Professional Documents
Culture Documents
NIM : 170301028
Pertanian dalam arti luas dari sudut pandang bahasa (etimologi) terdiri atas dua kata,
yaitu agri atau ager yang berarti tanah dan culture atau colore yang berati pengelolaan. Jadi
pertanian dapat diartikan sebagai kegiatan pengelolaan tanah. Pengelolaan tanah untuk
kepentingan kelangsungan hidup manusia.
Walaupun Indonesia adalah negara agraris, yang sekitar separuh dari angkatan
kerjanya bekerja di sektor pertanian, namun kita masih mengimpor banyak sekali hasil pertanian.
Setiap tahun, Indonesia (Yudohusodo, 1999) mengimpor beras sekitar dua juta ton, jagung
satu juta ton, kedelai 0,8 juta ton, gaplek 0,9 juta ton, gandum 4,5 juta ton, gula 400.000 ton,
dan ternak sapi setara dengan 375.000 ekor, terdiri dari 290.000 ekor sapi hidup dan 22.000
ton daging ekuivalen dengan 85.000 ekor. Impor beberapa komoditas pangan yang masih kita
lakukan itu disebabkan oleh belum efisien dan belum produktifnya usaha pertanian. Penyebab
yang mendasar adalah karena rata-rata luas lahan usaha tani per keluarga tani semakin sempit,
teknologi budidaya pertaniannya sudah ketinggalan zaman dan tidak efisien, serta sulit
menerapkan teknologi maju, tingkat ketergantungan yang tinggi pada alam. Juga iklim usaha
yang tidak kondusif, sehingga produktivitasnya rendah.
Semua hal t e r s e b u t m e n d o r o n g p e m e r i n t a h m e n g e l u a r k a n k e b i j a k a n
m o d e r n i s a s i p e r t a n i a n y a n g mengarah pada kegiatan pertanian dengan basis
teknologi dan informasi guna menunjang para petani dan pemenuhan kualitas produk tani.
Upaya tersebut telah dimulai sejak tahun 1 9 6 0 d e n g a n p e n d e k a t a n y a n g b e r s i f a t
m e m a k s a y a n g a k h i r n y a m e n i m b u l k a n d a m p a k psikologis petani yang bergantung
pada suatu cara tanpa mengetahui dasar-dasar pemanfaatannya.
1. Cara berpikir yang ilmiah yang melembaga dalam kelas penguasa maupun
masyarakat.
2. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi yang
baik, jauh dari KKN, serta semangat kerja yang tinggi.
3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dan terpusat pada suatu
lembaga atau badan tertentu. Misalnya BPS (Badan Pusat Statistik) yang menjadi
sumber data bagi pemerintah.
4. Penciptaan iklim yang favorable (kondusif) dalam masyarakat terhadap modernisasi
dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
5. Kedisiplinan yang tinggi, tetapi tidak melanggar HAM warga negara.
6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial (social planning)
1. Pemberian kepada setiap keluarga petani luasan lahan yang memenuhi skala
ekonomi (mikro) untuk menjadi sejahtera.
2. Mekanisasi dalam rangka optimalisasi tenaga kerja
3. Pembangunan pertanian dilakukan secara agrobisnis untuk menjadikan para petani
berpikir dan bekerja secara ekonomis, agar dapat meningkatkan kesejahteraannya
4. Meningkatkan keseimbangan antara kesempatan kerja pertanian dan kesempatan
kerja di luar pertanian di desa-desa melalui pembangunan agroindustri di desa,
agar ketahanan ekonomi rakyat meningkat
5. Membangun desa-desa menjadi pusat-pusat kegiatan ekonomi.
Keberhasilan program pertanian sangat ditentukan oleh tingkat keberhasilan kita dalam
membangun wilayah-wilayah pertanian baru yang modern, yang dibangun oleh petani-petani
modern dengan usaha tani yang juga modern; pertanian yang progresif dan dinamis, fleksibel,
menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar, dan produktif. Membangun petani yang berorientasi
pasar, berorientasi pada keuntungan, mampu merencanakan dan menentukan pilihan terbaik bagi
usaha yang dikembangkannya dengan mengadakan penyempurnaan terus-menerus atas
teknologinya agar usahanya menjadi efisien.