Professional Documents
Culture Documents
DERMATITIS VENENATA
Disusun Oleh :
2012730145
Pembimbing:
0
BAB I
Laporan Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : An. SA
No. CM : 668XXX
Tanggal Lahir: 23 Maret 2007 Umur: 10 tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki
Alamat : Residen Sawah Gede
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Belum Bekerja
Agama : Islam
Status Marital: Belum menikah
B. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Bercak kemerahan disertai gatal dan perih pada dada, perut, dan
pinggul kanan.
1
dengan ventilasi jendela yang sedikit terbuka. Selama ini pasien tidur bersama
adik pasien, dan adik pasien memiliki keluhan yang sama seperti yang
dirasakan pasien.
e. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat untuk mengobati keluhan yang dirasakan saat
ini.
f. Riwayat Alergi
Alergi terhadap makanan, dan obat-obatan disangkal.
g. Riwayat Psikososial
Pasien baru pindah rumah beberapa minggu ini. Dirumah dan sekitar rumah
terdapat taman dan sawah yang luas. Di lingkungan rumah baru pasien sering
ditemukan tomcat. Dalam beberapa hari terakhir pasien tidur bersama adik
pasien dalam kamar dengan ventilasi jendela yang sedikit terbuka.
C. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan.
Kesadaran : Komposmentis.
BB : 30 kg TB : 135 cm
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/m, isi cukup, kuat angkat
Pernafasan : 18 x/m, reguler
Suhu : 36,6 C
Kepala : Normal
2
Telinga : Sekret (-)
Hidung : Sekret (-), kemerahan (-)
Mulut : Mukosa bibir lembab
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Vocal fremitus yang simetris.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler kanan=kiri, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
BJ I/II reguler murni
Abdomen
Inspeksi : Datar, benjolan (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran
Auskultasi : Bising usus normal
b. Status Dermatologi
D: Regional
At Regio: Thorakal dextra, abdominal dextra, sias dextra
Lesi: polimorfik, sirkumskripta, multiple
Efloresensi: Makula eritema, vesikel,
3
D. Rencana Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Tzank dari kerokan dasar vesikel yang telah pecah.
E. Resume
Anak laki-laki, usia 10 tahun datang dibawa oleh ibunya dengan keluhan
bercak kemerahan disertai rasa gatal dan perih pada dada, perut, dan pinggul kanan
sejak 4 hari SMRS. Awalnya pasien merasakan perubahan pada kulit berupa bercak
kemerahan disekitar dada, perut, dan pinggul kanan dan disertai rasa gatal hingga
pasien terus-menerus menggaruknya, selanjutnya timbul bruntus-bruntus kecil berisi
cairan serta rasa perih (terbakar) dan panas, dan kemudian lepuhan kecil ini pecah dan
mengeluarkan cairan jernih. Keluhan ini muncul secara tiba-tiba dan disadari pasien
saat bangun tidur.
Pasien baru beberapa minggu ini pindah ke rumah baru, dan kamar pasien
terletak dekat taman rumah. Di lingkungan rumah baru pasien sering ditemukan
tomcat. Dalam beberapa hari terakhir pasien tidur dalam kamar dengan ventilasi
jendela yang sedikit terbuka. Selama ini pasien tidur bersama adik pasien, dan adik
pasien memiliki keluhan yang sama.
Pemeriksaan generalis dalam batas normal dan pada pemeriksaan
dermatologis didapatkan distribusi: regional; at regio: thorakal, abdominal, sias; lesi:
polimorfik, sirkumskripta, multiple; efloresensi: makula eritema, vesikel, erosi.
F. Diagnosis Banding
1. Dermatitis Venenata
2. Herpes zoster
4
G. Diagnosis Kerja
Dermatitis Venenata
H. Penatalaksanaan
a. Umum
1. Menghindari pajanan terhadap Tomcat (Paederus sp).
2. Memberikan informasi kepada pasien untuk menutup jendela kamar
sebelum tidur.
