Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. Are Asie Nim: 2017C06b0078
2. Ayu Nancyana Nim: 2017C06b0079
3. Desi Pitriyanti Nim: 2017C06b0084
4. Ina Pebrina Nim: 2017C06b0093
5. Intan Kusuma Fabriyani Nim: 2017C06b0095
6. Juslia Febry Nim: 2017C06b0096
7. Mulyadi Nim: 2017C06b0099
8. Nardi Ardianto Nim: 2017C06b0100
9. Supriadi Nim: 2017C06b0106
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga dalam menyusun makalah
Keperawatan Medikal Bedah I yang berjudul Anatomi dan Fisiologi Sistem
Sensori ini kita mampu mempelajari dengan baik serta menyelesaikannya dengan
lancar.
Makalah ini disusun untuk pembaca memperluas pengetahuan mengenai
Anatomi dan Fisiologi Sistem Sensori pada manusia. Walaupun makalah ini
kurang sempurna dan memerlukan perbaikan, tapi juga memiliki detail yang
cukup jelas bagi pembaca dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
3
4
persarafannya amat rumit dan tidak ada bandingannya. Susunan saraf pusat
terhubung melalui suatu berkas serat saraf yang disebut saraf optik (nervosa
optikus). Implus saraf dari stimulus photoceptor dibawa ke otak pada lobus
oksipital di serebrum dimana sensi penglihatan diubah menjadi presepsi. Reseptor
penglihatan dapat merespon satu juta stimulus yang berbeda setiap detik.
Bola mata umumnya dilukiskan sebagai bola, tetapi sebetulnya lonjong dan
bukan bulat seperti bola. Bola mata mempunyai garis menengah kira-kira 2,5
sentimeter, bagian depannya bening, serta terdiri atas 3 lapisan yaitu:
1. Lapisan luar, fibrus, yang merupakan lapisan penyangga.
2. Lapisan tengah, vaskuler.
3. Lapisan dalam, lapisan saraf.
Ada 6 otot penggerak mata, 4 diantaranya lurus sementara 2 yang lain agak
serong. Otot-otot ini terletak disebelah dalam orbita, dan bergerak dari dinding
tulang orbita untuk dikaitkan pada pembungkus sklerotik mata sebelah belakang
kornea. Otot-otot lurus terdiri atas otot rektus mata superior, inferior, medial, dan
lateral. Otot-otot ini menggerakkan mata ke atas, ke bawah, ke dalam, dan ke sisi
luar bergantian.
Otot-otot oblik adalah otot inferior dan superior. Otot oblik superior
menggerakkan mata ke bawah dan ke sisi luar, sementara otot oblik inferior
menggerakkan mata ke atas dan juga ke sisi luar. Mata bergerak serentak, dalam
arti kedua mata bergerak bersamaan ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah,
dan seterusnya. Serabut-serabut saraf yang melayani otot-otot ini adalah nervus
motores okuli, yaitu saraf kranial ketiga, keempat, dan keenam.
1. Sklera
membran yang bening, yaitu kornea. Sklera melindungi struktur mata yang
sangat halus, serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.
2. Koroid
konjungtiva. Bilik anterior (kamera okuli anterior) yang terletak antara kornea
dan iris. Bilik posterior (kamera akuli posterior) terletak diantara iris dan
lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior diisi dengan akueus humor.
5. Iris
Tirai yang berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput
koroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot polos. Kelompok yang satu
mengecilkan ukuran pupil itu.
6. Pupil
8. Lensa
Subuah benda transparan bikonveks (cembung depan-belakang) yang
terdiri atas beberapa lapisan. Lensa terletak persis dibelakang iris. Membran
yang dikenal sebagai ligamentum suspensorium terdapat didepan maupun
dibelakang lensa itu, yang berfungsi mengaitkan lensa itu pada korpus siliare.
Bila ligamentum suspensorium mengendur, lensa mengerut dan menebal,
sebaliknya bila ligamen menegang, lensa mengerut dan menebal, sebaliknya
bila ligamen menegang, lensa menjadi gepeng. Mengendurnya lensa
dikendalikan kontraksi otot siliare.
