You are on page 1of 17

DAFTAR ISI

Daftar isi ............................................................................................................................. i


Kata pengantar ................................................................................................................... ii
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan ....................................................................................................... 1
C. Ruang lingkup matri ..................................................................................... 1

Bab II ISI
A. Pengertian ..................................................................................................... 2
B. Fisika dasar ................................................................................................... 2
C. Indikasi .......................................................................................................... 5
D. KontraIndikasi ............................................................................................... 6
F. Model TENS ................................................................................................. 6
G. Penatalaksanaan ............................................................................................. 12

Bab IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

i
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena
berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini kami membahas Transcutaneus Electric Nerve Stimulation (TENS)
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa dalam memahami
penggunaan TENS oleh fisioterapi.
Dalam proses pendalaman materii ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
dan pengetahuan, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan kepada:
Bapak Budiyanto selaku salah satu dosen mata kuliah Electro Terapi
Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat,

Jakarta , 08 November 2016

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
TENS (Transcutaneus electrical nerve stimulation) adalah nama generic untuk
metode stimulasi serabut saraf aferen yang di rancang untuk mengendalikan nyeri. TENS
mengaktifkan jaringan jaras saraf asenden dan desenden yang kompleks memancar
neurokimiawi, dan reseptor opioid dan non-opioid yang akan mengurangi konduksi impuls
nyeri dan persepsi nyeri. Pendekatan aktifasi saraf ini, yang sering disebut neuromodulasi
atau neuroaugmentasi, kini telah dikenal dengan baik untuk penatalaksanaan pada syndrome
nyeri yang terdapat di seluruh tubuh. Nyeri adalah gejala yang paling sering mengarahkan
pasien untuk mencari pertolongan medis` berkat kemajuan teknologi, kini terdapat unit tens
yang dirancang untuk model aplikasi yang spesifik. Model dibedakan berdasarkan kisaran
parameter amplitudo, frekuensi, dan durasi denyutnya.

B. TUJUAN
Setelah membuat makalah ini, mahasiswa dapat mengetahaui tentang penggunaan
TENS.

C. RUANG LINGKUP MATERI


Untuk mempermudah penulis makalah ini dan agar lebih terarah dan berjalan dengan
baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup permasalahan
yang akan dibahas dalam penulisan laporan skripsi ini, yaitu :
1. Pengertian TENS
2. Fisika dasar TENS
3. Indikasi dan kontraindikasi penggunaan terapi TENS
4. Model TENS
5. Penatalaksanaan TENS

1
BAB II
ISI

A. PENGERTIAN
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) adalah nama generic untuk
metode stimulasi serabut saraf aferen yang dirancang untuk mengendalikan nyeri.
Mekanisme nyeri dikategorikan berdasarkan;
1. Input ke system saraf pusat
2. Pemrosesan sentral termasuk hornus dorsal, medula spinalis dan komponen efektif atau
emosional suprasegmental
3. Komponen out put
Mediasi dan modulasi nyeri awalnya hanya mencakup jaras neuron dan serabut saraf.
Kini telah diketahui bahwa transmisi dan pengaturan nyeri juga mencakup system neuro
imun. System neuroendokrin mencakup aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA),
sementara system imun mencakup sumsum tulang, timus, nodus, limfe, dan beragam
regulator system imun.
Status nyeri patofisiologis atau abnormal mencakup disfungsi pada prosess saraf
pusat dan tepi. Sensitisasi peripheral ,sentisisasi sentral, eksfansi area reseptor dan kornu
dorsalis pada medula spinalis,skresi secara segmental yang pontan dan yang dirangsang,
aktifasi nosiseptor, area penghasil impuls abnormal, hasil denyut ektopik, serta perubahan
atau hilangnya mekanisme inhibitor sentral pada modulasi nosisepti adalah seluruh
contributor potensial terhadap status nyeri kronis.

B. Fisika dasar
1. Modifikasi pulsa
a. Monophasic
Gelombang rectangular (segiempat), gelombang triangular ganda (segitiga),
gelombang separuh sinus searah

2
b. Biphasic
Pulsa reactanguler biphasic simetris, pulsa sinusoidal biphasic simetris, pulsa faradic
asimetris.
c. Polyphasic
Rangkaian gelombang sinus, bentuk inteferensi
Dalam stimulasi ini durasi pulsa monophase yang terlalu besar dan waktu yang lama akan
mengakibatkan jaringan saraf berakomodasi. Intesitas dan durasi pulsa yang tinggi pada
aplikasi stimulasi elektris akan menimbulkan reaksi elektrokimia yang besar yang ditandai
dengan warna kemerah-merahan dan rasa nyeri pada jaringan dibawah elektroda.