3. Mencegah garukan pada daerah yang gatal.
b. Khusus
1. Topikal : Hydrocortisone krim 1 % 2x sehari.
2. Sistemik : Loratadine tablet 10 mg 1x sehari per oral.
I. Prognosis
a. Quo ad vitam : Bonam
b. Quo ad functionam : Bonam
c. Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
5
BAB II
ANALISA KASUS
6
BAB II
ANALISA KASUS
BERDASARKAN TEORI
Dermatitis Venenata merupakan dermatitis kontak iritan tipe akut lambat
(gejala sama dengan DKI akut namun lesi baru muncul 8-24 jam atau
lebih setelah kontak), dapat dialami oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras, dan jenis kelamin, yang biasanya disebabkan
oleh gigitan, liur atau bulu serangga yang terbang pada malam hari.
Spesies serangga yang paling sering menyebabkan dermatitis
venenata adalah dari genus Paederus. Paederus merupakan makhluk
nocturnal dan tertarik dengan cahaya putih dan terang.
Hemolimfe dari paederus mengandung suatu bahan aktif yakni paederin
yang kemudian menyebabkan keluhan gatal, rasa panas tebakar,
kemerahan pada kulit yang timbul dalam 12-48 jam setelah kulit
terpapar.
7
2. Pemeriksaan Dermatologis
Pemeriksaan dermatologis didapatkan distribusi: regional; at regio:
thorakal, abdominal, sias; lesi: polimorfik, sirkumskripta, multiple;
efloresensi: makula eritema, vesikel, erosi.
BERDASARKAN TEORI
Gambaran lesi pada dermatitis venenata ec paederus, berupa:
Gambaran lesi berupa patch eritem linear yang kemudian berlanjut
menjadi vesikel, bula, terkadang bula menjadi pustular, bahkan nekrosis.
Pada pasien yang datang ke tenaga medis, bula dapat intak ataupun sudah
terjadi erosi dengan dasar eritem. Lesi mulai muncul setelah 8-24 jam
setelah terpapar bahan aktif dan membaik dalam waktu seminggu
Lesi biasanya terjadi pada tempat yang tidak tertutupi, misalnya
tangan, kaki juga leher dan wajah, khususnya area periorbital, yang
merupakan bagian tubuh paling sering menjadi predileksi.
Adanya kissing phenomenon, yang berarti yang tertempel atau terkena lesi
akan berubah menjadi lesi yang baru.
8
C. Alasan memberikan penatalaksanaan pada kasus
Penatalaksanaan pada kasus
a. Umum
1. Menghindari pajanan terhadap Tomcat (Paederus sp).
2. Memberikan informasi kepada pasien untuk menutup jendela kamar sebelum
tidur.
3. Mencegah garukan pada daerah yang gatal.
b. Khusus
1. Topikal : Hydrocortisone krim 1 % 2x sehari.
2. Sistemik : Loratadine tablet 10 mg 1x sehari per oral.
BERDASARKAN TEORI
Pengobatan non medikamentosa yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan
iritan yang menjadi penyebab, baik yang bersifat mekanik, fisis, maupun kimiawi.
Pengobatan sistemik :
Antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis
akibat iritan. Secara klinis antihistamin biasanya diresepkan untuk mengobati
beberapa gejala simptomatis.
