You are on page 1of 25

BIAYA BAHAN BAKU

( RAW MATERIAL COST )

Bahan baku (raw material) adalah bahan yang digunakan dalam membuat
produk dimana bahan tersebut secara menyeluruh tampak pada produk jadinya
(atau merupakan bagian terbesar dari bentuk barang ).
Biaya bahan baku (raw material cost) adalah seluruh biaya untuk
memperoleh sampai dengan bahan siap untuk digunakan yang meliputi harga
bahan, ongklos angkut, penyimpanan dan lain-lain.

1.Penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi


1.A. Metode pencatatan bahan baku

Ada macam metode pencatatan bahan baku, yaitu:

1.A.1 Metode Fisik (Fhysical Inventory Method )

Dalam metode ini hanya tambahan persediaan bahan saja yang


dicatat sedang mutasi berkurangnya bahan tidak dicatat untuk
mengetahui bahan baku yang diperoleh , harus menghitung persediaan
bahan baku digudang pada akhir periode akuntansi. Harga pokok
persediaan awal ditambah Harga pokok pembelian dikurang Harga pokok
persediaan akhir yang ada digudang merupakan biaya bahan baku yang
dipakai selama periode akuntansi.

1.A.2. Metode Mutasi Persediaan ( Perpetual Inventory Method)

Dalam metode ini setiap mutasi dicatat dalam kartu persediaan .


Pembelian dicatat dalam kolom Beli di kartu persediaan ,pemakaian
dicatat dalam kolom pakai di kartu persediaan dan jumlah bahan yang
tersedian digudang dapat dilihat dalam kolom sisa di kartu persediaan.

1.B. Metode Penilaian Bahan Baku


Ada beberapa metode penilaian terhadap bahan baku diantaranya :

1.B.1. Pertama Masuk Pertama Keluar (Fifo)


Metode ini didasarkan anggapan bahwa bahan yang pertama kali
dipakai dibebani dengan harga perolehan persatuan dari bahan yang
pertama kali masuk kegudang bahan,atau harga perolehan bahan persatuan
yang pertama kali masuk kegudang bahan akan digunakan untuk
menentukan harga perolehan persatuan bahan yang pertama kali disusul
harga perolehan per satuan bahan yang dipakai pertama kali ,disusul harga
perolehan persatuan yang masuk berikutnya.

1
1.B.2. Metode Rata-Rata (Weighted Average Method)
Pada metode ini dengan pencatatan fisik menghitung rata-rata
harga perolehan persatuan bahan sebagai berikut:
(X1 x P1) + (X2 x P2) +.......+(Xn x Pn)
Harga perolehan Rata =
rata persatuan X1 + X2 + .......+ Xn

Didalam kartu kartu persediaan dengan metode ini setiap terjadi tambahan
bahan dan ada bahan yang dipakai memiliki harga perolehan persatuan
bahan yang paling baru.
1.B.3. Metode Terakhir Masuk , Pertama Keluar (Lifo)
Metode ini berdasarkan anggapaan bahwa bahan yang pertama
kali dipakai dibebani dengan harga perolehan persatuan bahan dari yang
terakhir masuk ,disusul dengan harga perolehan bahan persatuan yang
masuk sebelumnya dan seterusnya.

1.B.4. Metode Persediaan Dasar


Metode ini didasarkan atas anggapan bahwa persediaan minimum
atas bahan harus dimiliki perusahaan pada setiap saat agar kegiatan
kontinyu. Pada umumnya metode persediaan dasar menggunakan metode
Lifo .

2. Analisis Selisih Bahan Baku ( Raw material variance)


Dalam memgendalikan dan mengawasi biaya banyak perusahaaan
menggunakan Biaya standar (standard cost) yaitu menetapkan jumlah biaya yang
seharusnya dikeluarkan per satuan produk , jadi perusahaan akan membuat
perencanaan biaya dan pada akhir periode akan diketahui biaya yang sebenarnya
terjadi dan biasanya jarang sekali pengeluaran sesungguhnya sama dengan
standar dan perbedaan ini disebut selisih (Variances).

