You are on page 1of 7

3.

6 PATOFISIOLOGI

Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang insterstitial

yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV. Pada konjungtiva akan

dijumpai hiperemia dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasia

akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak

terkendali. Kondisi ini akan diikutioleh hyalinisasi danmenimbulkan deposit pada

konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobblestone.

Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih susu kebiruan sehingga

konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik padakonjungtiva

tarsal, oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva

tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik dan dalam kasus yang berat akan disertai

keratitis serta erosi epitel kornea. Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat

vasodilatasi dan hipertropi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan

pada limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam

kualitas maupun kuantitas stem cell limbus. Kondisi yang terakhir ini mungkin berkaitan

dengan konjungtivalisasi pada penderita keratokonjungtivitis dan dikemudian hari berisiko

timbulnya pterigium pada usia muda. Di samping itu, jugaterdapat kista-kista kecil yang

dengan cepat akan mengalami degenerasi.1,2,4

3. 7 GAMBARAN HISTOPATOLOGIK

Tahap awal konjungtivitis vernalis ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam kaitan ini,

akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh satu

lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta diantara papil serta pseudomembran

milky white. Pembentukan papilini berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel PMN,

eosinofil, basofil, dan sel mast.Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 pasien dengan

konjungtivitis vernalis mata yang dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi
limfosit dan sel plasma pada konjungtiva. Proliferasi limfosit akan membentuk beberapa

nodul limfoid. Sementaraitu, beberapa granula eosinofilik dilepaskan dari sel eosinofil,

menghasilkan bahan sitotoksik yang berperan dalam kekambuhan konjungtivitis. 6,7

Dalam penelitian tersebut juga ditemukan adanya reaksi hipersensitivitas. Tidak hanya

di konjungtiva bulbi dantarsal, tetapi juga di fornix, serta pada beberapa kasus melibatkan

reaksi radang padairis dan badan siliar.Fase vaskular dan selular dini akan segera diikuti

dengan deposisi kolagen,hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta

reduksisel radang secara keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar

maupun seluler mengakibatkan terbentuknya deposit stoneyang terlihat secara nyata pada

pemeriksan klinis. Hiperplasia jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai

dengan dasar perlekatan yang luas. Kolagen maupun pembuluh darah akan

mengalamihialinisasi. Epiteliumnya berproliferasi menjadi 510 lapis sel epitel yang

edematousdan tidak beraturan. Seiring dengan bertambah besarnya papil, lapisan epitel

akanmengalami atrofi di apeks sampai hanya tinggal satu lapis sel yang kemudian

akanmengalami keratinisasi.6,7

Pada limbus juga terjadi transformasi patologik yang sama berupa pertumbuhan epitel

yang hebat meluas, bahkan dapat terbentuk 30-40 lapis sel(acanthosis). Horner-Trantas dots

yang terdapat di daerah ini sebagian besar terdiri atas eosinofil, debrisselular yang

terdeskuamasi, namun masih ada sel PMN dan limfosit.6,7


Gambar4. Histologi konjungtivitis vernal terlihat banyak sel radang terutama eosinofil

3. 8 GEJALA

Pasien umumnya mengeluh gatal yang berlebihan dan bertahi mata berserat, terutama

bila berada dilapangan terbuka yang panas terik. Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi.

Konjungtiva tampak putih sepertisusu, dan terdapat banyak papilla halus di konjungtiva

tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering terdapat papilla raksasa mirip batu kali.

Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler.

Mungkin terdapat tahi mata berserabut dan pseudomembran fibrinosa (tandaMaxwell-Lyons).

Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling mencolok

terdapat di limbus, yaitu pembengkakan gelatinosa (papillae). Sebuah pseudogerontoxon

(arcus) sering terlihat pada kornea dekat papilla limbus. Trantas dot adalah bintik-bintik putih

yang terlihat di limbus pada beberapa pasiendengan konjungtivitis vernalis selama fase aktif

dari penyakit ini. Sering tampak mikropannus pada konjungtivitis vernal palpebra dan

limbus,namun pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak timbul parut pada konjungtiva

kecuali jika pasien telah menjalani krioterapi, pengangkatan papilla, iradiasi, atau prosedur

lain yang dapat merusak konjungtiva.1,2


Gambaran klinis konjungtivitis vernal:

Keluhan utama: gatal

Pasien pada umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat. Keluhan gatal inimenurun

pada musim dingin.

Ptosis

Terjadi ptosis bilateral, kadang-kadang yang satu lebih ringan dibandingkanyang lain.

Ptosis terjadi karena infiltrasi cairan ke dalam sel-sel konjungtiva palpebra dan infiltrasi sel-

sel limfosit plasma, eosinofil, juga adanya degenerasi hyalin pada stroma konjungtiva.

Kotoran mata

Keluhan gatal umumnya disertai dengan bertahi mata yang berserat-serat.Konsistensi

kotoran mata/tahi mata elastis ( bila ditarik molor).

