Professional Documents
Culture Documents
Gambar 5.7 Usulan Revisi Rencana RTH kota Banda Aceh (23,89 %)
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Strategi secara khusus dilakukan berdasarkan luas dan potensi RTH di masing-
masing kecmatan di wilayah Kota Banda Aceh sebagai berikut:
Halaman - 57
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 58
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 59
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 60
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 61
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 62
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 63
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 64
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 65
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
BAB VI
RENCANA PEMBANGUNAN RTH KOTA BANDA ACEH
Tabel 6.2 Rencana Pembangunan RTH Kota Banda Aceh Tahun 2029
Kecamatan
No Jenis RTH Banda Baitur- Lueng Syiah Ulee Jumlah Persentase
Meuraxa Jaya Baru Kuta Alam Kuta Raja
Raya rahman Bata Kuala Kareng (ha) (%)
Publik
1 Taman Kota 14,15 17,23 25,87 7,37 23,05 43,99 9,83 32,46 25,86 199,82 3,26
2 Hutan Kota 2,00 6,00 6,00 8,00 4,00 8,00 6,00 40,00 0,65
3 Jalur Hijau Jalan 24,19 12,60 15,96 17,80 33,49 17,37 11,87 20,50 153,79 2,51
4 Jalur Hijau Sempadan Sungai 0,00 0,00
5 Jalur Hijau Sempadan Pantai 36,48 36,48 0,59
6 RTH Lap. Olah Raga 6,43 26,96 6,60 7,63 10,43 21,11 4,54 10,67 10,58 104,95 1,71
7 RTH Lingkungan Perkantoran 0,00 0,00
8 RTH Pemakaman 0,94 1,96 2,41 1,92 4,47 2,90 1,35 15,95 0,26
Total (ha) 47,71 64,74 56,85 15,00 61,20 107,06 76,22 57,91 64,29 550,98 8,98
Persentase (%) 0,78 1,06 0,93 0,24 1,00 1,75 1,24 0,94 1,05 8,98
Sumber: Hasil Analisis
Halaman - 66
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Peluang pembangunan RTH Kota Banda Aceh adalah dengan menambah Taman
Kota, Hutan Kota dan Jalur Hijau jalan. Menambah luasan Taman Kota dapat dilakukan
dengan mengkonversi lahan-lahan terlantar masyarakat, sawah atau kebun yang tidak
produktif lagi. Tetapi caranya membutuhkan dana yang besar dengan catatan harga tanah
tidak mengalami kenaikan berarti atau dikonversikan menjadi kawasan perumahan atau
perdagangan/jasa. Peluang terbesar lainnya dalam menambah luasan RTH Kota Banda
Aceh adalah dengan membangun Jalur Hijau Jalan pada jalan-jalan lama maupun jalan-
jalan baru yang akan dibuka.
Dalam merencanakan kebutuhan luasan RTH selain pertimbangan luasan wilayah
perlu juga mempertimbangkan kebutuhan berdasarkan kepdatan penduduk dan distribusi
RTH dalam suatu wilayah kota, sehingga dalam menentukan luasan ideal RTH faktor-faktor
tersebut perlu dipertimbangkan, disamping ketersedian lahan. Sebagai contoh, luas wilayah
Kecamatan Baiturrahman 453,9 ha., berdasarkan ketentuan luas RTH yang dibutuhkan
seluas 90,78 ha., telah tersedia RTH seluas 76,07 ha., sehingga hanya membutuhan RTH
seluas 14,71 ha. Namun bila ditinjau dari kepadatan jumlah penduduk, maka RTH dalam
bnetuk Taman dibutuhkan seluas 69,11 ha., adapun RTH Taman yang tersedia hanya
seluas 6,31 ha., sehingga idealnya membutuhkan RTH Taman seluas 62,8 ha. Hal tersebut
tidak mungkin terpenuhi mengingat Kecamatan terletak dipusat Kota Banda Aceh yang
lahannya sudah sangat sempit. Sehingga penambahan RTH Taman yang memungkinkan
adalah meng-akusisi dan merivitalisasi taman privat yang ada menjadi RTH Taman publik.