2. Frekwensi pulsa
a. Frekwensi pulsa berkisar 1-200bpulsa per detik. Frekwensi pulsa juga menyebabkan
tipe respon terhadap motoris maupun sensoris
b. Frekwensi pulsa 1-15 pulsa perdetik menimbulkan kontraksi dan sensibilitas ketukan
ringan
c. Frekwensi pulsa >100 pulsa perdetik menimbulkan respon kontraksi tetanik dan
sensibilitas getaran sehingga otot cepat lelah

3. Modifikasi intensitas
a. Durasi pulsa (mikrodetik) diukur pada 5% dari puncak amplitude
b. Interval pulsa
c. Intensitas tertinggi (puncak arus listrik)
d. Rata-rata arus listrik

4. Posisi elektroda
Pada motor point atau nyeri myotom

5. Mekanisme
Stimulus masuk melalui permukaan kulit kemudian diteruskan oleh serabut afferent
berpenampang besar kemudian diteruskan menuju akar tanduk belakang medulla spinalis
berjalan ke sentral melaui traktus spino thalamicus menuju otak, termasuk ke PAG (peri

3
aquaductol gray matter) di mid brain kemudian ke nucleus raphe magnus, stimulus ini
akan menghasilkan beta endorphin/serotonin (De pace,1996)

Pengaruh fisiologi dan patologi nyeri


Tidak seperti yang diperkirakan bahwa nyeri itu akibat muncul karena adanya
cedera akan tetapi kerusakan jaringan akan mengaktifkan respon peradangan lokal
dengan dikeluarkan berbagai mediator dan sel-sel pertahanan tubuh. Reaksi peradangan
lokal juga akan mengaktifkan saraf saraf simpatis berakibat keringat berlebihan,
peningkatan metabolisme, gangguan fungsi saluran kencing dan pencernaan beserta
stimulasi kardiovaskuler.

Tinjauan anatomi
Mengikuti perjalanan rasa nyeri (noxious), secara garis besar dapat digambarkan
sbb: ransang nyeri diterima oleh nociceptors, diteruskan ke tandukbelakang medulla

4
spinalis melalui serabut afferent (sensorik). Ada 2 kelompok nociceptive afferents, yaitu
: A-Delta yang menghantarkan ransang nyeri tajam, panas, dan dingin. Serabut A-Delta
ini memiliki daya hantar yang cepat (15-20 ms). Kelompok keduanadalah serabut C
yang menghantarkan ransang nyeri tumpul, memiliki daya hantar lambat (0,5-2,3 ms)
Oleh serabut afferent, ransang nyeri disampaikan ke tanduk belakang medulla
spinalis,tepatnya, tepatnya pada lamina II, III, V. Selanjutnya, ransang menyebrang ke
traktus anterolateralis dan meneruskan ke ventropastero lateralis dan ventro pastero
medialis dari thalamus yang akhirnya ke korteks cerebri. Cabang-cabang kolateral
menuju formasioreticulars, system limbic dan hypothalamus.
Melihat perjalanan nyeri tersebut, maka modulasi nyeri dapat terjadi pada
nociceptor, serabut afferents, tanduk belakang medulla spinalis atau sentral.
Pada garis besarnya, modulasi nyeri dengan modalitas Fisioterapi dapat diperoleh
dengan berbagai mekanisme, tergantung modalitas yang dipakai. Mekanisme tersebut
antara lain: adaptasi/blockade nociceptor, penurunan daya hantar afferents, mekanisme
gate control dan system endogenous opiate.

C. INDIKASI TENS
Osteoartritis
Aplikasi tens dua kali seminggu yaitu mengurangi pembengkakan pada
pergelangan kaki yang inflamasi selama periode akut, sementara jadwalsatu kali
seminggu selama periode stabil(4-9 minggu) memberikan hasil terapeutik yang lebih
baik.
Rheumatoid arthritis
Tens mengurangi nyeri sendi yang disebabkan oleh rheumatoid arthritis. Tens
telah dimasukan kedalam panel Ottawa dalam panduan praktik berbasis bukti.
Inflamasi otot atau nyeri miofasial
Merupakan nyeri yang dihasilkan dari jaringan yang dalam dapat menyebar secara
bilateral akibat mirror image dan sentisisasi sentral. Sensitisasi sentral ini adalah bagian
dari gaya penggerak output yang membentuk hiperalgesia sekunder yang dihasilkan
melalui medula spinalis.

