You are on page 1of 16

Q: Bagaimana caranya menjadi Widyaiswara?

A: Sesuai dengan PERMENPAN Nomor 14 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan
Angka Kreditnya dijelaskan bahwa untuk menjadi Widyaiswara terdapat beberapa tahapan sebagai
berikut:

1. Calon Widyaiswara (Cawid) mengajukan permohonan dan keinginannya untuk menjadi


Widyaiswara kepada Instansinya.
2. Seleksi internal Cawid oleh instansi yang meliputi minat, kompetensi, persyaratan administrasi
dan sikap calon (usia maksimal 50 tahun pada saat diangkat sebagai Pejabat Fungsional
Widyaiswara).

3. Surat usulan mengikuti Diklat Cawid dan Seleksi serta Rencana Penempatan Cawid dari Bupati,
Walikota, Gubernur dan Biro Kepegawaian/Pusdiklat Departemen dilampiri berkas persyaratan
calon Widyaiswara ke Kepala LAN.

4. LAN menerima surat usulan dan berkas persyaratan administrasi.

5. LAN menyeleksi kelengkapan berkas dan persyaratan administrasi.

6. LAN memanggil calon peserta melalui instansi untuk mengikuti Diklat Calon Widyaiswara

7. Cawid mengikuti Diklat Calon Widyaiswara (Program Umum) dan melakukan paparan
spesialisasi (Program Khusus) untuk mengetahui kompetensi dikjartih yang dipersyaratkan.

8. Apabila Cawid lulus, LAN mengirim Surat Rekomendasi ke instansi untuk mengangkat calon
Widyaiswara menjadi Widyaiswara (Tembusan kepada BKN dan Kantor Anggaran)

9. Apabila Cawid tidak lulus, LAN mengirim Surat Non-Rekomendasi ke instansi.

10. Cawid dapat mengulang sekali lagi dengan mengajukan surat pengusulan kembali (hanya
mengikuti Program Khusus)

Q: Apa saja berkas persyaratan administrasi yang harus dilengkapi dalam seleksi Cawid (Program
Khusus)?
A: Berkas persyaratan administrasi meliputi:

1. Surat usulan dari Pejabat Pembina Kepegawaian di Instansi dan rencana penempatan Cawid
ke Kepala LAN-RI
2. Cawid Lulus Diklat Calon Widyaiswara (Program Umum)

3. Berijazah serendah-rendahnya sarjana/Diploma IV dari Perguruan Tinggi terakreditasi

4. Mengisi Lembar Biodata dari LAN

5. Usia Maksimal 50 tahun pada saat SK Pengangkatan

6. SK Pengangkatan/pemberhentian dalam jabatan terakhir

7. Melengkapi Daftar Riwayat Hidup (DRH), DP-3 terbaru, Ijazah/ Sertifikat/ STTPP/Copy SK
kegiatan ilmiah/Diklat-diklat Lainnya

8. Rencana Kerja Diklat individu

9. Program Diklat satu tahun berjalan di Unit Diklat sesuai rencana penempatan (disahkan oleh
instansi)

10. Surat Keterangan Pengalaman mengajar di Diklat-diklat PNS (apabila ada)

11. KTI yang pernah dibuat/disusun/diterbitkan (apabila ada)

12. Menentukan minimal 2 (dua) Spesialisasi Diklat (satu untuk paparan, yang lainnya sebagai
cadangan jika mengulang)

13. Melengkapi sebanyak 2 (dua) rangkap bahan seleksi yang akan dipaparkan, dan 1 (satu)
rangkap spesialisasi yang tidak dipaparkan yang meliputi: RBPMD, RP, Bahan Ajar/Modul, dan
Copy transparansi (Slides/OHT)

14. Melampirkan 2 (dua) lembar pasfoto berwarna terbaru dengan latar belakang merah ukuran
3x4 cm
15. Melampirkan DUPAK Calon Widyaiswara dari Instansi ke LAN

Q: Berapa lama pelaksanaan Diklat Cawid (Program Umum) dan Seleksi/Uji Kompetensi (Program
Khusus)?
A: 28 (dua puluh delapan hari) efektif untuk Diklat Cawid dan 2 (dua) hari efektif untuk Seleksi/Uji
Kompetensi Cawid (Program Khusus).