9. Vitreous humor
Darah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina, diisi
cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar, yaitu
vitreous humor. Vitreous humor berfungsi memberi bentuk dan kekokohan
pada mata, serta mempertahankan hubungan antara retina dan selaput koroid
dan sklerotik.
Bagian-bagian mata
bagian yaitu pada kelopak mata atas dan bawah yang berfungsi melindungi
bola mata dari kerusakan. Kelopak mata terdiri atas 5 lapis yaitu:
1) Konjungtiva adalah selaput lendir yang melapisi bagian dalam kelopak
mata dan melapisi juga permukaan bola mata.
2) Kelenjar meibomian yang dapat menghasilkan lemak untuk mencegah
pelekatan kedua kelopak mata.
3) Lapisan tarsal, yaitu lapisan jaringan ikat yang kuat untuk menunjang
kelopak mata.
4) Otot orbikularis okuli, yaitu otot yang berfungsi menutup bola mata.
5) Jaringan ikat.
3. Bulu mata merupakan barisan rambut yang terdapat pada ujung kelopak mata,
berfungsi melindungi bola mata dari masuknya debu dan partikel. Pada bulu
mata terdapat kelenjar sebasea (kelenjar minyak) yang disebut kelenjar zeis,
terletak pada akar bulu mata.
4. Kelenjar air mata (aparatus lakrimalis) letaknya disudut lateral atas pada
rongga mata, dan berfungsi untuk menghasilkan air mata. Dari kelenjar ini
keluar kurang lebih dua belas duktus lakrimalis, yaitu saluran-saluran yang
mengalirkan air mata menuju konjungtiva kelopak mata atas.
2.2.1 Fisiologi Indra Penglihatan
Fungsi utama mata adalah mengubah energi cahaya menjadi implus saraf
sehingga dapat diterjemahkan oleh otak menjadi gambar fisual. Untuk
menghasilkan gambar fisual yang tepat dan diinginkan terjadilah proses yang
sangat kompleks dimulai adanya gelombang sinar atau cahaya yang masuk ke
mata berkas cahaya yang masuk ke mata melalui konjungtiva, kornea, lensa dan
vitreourus humor, dimana pada masing-masing tersebut berkas cahaya dibiaskan
(refraksi) sebelum akhirnya jatuh tepat di retina. Jumlah cahaya yang masuk akan
diatur oleh iris dengan jalan membesarkan atau mengkecilkan pupil. Pada iris
terdapat 2 otot polos yang tersusun silkuler dan radial yang mampu bergerak dan
mengecil membentuk pupil. Agar sinar objek menghasilakan sinar yang jelas pada
retina harus dibiaskan (terjadi proses yang disebut pemfokusan). Pemfokusan
cahaya merupakan peran utama dari lensa. Kemampuan lensa untuk
menyesuaikan cahaya dekat atau jauh ke titik retina disebut okumudasi.
9
Hidung terdiri atas nasus externus (hidung luar) dan cavum nasi.
1. Nasus Externus
Mempunyai ujung yang bebas, yang dilekatkan ke dahi melalui radix
nasi atau jembatan hidung, lubang luar hidung adalah kedua nares atau lubang
hidung. Setiap nasi dibatasi di lateral oleh ala nasi dan di medial oleh septum
nasi.
Rangka nasus externus dibentuk di atas oleh os nasale, processus
frontalis ossis maxillares, dan pars nasalis ossis frontalis. Di bawah, rangka ini
dibentuk oleh lempeng-lempeng tulang rawan, yaitu kartilago nasi superior
dan inferior, dan cartilago septi nasi.
2. Cavum Nasi
Rongga ini dibagi oleh septum nasi atas belahan kiri dan kanan. Setiap
belahan mempunyai dasar, atap, dinding lateral dan dinding medial. Dasar
dibentuk oleh processus palatinus maxillae dan lamina horizontalis ossis
palatini, yaitu permukaan atas palatum durum.
4. Sinusitis
Liang telinga luar merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun
telinga melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran timpani. Sekret
kelenjar sebasea bersama sekret kelenjar serumen merupakan komponen
penyusun serumen. Serumen merupakan materi bewarna coklat seperti lilin
dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai pelindung.
Membran timpani menutup ujung dalam meatus akustiskus eksterna.