6.2 Rencana Pembangunan RTH, Taman dan Jalur Hijau Kota Banda Aceh
Salah satu bentuk RTH yang paling umum dan memenuhi fungsi RTH baik dari segi
ekologi maupun sosial adalah taman. Adapun pengembangan jalur-jalur hijau membantu
membentuk struktur ruang kota dan berperan sebagai infrastruktur hijau.
Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian penting dari struktur pembentuk kota,
dimana ruang terbuka hijau kota memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kota
yang juga diperuntukkan sebagai ruang terbuka penambah dan pendukung nilai kualitas
lingkungan dan budaya suatu kawasan. Keberadaan ruang terbuka hijau kota sangatlah
diperlukan dalam mengendalikan dan memelihara integritas dan kualitas lingkungan. Ruang
terbuka hijau memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi intrinsik sebagai penunjang ekologis
dan fungsi ekstrinsik yaitu fungsi arsitektural (estetika), fungsi sosial dan ekonomi.
Halaman - 67
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Dalam rencana tata ruang, maka kedudukan RTH merupakan ruang terbuka publik
yang direncanakan pada suatu kawasan, yang tersusun atas RTH dan ruang terbuka non
hijau. Ruang terbuka hijau, memiliki fungsi dan peran khusus pada masing-masing kawasan
yang ada pada setiap perencanaan tata ruang kabupaten/kota. RTH direncanakan dalam
bentuk penataan tumbuhan, tanaman, dan vegetasi, agar dapat berperan dalam mendukung
fungsi ekologis, sosial budaya, dan arsitektural, sehingga dapat memberi manfaat optimal
bagi ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Salah satu tujuan pengelolaan dan pengembangan RTH dalam kota adalah
menciptakan kualitas visual yang diperlihatkan oleh vegetasi. Semakin banyak ruang ter-
buka (baik jenis maupun luasnya) yang ditanami pohon-pohonan yang mempunyai strata
banyak, tutupan yang rapat, dan keanekaragaman tinggi, akan meningkatkan kualitas visual
berupa keindahan tata hijau dari kumpulan vegetasi tersebut. Untuk itu dalam pemilihan
jenis pohon harus diperhatikan baik jenis maupun struktur pohon maupun daunnya. Nilai
keindahan tata hijau suatu RTH sangat tergantung dalam pemilihan jenis pohon.
Pengembangan konsep ruang terbuka hijau pada Kota Banda Aceh dibagi menjadi
beberapa faktor sesuai dengan tahapan analisa yang telah dilaksanakan, yaitu faktor
proporsi dan distribusi ruang terbuka dan faktor kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka
hijau. Ruang Terbuka Hijau di Kota Banda Aceh terbagi menjadi 5 bentuk ruang terbuka
hijau kota yaitu:
1. Alun-alun kota Blang Padang
2. Taman kota
3. Taman makam Pahlawan
4. Kuburan massal
5. Jalur hijau dan pulau jalan sepanjang jalan protokol, Jalur Sempadan Sungai
Pada kawasan pusat kota konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pemukiman
adalah melalui memaksimalkan penghijauan pada area pekarangan rumah minimal sebesar
20% dari keseluruhan luas lahan. Penggunaan tanaman-tanaman lokal mampu meredam
polusi dan sekaligus menciptakan keteduhan seperti pohon Tanjung (Mimusops elengi) dan
Kere Payung (Filicium decipiens) yang mampu meredam polusi kadar NO sebesar 61,47%
(Balitbang Kemen.PU, 1997). Selain itu jenis pohon yang digunakan adalah jenis yang dapat
menghasilkan buah serta dapat meredam polusi dan menciptakan keteduhan seperti pohon
Belimbing (Averrhoa bilimbi) dan pohon Mangga (Mangivera indica). Jenis tanaman perdu
hias dapat digunakan sebagai pagar hidup pembatas antara halaman rumah dan jalan
antara lain Puring (Codiaeum variegatum), soka (Ixora javanica) dan Nusa indah
(Mussaenda sp.) yang memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar NO. Tanaman
dengan jenis semusim dan penutup tanah juga dapat digunakan sebagai filter udara
diantara lain jenisnya adalah Maranta (Maranta leuconeura), Sri Rejeki (Diffenbachia sp.)