Q: Kapan Diklat Cawid (Program Umum) dan Seleksi/Uji Kompetensi (Program Khusus)
diselenggarakan?

A: Diklat Cawid (Program Umum) dan Seleksi/Uji Kompetensi (Program Khusus) yang diselenggarakan
oleh Direktorat Pembinaan Widyaiswara pada tahun berjalan akan diumumkan melalui Surat Deputi
Bidang Pembinaan Diklat Aparatur LAN dan diinformasikan juga di website.

Q: Mengapa Cawid diharuskan menyusun dan menyerahkan DUPAK?


A: Salah satu persyaratan rekomendasi pengangkatan Cawid adalah DUPAK (Daftar Usulan Penetapan
Angka Kredit). Berdasarkan DUPAK, tim penilai akan menetapkan Angka Kredit untuk menentukan
jenjang Jabatan dan Golongan Widyaiswara yang bersangkutan.
Q: Mengapa Jenjang Jabatan Widyaiswara dalam Surat Rekomendasi Cawid tidak selalu sesuai dengan
Jenjang Jabatan PNS organik Cawid?
A: Jenjang Jabatan Widyaiswara tidak ditentukan oleh Jenjang Jabatan PNS organik, melainkan oleh
Angka Kredit yang diusulkan Cawid dalam DUPAK. Jenjang Jabatan dan Angka Kredit Kumulatif yang
harus dikumpulkan untuk tiap jenjang diatur dalam Pedoman Kepala LAN No 1 Tahun 2006 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya.
Q: Saya sudah mengikuti Diklat Cawid (Program Umum) tetapi belum mengikuti Seleksi/Uji Kompetensi
(Program Khusus). Dapatkah saya hanya mengikuti Seleksi/Uji Kompetensi (Program Khusus)?
A: Ya. Cawid yang lulus Diklat Cawid (Program Umum) dapat mengikuti hanya Seleksi/Uji Kompetensi
(Program Khusus) saja, selama memenuhi persyaratan yaitu (i) belum melewati jangka waktu 2
(dua) tahun sejak tanggal penerbitan STTPP Diklat Cawid; (ii) menyerahkan 2 (dua) rangkap bahan
seleksi yang dipaparkan dan 1 (satu) rangkap bahan seleksi cadangan.
Q: Dapatkah PNS yang sudah menjadi Pejabat Fungsional Widyaiswara kemudian diangkat menjadi
Pejabat Struktural atau sebaliknya?
A: Ya. Seorang PNS dimungkinkan untuk pindah jabatan dari struktural ke fungsional ataupun
sebaliknya. Seorang Widyaiswara yang diangkat menjadi pejabat struktural harus diberhentikan
sementara dari jabatan Widyaiswara dengan SK Pemberhentian Sementara dari Pejabat Pembina
Kepegawaian Instansi, agar di kemudian hari dapat diangkat kembali menjadi Widyaiswara sesuai
dengan jenjang dan angka kredit terakhir pada saat diberhentikan.

Q: Saat ini saya menduduki jabatan fungsional selain Widyaiswara


(Guru/Dosen/Penyuluh/Instuktur/dst). Dapatkah saya beralih menjadi Widyaiswara?