Selisih Bahan Baku = Biaya Bahan Baku - Biaya Bahan Baku


Sesungguhnya Standar

Selisih bahan baku ini dapat dianalisis dalam:


A) Selisih Harga Bahan (raw material price variance)
Selisih harga bahan disebabkan karena pengeluaran untuk biaya bahan harga
persatuannya tidak sama dengan standar

2
Selisih Harga = Harga Bahan Standar - Harga bahan - x Jumlah
per satuan sesungguhnya sesungguhnya
per satuan dibeli/digunakan

B) Selisih Pemakaian Bahan


Perbedaan yang disebabkan oleh karena pemakaian bahan menurut standar
tidak sama dengan sesungguhnya.

Selisih Pemakaian = Pemakaian bahan - Pemakaian bahan x Harga bahan standar

Bahan standar sesungguhnya persatuan bahan

CONTOH SOAL BIAYA BAHAN BAKU

PT. ALAM RAYA adalah perusahaan manufaktur yang berlokasi di


Jakarta, data persediaan bahan baku (raw material inventory) yang ada dalam
catatan perusahaan adalah sebagai berikut :
Persediaan Tanggal 1 Januari 1999 = 200 Kg @ Rp 100,00

Pembelian
Tanggal Jumlah Harga /
(Kg) Kg
12 Jan 1999 400 Rp 120
26 Jan 1999 500 Rp 90
31 Jan 1999 100 Rp 110

Pemakaian
Tanggal Jumlah
16 Jan 1995 500
28 Jan 1995 300
Catatan:

3
29 Jan 1999 Dikembalikan ke suplier sebanyak 100 Kg berasal dari pembelian
tanggal 26 jan 1999
30 Jan 1999 Diterima oleh gudang bahan sebanyak 50 Kg dari bahan yang
diminta tanggal 28 januari dan berasal dari persediaan awal
Perhitungan fisik 31 Jan 1999 sebanyak 350 Kg
Dari data diatas saudara diminta menghitung bahan baku yang dipakai (raw
material used) bulan Jan 1999 dengan metode pencatatan fisik maupun Perpetual
serta metode penilaian persediaan :
a. Metode FIFO
b.Metode LIFO
c.Metode Average

JAWAB
A. 1. metode Fisik Fifo

Persediaan (inventory)Per 1 Jan 1999 (awal = 200 Kg x Rp 100 ) Rp 20. 000

Pembelian Bahan (raw material purchase) :

Tgl 12/1/1999 = 400 x Rp 120 = Rp 48.000

20/1/1999 = 500 x Rp 90 = Rp 45.000

31/1/1999 = 100 x Rp 110 = Rp 11.000

Pembelian kotor (gross purchase) Rp104.000

Pengembalian pembelian 100 x Rp 90 = 9.000

Pembelian bersih (net purchase) sebanyak 900 Kg Rp 95.000

Harga perolehan Bahan siap pakai (raw material available to use)1.100 Kg Rp 115.000

Persediaan Bahan per 31 Jan 1999

100 x Rp 110 = Rp 11.000

250 x Rp 90 = Rp 22.500

Rp 33.500

Harga perolehan bahan yang dipakai (raw material used) Rp 81.500

4
A.2. Perpetual Fifo

KARTU PERSEDIAAN BAHAN

PT. Alam raya

Satuan : Nama Bahan : Minimum :

EOQ : Kode : Maksimum :

Nomor : Pesan :

