungsi efektor
7. Hipoksia jaringan
8. Perkembangan usia (fisiologik,
psikososial)
9. Fisik (contoh : kerusakan kulit/tidak utuh,
24

berhubungan dengan mobilitas)

D. EVALUASI

Evaluasi dilakukan setelah melaksanakan implementasi keperwatan. Indikator keberhasilan dari implementasi adalah tercapinya

NOC (Nursing outcome) sesuai dengan kriteria hasil pada masing-masing diagnosa
25

BAB IV

ANALISA JURNAL

A. Analisa Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penilitian ini adalah semua pasien frozen shoulder yang
ditemukan di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar yakni sebanyak 20
orang dan keseluruhan populasi dijadikan sampel pada penelitian.
2. Intervention
Instrumen pada penelitian ini adalah kuesioner melalui wawancara langsung
dengan responden dan observasi untuk mengetahui nilai ROM Pasien
sebelum dan setelah (Pre-Post Test) diberikan intervensi pada masing-
masing perlakuan. Latihan diberikan 3 kali seminggu dengan durasi 10
menit.
3. Compare
Dalam jurnal penelitian ini, peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol
akan tetapi menggunakan 2 kelompok Perlakuan yaitu kelompok perlakuan
traksi-translasi 10 orang dan kelompok perlakuan Codmans Pendulum
exercise 10 orang.
4. Output
Penggunaan traksi tranlasi lebih efektif dibanding Codmans Pendulum
Excercise dalam meningkatkan ROM shoulder pada Penderita Frozen
Shoulder dengan nilai untuk Trkasi Translasi pada abduksi 17,80, exorotasi
13,70 dan endorotasi 14,80 dengakan nilai pada Codmans Pendulum
Excercise abduksi 8,50, excorotasi 7,00 dan endorotasi 8,50.
B. Critikal Apraisal For Quantitative Research
1. Judul dan Abstract
Judul Jurnal sesuai dengan Isi Jurnal yaitu Efektifitas anatar Traksi
Tranlasi dengan Codmans Pendulum excercise terhadap peningktan Range
of Motion (ROM) Shoulder pada penderita frozen shoulder.
26

a. Tujuan umum disebutkan sepintas pada Abstrak (untuk mengetahui


efektifitas dintara traksi-tranlasi dan Codmans Pediculum Excercise)
dan Khusus tidak dijelaskan dalam Jurnal
b. Abstrak memberikan informasi tidak lengkap dimana pada Abstrak
hanya dijabarkan tujuan umum, jenis penelitian, Metode, tempat, jumlah
sampel, hasil dan kesimpulan dan tidak terdapat latar belakang pada
Abstrak.
2. Justifikasi, Metode dan desain
a. Di dalam jurnal pada latar belakang tidak dijelaskan secara lengkap
alasan melakukan penelitian.
b. Tinjauan pustaka dalam jurnal cukup.
c. Sumber referensi jurnal tidak menggunakan refernsi 5 tahun terkahir,
terdapat beberapa sumber jurnal dibawah tahun 2000.
d. Hipotesis dalam penelitian ini tidak dicantumkan.
e. Penelitian menggunakan quasi eksperiment dengan pre-post test.
3. Sampling
Sampel pada penelitian ini sebanyak 20 orang dengan metode pengambilan
sampel total sampling dimana keseluruhan populasi dijadikan sampel. Tidak
dijelaskan kriteria inklusi dan ekslusi pada jurnal.
4. Pengumpulan data
Cara pengumpulan data dijelaskan dimana data sekunder didapatkan dari
rekam medik di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar dan data primer
dari hasil wawancar. Pengambilan data dengan pengisian lembar observasi
dalam bentuk daftar isian, melalui observasi pada rekam medik pasien dan
dengan pengisian kuesioner melalui wawancara langsung dengan
responden. Perlakuan diberikan 3 kali seminggu dengan durasi 10 menit
untuk masing-masing latihan. Pada jurnal tidak dijelaskan detail instrumen
yang digunakan. Di dalam jurnal juga tidak dijelaskan Validitas dan
Reabilitas instrumen.
5. Pertimbangan Etik
a. Ethical approval dari komite etik di dalam jurnal tidak dijelaskan.
b. Tidak dijelaskan dalam jurnal tentang informed consent.
27