A: Ya. Sebagaimana yang diatur dalam PERMENPAN 14/2009 Pasal 26, Widyaiswara dapat diangkat dari
jabatan lain (struktural maupun fungsional) sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan,
diantaranya usia paling tinggi adalah 50 tahun; berijazah paling rendah S1 atau DIV; dan pangkat
paling rendah adalah Penata Muda (III/a).
Masih ada hal-hal lain yang ingin ditanyakan?
Silakan kirim pertanyaan Anda melalui e-mail ke info@ditbin-widyaiswara.or.id atau
Klik disini untuk menghubungi kami

Direktorat Pembinaan Widyaiswara LAN 2009 - 2011

Profesi Widyaiswara
Posted on Mei 29, 2007 by paknewulan| 60 Komentar

Widyaiswara.?! Apa itu Widyaiswara?! Demikian beberapa pertanyaan pernah diajukan pada saya.misalnya dari saudara Paijo dan
Pak Guru Urip..sampai saat ini belum pernah saya jawab secara khusus.kalau Bahasa Inggrisnya sih Trainer.atau pelatih.dan ini
mengacu juga pada jenis-jenis diklat yang diperuntukkan bagi para widyaiswara.yang sering disebut sebagai TOT atau Training Of
Trainers.jadi widyaiswara adalah pelatih khan.?! Tidak persis begitu sih.tetapi mirip-mirip lah.cuman kalau widyaiswara itu istilah
pelatih pada lingkungan pemerintahan.kalau saya sendiri sih sebenarnya pengen disebut guru.seperti juga profesi ayah dan ibu
kandungku yang juga merupakan seorang guru..dan sebenarnya cita-citaku juga.hanya saja kadung ngambilnya kuliah salah jurusan
maklum anak SMA..gengsi kalau cita-citanya cuman jadi guru.begitu nyadar agak salah jurusan trus biar agak mirip-mirip guru ya
mbelok dikit.pengen jadi Dosen gitutapi gak ada Universitas yang mau nerima.trus kesasar nglamar PNS sebagai
widyaiswara..tanpa tahu apa itu widyaiswara.yaapa sih sebenarnya Widyaiswara itu?!

Kalau definisi yang sering dimuat dari berbagai peraturan yang dikeluarkan Lembaga Administrasi Negara (LAN) tentang Widyaiswara
adalah Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab,
wewenang untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih Pegawai Negeri Sipil pada Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Pemerintah.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada empat tingkatan widyaiswara, yakni : Widyaiswara Pertama (untuk PNS golongan III/a dan III/b);
Widyaiswara Muda (untuk PNS golongan III/c dan III/d); Widyaiswara Madya (untuk PNS golongan IV/a, IV/b dan IV/c); serta
Widyaiswara Utama (untuk PNS golongan IV/d dan IV/e).

Dalam acara sosialisasi kebijakan pembinaan widyaiswara yang diselenggarakan oleh BKD Provinsi Jawa Tengah, terungkap bahwa profesi
widyaiswara merupakan profesi yang mulia dan menjadi ujung tombak pembinaan SDM aparat pemerintah. Lebih lanjut Ibu Emma
narasumber dari Direktorat Pembinaan Widyaiswara LAN-RI mengungkapkan bahwa widyaiswara secara harfiah artinya adalah
pembawa kebenaran (atau suara yang baik, dari kata widya=baik, dan iswara=suara), sehingga diharapkan para widyaiswara dapat
menjadi suara kebenaran bagi para PNS..mengajarkan nilai-nilai luhur yang harus dimiliki seorang PNS.agar menjadi PNS yang
profesional, jujur, berakhalak mulia mau melayani masyarakat tanpa pamrihWahjadinya profesi widyaiswara kayaknya mulia
banget ya.?!
Harusnya sih begitu.tetapi dari narasumber kedua, Bapak Agus Ali dari Badan Diklat, yang kebetulan termasuk guru saya
juga.terungkap bahwa profesi widyaiswara selama ini banyak dipakai sebagai pelarian para pejabat tinggi guna memperpanjang masa
pensiun.karena usia pensiun wdyaiswara adalah 60 tahun atau untuk golongan IV/d dan IV/e bisa sampai 65 tahun..tetapi dengan
peraturan LAN yang baru, hal itu dapat diminimalisir.yakni dengan membatasi usia maksimal seorang pegawai yang mendaftar sebagai
widyaiswara adalah 50 tahun..Dengan lebih mudanya usia widyaiswara, diharapkan akan muncul wdyaiswara-widyaiswara yang
profesional.mengingat profesi ini tidak lagi sebagai sebuah ajang pelarian melainkan sebagai suatu pilihan profesi.

