You are on page 1of 10

1.

Senjata Tradisional Aceh


Senjata tradisional Aceh bernama Rencong atau dalam bahasa
setempat disebut Rintjong. Rencong adalah sebilah pedang pendek
dengan gagang atau pegangan yang dibuat melengkung 90 derajat.
Senjata tradisional ini telah ada semenjak masa Kesultanan Aceh pada
kepemimpinan sultan pertamanya yakni Sultan Ali Mughayat Syah.
Dahulunya rencong digunakan sebagai alat perlindungan diri bagi para
pria bangsawan. Namun, kini ia lebih berfungsi sebagai pelengkap
hiasan pakaian adat Aceh Ulee Balang.

Karena kepopuleran Rencong, terkadang masyarakat dunia bahkan


sampai menjuluki Aceh dengan sebutan "Tanah Rencong".
Senjata tradisional Aceh bernama Rencong atau dalam bahasa setempat disebut Rintjong.
Rencong adalah sebilah pedang pendek dengan gagang atau pegangan yang dibuat melengkung
90 derajat. Senjata tradisional ini telah ada semenjak masa Kesultanan Aceh pada kepemimpinan
sultan pertamanya yakni Sultan Ali Mughayat Syah. Dahulunya rencong digunakan sebagai alat
perlindungan diri bagi para pria bangsawan. Namun, kini ia lebih berfungsi sebagai pelengkap
hiasan pakaian adat Aceh Ulee Balang.

Karena kepopuleran Rencong, terkadang masyarakat dunia bahkan sampai menjuluki Aceh dengan
sebutan "Tanah Rencong".

2. Senjata Tradisional Sumatera Utara


Orang Batak di Sumatera Utara memiliki senjata tradisional yang
bernama Piso Gaja Dompak. Pisau ini adalah sebuah senjata berupa
pisau dengan ukiran penampang berbentuk gajah pada bagian tangkai
senjatanya. Piso Gaja Dompak dahulunya digunakan secara terbatas
pada kalangan raja-raja Batak dan mulai ada sejak masa
kepemimpinan Raja Sisingamaraja I. Kekuatan supranatural yang
diyakini dimiliki oleh pisau ini membuat ia tidak dibuat secara masal dan
hanya diwariskan secara turun temurun.

3. Senjata Tradisional Riau


Masyarakat Melayu Riau memiliki senjata tradisional yang bernama
Pedang Jenawi. Pedang ini adalah sebuah pedang panjang yang
bilahnya terbuat dari baja. Bentuk bilahnya sendiri lurus dan meruncing di
bagian ujungnya.

Pedang Jenawi dulunya digunakan para panglima perang Kerajaan


Sriwijaya sebagai sarana perlindungan diri dan alat menyerang lawan.
Keberadaannya kini mulai langka, padahal semakin banyak kolektor
senjata tradisional yang selama ini terus memburunya.

Selain Pedang Jenawi, sebetulnya ada beberapa senjata tradisional Riau lainnya yang tak kalah
unik. Di antaranya yang tergolong senjata pendek seperti jembia, beladau, belati, keris, badik, dan
sabit; serta senjata panjang seperti kojou, tombak, seligi, dan sundang.
4. Senjata Tradisional Sumatera Barat
Suku Minang di Sumatera Bara memiliki senjata tradisional yang
bernama Karih. Karih adalah sebuah senjata berbentuk seperti keris
tapi tidak memiliki lekuk-lekukan seperti keris di Jawa.

Dahulunya, Karih digunakan untuk perlindungan diri dari musuh atau


binatang buas saat para pria tengah bekerja. Ia diletakan diselipkan
depan pinggang agar sewaktu-waktu mudah diambil. Untuk saat ini,
karih biasanya hanya dikenakan para mempelai pria sebagai pelengkap
pakaian adat yang dikenakannya.

5. Senjata Tradisional Kepulauan Riau


Dalam budaya masyarakat Kepulauan Riau, dikenal senjata tradisional
yang bernama Badik Tumbuk Lado. Senjata ini berupa sebuah
senjata tikam yang berukuran panjang antara 27 sd 29 cm dan lebar
antara 3,5 sampai 4,0 cm.

