Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
REINHARD SETIAWAN
Kelas: I.03
Nim: 160388201072
TANJUNG PINANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang maha pengasih dan penyayang yang
telah memberikan rahmat, karunia dan barkat-Nya, sehingga penyusunan makalah yang
berjudul tentang Perkembangan Pengajaran Bahasa Indonesia di Kepulauan Riau merupakan
salah satu tugas mata kuliah Interaksi Belajar Mengajar, dengan harapan menjadi suatu
pertimbangan dan acuan dalam melakukan penelitian dan pembelajaran.
Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang
Perkembangan Pengajaran Bahasa Indonesia DiKepulauan Riau. Sehingga besar harapan
saya, makalah yang saya sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembangan
wawasan pembaca.
Akhirnya saya menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati saya menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah
selanjutnya menjadi lebih. Semoga ini memberi manfaat bagi banyak pihak. Amin.
Penulis,
Reinhard Setiawan
i
Daftar Isi
2.5 Pembenahan dan Terobosan yang Perlu Dilakukan di Bidang Pendidikan ................... 6
ii
Bab I
Pendahuluan
Bahasa Indonesia adalah hasil pertumbuhan dan perkembangan bahasa melayu. Untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bahasa melayu, perlu kita mengetahui sedikit
tentang sejarah bahasa melayu tersebut. S. Takdir Alisjahbana menguraikan bahwa negeri kita
yang terdiri atas beribu-ribu pulau ini, telah selayaknya mempunyai jumlah bahasa dan dialek
yang sangat banyak. Namun bahasa dan dialek yang jumlahnya banyak itu sebagian
besar termasuk dalam satu rumpun bahasa-bahasa melayu, sedangkan sebagian lagi termasuk
dalam rumpun yang lebih besar, yaitu rumpun bahasa-bahasa Austronesia atau bahasa melayu
Polinesia.
Mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa calon guru pendidik memiliki
wawasan tentang Perkembangan Pengajaran Bahasa Indonesia Di Kepulauan Riau?
1
Bab II
Pembahasan
Bahasa Indonesia merupakan produk bahasa yang lahir di bangsa Indonesia sendiri.
Bahasa Indonesia tidak lahir begitu saja, namun juga melalui proses yang panjang. Bahkan
hingga sekarang, bahasa Indonesia masih terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan
zaman. Dengan demikian, setiap saat bahasa Indonesia dapat bertambah kosa katanya.
Perkembangan zaman yang cepat terutama di era globalisasi ini menuntut bahasa Indonesia
untuk selalu berbenah sehingga dapat menampung berbagai macam istilah-istilah baru yang
2
tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Bahasa ini digunakan untuk menyatukan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini dikarenakan bangsa Indonesia sendiri terdiri
dari berbagai macam suku bangsa yang setiap suku tersebut memiliki bahasa daerah masing-
masing. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk menyatukan bahasa-bahasa tersebut ialah
melalui bahasa Indonesia
Berbagai macam fungsi bahasa Indonesia, salah satunya yang telah disebutkan di atas
yaitu sebagai pemersatu bangsa. Selain itu ada beberapa fungsi bahasa Indonesia, salah
satunya yaitu sebagai bahasa baku dalam penulisan karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah
dianjurkan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun juga perlu
diketahui, penulisan karya ilmiah tingkat internsional harus menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa internasional. Meskipun demikian, karya ilmiah tersebut hendaknya juga
ditulis dalam bahasa Indonesia agar anak negeri juga dapat mempelajari karya tersebut.
Masih banyak lagi fungsi dari bahasa Indonesia, seperti menumbuhkan sikap nasionalisme,
cinta produk sendiri (produk-produk Indonesia dan lain-lain), bahasa dalam forum formal,
bahasa dalam kegiatan belajar mengajar, dan lain sebagainya.
Melihat dari berbagai fungsi di atas, maka Bahasa Indonesia perlu untuk dipelajari.
Bahkan dari SD hingga perguruan tinggi, pelajaran dan kuliah bahasa Indonesia masih
diberikan. Hal ini penting untuk mengenalkan dan melatih para siswa agar dapat
menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional
Indonesia, bahasa kebanggaan seluruh rakyat Indonesia. Pada hakikatnya, Bahasa Indonesia
wajib digunakan dan dipahami oleh seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara, itulah yang akan mencerminkan Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu
bangsa.