Lebih lanjut Bapak Agus Ali menuturkan bahwa di Jawa Tengah profesi widyaiswara dianggap sebagai profesi yang mulia dan dihormati
hanya sebatas mulut atau konsep saja.tetapi kenyataannya tidaklah demikian..Ada beberapa alasan beliau mengungkapkan hal tersebut,
yaitu :

1.Profesi Widyaiswara masih menjadi tamu di rumahnya sendiri


Widyaiswara pada prinsipnya merupakan orang yang ahli dalam bidang kediklatan. Dalam Permenpan 66 tahun 2005 disebutkan bahwa
tugas widyaiswara yang dapat dipergunakan untuk mencari angka kredit ada 23 macam dan seluruhnya terkait erat dengan masalah
kediklatan. Sebagai seorang yang ahli dalam masalah kediklatan sudah sepantasnya widyaiswara menjadi pimpinan sebuah lembaga
kediklatan. Tetapi kenyataannya belum pernah ada seorang widyaiswara yang dipercaya untuk mengepalai Badan Diklat Profinsi Jawa
Tengah. Alasan kedua, sebagaian besar widyaiswara selama ini hanya difungsikan khusus dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
saja.sedangkan proses manajemen kediklatan lain, mulai perencanaan, penganggaran, desain kurikulum, modul, desain ruang belajar
mengajar, termasuk penyediaan sarana prasarana, juga monitoring dan evaluasi diklat.para widyaiswara itu jarang dilibatkan.Sehingga
wajar banyak widyaiswara yang kurang menguasai masalah kediklatan. atau seolah-olah menjadi tamu di rumahnya sendiri..dengan
berpedoman widyaiswara merupakan penghuni tetap lembaga diklat.dibanding para staf struktural yang mengalami proses tour of duty
dan tour of area ke dinas/instansi lain

2.Kesejahteraan Widyaiswara kurang diperhatikan


Yang paling jelas adalah insentif bulanan seorang widyaiswara masih disamakan dengan insentif yang diterima oleh seorang staf..
alasannya widyaiswara sudah mendapatkan honor pada saat mengajar..sebuah alasan logis yang berasaskan keadilan yang tanpa sengaja
juga membiasakan profesi seorang widyaiswara..Disamping itu.SPPD akan diberikan pada PNS jika mereka melakukan tugas lain di
luar daerah..tetapi widyaiswara saat mengajar ke daerah tidak pernah disangoni dengan SPPD..dengan alasan uang sangu ke daerah
telah disediakan dalam bentuk honor mengajar..Padahal perlu diketahui, para pimpinan Badan Diklat selama ini belum pernah
mengeluarkan standar honor bagi widyaiswara.Akibatnya antara kabupaten yang satu dengan kabupaten lain di Jawa Tengah,
mengeluarkan standar honor yang bervariasi.sehingga dapat dihitung berapa yang diterima seorang widyaiswara jika dia harus
mengajar 6 Jam Pelajaran dengan standar honor 30 ribu.plus potong pajakplus potong biaya perjalanan pulang pergisangat
menyedihkan!! Jadi jangan heran kalau kita melihat seorang widyaiswara yang katanya terhormat itu..harus ngirit dengan naik kereta
api, bus ekonomi atau malah ngojek

3.Kurangnya pembinaan terhadap widyaiswara


Idealnya seorang widyaiswara, disamping mengajar dia juga harus serng belajar..baik melalui buku-buku maupun dengan ikut diklat-
diklat..Tetapi kenyataannya.belum tentu seorang widyaiswara sekali dalam setahun dikirimkan untuk mengikuti diklat.sehingga
tambah lama menjadi widyaiswara seseorang bukannya makin pinter.tetapi makin katrok alias makin ketinggalan jaman.