Dahulunya, badik tumbuk lado digunakan para pria sebagai


pelengkapan berburu dan alat perlindungan diri. Namun, saat ini
fungsinya telah beralih menjadi pelengkap pakaian adat Kepulauan
Riau yang biasa dikenakan mempelai pria saat upacara pernikahannya.

6. Senjata Tradisional Kepulauan Bangka Belitung


Masyarakat Bangka Belitung sebetulnya memiliki beragam jenis
senjata tradisional, hanya saja yang paling dikenal di kancah
Nusantara adalah senjata yang bernama Siwar Panjang. Siwar
Panjang adalah sebuah pedang lurus, rata, pipih dan ringan yang 2
matanya tajam seperti silet.

Senjata yang sekilas mirip dengan Mandau khas suku Dayak di


Kalimantan ini dulunya digunakan sebagai alat perang masyarakat
Bangka saat melawan penjajahan merebut kemerdekaan.

7. Senjata Tradisional Jambi


Masyarakat Melayu Jambi juga memiliki senjata tradisional yang sama
dengan senjata tradisional masyarakat Kepulauan Riau, yakni Badik
Tumbuk Lado. Tak mengherankan, masyarakat kedua provinsi ini
secara historis dan antropologis memang memiliki kedekatan budaya.

Namun, antara badik Tumbuk Lado dari Jambi dan yang dari
Kepulauan Riau terdapat sedikit perbedaan ciri khas. Badik tumbuk
lado khas Jambi umumnya cenderung lebih pendek dan memiliki
ukiran yang lebih banyak.
8. Senjata Tradisional Sumatera Selatan
Sumatera Selatan memiliki senjata tradisional yang bernama Tombak
Trisula. Tombak ini berupa sebuah pedang kecil dengan mata tiga.

Tombak Trisula diyakini berasal dari budaya Hindu dan Budha yang
sempat berkembang di wilayah Kerajaan Sriwijaya di masa silam.
Keyakinan ini didasari oleh kemiripan bentuk senjata tradisional ini
dengan senjata tombak trisula milik Dewa Siwa dalam mitologi agama
Hindu.

9. Senjata Tradisional Bengkulu


Ada 3 jenis senjata tradisional yang dikenal dalam budaya masyarakat
Bengkulu. Ketiganya adalah Badik, Kuduk, dan Rudus. Badik adalah
sebuah pisau kecil bermata satu yang digunakan sebagai sarana
perlindungan diri.

Kuduk adalah senjata tusuk tajam dengan ujung meruncing, ia juga


disebut senjata Rambai ayam karena bentuknya seperti taji ayam
Bangkok. Sementara Rudus adalah pedang panjang yang dulunya
digunakan sebagai alat perang.

10. Senjata Tradisional Lampung


Masyarakat adat Lampung mengenal banyak ragam dan jenis senjata
tradisional, seperti Candung (Golok), Kekhis (Keris), Badik, Lading
(Pisau), dan Terapang. Kendati begitu, yang paling unik di antara semua
senjata tradisional Lampung tersebut adalah Terapang.

Terapang adalah senjata yang berwujud seperti sebulah keris dengan


lekukan yang hanya sedikit, bahkan nyaris rata. Perlu diketahui bahwa,
Terapang juga dikenal dalam budaya masyarakat Melayu di Provinsi
lainnya.

11. Senjata Tradisional Jawa Barat


Masyarakat Sunda di Jawa Barat mengenal beragam perkakas senjata
dalam kehidupannya sehari-hari. Salah satu yang cukup dikenal adalah
senjata tradisionalnya yang bernama Kujang.

Kujang diperkirakan mulai ada sejak awal abad 8 M. Ia dibuat dari baja
yang ditempa dan dilengkapi beragam bahan pamor. Panjangnya tidak
lebih dari 25 cm dengan berat sekitar 300 gr. Beberapa ahli meyakini
kata Kujang" sejatinya berasal dari kata Kudihyang, kudi berarti
Manusia dan Hyang berarti Tuhan. Kujang sendiri sebetulnya secara
struktur tidak memungkinkan untuk dijadikan sarana perlindungan diri. Ia
lebih menonjolkan sisi estetisnya dibanding sisi praktisnya
12. Senjata Tradisional Banten
Masyarakat Banten secara umum memiliki kedekatan budaya dengan
masyarakat Sunda di Jawa Barat. Oleh karena itu, beberapa simbol
budaya antara keduanya juga banyak kemiripan. Hal ini dapat dilihat dari
jenis senjata tradisional yang digunakan masyarakatnya di masa silam.

