Professional Documents
Culture Documents
NIM : 201510200311062
Gelombang : A2
Instruktur : Isnaeny Rizky N., S.P
Asisten : Endang Susilowati
Respon Pemberian Hormon 2,4-D dan BAP terhadap Pertumbuhan Subkultur Kalus Kedelai
(Glycine max (L.) Merrill) secara In Vitro
Pendahuluan
Kedelai mengandung kadar protein lebih dari 40%, lemak 10-15% dan vitamin. Kendala
utama penurunan produksi kedelai antara lain benih yang tersedia berkualitas rendah serta
pengendalian terhadap serangan HPT yang belum memadai. Alternatif perbaikan kualitas tanaman
dengan kultur invitro. Respon pertumbuhan kultur invitro secara umum meliputi pembentukan kalus
(embriosomatik), kemudian akan mengalami diferensiasi yang akan membentuk organ apabila
dipacu dengan ZPT. Differensiasi dapat terjadi melalui dua cara, yaitu diferensiasi langsung dan tak
langsung.
2,4-D digunakan untuk induksi dan pertumbuhan kalus karena efektif untuk tahap inisiasi
khususnya pada jaringan yang belum dewasa. 2,4-D bersifat stabil pada suhu yang tinggi, sangat
reaktif, efektif pada konsentrasi yang rendah, aktif dalam waktu yang lama, dan mampu
merangsang pembentukan kalus karena menghambat proses morfogenesis sehingga mampu
menginisiasi pertumbuhan kalus. Kemampuan induksi dan proliferasi kalus embriogenik dari
eksplan kotiledon muda kedelai dipengaruhi oleh genotipe dan jenis auksin yang digunakan.
Sumber:
Kiki Ayuningrum, I. B. (2015, Januari). Respon Pemberian Hormon 2,4-D dan BAP terhadap
Pertumbuhan Subkultur Kalus Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) secara In Vitro. Biosfera,
32(1), 59-65.