a. Antihistamin
Chlorpheniramine maleat
Dewasa : 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 0,09 mg/KgBB/dosis, sehari 3 kali
9
Diphenhydramine HCl
Dewasa : 10-20 mg/dosis i.m. sehari 1-2 kali
Anak : 0,5 mg/KgBB/dosis, sehari 1-2 kali
Loratadine
Dewasa : 1 tablet sehari 1 kali
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DERMATITIS VENENATA
A. DEFINISI
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menyebabkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan
keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu terjadi bersamaan, bahkan mungkin hanya
satu jenis misalnya, hanya berupa papula (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan
menjadi kronis.1
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
menempel pada kulit. Dikenal dua jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan
dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan adalah reaksi peradangan pada kulit
non-imunologik, yaitu kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses
pengenalan/sensitisasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergi adalah reaksi peradangan pada
kulit yang terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu bahan
penyebab/alergen.1
B. EPIDEMIOLOGI
Dermatitis kontak iritan dapat dialami oleh semua orang dari berbagai golongan
umur, ras, dan jenis kelamin. Pada DKI akibat serangga khususnya yang disebabkan
Paederus kejadiannya meningkat pada musim penghujan, karena cuaca yang lembab
merupakan lingkungan yang sesuai bagi organisme penyebab dermatitis venenata (misal:
Genus Paederus).1,2
C. ETIOPATOGENESIS
Dermatitis Venenata merupakan dermatitis kontak iritan tipe akut lambat (gejala sama
dengan DKI akut namun lesi baru muncul 8-24 jam atau lebih setelah kontak) yang biasanya
disebabkan oleh gigitan, liur atau bulu serangga yang terbang pada malam hari, atau dapat
juga disebabkan oleh terpaparnya bahan iritan dari beberapa tanaman seperti rumput, bunga,
pohon mahoni, dan lain sebagainya.2
Spesies serangga yang paling sering menyebabkan dermatitis venenata adalah dari
genus Paederus. Paederus dewasa panjang tumbuhnya 7-10 mm dan lebar 0,5 mm
11
seukuran dengan nyamuk. Paederus berkepala hitam dengan abdomen di caudalnya dan
juga elytral (struktur yang membungkus sayap dan sepertiga atas segmen abdomen).
Meskipun paederus dapat terbang, namun paederus lebih sering berlari dan meloncat.
Paederus merupakan makhluk nocturnal dan tertarik dengan cahaya putih dan
terang. Hemolimfe dari paederus mengandung suatu bahan aktif yakni paederin yang
kemudian menyebabkan keluhan gatal, rasa panas tebakar, kemerahan pada kulit yang
timbul dalam 12-48 jam setelah kulit terpapar.3
Salah satu penyebab munculnya dermatitis venenata adalah toksin yang terdapat
pada gigitan, liur, maupun bulu serangga. Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh toksin melalui 4 mekanisme kerja kimiawi atau fisis. Toksin dapat
merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan
mengubah daya ikat air terhadap kulit.1,4
Kebanyakan toksin dapat mengakibatkan kerusakan membaran. Kerusakan
membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat (AA), diasilgliserida
(DAG), platelet activating factor (PAF), dan inositida (IP3). AA dirubah menjadi
prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). Prostaglandin dan leukotrien menginduksi
vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah transudasi
komplemen dan kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit
dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mas melepaskan histamin, LT dan PG lain, dan PAF,
sehingga memperkuat perubahan vaskular.1
Diasilgliserida dan second messengers lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis
protein, misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte-macrophage colony stimulating
factor (GMCSF). IL-1 mengaktifkan sel T-penolong mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi
reseptor IL-2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut. Pada
12
kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNF- yang dapat mengaktivasi sel T,
makrofag dan granulosit.
Rentetan kejadian tersebut mengakibatkan gejala peradangan klasik di tempat
terjadinya kontak dengan kelainan kulit setelah kontak berulang kali, yang dimulai dengan
kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi menyebabkan desikasi sehingga kulit
kehilangan fungsi sawarnya. Hal tersebut akan mempermudah kerusakan sel dilapisan
kulit yang lebih dalam.1
D. GAMBARAN KLINIS
Dermatitis venenata termasuk ke dalam tipe DKI akut lambat. Keluhan yang
dirasakan dirasakan pedih, panas, rasa terbakar, dan gatal. Gejala klinis yang dapat
ditemukan dari pasien dengan dermatitis venenata antara lain:1,5
a. Tidak ada gejala prodromal.
b. Lesi muncul tiba-tiba pada pagi hari atau setelah berkebun dan terasa gatal
serta pedih.
c. Kulit yang terpapar oleh bahan aktif paederin akan menjadi eritem, disertai rasa perih,
panas dan terbakar. Bila lesi ini digaruk, maka lesi ini akan menyebar dan membentuk
gambaran lesi berupa patch eritem linear yang kemudian berlanjut menjadi vesikel,
bula, terkadang bula menjadi pustular, bahkan nekrosis. Pada pasien yang datang ke
tenaga medis, bula dapat intak ataupun sudah terjadi erosi dengan dasar eritem. Lesi
mulai muncul setelah 8-24 jam setelah terpapar bahan aktif dan membaik dalam waktu
seminggu
d. Lesi biasanya terjadi pda tempat yang tidak tertutupi, misalnya tangan, kaki juga leher
dan wajah, khususnya area periorbital, yang merupakan bagian tubuh paling sering
menjadi predileksi.
e. Adanya kissing phenomenon, yang berarti yang tertempel atau terkena lesi akan berubah
menjadi lesi yang baru.
