You are on page 1of 4

Mengganti Bensin Bertimbel

Sebuah Resiko Politik atau Solusi atas Krisis BBM?

Bahaya Bensin Bertimbel Pada ibu hamil, dampak serius terjadi baik pada sang
ibu maupun janinnya mengingat timbel dapat
Seperti diketahui bahwa penggunaan bensin menembus plasenta, sementara perkembangan otak
bertimbel untuk menggerakkan kendaraan janin sangat peka terhadap logam timbel dan
bermotor memiliki implikasi negative terhadap terancam mengalami keguguran. Penelitian
kesehatan masyarakat khususnya anak-anak, karena Universitas Pittsburgh menunjukkan korelasi positif
sekitar 70% timbel yang terkandung dalam bensin antara agresivitas pada remaja dengan kadar timbel
akan diemisikan melalui knalpot. Tatkala timbel dalam darah mereka (35% remaja pelaku kriminal
tersebut telah berada di udara maka konsentrasi 1 memiliki kadar timbel yang tinggi di dalam
g/m3 berdampak pada peningkatan kadar timbel darahnya).
dalam darah antara 2,5-5,3 g/dl, dan apabila telah
terakumulasi hingga 10 g/dl pada seorang anak Sementara itu, konsentrasi timbel di udara
misalnya, maka poin IQ nya cenderung menurun 2,5 ambient di Jabotabek tahun 2000 (bensin masih
point, mengalami gejal anemia, hambatan dalam bertimbel) adalah 1,752 3,50 g/m . Angka ini
3

pertumbuhan, perkembangan kognitif buruk, turun drastis tiga bulan setelah dihapuskannya
sistem kekebalan tubuh yang lemah dan gejala autis, bensin bertimbel di Jabotabek (Juli 2001) menjadi
bahkan hingga kematian dini. Pada darah pria rata-rata 0,2 g/m3. Pada tahun 2004 kota Bandung
berkadar timbel di atas 40 g/dl berdampak memiliki kadar timbel 2- 3.5 g/m , Yogyakarta 2
3