Banyak masyarakat Indonesia yang berada di Kepulauan Riau yang tidak dapat
menggunakan bahasa Indonesia ataupun tidak mengerti Bahasa Indonesia sama sekali.
Bahkan, mereka justru memahami dan mengerti bahasa daerahnya dan bangsa lain. Sebagai
contoh Malaysia, mereka justru lebih fasih bahkan menggunakan bahasa negara tersebut dari
pada menggunakan bahasa kita yaitu bahasa Indonesia.
Dalam maraknya era globalisasi masa kemajuan informatika dan komuniakasi setiap
individu dituntut untuk menyumbangkan karya kreativitasnya dan menuangkannya dalam
bentuk tulisan. Terutama bagi kalangan mahasiswa yang dituntut untuk selalu berkarya baik
berbentuk tulis maupun non tulisan. Akan tetapi dalam dunia tulis menulis di kalangan
mahsasiswa, masih banyak kerancuan-kerancuan yang menyimpang dari kaidahnya dalam
tulisan-tuliasan. Apa lagi budaya menulis yang sesuai kaidah EYD sudah mulai terlupakan
akibat dari kemajuan tekhnologi dan informatika yang bersifat instan. Selain itu gairah tulis
menulis telah mengalami penurunan, sehingga tidak heran dalam kalangan mahasiswa lebih
menyukai copy paste dari karya orang ataupun membeli karya orang yang diaku sebagai
karyanya.
Padahal dengan kemajuan tekhnologi dan informatika, membuka lahan yang seluas-
luasnya bagi manusia untuk terus berkarya dan menuangkannya segala bentuk kreativitasnya,
3
terutama dalam bentuk tulisan. Misalnya dalam dunia internet tersedia berbagai
informasi yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta wadah yang siap
menampung segala kreativitas dan uneguneg manusia yang berupa tulisan seperti situs blog
maupun jejaring social. Akan tetapi kebanyakan mahasiswa Indonesia masih
mengenyampingkannya dan belum dapat menggunakannya secara maksimal sebagai media
mempublik karya. Gairah tulis menulis bagi mahasiswa Indonesia masih tergolong rendah.
Dan adapun tulisan-tulisan yang dikaryakannya pun masih mengalami kerancuan bahasa
yang menyimpang dari kaidah EYD. Untuk itulah perlu adanya mata kuliah bahasa Indonesia
bagi mahasiswa.
Akan tetapi sudah tentunya mahasiswa yang telah melewati jenjang SD hingga SMA
telah menerima pelajaran bahasa Indonesia dari A sampai Z. Dan apakah di perguruan tinggi
ini hanya mengulangi materi yang teah disampaikan layaknya di sekolah-sekolah?
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pada umumnya dosen mengajarkan kembali
materi mata kuliah sebagai mana yang telah disampaikan para guru bahasa Indonesia di SD
hingga SMA. Para dosen kembali mengajarkan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,
Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan, dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Tidak jarang mahasiswa diperlakukan seperti mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia di
Fakultas Sastra dan Bahasa. Seolah-olah mereka dididik menjadi calon ahli bahasa atau calon
sarjana Bahasa Indonesia. Oleh karena materi yang sama telah mereka peroleh sebelumnya,
maka banyak mahasiswa baru yang mengikuti kuliah Bahasa Indonesia dengan setengah hati
atau merasa sangat terpaksa, demi nilai atau indeks prestasi belaka.
Untuk itu, mahasiswa non bahasa perlu dilatih secara intensif berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar. Dan hal tersebut sudah menjadi konskwensi para dosen, baik dosen
pengampu bahasa Indonesia maupun yang lain. Artinya, setiap dosen baik pengampu mata
kuliah bahasa Indonesia maupun yang lain harus mampu mendidik para mahasiswa berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar dalam konteks ilmu atau program studi masing-masing.
Dengan kata lain, setiap dosen dan guru harus mampu menjadi dosen dan guru dapat
mengembangkan pengajaran Bahasa Indonesia. Selain itu para peserta didik dan mahasiswa
pun perlu mendapatkan pelatihan serta mendapatkan wadah untuk berkreasi mengeluarkan
segala kreativitasnya. Sehingga nantinya dalam penulisan karya ilmiah, mahasiswa mampu
membuat karya ilmiah dengan penuturan bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa adanya
copy paste maupun plagiasi.