E. DIAGNOSIS
Diagnosis dermatitis venenata dapat ditegakkan melalui anamnesa dan
pemeriksaan fisik yang cermat. Riwayat kegiatan sebelumnya penting untuk ditanyakan
mengingat penyakit ini biasanya timbul akibat bulu serangga yang terbang pada malam
hari.1,5
13
H. PENATALAKSANAAN1,6
Upaya pengobatan non medikamentosa yang terpenting adalah menghindari
pajanan bahan iritan yang menjadi penyebab, baik yang bersifat mekanik, fisis, maupun
kimiawi. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan sempurna, dan tidak terjadi komplikasi,
maka DKI tersebut akan sembuh tanpa pengobatan topikal, mungkin cukup dengan
pemberian pelembab untuk memperbaiki sawar kulit.
Pengobatan sistemik :
Kortikosteroid sistemik hanya diberikan penyakit berat. Ketika pertahanan kulit rusak,
hal tersebut berpotensial untuk terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri. Perubahan pH
kulit dan mekanisme antimikroba yang telah dimiliki kulit, mungkin memiliki peranan
yang penting dalam evolusi, persisten, dan resolusi dari dermatitis akibat iritan, tapi hal ini
masih dipelajari. Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk
mencegah perkembangan selulit dan untuk mempercepat penyembuhan. Antihistamin
mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis akibat iritan. Secara
klinis antihistamin biasanya diresepkan untuk mengobati beberapa gejala simptomatis.
a. Kortikosteroid, hanya untuk kasus yang berat dan digunakan dalam waktu singkat.
Prednisone
Dewasa : 5-10 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 1 mg/KgBB/hari
Dexamethasone
14
Dewasa : 0,5-1 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 0,1 mg/KgBB/hari
Triamcinolone
Dewasa : 4-8 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 1 mg/KgBB/hari
b. Antihistamin
Chlorpheniramine maleat
Dewasa : 3-4 mg/dosis, sehari 2-3 kali p.o
Anak : 0,09 mg/KgBB/dosis, sehari 3 kali
Diphenhydramine HCl
Dewasa : 10-20 mg/dosis i.m. sehari 1-2 kali
Anak : 0,5 mg/KgBB/dosis, sehari 1-2 kali
Loratadine
Dewasa : 1 tablet sehari 1 kali
c. Antibiotik sistemik
Sefadroksil 2 x500 mg selama 5 hari, untuk pengobatan infeksi sekunder.
I. PROGNOSIS
Bila bahan iritan yang menjadi penyebab dermatitis tersebut tidak dapat
disingkirkan dengan sempurna, maka prognosisnya kurang baik.1
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Sularsito SA, Soebaryo RW. Dermatitis kontak. In: Menaldi SLS, Bramono K, Indriatmi
W, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2015. p.158-61.
2. Abdullah B.,Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit,Indonesia: Pusat
Penerbitan Universitas Airlangga; 2009. p.94-96.
3. Gurcharan Singh, Syed Yousuf Ali. Paederus Dermatitis. Indian J Dermatol Venerol
Leprol January-February 2007.Vol 73
4. Amado A, Sood A, Taylor JS. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine [internet].
8th ed. New York: McGraw-Hill; 2012. Chapter 48, Irritant Contact Dermatitis [cited
2017 July 25]. Available from:
http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=56034835
5. Donald U. Dermatitis Venenata [internet]. 2012 [cited 2017 July 25]. Available from:
http://www.doctortreatments.com/Diseases_Of_The_Skin/Class_II_Inflammations_Der
matitis_Venenata.htm
6. Pohan SS., Hutomo MM., Sukanto H., Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Indonesia: Pusat Penerbitan Universitas Airlangga. Hal.5-8.
16