Demikianlah sekilas mengenai profesi widyaiswara yang masih penuh perjuangan agar bisa eksis dan lebih dikenal luas.sekaligus
dihormati tentunya..Dan bagi saya yang masih muda ini kondisinya mungkin bisa lebih parah lagi.seperti iklan rokok yang muda yang
tidak dipercaya...begitulah kira-kira kondisi saya.yang masih harus sering ngalah plus nrimo dengan jam mengajar yang sedikit
karena masih bodoh.belum banyak pengalamanatau pangkatnya belum nyampek untuk ngajar para pejabat

Indikator Kompetensi Mengajar Widyaiswara


Posted on Juni 14, 2011 by paknewulan| 5 Komentar

Bulan April kemaren saya sempet ikut Diklat AKD (Analisis Kebiutuhan Diklat) di LAN-Bandung. Banyak temen yang protes dengan
keikutsertaan saya pada diklat tersebut, termasuk sang koordinator WI: Bapak Sigit Marhen. Bukan apa-apa, saya sudah dianggap mampu
dalam materi AKD. Sudah sering melakukan AKD di instansi Provinsi Jawa Tengah dan bahkan sudah beberapa kali ngajar materi tersebut.
Dengan kata lain, keberadaan saya dalam diklat dianggap menyalahi prinsip diklat itu sendiri yang pada dasarnya berupaya untuk
menutupi diskrepansi (kesenjangan) kompetensi.

Sebenarnya sih saya juga tahu bahwa saya sudah tidak masanya lagi ikut Diklat AKD dan seharusnya sudah mulai menulis buku atau karya
tulis lainnya yang terkait dengan AKD. Bahkan saya sendiri juga heran kenapa manajemen koq menugaskan saya untuk ikut diklat AKD,
walau kemudian diketahui bahwa saya pada awal tahun tercatat mendaftarkan diri untuk ikut diklat tersebut. Nggak tau kenapa saya waktu
itu ikut ngisi edaran diklatyahmungkin waktu itu pikiran saya pengen ikut diklat guna melengkapi kurikulum vitae saya yang sebagai
salah satu praktisi dan pengajar AKD tanpa pernah ikut Diklat AKD. Siapa tahu saat proses sertifikasi WI di 2014, kompetensi saya sebagai
pakar AKD dipertanyakan. walau alasan persisnya juga lupa berat lah.hehehe

Yang jelas prinsip yang saya pegang selama mengikuti diklat itu enjoy saja.gak usah pengen nuntut macem-macem, semisal dapat ilmu
hebat lah, dapet ranking lahpokoke melu gitu saja. Sekalian ikut menikmati suasana kota Bandung yang abidin he..hehe Apalagi kata
temen-temen, LAN-Bandung punya trade mark yang menarik yakni Diklat ples wisata kuliner diseputar Bandung. wuiih.bayangkan aja
udah ngiler Yah minimal dapet refreshingnya gitu.walau kemudian saya malah dapat bonus karena malah disana saya berhasil
menyusun standar kompetensi mengajar seorang WIBukan kerja individual sih, saya susun bersama temen-temen satu kelompok kecil,
tapi khan malah bagus to?! Penasaran.?! (moga-moga lah masih suka ngunjungi blog ini walau sudah kurang populer ples sayanya yang
lama banget gak pernah ngisi.)