Masyarakat Banten juga menggunakan Kujang sebagai senjata


tradisionalnya. Kujang khas Banten sama seperti Kujang yang berasal
dari Jawa Barat, baik secara struktur, bahan pembuatan, maupun dari sisi
fungsinya.

13. Senjata Tradisional Jakarta


Hingga saat ini, kita bisa melihat kebiasaan masyarakat suku Betawi,
utamanya para pria yang selalu menyelipkan Golok di pinggang ketika
memakai pakaian adatnya. Golok memang memiliki 2 fungsi dalam
budaya Betawi, yang pertama sebagai aksesoris yang mempercantik
penampilan saat mengenakan pakaian adat, dan fungsi praktis sebagai
senjata tradisional.

Golok khas Betawi memiliki satu bagian mata yang tajam. Sementara
satu bagian lainnya tidak tajam. Ia juga dilengkapi dengan serangka yang dipakai pada saat golok
tidak sedang digunakan.

14. Senjata Tradisional Jawa Tengah


Selama ini, Suku Jawa di Jawa Tengah mengenal Keris sebagai senjata
tradisionalnya. Keris adalah sebuah senjata tikam yang termasuk
golongan belati. Bentuknya menyempit ke bagian ujung dengan bilah
yang berkelok-kelok.

Beberapa keris memiliki serat-serat logam berwarna cerah di bagian


bilahnya yang berfungsi sebagai pamor untuk mempercantik
tampilannya. Selain itu, keris juga diyakini dapat diisi oleh kekuatan
supranatural tertentu untuk meningkatkan keampuhannya.

Keris sejak 2005 lalu telah terdaftar sebagai Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi Manusia di
UNESCO.

15. Senjata Tradisional Yogyakarta


Masyarakat Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat secara antropologis
memiliki budaya masyarakat Jawa Tengah. Keduanya memang berasal
dari satu suku yang sama yaitu Suku Jawa. Oleh karenanya, senjata
tradisional yang dikenal masyarakat Yogyakarta sama dengan senjata
tradisional yang dikenal masyarakat Jawa Tengah, yaitu Keris.

Dalam budaya masyarakat Yogyakarta, keris biasanya diselipkan di


bagian belakang pinggang bersama serangkanya yang penuh ukiran.
16. Senjata Tradisional Jawa Timur
Masyarakat Madura di Jawa Timur memiliki senjata tradisional yang
khas dan berbeda dengan senjata tradisional suku-suku lainnya di
Indonesia. Senjata tersebut bernama Celurit.

Celurit Madura secara praktis berfungsi sebagai alat pertanian yang


membantu para peternak Madura mencari pakan untuk sapi dan
kerbaunya. Ia juga secara khusus dapat berguna sebagai identitas
status sosial masyarakat kaum pria dan sarana perlindungan diri dari
musuh atau binatang buas.

17. Senjata Tradisional Kalimantan Barat


Masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Barat memiliki senjata
tradisional yang bernama Dohong. Dohong adalah sebuah mata
tombak yang dapat pula digunakan sebagai pisau. Panjangnya
sekitar 8 inch dan dipercaya sebagai senjata tradisional Dayak yang
paling tua. Jika digunakan sebagai pisau, dohong akan dilengkapi
dengan gagang bulat dan sebuah serangka yang terbuat dari kayu.

Dahulunya, Dohong digunakan sebagai senjata perang. Namun kini


ia lebih sering dipakai sebagai alat pemotong tali pusar bayi yang baru lahir dan sebagai alat untuk
menyembelih hewan korban. Dengan kegunaan tersebut, Dohong saat ini umumnya hanya dimiliki
oleh Pisur atau Ketua adat Dayak.

18. Senjata Tradisional Kalimantan Selatan


Masyarakat suku Banjar di Kalimantan Selatan memiliki senjata
tradisional yang bernama Keris Bujak Beliung. Keris Bujak Beliung
adalah sebuah senjata berupa keris dengan 7 lekukan dangkal.
Sekilas, keris Bujak Beliung memiliki kemiripan dengan keris dari
Jawa. Ia dibuat dari baja dengan gagang dari kayu ulin.