6. Analisa data dan hasil


a. Hasil penelitian tidak disampaikan dengan jelas, tidak ada tabel pada
hasil penelitian, jurnal hanya menunjukkan interpretasi dari masing-
masing tabel.
b. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang bermakna terhadap
peningkatan ROM Shoulder pad pemberian Traksi-Translasi dengan nilai
p untuk abduksi shoulder = 0,005<0,05, exorotasi shoulder p =
0,004<0,05 dan endorotasi shoulder p = 0,004<0,05.
c. Hasil perlakuan Codmans Pedulum Excercise nilai p untuk komponen
gerak abduksi, exorotasi dan endorotasi shoulder adalah p = 0,004<0,05.
7. Hasil dan Keterbatasan Penelitian
a. Hasil pada penelitian dapat digunakan pada perawat dan fisioterapis
b. Keterbatasan dalam penelitian dijelaskan bahwa sebelum diberikan
perlakuan responden diberikan terapi modalitas fisioterapi seperti elektro
therapy, sehingga intervensi yang diberikan tidak semurni perlakuan
semata.
c. Dalam jurnal tidak dijelaskan tentang saran penelitian selanjutnya.
d. Implikasi dalam penelitian ini adalah diberikannya latihan Traksi-
Translasi pada Pasien dengan Frozen Shoulder untuk meningkatkan
rentang geraknya (ROM)
8. Hubungan hasil penelitian dengan kondisi riil di klinis atau di lapangan
Belum ada sumber yang mengatakan bahwa terapi Traksi Tranlasi sudah
diterapkan di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar
9. Kelebihan jurnal
a. Penelitian memberikan intervensi pada responden dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa kedua intervensi meningkatkan ROM pasien. Dan
jurnal menunjukkan bahwa terapi Traksi Tranlasi lebih efektif dalam
meningkatkan ROM pasien dibandingkan Codmans Pendulum exercise.
b. Metode penelitian diuraikan cukup jelas yaitu sampel, tempat penelitian,
Desain dan Metode Pengumpulan Data.
c. Pembahasan dilegkapi dengan referensi yang jelas.
d. Kesimpulan penelitian diuraikan dengan jelas
28

e. Jurnal dilengkapi denga gambar Frozen Shoulder Exercise.


10. Kekurangan jurnal
a. Pada abstrak penelitian tidak ditampilkan latar belakang penelitian
b. Pada bagian pendahuluan tidak dilengkapi dengan alasan mengapa
penelitian dilakukan
c. Jurnal tidak menjelaskan manfaat penelitian
d. Pada metode penelitian tidak dijelaskan bagaimana jalannya penelitian
e. Jurnal tidak menjelaskan kriteria inklusi dan ekslusi sampel
f. Penelitian tidak mencantumkan instrumen yang jelas untuk pengukuran
tingkat rentang gerak (ROM)
g. Jurnal tidak dielngkapi penjelasan tentang etik penelitian dan informed
consent
h. Hasil dan alisa data hanya menunjukkan interpretasi dari tabel hasil
penelitian, dan tidak dilengkapi dnegan tabel hasil penelitain.
i. Jurnal tidak dilengkapi dengan saran
29

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
2. Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh
3. Sistem yang berperan aktivitas dan latihan meliputi: tulang, otot, tendon
dan ligamen serta syaraf.
4. Beberapa teknik dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan seperti
Latihan ROM, pengaturan Posisi, Ambulasi Dini dll.
5. Proses keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan
terdiri dari Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implemetasi dan Evaluasi.
B. SARAN
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa keperawatan agar lebih
memahami konsep asuhan keperawatan pada Kebutuhan Aktivitas dan
Latihan serta dapat melakukan pengkajian, diagnosa, dan perencanaan yang
benar mengenai pemenuhan kebutuhan Aktivitas dan Latihan pasien sehingga
dalam memberikan asuhan keperawatan dapat dengan tepat dilakukan.
30

DAFTAR PUSTAKA

Adi W. Gunawan. 2004. Genius Learning Strategy. Jakarta : Gramedia Pustaka


Utama

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses


Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika

Gunawan, Adi. 2001. MekanismedanMekanikaPergerakanOtot.INTEGRAL, vol.


6, no. 2. Jakarta

Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008.Nursing Outcomes Classification


Fifth Edition. Mosby, Inc : Missouri.

Mubarak, W.I., Chayatin, N. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori
dan Aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGC

McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention Classification Fifth


Edition. Mosby, Inc : Missouri.

NANDA International. 2013.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012-2014.Jakarta:EGC

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta :
EGC

Tucker, Susan, Mary, Eleaner, Majorie. 1998.Standar perawatan pasien : proses


keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Jakarta : EGC

Towarto, Wartonah. 2007. KebutuhanDasar& Prose Keperawatan Edisi 3.


Jakarta: Salemba Medika.

You might also like