Halaman - 69
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
dan Rumput Embub (Zoysia matrella) yang juga dapat menurunkan kadar NO di udara
sebesar 55, 5% sampai dengan 62, 08% (Balitbang Kemen. PU, 1997).
Pada kawasan pemukiman fungsi hijau juga dapat dimaksimalkan melalui
pemanfaatan lahan-lahan kosong pada area pemukiman sebagai ruang terbuka hijau bagi
publik dalam bentuk Taman lingkungan serta penggunaan ruang-ruang yang terbentuk antar
bangunan sebagai area hijau untuk meningkatkan kualitas kondisi fisik kawasan dan
kualitasn ekologis kawasan. Kriteria penggunaan tanaman pada taman lingkungan area
hijau antar bangunan lebih difokuskan pada penggunaan tanaman lokal khas kota Banda
Aceh yang memiliki fungsi sebagai peneduh dan peredam polusi dan juga memiliki nilai
estetis sebagai penarik pandangan. Adapum jenis tanaman tersebut adalah pohon Ki hujan
(Samanea saman), pohon Mahoni (Mahonia swietegani) dan pohon Asam (Tamarindus
indica) tanaman berjenis perdu yang memiliki nilai estetis karena bentuk daunnya yang
eksotis dan warna daun yang mampu menarik pandangan seperti Puring (Codiaeum
variegatum) dan Nusa indah (Mussaenda sp).
Pada kawasan komersial dan jasa perkantoran ruang terbuka hijau dapat
dimaksimalkan pada pengkombinasian fungsi antara fungsi lahan sebagai ruang terbuka
hijau dengan fungsi lahan sebagai pusat jasa perkantoran dimana terdapat ruang terbuka
hijau diantara bangunan, selaian itu penggunaan tembok hijau/vertical green wall sebagai
metode penghijauan juga dapat digunakan untuk meredam polusi pada kawasan dengan
bangunan padat.
Halaman - 70
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Taman kota merupakan salah satu elemen penyusun ruang kota yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Sebagai ruang terbuka, taman kota berisi unsur-unsur alam dan
pemandangan yang ditimbulkan oleh keragaman vegetasi, aktivitas dan unsur-unsur buatan
yang disediakan sebagai fasilitas sosial dan rekreasi, serta sebagai sumber pernafasan
kota. Dua unsur yaitu alam dan masyarakat merupakan unsur-unsur yang harus
diakomodasi dalam suatu pengembangan kota.
Konsep pengembangan taman yang direncanakan berdasarkan kegunaan dan
aktivitas yang disesuaikan dengan fungsinya sebagai penunjang aktivitas masyarakat, yaitu
kombinasi antara adanya ruang terbuka dan area teduh. Penambahan sarana dan
prasarana disesuaikan dengan kebutuhan dan aktivitas masyarakat (area duduk,area
permainan anak,area seni, fasilitas olah raga, fasilitas penerangan, fasilitas informasi dan
fasilitas kebersihan yang memadai). Penggunaan perkerasan dengan material perpaduan
antara bahan buatan dan alami untuk memudahkan penyerapan air (Grass block).
Penggunaan vegetasi lokal yang mampu menyerap polusi dan debu dengan tajuk pohon
yang rapat untuk menciptakan area teduh (Beringin, Mahoni, Johar dan pohon Asem).