5
Nyeri akut dan kronis
Merupakan nyeri akut dan kronis yang terkait dengan strain dan sprain pada
tulang belakang, arthritis, degeneratif, sindrom pasca laminektomi lumbal, dll,
menunjukan analgesia yang baik dengan terapi tens.
Sakit kepala kronis
TENS efektif dalam menangani sakit kepala kronis/ berulang.
Sindrom nyeri regional kompleks (complex regional pain syndrome,CRPS); nyeri
neropatik; alodinia
Terdapat banyak kemungkinan penempatan electrode dan model stimulasi TENS
untuk pasien CPRS.Tens dapat memperburuk nyeri jika terdapat alodinia yang signifikan.

Pengangkatan jahitan, debridemen luka diarea yang sangat lokal


TENS model brief intense bermanfaat untuk mengatasi rasa tidak nyaman pada
teknik, model ini bekerja dengan cepat, dan efeknya menghilang dengan cepat ketika unit
dimatikan.

D. KONTRAINDIKASI
Jenis demand cardiac facemakers atau defibrilator yang ditanam
TENS adalah suatu sumber gangguan ekternal yang dapat mengubah laju,irama,
atau menghentikan kerja alat pacu sekaligus. Sinyal TENS dapat mengacaukan sirculit
deteksi demand pacemekers.
Kehamilan
Keamanan stimulasi listrik terhadap keberadaan janin yang sedang berkembang
belum dapat dipastikan.Tens telah digunakan untuk meredakan nyeri selama persalinan
dan pelahiran.
Pada sinus carotid,otot laryngeal,atau faringeal, area sensitif mata atau membrane
mukosa.
Spasme otot laryngeal dan faringeal dapat terjadi akibat stimulasi tens ketika
electrode ditempelkan ditenggorokan. Stimulasi sinus carotid dapat memicu reflex
vasovagal dan menghasilkan respon hipotensif.

6
Saat sedang mengoprasikan mesin yang berbahaya
Perubahan parameter secara tidak hati-hati atau tidak sengaja dapat
mempengaruhi kemampuan oprator untuk mengendalikan mesin yang berbahaya.
Nyeri atau kondisi yang etiologinya tidak diketahuiAlat tidak boleh digunakan jika
sindrom nyeri tidak terdiagnosis.

E. MACAM-MACAM MODEL TENS


1. TENS Model Konvensional
TENS model konvensional dirancang untuk memberikan sensasi kesemutan yang
nyaman pada sensori tingkat submotorik. Model ini biasa disebut TENS amplitudo
rendah frekuensi tinggi. Kisaran parameter untuk model ini adalah durasi denyut 50
hingga 125s, frekuensi denyut 50 hingga 110 pps, dan amplitude submotorik yang
menghasilkan parestesia atau sensasi kesemutan.

Tujuan Dan Efek


TENS model konvensional meredakan nyeri melalui mekanisme gerbang medula
spinalis. Informasi tentang cedera (nosisepti) ditransmisikan dari ujung saraf bebas
kesistem saraf pusat oleh saraf tepi yang mengandung serabut berdiameter kecil A-delta
dan C.Interneuron ini menutup gerbang transmisi nyeri ditingkat medula spinalis melalui
peristiwa penghambatan parasinapsis atau pascasinapsis.
Dosis
a. Intensitas
Ampiltudo untuk tens konvensional harus berupa sensasi yang nyaman
dibawah abang batas motorik.

b. Durasi
Untuk sebagian besar kondisi nyeri, waktu stimulasi berkisar dari 30-60
menit. Aturan umum untuk waktu penggunaan adalah jumlah waktu stimulasi
minimal untuk jumlah penuruna nyeri maksimal. Beberapa pasien mungkin
memerlukan stimulasi 24 jam sehari (mis.,pasien pascaoprasi).

7
c. Frekuensi
Umumnya TENS model konvensional digunakan setiap hari, dua kali sehari,
atau sesering mungkin sesuai kebutuhan. Sesuaikan frekuensi penggunaan untuk
mempertahankan pasien dalam status bebas nyeri selama mungkin untuk mengurangi
penguata nyeri/spasme otot/muscle guarding,respon input/pemrosesan/output.

