Professional Documents
Culture Documents
dividen dari perusahaan pelat merah sebesar Rp 3 triliun pada 2017. Asumsi ini diajukan
berdasarkan kinerja berbagai perusahaan yang membaik pada semester pertama 2016.
Menteri Keuangan Sri Mulyani, menyatakan dividen dalam nota keuangan yang dibacakan
Presiden Joko Widodo pada Agustus lalu diajukan Rp 38 triliun. Ketika itu
capaian laba yang diterima berbagai perusahaan pelat merah pada semester satu kemarin.
Atas hal ini Kementerian BUMN yakin dividen bagian negara dapat meningkat Rp 3 triliun.
Sehingga total target dividen negara pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
2017 menjadi Rp 41 triliun. Sri berharap target tersebut dapat direalisasikan. Dengan
penambahan dividen, akan menambah penerimaan yang diperoleh negara di tengah situasi
ABSTRAK
Selama ini pendapatan bagian laba BUMN dari tahun ke tahun masih belum
menunjukkan kontribusi yang cukup signifikan terhadap APBN. Di dalam APBN 2016,
pendapatan bagian laba BUMN hanya sebesar 2% dari total target penerimaan. Sebagai salah
satu penggerak utama dalam perekonomian nasional, BUMN mempunyai potensi yang sangat
besar untuk berkembang yang sampai saat ini belum termanfaatkan secara optimal. Oleh
karena itu, sudah sewajarnya bila potensi BUMN ke depannya harus dioptimalkan sehingga
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar pada penerimaan nasional.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
membutuhkan penerimaan. Sebagian besar penerimaan negara saat ini diperoleh dari sektor
pajak. Namun, jika ditilik selama sepuluh tahun ke belakang, realisasi penerimaan dari sektor
pajak tidak pernah mencapai target. Kondisi ini menyebabkan seolah-olah pemerintah hanya
terfokus pada permasalahan perpajakan semata mengenai strategi pencapaian target ke depan.
Padahal masih terdapat sumber penerimaan lain yang bisa dioptimalkan pemerintah yaitu
Bagian laba dari BUMN merupakan salah satu sumber penerimaan PNBP. Selama ini
bagian laba dari BUMN atau setoran deviden dari tahun ke tahun masih belum menunjukkan
kontribusi yang cukup signifikan terhadap APBN. Di dalam APBN 2016, pendapatan bagian
laba BUMN ditargetkan mencapai 34,164 triliun atau hanya sebesar 2% dari total target
penerimaan. Padahal penerimaan dari laba BUMN seharusnya bisa lebih dioptimalkan
mengingat saat ini sudah ada lebih dari seratus BUMN di Indonesia.
Beberapa waktu yang lalu Bapak Jokowi selaku Presiden RI membacakan nota
keuangan dimana di dalam Nota Keuangan tersebut disebutkan bahwa penerimaan negara
dari bagian laba BUMN tahun 2017 ditargetkan sekitar 38 triliun. Namun Menteri Keuangan
kemudian memutuskan untuk menaikkan target setoran deviden sebesar 3 triliun setelah
melihat peningkatan capaian laba beberapa BUMN. Tentunya hal ini menjadi keuntungan
tersendiri bagi pemerintah karena bisa mendapatkan sumber penerimaan negara dari sektor
lain jika penerimaan perpajakan tidak tercapai. Pemerintah berharap target tersebut dapat
2
Sebagai salah satu penggerak utama dalam perekonomian nasional, BUMN
mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang yang sampai saat ini belum
termanfaatkan secara optimal. Keberadaan di hampir semua sektor usaha, kepemilikan aset
yang besar, serta menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
oleh sektor swasta menjadikan nilai lebih bagi BUMN. Sudah sewajarnya bila potensi
yang lebih besar pada perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan nasional pada
khususnya.
C. Rumusan Masalah
1. Mengapa kontribusi bagian laba BUMN terhadap penerimaan negara sangat kecil?
3. Kebijakan apa yang akan dilakukan pemerintah untuk mengoptimalkan peran BUMN
D. Metodologi Penelitian
beberapa data yang berkaitan langsung dengan topik pembahasan kemudian dilakukan
analisis sehingga diperoleh kesimpulan mengenai kebijakan yang tepat untuk menyelesaikan
3
BAB II LANDASAN TEORI
Menurut UU nomor 19 Tahun 2003, yang dimaksud dengan Badan Usaha Milik Negara
yang selanjutnya disebut dengan BUMN ialah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari
Selain berperan dalam menggerakkan perekonomian, saat ini BUMN juga mempunyai
peran penting dalam meningkatkan penerimaan negara karena pendapatan laba BUMN
merupakan salah satu komponen dari peneriman PNBP. Pendapatan BUMN yang disetor ke
kas negara merupakan laba bersih setelah pajak yang dihasilkan oleh BUMN dan perseroan
2. Mengejar keuntungan;
bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
4. Menjadi perintis kegiatankegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi
4
BAB III PEMBAHASAN
(Belanda) yang kemudian ditetapkan sebagai perusahaan negara. Dulu jumlah BUMN tentu
tidaklah banyak seperti sekarang ini. Seiring dengan perkembangan jaman dan adanya
tuntutan untuk menjadi perintis kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh pihak
swasta, menjadikan jumlah BUMN semakin banyak dan tersebar di berbagai sektor ekonomi.