Dari hasil diskusi ketemu dua standar kompetensi mengajar seorang Widyaiswara. Pertama, WI harus menguasai metode
pengajaran yang efektif. Efektif disini tentu saja mengacu pada prinsip komunikasi yang efektif dimana pesan yang diterima = pesan
yang dikirim. Prinsip ini penting karena seorang WI harus mampu menyampaikan materi secara tepat pada peserta. Kedua, WI harus
menguasai teknik pengajaran yang interaktif. Interaktif disini kami terjemahkan secara bebas dengan bahasa yang lebih keren
daripada sekedar teknik pengajaran yang menarik, walau tujuannya untuk itu. Dua kompetensi itu penting dimiliki seorang WI dalam
mengajar dengan alasan jangan sampai tujuan pengajaran tidak tercapai. Yang pertama bukan karena WI tidak menguasai materi tetapi
hanyalah gara-gara pesertanya ngantuk akibat gaya WI yang tidak menarik. Di sisi lain, jangan pula WI terlalu menarik sehingga terkesan
ngartis banget alias begitu menghibur peserta sementara konten materi kedodoran.

Dari dua kompetensi tersebut kemudian disusun suatu indikator kompetensi mengajar Widyaiswara. Ada 4 indikator yang harus dipenuhi
seorang WI yang memiliki kompetensi mengajar menguasai metode pengajaran yang efektif antara lain :

1. Materi yang disampaikan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini peserta boleh dibuka wawasannya
kemana-mana hanya saja TPU dan TPK harus tetap disampaikan.

2. Penggunaan Bahasa yang mudah dimengerti peserta. Penggunaan Bahasa Inggris ples bahasa intelek lainnya memang akan
bikin WI terlihat keren dimata peserta. Hanya saja hal itu akan mubazir jika diberikan semisal pada peserta prajabatan golongan I dan II
yang notabene pendidikannya relatif rendah.

3. Peserta memahami materi yang disampaikan. Tentu saja bukan dengan sebuah pertanyaan retorik semisal Apakah Anda
pahaamm?! karena pasti jawabannya dengan kompak pastilah akan bilang ppaaahhaaaammmm..! akibat malu dikatain gak
mudhengan sama WI-nya. Evaluasi-evaluasi lisan terkait pengertian materi selama proses maupun di akhir sesi pembelajaran, rasanya
lebih tepat dilakukan guna mengukur pemahaman peserta terhadap materi

4. Peserta mampu menyelesaikan tugas yang diberikan. Apalagi jika materi yang diberikan mengandung banyak muatan praktik
maka peserta harus lebih sering diajak mencoba dan mengerjakan daripada diberi teori yang berbusa-busa.

Ada 5 indikator yang harus dipenuhi seorang WI yang memiliki kompetensi mengajar menguasai teknik pengajaran yang interaktif antara
lain :

1. WI memakai metode pembelajaran yang bervariasi. Ceramah yang terlalu lama akan bikin peserta bosan. Dalam Diklat
Prajabatan biasanya WI selalu memvariasinya dengan metode diskusi hingga kadang tiada hari tanpa diskusi. Mungkin metode lain juga
perlu dicobakan semisal simulasi, brain storming, bermain peran, debat, praktik
2. Peserta aktif dalam proses pembelajaran. Hal itu salah satunya bisa dilihat dari aktifnya peserta bertanya kepada WI. Juga dari
antusiasnya peserta dalam melakukan diskusi dan presentasi. Prinsipnya adalah proses pembelajaran yang learner centred dan tidak
sekedar trained centred

3. Pemakaian media pembelajaran yang menarik. Yang jelas WI kudu menguasai teknik pembuatan slide presentasi yang menarik,
baik dari segi tampilan, kombinasi warna, maupun background yang memikat. Perlu dipertimbangkan juga media pembelajaran lain diluar
basis komputer dan power point semata. Ini penting untuk mengantisipasi jika listrik tiba-tiba mati atau trouble pada peralatan yang
dibawa

4. Pemakaian Ice Breaking yang efektif. Kalau bisa sih berupa cerita, game yang selaras dengan tema materi dan tidak sekedar
nyanyi-nyanyi gak jelas yang biasanya menjadi andalan para WI. Mungkin kita harus ingat bahwa pelajarannya bukanlah pelajaran seni
suara hingga nyanyinya jangan berlebih