menurunnya jumlah sperma, volume sperma, g/ m3, Makasar 9 g/ m3 dan Semarang 9 g/ m3.
kepekatan sperma dan gerakan sperma yang berarti Pada tahun 2001, 35.4% anak-anak di Jakarta
pula gejala kemandulan.
Memiliki kadar timbel di atas 10 g/dl, di mana Perkembangan Penghapusan Bensin Bertimbel
prosentase ini turun dramatis menjadi 1,3% setelah 3
tahun bensin bertimbel dihapuskan sejak 1 Juli 2001. Upaya penghapusan bensin bertimbel
30% anak-anak di Bandung (2004) memiliki kadar dimulai sejak 1992 sebagai implementasi World
timbel di atas 10 g/dl, wajar anak-anak di sana Summit on Sustainable Development di Rio De
berkadar timbel tinggi mengingat Bandung Janeiro dan puncaknya pada pahun 1996 ketika LSM
merupakan salah satu dari sebagian besar kota di melalui KLH mengusulkan kepada Presiden untuk
Indonesia yang masih dipasok dengan bensin mengumumkan bahwa per Desember 1999
bertimbel. WHO menyatakan tidak ada ambang Indonesia bebas bensin bertimbel. Namun demikian
batas paparan timbel di udara maupun di dalam dengan dalih krisis ekonomi, Pertamina menunda
darah mengingat sifatnya sebagai logam berat dan jadwal penghapusan bensin bertimbel hingga
neuro-toksik (merusak jaringan syaraf dan organ kemudian terbit SK Mentamben No:
lunak lainnya). Tidak berhenti di situ, tetapi dampak 1585.K/MPE.32/1999 (tentang Persyaratan
timbel juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Pemasaran Bahan Bakar di Indonesia) di mana SK
regional, misalnya beban yang ditanggung warga ini menetapkan pelarangan peredaran bensin
untuk DKI Jakarta akibat pencemaran timbel pada bertimbel mulai 1 January 2003. Kemudian LSM
tahun 1999 mencapai Rp 850 miliar. Pun dengan didukung KLH melakukan advokasi penghapusan
penghapusan bensin bertimbel merupakan prasarat bensin bertimbel antara lain memberikan problem
penurunan emisi kendaraan (parameter HC, CO, solving untuk penghapusan bensin bertimbel
NOx) hingga 90%. sehingga Pertamina mau menerapkan progam ini
walaupun secara ala kadarnya misalnya dengan
penurunan kadar timbel dari 1 g/l menjadi 0,5 g/l
(2000) dan menerapkan bensin tanpa timbel
bertahap berdasarkan area prioritas di 4 daerah/kota
yang telah disebutkan di atas. LSM juga memberikan
masukan berupa draft kebijakan terutama dalam
konteks Pricing Policy untuk penerapan bensin
tanpa timbel. Perkembangan menarik ketika
Menteri Lingkungan Hidup meminta komitmen
industri otomotif untuk memproduksi kendaraan
rendah emisi dengan penerapan teknologi canggih
dengan mengeluarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No 141/2003 tentang Standar
Emisi Kendaraan Tipe Baru yang akan berlaku
Status Penghapusan Bensin Bertimbel terhitung 1 Januari 2005. Namun sayangnya SK ini
tidak dapat diimplementasikan sesuai jadwal
Data tahun 2004 menunjukkan bahwa mengingat Pertamina sebagai pemegang monopoli
kebutuhan bensin nasional mencapai total konsumsi produksi dan distribusi BBM saat ini, tidak
12,338,513 KL dengan prosentase Bensin Premium memproduksi bahan bakar bersih secara memadai
RON 88 sebanyak 95,47%, Pertamax RON 92 terutama bensin tanpa timbel yang merupakan
sebanyak 3,18% dan Pertamax Plus RON 95 prasarat penerapan SK yang merujuk pada Standar
sebanyak 1,35%. Sementara daerah atau kota yang Emisi Euro 2 tersebut sebagaimana yang diinisiasi
sudah bebas bensin bertimbel adalah: oleh UN-ECE dalam Global Harmonization on Vehicle
Jabotabek (1 Juli 2001) dengan total permintaan Technology.
26% (dari kebutuhan Nasional)
Trade Off: Political Risk or Competitive Advantages
Cirebon (1 Oktober 2001) dengan total
permintaan 2,1%
Seperti disampaikan di atas, bahwa Kepmen
Bali (20 November 2002) dengan total LH 141/2003 mensyaratkan Industri Otomotif
permintaan 4,5% untuk memproduksi kendaraan Standard Euro 2
Batam (28 Juni 2003) deng an total pada 1 Januari 2005.
permintaan 0,9%.
Selain untuk tujuan memperbaiki kualitas udara Trade off: Political Risk or Save Our Children
dengan memperketat standar emisi kendaraan
bermotor, sebenarnya SK ini juga memberikan Memang diperlukan incremental cost untuk
peluang bagi industri otomotif untuk menselaraskan mengkonversi bensin bertimbel menjadi tidak
produknya agar tetap diminati oleh pasar terutama bertimbel. Perhitungan yang kami lakukan bersama
pasar regional Asia Tenggara. Namun kegagalan dengan Pertamina dan KLH menunjukkan perlu
Pertamina dalam menyediakan bahan bakar bersih incremental cost sebesar Rp 192 per liter. Sekilas mahal,
secara memadai, baik itu bensin tanpa timbel tetapi apabila kita bandingkan dengan dampak
maupun solar berkadar belerang rendah, kiranya kesehatan dan kerusakan lingkungan akibat
menyebabkan industri otomotif gagap mempertahankan bensin bertimbel, jelas bensin
menjadwalkan investasi untuk pengembangan tanpa timbel jauh lebih murah di samping sekaligus
teknologi advance sebagaimana dimandatkan oleh investasi jangka panjang bagi keberadaan generasi
Kepmen LH di atas, sehingga industri otomotif competitive. Pengalaman DKI Jakarta menunjukkan