Berikut tabel perkembangan jumlah BUMN selama lima tahun terakhir yang diambil dari
Selama lima tahun terakhir, jumlah BUMN telah mencapai lebih dari seratus. Pada
tahun 2011 jumlah BUMN mencapai 141 tetapi di tahun 2015 turun menjadi 118 karena
adanya kebijakan merger pada beberapa BUMN. Namun jumlah BUMN yang banyak tidak
menjamin adanya penambahan kontribusi pada penerimaan negara. Sampai saat ini masih
terdapat BUMN yang mengalami kerugian seperti terlihat pada tabel berikut :
5
Di tahun 2013 masih terdapat 30 BUMN yang rugi kemudian menurun di tahun 2014
dan 2015 menjadi 18 BUMN yang rugi. Walaupun jumlahnya mengalami penurunan, kondisi
ini mencerminkan bahwa selama ini masih terdapat BUMN yang kinerjanya belum efisien.
BUMN seharusnya dapat memberikan kontribusi yang lebih kepada pemerintah mengingat
pemerintah juga telah memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada BUMN.
Tujuan dari PMN salah satunya adalah agar menambah daya saing bagi BUMN itu
sendiri. Dengan adanya tambahan dana, BUMN diharapkan bisa melakukan ekspansi bisnis.
Pada tahun 2015 pemerintah telah melakukan penambahan PMN ke 33 BUMN dengan nilai
sekitar 48 triliun. Angka yang lumayan besar bila dibandingkan dengan keterbatasan dana
pemerintah dalam APBN. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan PMA ini ibarat pisau
bermata dua. Pemberian PMN yang tepat sasaran akan berdampak pada meningkatnya kinerja
Agar pemerintah dapat memainkan peran yang lebih besar dalam penyediaan layanan
publik, pemerintah juga memerlukan penerimaan yang lebih besar. Selain meningkatkan
penerimaan dari sektor perpajakan, penerimaan dari PNBP juga perlu ditingkatkan salah
satunya dengan cara meningkatkan setoran dividen BUMN. Selama lima tahun terakhir
penerimaan negara dari setoran deviden berada di kisaran 31 triliun sampai dengan 40 triliun
6
Sedangkan komposisi realisasi penerimaan APBN selama lima tahun terakhir tersaji dalam
tabel di bawah.
positif, baik dari sisi aktiva, ekuitas, pendapatan, maupun laba usaha. Sebagai dampak dari
perkembangan positif kinerja BUMN, kontribusi BUMN terhadap APBN dalam periode
2011-2014 khususnya dari pembayaran dividen terus mengalami peningkatan. Dalam periode
tersebut kontribusi BUMN dari pembayaran dividen terhadap PNBP meningkat rata-rata
Dari data tabel di atas, jika diperhatikan penerimaan negara dari bagian laba BUMN
memang cenderung naik tiap tahun. Namun yang menjadi sebuah ironi adalah proporsi
penerimaan bagian laba BUMN terhadap penerimaan terbilang masih sangat kecil yaitu
berada di kisaran angka 9-14% dari total PNBP atau 2% dari total penerimaan.
Hal ini menunjukkan bahwa peran BUMN dalam menyumbang penerimaan negara belum
terlalu signifikan.
Pada tahun 2015 terdapat kebijakan pemerintah untuk meningkatkan peran BUMN
(Nawa Cita) terutama dalam bidang kedaulatan energi, kedaulatan pangan, pembangunan
infrastruktur dan maritim. Untuk itu, pemerintah menerapkan kebijakan pay out ratio yang
7
tepat untuk mendukung penguatan permodalan BUMN. Kondisi ini berdampak pada target
pendapatan laba BUMN tahun 2016 yang mengalami penurunan dari target tahun 2015
Di dalam lingkup BUMN itu sendiri juga terjadi pareto condition dimana beberapa
BUMN menjadi penentu dalam penerimaan negara sedangkan yang lain hanya mempunyai
pengaruh yang kecil. Realisasi penerimaan dari bagian pemerintah atas laba BUMN pada
tahun 2015 sebesar 82% berasal dari 10 BUMN terbesar. Nilai ini menunjukkan masih
banyak BUMN yang tingkat profitabilitasnya rendah, bahkan masih ada yang tercatat merugi.