Kelainan pada palpebra

Terutama mengenai konjungtiva palpebra superior. Konjungtiva tarsalis pucat, putih

keabu-abuan disertai papil-papil yang besar (papil raksasa). Inilah yangdisebut cobble

stone appearance. Susunan papil ini rapat dari sampingtampak menonjol. Seringkali

dikacaukan dengan trakoma. Di permukaannyakadang-kadang seperti ada lapisan susu, terdiri

dari sekret yang mukoid. Papil ini permukaannya rata dengankapiler di tengahnya. Kadang-

kadangkonjungtiva palpebra menjadi hiperemi, bila terkena infeksi sekunder.

Horner Trantas dots

Gambaran seperti renda pada limbus, dimana konjungtiva bulbi menebal, berwarna putih

susu, kemerah-merahan, seperti lilin. Merupakan penumpukaneosinofil dan merupakan hal

yang patognomosis pada konjungtivitis vernalyang berlangsung selama fase aktif.

Kelainan di kornea

Dapat berupa pungtat epithelial keratopati. Keratitis epithelial difus khas


inisering dijumpai. Kadang-kadang didapatkan ulkus kornea yang berbentuk bulat lonjong
vertikal pada superfisial sentral atau para sentral, yang dapat
diikuti dengan pembentukan jaringan sikatrik yang ringan. Kadang jugadidapatkan
panus,yang tidak menutupi seluruh permukaan kornea, sering berupa mikropannus.Penyakit
ini mungkin juga disertai keratokonus. Kelainan di kornea ini tidak membutuhkan
pengobatan khusus, karena tidak satu pun lesi kornea ini berespon baik terhadap terapi
standar.
3. 9 DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan

laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untuk mempelajari gambaran

sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan granula-

granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik bebas.6

3. 10 PENGOBATAN

Karena konjungtivitis vernalis adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat

bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek, berbahaya

jika dipakai jangka panjang.1,2

Pilihan perwatan konjungtivitis vernalis berdasarkan luasnya gejala yang muncul dan

durasinya, yaitu:

1. Tindakan Umum
Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu mengurangi
keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapatindakan tersebut antara lain:
o Menghindari tindakan menggosok-gosok matadengan tanganatau jaritangan,
karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator-
mediator sel mast.
o Pemakaian mesin pendingin ruangan
o Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuk sari
o Menggunakan kaca mata untuk mengurangi kontak denganalergen di udara
terbuka. Pemakaian lensa kontak justru harus dihindarikarena lensa kontak akan
membantu retensi allergen;
o Kompres dingin di daerah mata;
o Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga berfungsi
protektif karena membantu menghalau alergen
2. Terapi topikal
o Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan
mukolitik seperti asetil sistein 10%-20% tetes mata. Dosisnya tergnatung pada
kuasntitias eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini,larutan 10% lebih dapat
ditoleransi daripada larutan 20%. Larutan alkalinseperti 1-2% sodium karbonat
monohidrat dapat membantu melarutkan ataumengencerkan musin, sekalipun
tidak efektif sepenuhnya.
o Antihistamin
o NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs)
o Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid topikal
prednisolon fosfat 1%, 6-8 kali sehari selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan
dengan reduksi dosis sampai ke dosis terendah yang dibutuhkanoleh pasien
tersebut. Bila sudah terdapat ulkus kornea maka kombinasiantibiotik steroid
terbukti sangat efektif.
o Antibiotikbroad-spectrum

3. Terapi Sistemik
o Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik
seperti prednisolone asetat, prednisolon fosfat, atau deksamethason fosfat 2-3
tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu.
o Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan
sebagai pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasagatal yang
dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor,
dapatmemberikan kontrol yang memadai pada kasus yang ringan atau
memungkinkan reduksi dosis.

4. Tindakan Bedah

Berbagai terapi pembedahan, krioterapi, dan diatermi pada papil raksasakonjungtiva tar
sal kini sudah ditinggalkan mengingat banyaknya efek samping dan terbukti tidak efektif,
karena dalam waktu dekat akan tumbuh lagi.
1. Vaughan & Asbury. OftalmologiUmum, Edisi 14, Jakarta:

WidyaMedika,2000.Hal268, 274-287.

2. IlyasSidharta, IlmuPenyakit Mata, FakultasKedokteranUniversitas Indonesia,

Edisikelima, BalaiPenerbit FKUI, Jakarta, 2014. Hal 179-188.

3. A.K. Khurana. ComprehenshipOpthalmology 4th Edition dalam Chapter 12-New Age

International 2007. P 288-96.

4. Wijana Nana S,D, IlmuPenyakit Mata, Cetakanke 6, AbdiTegal.Jakarta 1993.Hal 332-

342.

5. Dorland, W.A Newman. 2002. KamusKedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC

6. Medicastore. Konjungtivitis Vernalis. Diunduhdarihttp://www.medicastore.com/penya

kit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.html.(Diakses 23Februari 2015)

7. PubMed Central Journal list.VernalKeratoconjunctivitis. Diunduhdarihttp://www.ncbi

.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1705659/. (Diakses 23Februari 2015)

You might also like