mengutamakan berkutat pada produksi teknologi bahwa pada tahun 1999 telah terjadi dampak
usang yang hanya laku dijual di pasar dalam negeri. kesehatan dan kerusakan lingkungan yang
Tentu hal ini mempersempit peluang pasar dan menyebabkan warga Jakarta harus membayar beban
menciutkan pangsa pasar industri otomotif social sebesar Rp 850 milyar, padahal dampak
Indonesia di pasar Asia Tenggara, yang rata-rata tersebut dicegah dengan memasok bensin tanpa
telah demikian maju (periksa table 2). Kegagalan timbel yang hanya membutuhkan incremental cost saat
industri otomotif mengikuti Global Harmonization on itu sebesar Rp 120 per liter. Apabila incremental cost ini
Vehicle Technology karena tidak ditopang oleh pra- kita kalikan dengan total permintaan bensin di
syarat penyediaan bahan bakar bersih menyebabkan Jakarta yang mencapai 3 juta KL maka baru kita
penurunan Competitive Advantages yang sangat dapatkan angka Rp 360 milyar. Adalah Pemerintah
merugikan ekonomi makro nasional. Penutupan yang bijak yang memilih berinvestasi Rp 360 milyar
Pabrik Mitsubishi di Indonesia dan memilih guna menyelamatkan beban social yang harus
memusatkan produksi di Thailand adalah bukti nyata dibayarkan oleh masyarakat Jakarta yang mencapai
atas penurunan kemampuan kompetisi industri Rp 850 milyar. Didasarkan perhitungan ekonomi,
otomotif Indonesia. Keengganan Pertamina dalam kita harus mengambil resiko yang lebih rendah yaitu
memproduksi bahan bakar bersih, yang mungkin berinvestasi Rp 360 milyar guna mencegah baban
sebagai interpretasi atas keengganan Pemerintah yang mencapai Rp 850 milyar, plus upaya
untuk me-manage resiko politik dalam berinvestasi penyelamatan generasi penerus yang mampu
untuk penyediaan bahan bakar bersih telah berkompetisi.
berdampak buruk berupa kehancuran industri
otomotif nasional.
Disadari, ketakutan Pemerintah adalah semata Peran Politis Presiden dan DPR
kegamangan untuk membebankan kepada siapa atas
expenditure untuk menghapuskan bensin bertimbel, Berdasarkan pengalaman, mustahil upaya di
padahal dengan sebuah penjelasan atas logika atas dapat berjalan apabila tanpa peran politis
ekonomi seperti di atas, sudah tentu masyarakat akan Presiden dan DPR untuk mendukung Menteri
menerima. Lingkungan Hidup, Menteri Energi dan Menteri
Keuangan dalam memprioritaskan upaya
penghapusan bensin bertimbel, dengan langkah
Usulan Kebijakan kebijakan sebagaimana diusulkan di atas. Langkah
konkrit dari peran politis apabila Presiden berkenan
Hendaknya segera direalisasikan jadwal mengeluarkan Keputusan Presiden untuk ini
penghapusan bensin bertimbel secara nasional pada sehingga Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,
tahun ini sebagaimana yang telah dicanangkan Menteri Keuangan dan Menteri Lingkungan Hidup
Pemerintah melalui Menteri Lingkungan Hidup dapat mengintegrasikan langkah-langkah teknis
pada 29 Mei 2005, dengan technical option untuk mereka sesuai dengan mandat dari Keputusan
penetapan jenis octane booster dilakukan oleh Dirjend Presiden. Selanjutnya untuk implementasi, maka
MIGAS berdasarkan hasil kajian yang telah Dirjend MIGAS memperoleh acuan untuk
dilakukan Pertamina sejak tahun 2000. Tentu upaya pengembangan Spesifikasi Bahan Bakar yang tidak
ini akan lebih ringan mengingat beban telah teratasi lagi mengakomodasikan keberadaan bensin
dengan selesainya modifikasi Kilang Balongan yang bertimbel; dengan prioritas mengakomodasikan
diresmikan oleh Presiden RI pada hari ini. Untuk renewable octane booste, dus memberikan jawaban atas
jangka panjang (tahun 2007 dan seterusnya) krisis BBM sebagai manivestasi ketergantungan kita
sebaiknya ditempuh dengan: terhadap bahan bakar fosil yang saat ini tengah
Pengembangan renewable octane booster seperti mengalami keterbatasan pasokan dan
ethanol, misalnya Presiden membuat ketetapan ketidakterjangkauan harga.
penggunaan 10% octane booster jenis ini per 1
Januari 2008 dengan berlandaskan hasil kajian
dan uji coba BPPT yang telah berjalan baik. Balongan,28 Agustus 2005
Kebijakan ini harus diintegrasikan dengan
kebijakan agro-industri untuk keberlanjutan
bahan baku dan produksi ethanol: singkong,
tebu, jagung, dll sehingga ini juga berjalan lenear
bagi peningkatan kesejahteraan petani, termasuk www.indonesian-lic.org

perbaikan harga nilai produk akhir tebu. Di


samping itu juga diintegrasikan dengan kebijakan
industri otomotif sehingga pengembangan
otomotif ke depan juga memberikan peluang
berkembangnya industri bahan bakar berbasis
renewable octane booster/energy ini sebagaimana yang
telah berkembang pesat di Brazil, Amerika
Serikat, Thailand dan India.
Meneruskan modifikasi Kilang Cilacap yang
dihentikan oleh Menneg BUMN pada Maret
2004 yang lalu, sehingga dapat menstabilkan
kebutuhan bahan bakar bersih untuk skala
nasional. Tentu tidak ada alasan untuk tidak
melanjutkan modifikasi ini mengingat
pembiayaan untuk itu telah di-support oleh
Pemerintah Jepang melalui Mitsui Corporation
dan JBIC.

You might also like