Tanggal Masuk / Beli Keluar / Pakai Sisa

Kuanti Biaya Jumlah Kuan Biaya Jumla Kuant Biaya Jumlah


(Rp) h (Rp) itas (Rp)
tas satuan titas Satuan satuan

1 jan 99 200 100 20.000

12 jan 99 400 120 48.000 200 100 20.000

400 120 48.000

16 Jan 99 200 100 20.000

300 120 36.000 100 120 12.000

26 Jan 99 500 90 45.000 100 120 12.000

500 90 45.000

28 Jan 99 100 120 12.000

200 90 18.000 300 90 27.000

29 Jan 99 (100 90 9.000) 200 90 18.000

30 Jan 99 (50 90 4.500) 250 90 22.500

31 Jan 99 100 110 11.000 250 90 22.500

100 110 11.000

5
B.1. Fisik Lifo
Persediaan (inventory) per 1 januari 1999 (awal = 200 Kg x Rp 100) =Rp 20.000
Pembelian bahan (raw material purchase) :
Tanggal 12/1/1999 = 400 Kg x Rp 120 = Rp 48.000
26/1/1999 = 500 Kg x Rp 90 = Rp 45.000
31/1/1999 = 100 Kg x Rp 110 = Rp 11.000
1.000 Kg 104.000
Pengembalian pembelian 100 Kg x Rp 90 = 9.000
Pembelian bersih(net purchase) = 900 Kg Rp 95.000
Harga perolehan bahan siap pakai (raw material available to use) (1.100 Kg)
Rp 115.000
Persediaan Bahan per 31 Januari 1999
200 x Rp 100 = Rp 20.000
150 x Rp 120 = Rp 18.000
Rp 38.000
Harga perolehan bahan baku yang dipakai 750 kg Rp 77.000
B. 2. Perpetual Lifo
KARTU PERSEDIAAN BAHAN

PT. Alam raya

Satuan : Nama Bahan : Minimum :

EOQ : Kode : Maksimum :

Nomor : Pesan :

Tanggal Masuk / Beli Keluar / Pakai Sisa

Kuanti biaya Jumlah Kuan Biaya Jumla Kuant Biaya Jumlah


(Rp) h (Rp) itas (Rp)
tas satuan titas Satuan satuan

1 jan 99 200 100 20.000

6
12 jan 99 400 120 48.000 200 100 20.000

400 120 48.000

16 jan 99 400 120 48.000

100 100 10.000 100 100 10.000

26 Jan 99 500 90 45.000 100 100 10.000

500 90 45.000

28 jan 99 300 90 27.000 100 100 10.000

200 90 18.000

29 jan 99 (100 90 9.000) 100 100 10.000

100 90 9.000

30 Jam 99 (50 90 4.500) 100 100 10.000

150 90 13.500

31 Jan 99 100 110 11.000 100 100 10.000

150 90 13.500

100 110 11.000

C.1. Fisik rata-rata (Average)

Persediaan bahan per 1 jan 99 = 200 Kg x Rp 100 = Rp 20.000


pembelian bahan per 12/1/99 = 400 Kg x Rp 120 = Rp 48.000
Pembelian bahan per 26/1/99 = 500 Kg x Rp 90 = Rp 45.000
Pembelian bahan per 31/1/99 = 100 Kg x Rp 110 = Rp 11.000
Pengembalian Pembelian 29/1/99 = (100Kg) x Rp 90 = Rp( 9.000)
1.100 kg a)*Rp 104,545 Rp 115.000
Persediaan bahan per 31 jan. 1999 =350 Kg x Rp 104,545 = Rp 36.591
Harga perolehan bahan yang dipakai = 750 Kg x Rp 104,545 = Rp 78.409

*) = Rp 115.000 : 1.100 Kg = Rp 104,545

7
2.b. Perpetual rata-rata

KARTU PERSEDIAAN BAHAN

PT. Alam raya

Satuan : Nama Bahan : Minimum :

EOQ : Kode : Maksimum :

Nomor : Pesan :

Tanggal Masuk / Beli Keluar / Pakai Sisa

Kuanti biaya Jumlah Kuan Biaya Jumlah Kuantit Biaya Jumlah


(Rp) (Rp) as (Rp)
tas satuan titas Satuan satuan

1 jan 99 200 100 20.000

12 jan 99 400 120 48.000 600 113,333 68.000

16 Jan 99 500 113,333 56.667 100 113,333 11.333

26 Jan 99 500 90 45.000 600 93,888 56.333

28 Jan 99 300 93,888 28.166 300 93.888 28.167

29 Jan 99 (100 90 9.000) 200 95.835 19.167

30 jan 99 (50 93,888 4.594) 250 95,444 23.861

31 jan 99 100 110 11.000 350 99,603 34.861

BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG


( DIRECT LABOR COST )
Biaya tenaga kerja (direct labor cost) adalah semua balas jasa yang
diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan , elemen biaya tenaga kerja
yang merupakan biaya produksi adalah biaya tenaga kerja untuk karyawan di
pabrik.