5. Menguasai Teknik Komunikasi yang menarik. Prinsipnya adalah kata-kata hanyalah 7%, nada suara 38%, sedangkan 55% adalah
body languange

Dari indikator kompetensi tersebut, kemudian kita susun menjadi sebuah kuesioner dengan menambahkan skala mulai dari: sangat
bagus, bagus, cukup, kurang dan tidak bagus. Iseng-iseng kami sekelompok menjadikan para pengajar Diklat AKD sebagai objek isian.
Sebuah ide yang langsung ditolak Pak Rahmattapi langsung tersipu-sipu gembira saat mengetahui hasil isian menunjukkan bahwa
beliaulah pengajar terbaik di kelas kami. Bagaimana Pak Rahmat.? Kayaknya pada diklat kali ini, Bapak memang terlihat tampil lebih
prima daripada saat bertemu pertama kali pada Diklat Desain Diklat yang diselenggarakan di Pusdiklat Pos Bandung pada tahun 2006 lalu.
God Job Mr. Anda memang tampil beda kali ini.

PERATURAN MENTERI NEGARA


PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
(PERMENPAN) NOMOR 14 TAHUN 2009
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL
WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA
Setelah cukup lama ditunggu oleh banyak pihak, khususnya
Widyaiswara, Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara (PERMENPAN) Nomor 14 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya akhirnya
ditandatangani oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara pada tanggal 25 September 2009.

Perubahan PERMENPAN tersebut tentunya dilandasi oleh suatu


kajian yang mendalam mengenai pelaksanaan dan evaluasi
pelaksanaan peraturan tersebut di lapangan yang dilakukan oleh
LAN sebagai instansi pembina jabatan fungsional Widyaiswara.

Berdasarkan hasil kajian dan memperhatikan kelemahan-kelemahan dari pasal-pasal dalam Peraturan MENPAN Nomor
PER/66/M.PAN/6/2005 ditemui sejumlah permasalahan sebagai berikut:

1. Hal yang paling mendasar adalah belum diaturnya ketentuan mengenai Kompetensi Widyaiswara dan Spesialisasi
Widyaiswara, padahal kedua ketentuan ini merupakan hal yang paling mendasar dalam pengembangan karir
Widyaiswara.
2. Ketentuan mengenai Diklat Teknis belum tercantum secara jelas dalam Peraturan MENPAN dimaksud, sehingga
menghambat Widyaiswara dalam pengembangan kompetensi teknis atau spesialisasinya dan perolehan angka
kredit Widyaiswara secara proporsional.

3. Penjenjangan kegiatan yang ditetapkan dalam Peraturan MENPAN adalah kendala utama dalam pengumpulan
angka kredit Widyaiswara.

4. Terungkap suatu realitas yang mengindikasikan belum mampunya peraturan tersebut mengakomodir secara
proporsional hak dan kewajiban Widyaiswara.

5. Ketentuan yang terdapat dalam Peraturan MENPAN dimaksud masih belum jelas, sehingga menimbulkan
munculnya multi persepsi yang berujung pada tidak seragamnya penerapan peraturan.

Menyikapi perkembangan yang terjadi di lapangan, LAN melakukan pembahasan dengan pihak-pihak MENPAN, dan BKN
guna merumuskan perubahan PERMENPAN Nomor PER/66/M.PAN/6/2005 tersebut. Namun demikian, ternyata
perubahan tersebut bukanlah suatu hal yang sederhana. Setelah dilakukan pembahasan selama kurang lebih dua tahun,
akhirnya disepakati payung kebijakan sebagai pengganti PERMENPAN Nomor PER/66/M.PAN/6/2005.