2. LOW FREQUENCY MODE TENS


Low-frequency mode TENS digunakan sebagai bentuk lain modulasi saraf. Jenis
TENS ini juga disebut sebagai TENS mirip akuountur atau TENS amplitude tinggi
frekwensi rendah. TENS ini dirancang untuk merekrut sebagai saraf afferent dalam
bentuk menghasilkan efek inhibisi sentral melalui opiat endogenus. Kisaran para meter
untuk model frekwensi rendah ini mencakup durasi denyut dari 200 sampai 500s, laju
denyut dari 1 sampai 5 pps, dan amplitude yang cukup kuat untuk memperoleh kontraksi
otot lokal di mioton yang terkait secara segmental.

Tujuan Dan Efek


Analgesia yang dihasilkan oleh Low-frequency mode TENS dibalikan oleh
antagonis opiate murni, nalokson. Karena itu mekanisme kerjanya tampak berkaitan
dengan stimulasi yang dipicu opiate endogenous. Low-frequency mode TENS
merangsang hipotallamus, yang melalui faktor pelepasan, merangsang lobus anterior dan
intermediat kelenjar hipofisis. Didalam kelenjar hipofisis terdapat prekusor prohormon
besar yang terpecah menjadi rantai asam amino 91 yang disebut beta-lipotropin rantai
asam amino 91 kemudian terbagi menjadi rantai amino 31 yang disebut -endorfin. Low-
frequncy TENS memicu jaras inhibisi desendens yang mencakup periaquuductal grey,
medula ventral rostal, dan medula spinalis.

Dosis
a. Intensitas
Amplitudo harus cukup tinggi untuk memperoleh kontaksi otot yang kuat dan
berirama
b. Durasi

8
Waktu induksi untuk analgesia adalah sekitar 20-30 menit. Durasi stimulasi dalam
low frekuensi mode harus dibatasi sampai dengan 1 jam untuk menghindari pegal dan
keletihan otot yang dihasilkan oleh kontraksi berulang.
c. Frekuensi
Frekuensi terapi ditentukan oleh lamanya penurunan nyeri

3. BUSRT MODE TENS


Burst mode TENS mirip dengan low-frequnecy mode TENS dalam hal respon klinis
dan mekanisme kerja. Busrt mode TENS menggunakan kombinasi frequency denyut
tinggi dan rendah. Setiap busrt disertai denyut yang dapat diatur pada frekwensi
pembawa internal sekitar 70 sampai 100 pps. Durasi denyut busrt mode berkisar dri 200
sampai 500s, laju busrt adalah 1 sampai 5 busrt perdetik ( bursts persecond, bps), dan
amplitudo diatur cukup kuat untuk menghasilkan kontraksi otot lokal. Kontraksi otot ini
terjadi dalam miotom yang secara segmental terkait dengan area disfungsi.

Tujuan Dan Efek


Analgesia yang dihasilkan busrt mode TENS dibalikan oleh opiat antagonis
murni, nalokson karena itu mekanisme kerja busrt mode TENS tampaknya berhubungan
dengan stimulasi- pembangkit opiate endogenous. Mode burst TENS menstimulasi
hipotalamus, yang melalui faktor pelepasan, menstimulasi lobus anterior dan intermedia
kelenjar hiposis. Didalam kelenjar hiposis terdapat prekusor prohormon besar yang pecah
menjadi 91 rantai asam amino yang disebut litotrofin-. 91 rantai asam amino ini terbagi
menjadi 31 rantai asam amino yang disebut endorphin-. Morfin endogenous endorfin-
ini dilepaskan dari lobus anterior dan intermediat hipofisis untuk berikatan reseptor opiat
diotak untuk dihasilan respon analgesik.

Dosis
a. Intensitas
Amplitude harus cukup tinggi untuk menghasilkan kontraksi otot yang kuat
dan ritmis

9
b. Durasi
Waktu induksi untuk analgesia adalah sekitar 20-30 menit. Durasi stimulasi
dalam brust mode harus dibatasi sampai 1 jam untuk menghindari pegal dan letih otot
yang dihasilkan oleh kontraksi berulang.
c. Frekuensi
Frekuensi terapi ditentukan oleh lamanya penurunan nyeri. Atur frekuensi
untuk dipertahankan pasien dalam status bebas nyeri selama mungkin. Biasanya 1
kali perhari sudah cukup.

4. BRIEF ITENSE MODE TENS


Brief intense mode TENS dirancang untuk menghambat nyeri dengan
menggunakan frekuensi, durasi denyut, dan amplitude dengan rentang yang tinggi tetapi
tetap dirasakan nyaman atau dapat ditoleransi oleh pasien. Parameternya mendekati batas
kisaran yang ada, termasuk durasi denyut pada 250 s, frekuensi 110 pps, dan amplitude
yang menoleransi parestesia maksimal.dapat terjadi sedikit kontraksi otot takritmis pada
level intensitas ini

Tujuan dan efek


Brief intense mode tens adalah suatu bentuk neuromodulasi yang bekerja sangat
cepat. Mekanisme kerjanya tampak berupa penurunan konduksi di sepanjang delta-a dan
serabut-c selama stimulasi, sehingga menghambat potensial aksi nosiseptik.