8
Program Gaji dan Upah Intensif
Tujuan program insentif adalah meningkatkan produktifitas karyawan
yang berarti meningkatkan penghasilan karyawan yang produktifitasnya tinggi
sekaligus menekan biaya produksi satuan.

a. Sistem premi bonus berdasarkan jam kerja


1. Premi Sistem Halsey
Dihitung dengan rumus : G = T (JS + 1/2 JH)
2. Premi Sistem Rowan
Dihitung dengan rumus : G = ( 1 + JH/JSt) (JS x T)
3. Premi Sistem Bart

Dihitung dengan rumus : G = ( JSt x JS ) T


Dimana : G = Jumlah gaji atau upah
T = Tarif upah per Jam
JS = Jam sesungguhnya
JH = Jam dihemat, sebesar Jst - JS
JSt = Jam standar

b. Sistem Premi Bonus Berdasar Satuan Hasil


Sistem ini dikenal dengan istilah : Payment By Result Schames (PBR
Schemes) dihitung dengan menggunakan rumus :
G = JP x T
Dimana: G = Gaji atau Upah
JP = Jumlah produk yang dihasilkan
T = Tarif upah per buah (satuan Produk)
Sistem ini meliputi :
1. Straight Piece-Work
Pada sistem ini apabila standar waktu yang sudah ditentukan dapat
menghasilkan jumlah produk yang melebihi standar jumlah produk yang
dihasilkan akan memperoleh premi tertentu dalam presentase yang jumlahnya
sama. sedangkan apabila hasil produksi besarnya sama atau berada dibawah
standar jumlah produksi yang dihasilkan tidak memperoleh premi.

9
2. Sistem Taylor
Pada sistem ini apabila dalam waktu standar karyawan dapat
menghasilkan produk yang melebihi hasil standar diberikan upah diatas tarif upah
standar,karyawan yang menghasilkan jumlah produk sama dengan hasil standar
diberikan upah sama dengan upah standar, Karyawan yang hasilnya dibawah hasil
standar hanya diberikan upah dibawah tarif upah standar.

3.Selisih Upah Langsung (direct labo variance)


Selisih upah langsung adalah perbedaan antara upah langsung standar
dengan uapah langsung yang dibayarkan sesungguhnya .
Jumlah selisih upah langsung dicari sebagai berikut:
Upah Langsung Sesungguhnya xxx
Upah Langsung Standar xxx -
Selisih Upah Langsung xxx
Sebab-sebab adanya Selisih Upah Langsung
3.a. Selisih Tarif Upah
selisih ini disebabkan oleh perbedaan antara tarif menurut standar dengan
tarif sesungguhnya yang dikomsumsi
Selisih upah dicari sebagai berikut:
Selisih Tarif Upah = (Tarif Standar per jam kerja - Tarif Sesungguhnya) X Jam kerja
sesungguhnya X Jam kerja sesungguhnya dikomsumsi

3.b. Selisih Penggunaan Jam Kerja /Selisih Efisiensi


Selisih antara jam kerja yang digunakan seharusnya (menurut standar)
dengan jam kerja digunakan sesungguhnya bisa dicari sebagai berikut :
Selisih Efisiensi = (Jam Kerja Standar - Jam kerja sesungguhnya)X Tarif standar
per jam

CONTOH SOAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG

PT. PESONA BUMI ALAMI Adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri perkayuan. dalam menghitung gaji untuk karyawannya
menggunakan program gaji dan upah intensif .

10
Berikut ini data-data karyawan PT. Pesona Bumi Alami .
Nama Jam Kerja Nama Jam kerja
Bagus S 18 Desi R 17
Eva K 17 Dini P 18
Tina S 19 Santi S 19
Heny F 20 Andry F 16
Rosa G 15 Sani M 20
Standart waktu pekerjaan No. 009 untuk setiap 12 Produk = 20 jam, Tarif upah
perjam Rp 750.

Diminta :
Hitung upah masing-masing karyawan dan berapa upah rata-rata perjam dengan
menggunakan :
a. Premi Sistem Halsey
b. Premi Sistem Rowan
a. Premi Sistem Bart
JAWAB
PT PESONA BUMI ALAMI

a. Premi sistem Helsey G = T (Js + JH)