Rencana pengembangan taman kota dengan skala layanan kota yaitu :
1. Land Mark Kota Banda Aceh yaitu kawasan Mesjid Raya Baiturahman dikembangkan
sebagai RTH taman kota, perlu penambahan jumlah tanaman yang memiliki tajuk
yang rapat sebagai tanaman pelindung. Pemilihan jenis tanaman harus disesuaikan
dengan bentuk dan tinggi bangunan mesjid sehingga ada kesatuan bentuk dengan
mesjid sehingga meningkatkan estetika kawasan tersebut dan tetap mempertahankan
kesan monumental mesjid tanpa menghilangkan citra yang sudah terbentuk.
2. Taman Sari merupakan taman kota yang bersifat publik dan sebagai taman aktif dapat
dipergunakan oleh masyarakat untuk kegiatan sosial, berdagang (jika ada pameran),
rekreasi, ruang bermain anak, dan lain sebagainya. Pengembangan Taman Sari dapat
dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya sebagai tempat
bersantai/duduk-duduk masyarakat untuk menikmati suasana kota Banda Aceh.
3. Taman Putro Phang merupakan taman yang memiliki nilai sejarah, sehingga
pengembangan yang dilakukan dengan perawatan dan penataan kembali tanpa
menghilngkan nilai historical yang terkandung didalamnya.
4. Rencana pengembangan taman bermanin di pantai Uleuleu perlu penataan dengan
menambah tanaman yang sesuai untuk kawasan pantai sehingga tercipta ruang yang
nyaman dan sejuk. Jenis tanaman yang direkomendasikan adalah jenis tanaman
dapat meningkatkan estetika kawasan dan yang tidak merubah citra kawasan. Jenis
tanaman yang dapat digunakan adalah waru laut, cemara laut, dan ketapang.
Halaman - 71
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 72
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 73
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 74
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
juga memiliki fungsi lainnya seperti cadangan ruang terbuka hijau, daerah resapan
air, dan paru-paru kota. Lahan pemakaman selain digunakan untuk tempat
pemakaman, umumnya memiliki sedikit lahan untuk ruang terbangun dan sisanya
ditanami berbagai jenis tumbuhan.
RTH pemakaman perlu dikembangkan untuk mendukung kebutuhan akan lahan
RTH yang semakin menyempit dan langka di wilayah perkotaan. Lahan pemakaman
umum perlu ditata dengan baik untuk mencapai tujuannya sebagai daerah resapan
air dan paru-paru kota. Ketersediaan sarana penunjang (jalan, tempat sampah,
lampu taman, areal parkir, dan lainnya) di lokasi pemakaman juga merupakan hal
yang perlu diperhatikan sehingga areal pemakaman tidak lagi berkesan menakutkan.
Konsep yang digunakan daan pengembangan RTH Taman Pemakaman adalah;
1) Untuk memaksimalkan fungsi ekologis area ini didominasi oleh area hijau sebesar
80 % dan area terbangunnya adalah sebesar 20 %.
2) Penggunaan vegetasi lokal dengan kerapatan sedang yang mampu menyerap
polusi dan debu (Beringin, Mahoni dan pohon Tanjung).
3) Mempertahankan bentuk eksisting dari TMP
Keberadaan RTH pemakaman umum di Kota Banda Aceh tersebar di hampir seluruh
kelurahan. Rencana pengembangan RTH Kota Ternate sebagai berikut :
1) Penataan kavling pemakaman khususnya pemakaman baru sehingga tertata rapi.
Pemakaman dibagi dalam beberapa blok dengan luas blok disesuaikan dengan
kondisi pemakaman setempat, batas antar blok pemakaman berupa jalan setapak
lebar 150-200 cm dengan deretan pohon pelindung disalah satu sisinya;
2) Batas terluar pemakaman berupa pagar keliling dan didalam area sepanjang
pagar ditanam pohon peneduh;
3) Dalam area pemakaman ditanami dengan jenis tanaman pohon yang berdaun
lebat dan tanaman pohon berbunga harum seperti pohon cempaka dan Kenanga.