Permukaan luarnya ditutupi oleh lapisan tipis epidermis yang berasal dari
ektoderm, sedangkan lapisan sebelah dalam disusun oleh epitel selapis gepeng
atau kuboid rendah turunan dari endoderm. Gendang telinga menerima gelombang
suara yang disampaikan lewat udara lewat liang telinga luar. Gelombang suara
lalu diubah menjadi energi mekanik yang diteruskan ke tulang-tulang
pendengaran di telinga tengah.
2. Telinga Tengah
Telinga tengah atau rongga timpani adalah suatu ruang yang terisi udara
yang terletak sebelah dalam membran timpani atau gendang telinga, yang
memisahkan rongga itu dari meatus auditorius eksterna. Rongga itu sempit serta
memiliki dinding tulang dan dinding membranosa, sementara pada bagian
belakangnya bersambung dengan antrum mastoid dalam prosesus mastoideus
pada tulang temporalis, melalui sebuah celah yang disebut aditus.
Gambar 2.19 Bagian telinga tengah (kiri), tiga tulang kecil pada rongga
telinga (kanan)
Tulang-tulang pendengaran adalah tiga tulang kecil yang tersusun pada
rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari membran timpani
menuju rongga telinga dalam. Tulang sebelah luar adalah malleus, berbentuk
19
seperti martil dengan gagang yang terkait pada membran timpani, sementara
kepalanya menjulur ke dalam ruang timpani.
Tulang yang berada di tengah adalah incus atau landasan, sisi luarnya
bersendi dengan malleus, sementara sisi dalamnya bersendi dengan sisi dalam
sebuah tulang kecil yaitu stapes. Stapes atau tulang sanggurdi dikaitkan pada
inkus dengan ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya yang bulat panjang
terkait pada membrane yang menutup fenestra vestibule, atau tingkap-jorong.
Rangkaian tulang-tulang ini berfungsi mengalirkan getaran suara dari gendang
telinga menuju telinga dalam. Adanya hubungan dengan nasofaring
memungkinkan infeksi pada hidung atau tenggorokan dapat menjalar masuk ke
dalam rongga telinga tengah.
3. Telinga Dalam
Telinga dalam (disebut juga labirin) terdiri atas sebuah sistem saluran yang
tak beraturan (labirin membranosa) yang dibatasi oleh tulang (labirin tulang).
Saluran-saluran bermembran ini mengandung cairan dan ujung-ujung akhir saraf
pendengaran dan keseimbangan. Labirin tulang dapat dibagi dalam tiga bagian
yang secara struktural dan fungsional berbeda, yaitu vestibelum, koklea dan
kanalis semisirkularis. Labirin tulang ini berisikan perilimf. Labirin membranosa
yang dikelilingi dan berenang dalam perilimf berisikan endolimf.
menuju inkus dan stapes, melalui maleus yang terkait pada membran itu. Karena
gerakan-gerakan yang timbul pada setiap tulang ini sendiri, tulang-tulang itu
memperbesar getaran, yang kemudian disalurkan melalui fenestra vestibular
menuju perilimfa. Getaran perilimfa dialihkan melalui membran menuju
endolimfa dalam saluran koklea, dan rangsangan mencapai ujung-ujung akhir
saraf dalam organ Corti, untuk kemudian diantarkan menuju otak oleh nervus
auditorius. Gelombang suara yang tidak teratur menghasilkan keributan,
sementara gelombang suara berirama teratur menghasilkan bunyi musikal enak.
Suara merambat dengan kecepatan 343 meter per detik dalam udara tenang, pada
suhu 15,50C.
Dalam keseimbangan, nervus vestibularis yang tersebar hingga kanalis
semisirkularis menghantarakan impuls-impuls menuju otak. Impuls-impuls itu
dibangkitkan dalam kanal-kanal tadi, karena adanya perubahan kedudukan cairan
dalam kanal. Sehingga apabila seseorang didorong ke satu sisi, kepala orang itu
cenderung berlawanan dengan arah badan yang didorong, guna mempertahankan
keseimbangan, mengatur berat badan, mempertahankan posisi berdiri, dan dapat
menghindarkan jatuhnya badan. Perubahan kedudukan cairan dalam saluran
semisirkular inilah yang merangsang impuls dan segera dijawab badan berupa
gerak refleks.