G = jumlah gaji atau upah JH = jam dihemat Jst Js

T = tarif upah per jam Jst = jam standart

Js = jam sesungguhnya

Nama gaji gaji rata-rata

Bagus S 750 (18 + (20 18) = 14.250 14.250 : 18 = Rp 792

Eva K 750 (17 + (20 17) = 13.875 13.875 : 17 = 816

Tina S 750 (19 + (20 19) = 14.625 14.625 : 19 = 769

Heny F 750 (20 + (20 20) = 15.000 15.000 : 20 = 750

Rosa G 750 (15 + (20 15) = 13.125 13.125 : 15 = 875

11
Desi R 750 (17 + (20 17) = 13.875 13.875 : 17 = 816

Dini P 750 (18 + (20 18) = 14.250 14.250 : 18 = 792

Santi S 750 (19 + (20 19) = 14.625 14.625 : 19 = 769

Andry F 750 (16 + (20 16) = 13.500 13.500 : 16 = 844

Sani M 750 (20 + (20 20) = 15.000 15.000 : 20 = 750

Sistem Premi Rowan :


G = (1 + JH/Jst) (JS x T)

Nama gaji gaji rata-rata


Bagus S (1 + 2/20) (18 x 750) = 14.850 14.850 : 18 = 825

Eva K (1 + 3/20) (17 x 750) = 14.662, 14.662,5 : 17 = 862,5

Tina S (1 + 1/20) (19 x 750) = 14.962,5 14.962,5 : 19 = 787,5

Heny F (1 + 0/20) (20 x 750) = 15.000 15.000 : 20 = 750

Rosa G (1 + 5/20) (15 x 750) = 14.062,5 14.062,5 : 15 = 937,5

Desi R (1 + 3/20) (17 x 750) = 14.662,5 14.662,5 : 17 = 862,5

Dini P (1 + 2/20) (18 x 750) = 14.850 14.850 : 18 = 825

Santi S (1 + 1/20) (19 x 750) = 14.962,5 14.962,5 : 19 = 787,5

Andry F (1 + 4/20) (16 x 750) = 14.400 14.400 : 16 = 900

Sani M (1 + 0/20) (20 x 750) = 15.000 15.000 : 20 = 750

Sistem premi bart


Nama gaji gaji rata-rata
Bagus S ( (20 x 18)) x 750 = 14.230 14.230 : 18 = 790,5

Eva K ( (20 x 17)) x 750 = 13.829 13.829 : 17 = 813,5


Tina S ( (20 x 19)) x 750 = 14.620 14.620 : 19 = 769,5

Heny F ( (20 x 20)) x 750 = 15.000 15.000 : 20 = 750


Rosa G ( (20 x 15)) x 750 = 12.990 12.990 : 15 = 866

Desi R ( (20 x 17)) x 750 = 13.829 13.829 : 17 = 813,5

Dini P ( (20 x 18)) x 750 = 14.230 14.230 : 18 = 790,55

12
Santi S ( (20 x 19)) x 750 = 14.620 14.620 : 19 = 769,5

Andry F ( (20 x 16)) x 750 = 13.416 13.416 : 16 = 838,5


Sani M ( (20 x 20)) x 750 = 15.000 15.000 : 20 = 750

BOP (BIAYA OVERHEAD PABRIK)


Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung.

Jenis-jenis Biaya Overhead Pabrik


Yang termasuk biaya overhead pabrik adalah:
1. Biaya bahan penolong
Adalah biaya bahan yang digunakan untuk membantu penyelesaian suatu produk
yang jumlahnya relative kecil. Misalnya lem dalam perusahaan percetakan, pernis
dan paku dalam perusahaan mebel.
2. Biaya tenaga kerja tak langsung
Adalah upah yang dibayarkan kepada karyawan pabrik secara ini antara lain upah
pisik tidak berhubungan dengan proses pembuatan produk. Termasuk dalam
kelompok ini antara lain upah mandor, gaji manager produksi, gaji pegawai
administrasi pabrik.
3. Biaya penyusutan aktiva tetap pabrik
Adalah biaya penyusutan atas aktiva tetap yang dipergunakan di pabrik untuk
penyelesaian produk baik secara lansung maupun tidak langsung, misalnya biaya
penyusutan gedung pabrik, mesin-mesin, kendaraan pabrik
4. Biaya reperasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan dan perawatan mesin, gedung
pabrik dan peralatan pabrik lainnya.
5. Biaya asuransi
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk menmbagi resiko yang terjadi dalam proses
produksi, biaya asuransi gedung pabrik, biaya asuransi karyawan pabrik.
6. Biaya-biaya yang timbul karena penggunaan jasa pihak lain
Adalah biaya-biaya yang timbul karena penggunaan jasa pihak lain guna
penyelesaian dan kelancaran proses produksi, misalnya biaya listrik dan air untuk
keperluan pabrik.
7. Biaya-biaya yang terjadi di departemen pembantu
Dalam perusahaan yang memiliki departemen pembantu, misalnya departemen
bengkel atau pembangkit tenaga listrik, maka semua biaya yang terjadi di
departemen pembantu tersebut diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik.