Senjata ini dulunya digunakan sebagai alat perlindungan diri bagi


seorang pria saat berburu dan sebagai alat perang. Namun,
fungsinya kini telah beralih sebagai pelengkap pakaian adat
tradisional yang dikenakan para mempelai pria saat pesta
perkawinannya.

19. Senjata Tradisional Kalimantan Tengah


Masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Barat selain mengenal
Dohong, mereka juga mengenal Sumpit sebagai senjata
tradisionalnya. Sumpit adalah senjata yang digunakan dengan cara
ditiup. Lebih tepatnya, anak mata sumpit dimasukan ke dalam
tangkai berlubang yang panjangnya sekitar 1 sd 1,5 meter dan
penggunaanya akan membidik sasaran lalu meniup ujungnya hingga
mata sumpit meluncur dengan kencang.

Anak mata sumpit biasanya akan dilengkapi dengan racun mematikan, terlebih jika ia digunakan
dalam perburuan. Pada perkembangannya, senjata tradisional ini juga biasa digunakan dalam
perang antar suku di masa silam.
20. Senjata Tradisional Kalimantan Timur
Mandau sebetulnya dikenal dalam budaya masyarakat Dayak, baik
yang bermukim di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, dan Kalimantan Utara. Akan tetapi bagi masyarakat Nusantara,
senjata ini telah dikenal sebagai senjata tradisional Kalimantan Timur.

Mandau adalah senjata berupa parang bergagang tanduk rusa dengan


satu sisi bilah tajam. Di bagian bilah yang tumpul, Mandau umumnya
dilengkapi dengan ukiran-ukiran etnik atau lubang-lubang yang ditutup
tembaga atau kuningan sebagai pamornya.

Mandau umumnya dilengkapi dengan sarung bilah yang terbuat dari kayu dan dihiasi ukiran-ukiran
etnik. Sarung bilah ini disebut dengan istilah Kumpang. Selain ukiran, kumpang umumnya juga akan
dihiasi dengan anyaman rotan sebagai tali saat dikenakan di pinggang pemakainya.

21. Senjata Tradisional Kalimantan Utara


Sebagai provinsi pecahan dari Kalimantan Timur, Kalimantan Utara
juga mengangkat Mandau sebagai senjata tradisionalnya.

Tak bisa dipungkiri, secara demografis masyarakat Kalimantan


Utara juga didominasi oleh orang-orang suku Dayak sebagai
masyarakat aslinya. Oleh karena itu, semua elemen budaya dari
provinsi ini juga tak jauh berbeda dengan elemen-elemen budaya
yang kita dapat temukan dalam kehidupan orang-orang suku
Dayak, baik itu dari rumah adat, pakaian adat, lagu daerah, dan lain
sebagainya.

22. Senjata Tradisional Sulawesi Selatan


Masyarakat suku Bugis, Makassar, dan Mandar di Provinsi Sulawesi
Selatan mengangkat Badik atau badek sebagai senjata tradisionalnya.
Badik adalah pisau bermata tunggal yang bentuknya asimetris seperti
keris dengan bilah berhias pamor.

Dahulu, Badik digunakan para petani untuk berburu atau membunuh


hewan hutan yang merusak tanamannya. Pada perkembangannya, ia
juga digunakan sebagai sarana perlindungan diri bagi mereka yang
sering merantau. Seperti diketahui, orang Bugis adalah orang yang
dikenal sangat gemar merantau. Dengan menyematkan badik di
pinggangnya, mereka akan merasa terlindungi meski masuk ke wilayah
kampung yang asing.

Sebagai senjata tradisional Sulawesi Barat, Badik sendiri ada beberapa jenis, di antaranya Badik
Raja, Badik Lagecong, Badik Luwu, dan Badik Lompo Battang.
23. Senjata Tradisional Sulawesi Barat
Sulawesi Barat adalah provinsi pecahan Sulawesi Selatan yang
terbentuk sejak tahun 2000 silam. Provinsi ini dihuni oleh masyarakat
suku Mandar dan Bugis sebagai entitas terbesarnya. Oleh karena itu,
budaya masyarakat provinsi ini juga tidak jauh berbeda dengan
budaya masyarakat Sulawesi Selatan. Salah satu buktinya adalah
kepopuleran Badik sebagai senjata tradisionalnya.