BUMN salah satunya dapat diukur dari kontribusi yang diberikan kepada pemerintah melalui
pemberian deviden yang dibagikan dari laba bersih. Sayangnya sampai dengan saat ini
BUMN dinilai masih kurang signifikan dalam menyumbang negara. Banyak pihak yang
mulai meragukan tentang kualitas dan kinerja dari BUMN. Terlepas dari benar dan tidaknya
tentang kerugian yang dialami BUMN, menjadikan publik bersifat skeptis terhadap BUMN.
8
Beberapa masalah yang sering dihadapi BUMN adalah sebagai berikut:
1. Kinerja Pengelolaan BUMN yang belum optimal. Kondisi ini disebabkan karena
2. Kualitas barang dan jasa yang rendah disebabkan kurang mutakhirnya teknologi yang
3. Tidak responsif terhadap kebutuhan publik yang disebabkan oleh lambannya proses
Seiring dengan perkembangan zaman BUMN menghadapi beberapa tuntutan antara lain
BUMN dituntut untuk dapat memberikan sumbangsih penerimaan yang signifikan terhadap
APBN melalui setoran deviden, BUMN dituntut untuk menghasilkan barang dan jasa yang
murah dan berkualitas tinggi, serta dituntut untuk ekonomis dan efisien sehubungan dengan
secara optimal sehingga dapat ikut serta dan menjadi garda terdepan bersama pemerintah
Kondisi BUMN di Indonesia saat ini memang belum sepenuhnya menggembirakan. Dari
jumlah yang ada, banyak diantaranya yang perlu dipertanyakan eksistensinya karena kinerja
yang buruk, inefisiensi dan tidak sehat. Meskipun ada beberapa BUMN yang dapat bersaing
di pasar global, namun jumlahnya sangat kecil. Pengelolaan yang belum optimal ini akan
menimbulkan potensi bagi BUMN untuk membebani fiskal ke depannya. BUMN yang
memiliki kinerja kurang baik, pada akhirnya hanya akan membebani pengeluaran negara.
9
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai BUMN bermasalah. Walaupun
sudah lebih dari 50 tahun semenjak BUMN dibentuk, BUMN belum menunjukkan kinerja
yang menggembirakan. Berkaca dari kondisi itu, sudah sewajarnya perlu dilakukan
pembenahan dalam tubuh BUMN. Kebijakan yang dapat diambil dalam upaya mengatasi
Restrukturisasi
adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMN yang merupakan salah satu
langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja
1. Mengubah kontrol pemerintah terhadap BUMN yang semula secara langsung (control by
process) menjadi kontrol berdasarkan hasil (control by result). Pengontrolan atas BUMN
tidak perlu lagi melalui berbagai formalitas aturan dan perijinan, akan tetapi melalui
penentuan target-target kualitatif dan kuantitatif yang harus dicapai oleh manajemen
BUMN, seperti ROE (Return On Asset), ROI (Return On Investment) dan lainnya.
2. Peningkatan kinerja aparatur dalam menjalan tugas dan fungsinya antara lain dengan
perubahan budaya dan pola kerja serta peningkatan kualitas dan kapasitas SDM BUMN,
3. Melakukan reorganisasi untuk menata kembali kedudukan dan fungsi BUMN dalam
4. Mengkaji berbagai aspek yang terkait dengan kinerja BUMN, salah satunya dengan
10
kinerja setiap unit dan individu dapat terukur serta dapat diberikan reward dan
Sesuai dengan arah kebijakan dan rencana strategis pemerintah, kebijakan utama terkait
menuju jumlah yang ideal. Kebijakan rightsizing salah satunya dilaksanakan melalui holding
yang bertujuan untuk peningkatan daya saing BUMN, penciptaan nilai tambah, dan
pembentukan induk usaha (holding) pada tujuh sektor sebagai bagian dari peta jalan BUMN
tahun 2015-2019. Jumlah BUMN nantinya akan berkurang dari jumlah saat ini
meningkatkan daya saing, memperkuat kemampuan pendanaan, serta efisiensi dan efektivitas
usaha yang bermuara pada peningkatan kinerja perusahaan. Dengan operasi yang lebih
efisien, diharapkan pendapatan dan laba akan meningkat, sehingga secara langsung dapat
Privatisasi
industri dari pemerintah ke sektor swasta yang berimplikasi kepada dominasi kepemilikan
saham akan berpindah ke pemegang saham swasta. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 74
Undang-undang nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN tujuan dari privatisasi adalah
meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan serta meningkatkan peran serta
11
Selama ini kebijakan privatisasi memang mengundang pro dan kontra di kalangan
masyarakat. Banyak pihak berpendapat privatisasi dianggap merugikan negara dan tidak
nasionalis. Namun terlepas dari pro dan kontra itu sendiri, sebenarnya privatisasi memberikan
manfaat yang baik bagi BUMN maupun pemerintah. Kebijakan privatisasi akan membantu
pemerintah dalam menopang penerimaan negara dan menutupi defisit APBN sekaligus
menjadikan BUMN lebih efisien dan profitable dengan melibatkan pihak swasta di dalam
pengelolaannya sehingga membuka pintu bagi persaingan yang sehat dalam perekonomian.