13
CONTOH SOAL BOP (BIAYA OVERHEAD PABRIK)

Pihak manajemen PT. SARI BAKTI UTAMA menetapkan tarif biaya


overhead pabrik Rp. 100,- setiap satu kwintal produksi. Jika dalam satu bulan
perusahaan menghasilkan 2.500 kwintal, maka anggaran biaya overhead pabrik
sebesar Rp. 410.000,- . Pada saat produksi mencapai 7.500 kwintal, maka
anggaran biaya overhead pabrik sebesar Rp. 710.000,- . Pada bulan April 1997
lalu, perusahaan menghasilkan produk sebanyak 6.000 kwintal, sehingga biaya
overhead pabrik yang dikeluarkan sebesar Rp. 550.000,-
Diminta :

1. Tarif Biaya Overhead Pabrik Variabel.


2. Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tetap.
3. Kapasitas Normal.
4. Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan pada bulan April 1997.
5. Selisih Biaya Overhead Pabrik pada bulan April 1997, yang dirinci menjadi :
A. Selisih Anggaran.
B. Selisih Kapasitas.

JAWAB

14
4. Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan pada bulan April 1997 :
Kapasitas sesungguhnya pada bulan April 1997 = 6.000 kwt

BOP dibebankan pada bulan April 1997 = 6.000 kwt x Rp. 100,- = Rp.
600.000,-

https://datakata.wordpress.com/2014/12/26/contoh-soal-analisis-biaya-
overhead-pabrik/

15
DEPARTEMENTALISASI BIAYA OVERHEAD
PABRIK
Departementalisasi adalah pembagian pabrik ke dalam bagian-bagian yang
disebut departemen atau pusat biaya (cost center) yang dibebani dengan biaya
overhead pabrik.

Dalam departementalisasi biaya overhead pabrik, tarif biaya overhead


dihitung untuk setiap departemen produksi dengan dasar pembebanan yang
mungkin berbeda diantara departemen-departemen produksi yang ada. Oleh
karena itu departementalisasi biaya overhead pabrik memerlukan pembagian
perusahaan ke dalam departemen-departemen untuk memudahkan pengumpulan
biaya overhead pabrik yang terjadi. Departemen-departemen inilah yang
merupakan pusat-pusat biaya yang merupakan tempat ditandingkannya biaya
dengan prestasi yang dihasilkan oleh departemen tersebut.

Manfaat Departementalisasi
Departementalisasi biaya overhead pabrik bermanfaat untuk pengendalian
biaya dan ketelitian penentuan harga pokok produk. Pengendalian biaya overhead
pabrik dapat lebih mudah dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan
pusat terjadinya sehingga dengan demikian akan memperjelas tanggungjawab
setiap biaya yang terjadi dalam departemen tertentu. Dengan digunakannya tarif-
tarif biaya overhead pabrik yang berbeda-beda untuk tiap departemen, maka
pesanan atau produk yang melewati suatu departemen produksi akan dibebani
dengan biaya overhead pabrik sesuai tarif dari departemen yang besangkutan. Hal
ini mempunyai akibat terhadap ketelitian terhadap penentuan harga pokok produk.

Tujuan Departementalisasi
Adapun tujuan utama departemenisasi biaya overhead pabrik adalah sebagai
berikut:

1. Untuk pembebanan biaya overhead pabrik dengan adil dan teliti.


2. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik yang lebih baik.
3. Untuk pembuatan keputusan oleh manajemen.

16
17
18
19
20
21
22
23
24
http://slidehot.us/resources/contoh-soal-dan-penyelesaian-departementalisasi-
bop.736537/
https://vianisilv.wordpress.com/2014/06/19/akuntansi-biaya-departementalisasi-
biaya-overhead/

25

You might also like