Badik Sulawesi Barat dan Badik Sulawesi Selatan tidak memiliki


perbedaan signifikan, baik dari segi bentuk, hiasan, maupun dari nilai fungsi yang dimilikinya.

24. Senjata Tradisional Sulawesi Tengah


Senjata tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah bernama
Pasatimpo. Pasatimpo adalah senjata tikam sejenis keris dengan
bagian tangkai pegangan yang bengkok ke bawah. Dahulu,
Pasatimpo memiliki banyak kegunaan, misalnya untuk memotong
hewan buruan, mencari kayu bakar, atau sebagai sarana
perlindungan diri. Selain itu, karena dipercaya memiliki kekuatan
magis, ia juga digunakan sebagai pengusir roh jahat dalam tari-tarian
penyembuh.

Kini, seiring kemajuan zaman, Pasatimpo cenderung lebih sering digunakan sebagai aksesoris
pakaian adat. Para penari tradisional menggunakannya dengan mengikatkan senjata tersebut di
pinggang kirinya.

25. Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara


Orang-orang suku Buton di Sulawesi Tenggara mengenal Keris
sebagai senjata tradisionalnya. Keris Buton memiliki kesamaan
bentuk dan fungsi seperti keris pada umumnya. Akan tetapi, senjata
khas Sulawesi Tenggara ini lebih kental dengan ornamen warna
keemasan. Selain itu, tambahan pamor pada bilahnya juga cukup
banyak dengan pola geometris. Pada bagian pegangan yang terbuat
dari kayu, keris ini dilengkapi dengan ukiran berbentuk manusia.

Keris Buton dulunya hanya dikenal oleh kalangan kerajaan, namun kini ia lebih sering digunakan
sebagai aksesoris yang mempercantik tampilan seorang pengantin pria saat mengenakan pakaian
adat.
26. Senjata Tradisional Sulawesi Utara
Masyarakat suku Sangihe di Sulawesi Utara mempunyai senjata
tradisional yang bernama pedang Bara Sangihe. Senjata ini terbilang
unik karena bentuknya yang menyerupai bentuk buaya. Bagian ujung
bilah pada pedang ini bercabang dengan gerigi-gerigi yang menyerupai
mulut buaya. Ujung yang bercabang juga terdapat di bagian tangkai
pegangannya yang terbuat dari kayu.

Pedang Bara Sangihe dulunya adalah senjata yang digunakan salah satu
pahlawan Nasional dari Sulawesi Utara, yaitu Hengkeng U Nang. Pahlawan yang lahir di tahun 1590
ini dikenal sebagai seorang yang mahir memainkan pedang. Pedang Bara Sangihe sendiri diyakini
mulai ada pada zamannya.

27. Senjata Tradisional Gorontalo


senjata tradional Gorontalo bernama Wamilo. Wamilo adalah sebuah
senjata yang bentuknya menyerupai golok, tapi ujung bilahnya agak
melengkung sedikit ke arah bawah. Senjata ini biasanya diselipkan
pada pria pada sarung yang dikenakan dipinggangnya. Ia hanya
digunakan sebagai sarana perlindungan diri saat bekerja di kebun atau
saat berburu di hutan.

Selain Wamilo, terdapat beberapa senjata tradional lainnya dari


masyarakat Gorontalo yaitu Bituo (sejenis keris), Badik, Sabele
(sejenis parang), dan Travalla.

28. Senjata Tradisional Maluku


Masyarakat Maluku secara umum mengangkat Parang Salawaku
sebagai senjata tradisionalnya. Senjata ini adalah sebuah senjata yang
terdiri atas sebilah pisau panjang (parang) dan sebuah perisai
(salawaku). Parang terbuat dari besi sepanjang 1 meter yang ditempa
dengan gagang dari kayu gapusa. Sementara Salawaku terbuat dari
kayu keras dengan hiasan etnik dari kulit kerang.

Di masa silam, Parang Sawalaku digunakan sebagai alat perang.


Namun, seiring perkembangan zaman, ia kini hanya digunakan sebagai
aksesoris penari Cakalele sebagai perlambang kegagahan dan
kekuatan para pria.