4) Penataan perlu dilakukan sehingga diharapkan RTH pemakaman umum di Kota
Banda Aceh bukan saja memiliki fungsi ekologi, klimatologi tapi juga
sebagai daerah resapan air, tempat hidup burung serta fungsi sosial
masyarakat sekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan.
5) PU di Kota Banda Aceh diarahkan untuk memiliki keindahan sehingga tidak
memiliki kesan yang angker.
Halaman - 75
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 76
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 77
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
2) Pengembangan RTH pada jalur utama Kota Banda Aceh yang diusahakan
dengan jenis pohon yang sama/seragam dan peremajaan tanaman rusak/tidak
produktif.
3) Penambahan tanaman bunga diantara pohon pada RTH jalur jalan dengan
ruang/wadah/pot yang memadai di sepanjang jalan di Kota Banda Aceh.
4) Penataan dan peningkakan fungsi estetika pada median jalan dapat dilakukan
disepanjang jalur jalan yang memiliki median jalan Selain itu harus menambah
median jalan pada jalur jalan yang belum memiliki median jalan untuk
kenyamanan pemakai jalan dan estetika kota.
5) Pemakaian jenis tanaman yang digunakan adalah jenis tanaman khas daerah di
Propinsi Aceh khususnya Kota Banda Acen, yang disukai oleh burung-burung,
serta tingkat evapotranspirasi rendah.
6) Pada jalur hijau dan pulau jalan didominasi oleh penggunaan vegetasi yang
mampu menyerap polusi dan debu dengan perpaduan warna dan tekstur daun
sehingga menciptakan kesan estetis yang juga berfungsi sebagai aksen pada
kawasan (Pohon Tanjung, Mahoni, Bungur, Lantana,Puring)
Halaman - 78
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
tersebut dapat meredam polusi NO,CO dan Pb dari udara melalui kemampuan
tekstur daunnya untuk menyerap racun.
3) Lahan sepanjang daerah aliran sungai peruntukannya dikembalikan sebagai area
ruang terbuka hijau dengan luas minimal 5 meter yang ditambah jalan inspeksi
untuk perawatan dan penghijauan agar tetap berfungsi secara optimal.
d. Gerbang Kota/Kawasan
RTH pendukung gerbang kota/kawasan merupakan RTH yang memiliki fungsi
sebagai penerima, sehingga harus memiliki citra Kota Banda Aceh. Selain itu
gerbang kota juga harus memiliki fungsi sebagai keindahan kota serta memiliki fungsi
ekologi kota.
Halaman - 79
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 80
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
sosial budaya, dan arsitektural. Penekanan yang harus dilakukan dalam perencanaan RTH
kota adalah dominasi unsur vegetatif, merupakan bagian utama yang perlu diperhatikan,
yang membedakan dengan perencanaan ruang terbuka yang lain.
Perencanaan RTH pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas
lingkungan, baik berupa lingkungan hidup maupun lingkungan binaannya. Tidak perlu
dipersoalkan apakah RTH direncanakan pada suatu square (ruang terbuka) yang benar-
benar masih kosong, ataupun penataan kembali RTH yang sudah ada dengan lebih
mengoptimalkan peran dan fungsinya, agar dapat lebih memberi manfaat bagi warga kota.
Dalam konteks ini, yang harus menjadi pegangan adalah adanya peningkatan peran dan
fungsi RTH, tidak hanya secara fisik dalam bentuk penambahan vegetasi dan instrumen
pendukung yang lain, namun lebih dari itu harus dapat memberi stimuli pada kesadaran
warga kota akan pentingnya RTH yang secara langsung dapat memberi tingkat
kenyamanan lebih sebagai penyeimbang lingkungan terbangun.
Rencana tata ruang menjadi landasan dalam mengantisipasi pesatnya
perkembangan ruang-ruang terbangun, yang harus diikuti dengan kebijakan penyediaan
ruang terbuka.
Halaman - 81
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 82
Masterplan RTH Kota Banda Aceh
Halaman - 83