Dalam jurnal yang ditulis Kuntoro Mangkusubroto, setidaknya ada empat manfaat yang
Studi yang dilakukan oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa delapan dari sembilan kasus
meningkat. Privatisasi juga menghilangkan hambatan pada investasi baru dan akses
Beberapa negara telah menghimpun sejumlah dana hasil privatisasi, misalnya di Amerika
Latin dana hasil privatisasi terkumpul hingga 15% dari pendapatan pajak tahunannya.
Arus dana hasil privatisasi ini dapat dipakai untuk melanjutkan program stabilisasi
ekonomi makro dan membayar sebagian besar utang negara. Privatisasi juga telah
mengurangi kebutuhan pemerintah untuk melanjutkan subsidi bagi BUMN, yang berarti
Peningkatan efisiensi pada industri yang diatur oleh pemerintah berdampak pada
penyaluran harga barang kepada konsumen dengan harga yang lebih rendah. BUMN yang
12
diprivatisasikan berupaya secara lebih agresif untuk meningkatkan mutu dan
peningkatan remunerasi termasuk bonus, dan sebagian besar karyawan memperoleh gain
Governance juga mutlak dilakukan terkait dengan fungsinya untuk melayani masyarakat.
Sudah sepatutnya BUMN memiliki kinerja dan pengelolaan yang baik untuk memastikan
pengelolaan yang transparan, akuntabel dan efisien. Apabila Good Corporate Governance
dapat diterapkan pada seluruh BUMN, tidak menutup kemungkinan bahwa kinerja BUMN
akan optimal yang pada akhirnya dapat meningkatkan laba BUMN dan penerimaan negara
semakin besar.
13
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan paparan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa selama ini pendapatan laba
BUMN dari tahun ke tahun masih belum menunjukkan kontribusi yang cukup signifikan
terhadap APBN atau sekitar 2% dari total penerimaan. Padahal penerimaan dari laba BUMN
seharusnya bisa lebih dioptimalkan mengingat saat ini sudah ada lebih dari seratus BUMN di
Indonesia. Kondisi ini terjadi karena pada umumnya BUMN belum dikelola secara optimal
sehingga masih banyak BUMN yang tidak perform dan mengalami kerugian.
Berkaitan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja dari BUMN,
kebijakan yang dapat diambil antara lain dengan restrukturisasi dan privatisasi. Kebijakan
negara dan menutupi defisit APBN sekaligus menjadikan BUMN lebih efisien dan profitable
dengan melibatkan pihak swasta di dalam pengelolaannya sehingga membuka pintu bagi
Selain itu BUMN juga harus dikelola berdasarkan prinsip Good Corporate Governance
untuk memastikan pengelolaan yang transparan, akuntabel dan efisien. Apabila Good
Corporate Governance dapat diterapkan pada seluruh BUMN, tidak menutup kemungkinan
bahwa kinerja BUMN akan optimal yang pada akhirnya dapat meningkatkan laba BUMN dan
14
REFERENSI
Bastian, Indra. 2002. Privatisasi di Indonesia: Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba
Empat
Kementerian BUMN. 2016. Laporan Kinerja Kementerian BUMN Tahun 2015. Kementerian
BUMN. Jakarta
Kementerian Keuangan. 2016. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2015 (Audited).
Kementerian Keuangan. Jakarta
Republik Indonesia. 2015. Buku II Nota Keuangan Beserta Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2016. Republik Indonesia. Jakarta
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Badan Usaha Milik Negara. 19
Juni 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70. Jakarta
Unggul Budi Susilo. 2014. Optimalisasi Penerimaan Negara dari Sektor PNBP.
http://www.kemenkeu.go.id/Artikel/optimalisasi-penerimaan-negara-dari-sektor-pnbp,
2 November 2016
http://katadata.co.id/berita/2016/09/21/kinerja-membaik-dividen-bumn-dinaikkan-rp-3-
triliun, 29 Oktober 2016
15