Beberapa perubahan pokok yang terdapat dalam


PERMENPAN Nomor 14 Tahun 2009 dibandingkan
dengan PERMENPAN Nomor PER/66/M.PAN/6/2005
antara lain sebagai berikut:
PERMENPAN Nomor
PERMENPAN Nomor 14
Substansi Perubahan PER/66/M.PAN/6/2005
Tahun 2009
Tahun 2005

Definisi Lembaga Diklat Sebagai pengelola diklat Disamping sebagai pengelola


diklat juga sebagai
pengembangan SDM

Standar Kompetensi Belum diatur Diatur mengenai Standar


Widyaiswara Kompetensi Widyaiswara yang
meliputi:

1. Kompetensi
Pengelolaan
Pembelajaran;
2. Kompetensi
Kepribadian;

3. Kompetensi Sosial; dan

4. Kompetensi Substansi
Ruang Lingkup Tugas Mendidik, mengajar dan melatihDiubah menjadi melakukan
Widyaiswara PNS tugas mendidik, mengajar dan
melatih PNS dan Non-PNS
sepanjang menjadi tupoksi
lembaga diklat yang
bersangkutan

Penjenjangan Diklat dan Widyaiswara bertugas Widyaiswara bertugas mendidik,


Sertifikasi mendidik, mengajar, dan mengajar dan melatih sesuai
melatih pada jenjang diklat dengan kompetensinya yang
sesuai dengan jenjang dibuktikan dengan sertifikasi
jabatannya

Batas Usia Pengangkatan Batas usia paling tinggi pada Untuk memenuhi formasi
Pertama dalam Jabatan saat SK Pengangkatan Widyaiswara Diklatpim Tk I dan
Widyaiswara diterbitkan adalah 50 tahun II diperbolehkan di atas 50
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 59 TAHUN 2007
TENTANG
TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL
WIDYAISWARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan
secara penuh dalam Jabatan Fungsional Widyaiswara, perlu
diberikan tunjangan jabatan fungsional yang sesuai dengan
beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a dan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu
mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Widyaiswara dengan
Peraturan Presiden;
Mengingat :
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974
Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3890);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan
Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1977 Nomor II, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3098) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2007
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 25);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3547);
5. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL
WIDYAISWARA.
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan Tunjangan
Jabatan Fungsional Widyaiswara, yang selanjutnya disebut dengan
Tunjangan Widyaiswara adalah tunjangan jabatan fungsional yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan
secara penuh dalam Jabatan Fungsional Widyaiswara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 2
Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara
penuh dalam Jabatan Fungsional Widyaiswara, diberikan tunjangan
Widyaiswara setiap bulan.
Pasal 3
Besarnya tunjangan Widyaiswara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Presiden
ini.
Pasal 4
(1) Tunjangan Widyaiswara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
diberikan terhitung mulai tanggal l Januari 2007.
(2) Sejak mulai tanggal pemberian tunjangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), bagi Pegawai Negeri Sipil yang telah menerima
tunjangan Widyaiswara berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 52
Tahun 2006 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Widyaiswara,
kepadanya hanya diberikan selisih kekurangan besarnya
tunjangan Widyaiswara.
Pasal 5
Pemberian tunjangan Widyaiswara dihentikan apabila Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diangkat dalam jabatan
struktural atau jabatan fungsional lain atau karena hal lain yang
mengakibatkan pemberian tunjangan dihentikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan
Presiden ini, diatur oleh Menteri Keuangan dan/atau Kepala Badan
Kepegawaian Negara, baik secara bersama-sama maupun secara
sendiri-sendiri menurut bidang tugasnya masing-masing.
Pasal 7
Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka Peraturan Presiden
Nomor 52 Tahun 2006 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional
Widyaiswara, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 8
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juni 2007
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
LAMPIRAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 59 Tahun 2007
TANGGAl : 28 Juni 2007
TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA
-----------------------------------------------------------
JABATAN FUNGSIONAL JABATAN BESARNYA TUNJANGAN
-----------------------------------------------------------
Widyaiswara Widyaiswara Utama Rp 1.400.000,00
Widyaiswara Madya Rp 1.000.000,00
Widyaiswara Muda Rp 700.000,00
Widyaiswara Pertama Rp 325.000,00
-------------------------------------------------------------
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

You might also like