2.4.2 Gangguan Pada Indra Pendengaran
Gangguan pendengaran menggambarkan kehilangan pendengaran disalah
satu atau kedua telinga. Tingkat penurunan gangguan pendengaran terbagi
menjadi ringan, sedang, sedang berat, berat, dan sangat berat. Secara umum
gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Tuli Konduktif
Disebabkan oleh kondisi patologis pada kanal telinga eksterna, membran
timpani, atau telinga tengah. Penyebab tersering pada anak adalah otitis media
dan disfungsi tuba eustachius yang disebabkan oleh otitis media sekretori.
2. Tuli Sensorineural
Disebabkan oleh kerusakan atau malfungsi koklea, saraf pendengaran
dan batang otak sehingga bunyi tidak dapat diproses sebagaimana mestinya.
Penyebabnya antara lain adalah kelainan bawaan, genetik, kelainan pada saat
22
anak dalam kandungan, proses kelahiran, infeksi virus, pemakaian obat yang
merusak koklea (kina, antibiotika seperti golongan makrolid), radang selaput
otak, kadar bilirubin yang tinggi. Penyebab utama gangguan ini disebabkan
genetik atau infeksi.
3. Tuli Campuran
Bila gangguan pendengaran atau tuli konduktif dan sensorineural
terjadai bersamaan.
4. Tersumbatnya Telinga Oleh Kotoran
Pada jenis penyakit ini telinga akan mengeluarkan nanah, namuan nanah
yang keluar dapat terlihat jelas karena berada di bagian luar telinga, penyakit
ini di sebabkan oleh bakteri yang tercampur dengan nanah. Jika dibiarkan
dalam jangka panjang maka tulang rawan akan berubah bentuk sehingga
terlihat seperti adanya kelainan bentuk daun telinga. Cara menyembuhkannya
dengan membuang nanahnya, bagi penderita infeksi yang tidak terlalu berat,
cukup diberikan antibiotik saja.
6. Othematoma
2) Stratum lusidum, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak
kaki. Dalam lapisan ini terlihat seperti suatu pita yang bening, batas-batas sel
sudah tidak begitu terlihat.
3) Stratum granulosum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan terdapat
hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma
terdapat butir-butir yang disebut keratohyalin yang merpakan prekursor dalam
pembentukan keratin.
4) Stratum spinosum, lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat
mencapai 0,2 mm. Lapisan ini terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya disebut
spinosum karena terdiri dari sel yang bentuknya poligonal dan mempunyai
tanduk (spina). Disebut acanthosum karena sel-selnya berduri
Penyusun utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang terdiri
dari serat yang berwarna putih dan serat yang berwarna kuning. Serat kuning
bersifat elastis/lentur, sehingga kulit dapat mengembang. Faktor yang
mempengaruhi warna kulit:
1) Melanin suatu pigmen gelap dan tirosin dan di sekresikan oleh melanosit
di lapisan germinatif diabsorbsi oleh oleh epitalium yang meneglilinginya.
2) Presentase saturasi hemoglobin dan jumlah darah yang beredar di dermis
menyebabkan kulit berwarna putih dan tampak kemerahan.
3) Kadar pigmen empedu yang berlebihan di darah dan karotin di lemak
subkutan menyebabkan kulit berwarna kekuningan.
2. Dermis
Gambar 2.30 Lapisan dermis yang terdiri dari collagen dan elastis
Dermis bersifat elastik dan keras. Dermis disusun oleh jaringan ikat dan
matriks mengandung serat kolagen yang bertautan dengan serat elastik. Struktur
di dalam dermis:
33
1) Pembuluh darah
Arteriol membentuk suatu jaringan halus disertai cabang kapiler
yang memperdarahi kelenjar keringat, kelenjar sebasea, folikel rambut,
dan dermis. Epidermis tidak mengandung pembuluh darah.
2) Pembuluh limfe membentuk jaringan di dermis.
3) Ujung saraf sensorik (somatik)
4) Kelenjar keringat dan duktusnya tersebar luas di permukaan kulit dan
paling banyak di telapak tangan, telapak kaki, aksila dan lipat paha.
Kelenjar ini terdiri dari sel epitelium.