4
Namun hal ini tidak serta merta menyelesaikan masalah yang ada. Hal yang menjadi
persoalan adalah adakah guru yang mampu berbahasa daerah yang dimaksud? Jika
ada,apakah kuantitas guru yang ada mencukupi untuk bisa mendidik dan menangani kuantitas
murid yang ada di daerah tersebut? Jika kita tinjau kedua pertanyaan itu, maka saat ini belum
ada jawaban yang menggembirakan. Sangat sulit kita temukan guru-guru yang bisa berbahasa
daerah yang dimaksudkan. Ini diakibatkan sangat jarang putra putri daerah yang dimaksud
yang dapat mencapai jenjang pendidikan yang tinggi.
5
Kesulitan pun bertambah dengan buku bacaan yang menjadi referensi belajar murid
hampir seluruhnya berbahasa Indonesia. Namun yang sangat ironis adalah banyak
masyarakat Kepulauan Riau, khususnya di daerah perbatasan yang lebih mengerti bahasa
negara tetangga dari pada bahasa negaranya sendiri. banyak masyarakat Indonesia di
perbatasan mengkonversi pemakaian bahasa Indonesia dengan bahasa negara tetangganya. Ini
tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena hakikat bahasa Indonesia sesungguhnya adalah
bahasa nasional Indonesia, bahasa kebanggaan seluruh rakyat Indonesia.
Namun ada satu kendala yang muncul jika program ini diharuskan untuk guru, yaitu
minat guru yang minim jika dia dikirim ke daerah terpencil dan dengan medan serta topografi
yang belum terbiasa dia tinggali. Oleh Karena itu, penulis setuju dengan kebijakan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhajidir Effendy yang bekerja sama dengan TNI
untuk mengembangkan pendidikan khususnya di wilayah Kepulauan Riau khususnya wilayah
jauh tertinggal, dengan catatan program tersebut harus mulai dilaksanakan secara total dan
secepatnya serta seluruh Kepulauan Riau dapat tersentuh oleh anggota TNI yang ditugaskan
tersebut. Di sisi kurikulum, sistem pendidikan Indonesia sebaiknya mempunyai kurikulum
yang khusus untuk pendidikan di daerah terpencil. Ini dikarenakan, menurut penulis
kurikulum yang ada saat ini dirasa terlalu gemuk jika disajikan kepada murid murid di
Kepulauan Riau. Kurikulum khusus ini juga harus menekankan pendidikan bahasa sebagai
fokus utama, disamping bidang eksak lainnya, seperti menghitung. Contohnya adalah lebih
diintenskannya pengajaran dan pendidikan berbahasa Indonesia setiap minggunya. Hal ini
dapat diterapkan dalam sistem pendidikan dasar di daerah tersebut.
Implikasi dari semua itu bermuara pada sisitem evaluasi pendidikan untuk daerah
terpencil itu alias Ujian Nasional (UN). Pemerintah seharusnya tidak menyamaratakan sistem
evaluasi yang ada seperti sekarang, karena materi pelajaran yang berkembang di daerah
perkotaan maupun daerah terpencil lainnya berbeda dalam pelaksanaan pendidikan selama
ini. Maka perlu adanya pembenahan dalam sistem evaluasi pendidikan di Indonesia saat ini,
yaitu mengalihkan kewenangan pelaksanaan Ujian Nasional kepada pemerintah daerah, yaitu
pemerintahan kabupaten. Ini dirasa cukup efektif untuk saat ini karena perkembangan
pendidikan yang nyata hanya diketahui oleh pemerintahan yang lebih sempit, seperti
kabupaten.
6
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Melihat dari berbagai kebutuhannya, maka Bahasa Indonesia perlu untuk dipelajari
dan dikembangkan. Bahkan dari SD hingga perguruan tinggi, pelajaran dan kuliah bahasa
Indonesia masih diberikan. Hal ini penting untuk mengenalkan dan melatih para siswa agar
dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan benar.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat mengingatkan pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya bahwa Bahasa Indonesia perlu dipelajari dan dikembangkan, karena dengan
cara ini kita secara tidak langsung telah melestarikan bahasa kita. Siapa lagi yang akan
melestarikan Bahasa Indonesia ini kalau bukan kita sebagai warga Indonesia itu sendiri.
Muslich, Masnur. 2010. Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi: Kedududkan, Fungsi,
Pembinaan, dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara
Rahayu, Mnto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian. Jakarta: PT Grasindo
7