Parang Salawaku dapat kita temukan pada logo Pemerintah Provinsi Maluku. Bagi masyarakat
Maluku, senjata mereka ini merupakan simbol kemerdekaan rakyat

29. Senjata Tradisional Maluku Utara


Maluku Utara adalah provinsi yang baru memecahkan diri dari Provinsi
Maluku pada tahun 2002 silam. Secara demografis, masyarakat
Maluku utara memiliki kedekatan budaya dengan masyarakat provinsi
Maluku. Oleh karena itu, senjata tradisional yang diangkat sebagai ikon
budaya provinsi ini juga sama, yaitu Parang Salawaku.

Parang Salawaku khas Maluku Utara tidak memiliki perbedaan yang


spesifik dengan Parang Salawaku Maluku, baik dari segi bentuk,
fungsi, maupun penggunaannya.
30. Senjata Tradisional Bali
Masyarakat Provinsi Bali mengenal banyak sekali jenis senjata
tradisional, di antaranya Keris, Tombak, Tiuk, Taji, Kandik, Caluk, Arit,
Udud, Gelewang, Trisula, Panah, Penampad, Garot, Tulud, Kis-Kis, dan
lain sebagainya. Namun di antara banyak senjata tersebut, yang paling
unik dan indah adalah Keris Bali.

Secara struktur, keris Bali memiliki kesamaan dengan keris pada


umumnya. Hanya saja, pada senjata ini kita dapat menemukan
beragam ukiran baik pada bilah, gagang, maupun pada sarung bilah atau carangkanya. Ukiran-
ukiran tersebut bisa berupa bentuk dewa, raksasa, pedande (pendeta), penari, dan bentuk pertapa
hutan. Bahkan, kita juga dapat menemukan keris Bali dengan tahta emas dan batu mulia.

31. Senjata Tradisional Nusa Tenggara Barat


Orang-orang suku Sasak di Provinsi Nusa Tenggara Barat mengenal
senjata tradisional yang bernama Tulup. Tulup adalah senjata yang
serupa dengan sumpit tapi ukurannya lebih panjang.

Senjata tradisional ini biasa digunakan oleh orang-orang suku Sasak


untuk berburu. Tangkai panjangnya terbuat dari kayu meranti
sementara ancar atau pelurunya terbuat dari lidi pelepah pohon enau
yang diruncingi di satu ujungnya. Untuk mengefektifkan perburuan,
pada ujung ancar biasanya akan diolesi racun mematikan yang diperoleh dari getah pohon tatar.

32. Senjata Tradisional Nusa Tenggara Timur


Masyarakat Nusa Tenggara Timur, khususnya suku Atoni dan suku
Sumba mengenal Sundu atau Sudu sebagai senjata tradisionalnya.
Senjata ini adalah sebuah senjata semacam keris tapi memiliki lekukan
yang sangat sedikit dengan sudut yang tumpul. Sundu termasuk senjata
tikam dan hanya digunakan untuk menyembelih hewan buruan.

Selain Sundu, masyarakat NTT juga mengenal beragam senjata


tradisional lainnya yang antara Parang, Saweo, Kampak, Pisau, dan
Senapan Tumbuk.
33. Senjata Tradisional Papua Barat
Senjata tradisional Papua Barat adalah Pisau Belati. Tidak seperti
pisau belati yang biasanya kita kenal, pisau Belati yang menjadi
senjata tradisional Papua Barat ini terbilang sangat unik.

Jika biasanya belati terbuat dari tempaan logam, pisau belati Papua
Barat ini justru terbuat dari tulang kaki burung kasuari. Tulang kaki
burung kasuari dipilih karena strukturnya yang kompak dan keras
sehingga sangat awet dan tak mudah melapuk.

Pisau belati Papua Barat di bagian pangkal pegangannya umumnya juga dihiasi dengan bulu
burung kasuari.

34. Senjata Tradisional Papua


Dalam perang antar kampung yang hingga kini masih sering berlangsung
antar penduduk Papua, kita bisa menemukan sebuah senjata khas yaitu
Panah dan Busur. Anak panah terbuat dari bambu dengan mata tulang
kangguru, sementara busurnya terbuat dari bilah bambu dengan tali rotan
sebagai tali busurnya. Untuk meningkatkan efektifitas serangan, mata
panah biasanya akan dioles dengan racun alami yang diambil dari getah
pohon sembaru.

Panah dan Busur adalah sepasang senjata utama yang selain digunakan
untuk berperang, juga dapat dipakai sebagai senjata perburuan.

You might also like