5) Rambut, otot pili arektor, dan kelenjar sebasea
Rambut dibentuk oleh permukaan ke bawah sel epidermis ke dermis.
Bagian rambut di atas disebut batang dan yang bawah di sebut akar.
Warna rambut ditentukan secara genetik dan bergantung pada jumlah
melanin yang ada. Rambut putih akibat penggantian melanin oleh
gelembung udara yang tipis. Sebum menjaga rambut tetap lembut dan
halus dan sebagai antibakterisida serta mencegah kulit dari pecah- pecah.
Kuku berasal dari sel yang sama dengan epidermis dan rambut serta terdiri
dari lempengan keratin bertanduk yang keras. Akar kuku menempel pada
kulit yang dilapisi oleh kutikula yang membentuk area pucat hemisfer
yang di sebut lunula.
3. Hipodermis
dengan bagian dermis ini tidak jelas. Lapisan ini merupakan tempat penyimpanan
lemak dalam tubuh, sehingga sering juga dikenal dengan lapisan lemak bawah
tubuh. Lemak tersebut berfungsi untuk melindungi dari benturan benda keras,
sebagai penjaga suhu tubuh karena lemak dapat menyimpan panas, dan sebagai
sumber energi cadangan.
2.6.1 Fisiologi Indra Peraba
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan,
sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari
elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan
cairan elektrolit. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi
pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh
darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari
kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di
kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi
yang kemudian akan mempertahankan panas.
Sensasi kulit adalah sensasi yang reseptornya ada di kulit, sedangkan sensasi
visera adalah sensasi yang berkaitan dengan persepsi lingkungan dalam. Kulit
mengandung berbagai jenis ujung saraf sensorik yang meliputi ujung saraf
telanjang, saraf yang melebar, serta ujung saraf yang terselubung
2.6.2 Gangguan Pada Indra Peraba
Kelainan dan penyakit yang berhubungan dengan kulit sering ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Ada penyakit yang berbahaya dan tidak berbahaya,
salah satunya sebagai berikut:
1. Ringworm
7. Jerawat
2. Penyembuhan mendalam
Penyembuhan mendalam terjadi apabila cedera meliputi hingga ke daerah
dermis dan subkutis. Terbentuknya jaringan parut dapat membuat daerah
penyembuhan kehilangan fungsi fisiologisnya. Penyembuhan mendalam ini
meliputi empat fase. Empat fase tersebut adalah:
1) Fase inflamatorik
Pada fase inflamatorik juga terjadi penggumpalan darah untuk
menyatukan daerah yang terpisah akibat cedera.
2) Fase migratorik
Pada fase migratorik, terjadi perpindahan fibroblas untuk
membentuk jaringan parut. Juga akan terbentuk keropeng di daerah cedera.
a. Fase proliferatif
Pada fase proliferatif, terjadi pertumbuhan sel-sel epitel di bawah
keropeng, deposisi fibroblas yang semakin banyak dan pembentukan
kapiler-kapiler baru.
b. Fase maturasi
Pada fase maturasi, keropeng yang terbentuk akan meluruh dan
digantikan dengan jaringan sehat dan kulit kembali ke ketebalannya
semula. Kolagen menjadi lebih tersusun, fibroblas berkurang, dan
kapiler darah telah normal kembali.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mata mempunyai reseptor khusus untuk mengenali perubahan sinar dan
warna. Sesungguhnya yang disebut mata bukanlah hanya bola mata, tetapi
termasuk otototot penggerak bola mata, kotak mata, kelopak, dan bulu mata. Cara
kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera, kecuali cara
mengubah fokus lensa.
Indera penciuman berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam
hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas.
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan
untuk keseimbangan tubuh. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu
bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia.
Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung
kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Lidah berfungsi
sebagai pengecap rasa dan sebagai pembantu dalam tindakan berbicara.
Kulit merupakan indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk
sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan. Kulit terdiri dari lapisan luar yang
disebut epidermis dan lapisan dalam yang disebut lapisan dermis..
3.2 Saran
Mungkin dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Demi
kesempurnaan makalah ini, agar dalam penulisan makalah kedepannya bisa lebih
baik dan mahasiswa pun dapat mengetahui pentingnya belajar tentang
Keperawatan Medikal Bedah.
39
40
DAFTAR PUSTAKA