Dosis
a. Intensitas
Amplitude harus menghasilkan sensasi yang kuat dibawah ambang batas motoric.
Jika amplitude sensorik yang kuat tidak menghasilkan respon pasien yang
memuaskan, amplitude dapat ditingkatkan sampai fasikulasi/ kontraksi otot terlihat
b. Durasi
Waktu stimulasi biasanya 15 menit
c. Frekuensi
Tens dapat diulang beberapa kali sehari

10
5. TENS MODEL MODULASI
Tens model modulasi memberikan stimulus yang nyaman dan amplitude, durasi
denyut, atau frekuensi yang bermodulasi secara siklus. Parameter ini dapat bermodulasi
terpisah atau dalam kombinasi (mis., durasi denyut dan frekuensi) jenis modulasi
berpasangan ini dikenal sebagai multi odulasi atau modulasi kombinasi. Luasnya
kombinasi modulasi bergantung pada unit spesifik dari berbagai produsen

Tujuan dan efek


Umumnya, tens model modulasi dirancang untuk menurunkan adaptasi saraf atau
perseptual terhadap stimulasi yang sering terjadi pada stimulus konstan yang tidak
berubah. aksi sinergis kombinasi pelepasan opioid yang berbeda dapat meningkatkan
respon analgesic, nalokson, antagonis opioid murni, dapat menghambat efek analgesic
paada tens 2Hz tetapi hanya memiliki efek parsial atau tidak berefek pada tens analgesia
100Hz. Dosis tinggi nalokson hanya menghambat sebagian stimulasi tens frekuensi bolak
balik.

Dosis
a. Intensitas
Stimulasi model modulasi harus nyaman dan dibawah ambang batas motorik
b. Durasi
Waktu stimulasi berkisar dari 30-60 menit. Peraturan umum untuk
penggunaan adalah jumlah waktu stimulasi minimal untuk jumlah penurunan nyeri
maksimal. Beberapa populasi pasien mungkin memerlukan stimulasi selama 24 jam
sehari (mis., pasien pasca operasi)
c. Frekuensi
Umumnya tens model modulasi digunakan setiap hari, 2 kali sehari, atau
sesering mungkin sesuai kebutuhan. Frekuensi terapi perhari harus disesuaikan untuk
mempertahankan pasien dalam status bebas nyeri selama mungkin.

11
6. STRENGTH-DURATION MODE TENS
Strength-duration (SD) mode tens adalah bentuk lain terapi neuromodulasi.
Stimulasi model ini memiliki hbngan langsung dengan kurva strength-duration pada
ekstabilitas saraf.

Tujuan dan efek


Strength-duration mode tens dirancang unttuk melacak kurva strength-duration
yang normal, sehingga memberikan stimulasi saraf maksimum saat merespon terhadap
stimulus eksternal. Pengaturan amplitude dan durasi denyut berbeda pada masing-masing
pasien selain itu juga tens bentuk ini harus mengurangi adaptasi yang mugkin terjadi pada
stimulus yang konstan.

Dosis
1. Intesitas
Amplitude dalam strength duration mode harus menghasilkan sensasi yang
nyaman, dibawah level kontraksi otot.
2. Durasi\
Efektivitas stimulasi seringnya dapat ditentukan dalam 5-10 menit. Waktu
penggunaan optimal adalah jumlah waktu stimulasi minimal untuk jumlah penurunan
nyeri maksimal. Biasanya 30-60 menit stimulasi sudah cukup,meskipun beberapa
populasi pasien mungkin memerlukan stimuasi selama 24 jam sehari (mis., pasien
pasca operasi)
3. Frekuensi
Strength duration model tens digunakan setiap hari, 2 kali sehari, atau
sesering mungkin sesuai kebutuhan. Sesuaikan frekuensi untuk mempertahankan
pasien dalam status bebas nyeri selama mungkin.

12
PENTALAKSANAAN
Persiapan alat
1. Pita perekat
2. Elektroda
Persiapan pasien
1. Instruksikan pasien mengenai apa yang akan dilakukan, dan apa tujuan terapi
2. Atur setiap parameter sesuai nilai spesifik di dalam kisaran TENS Model
Konvensional. Kontrol amplitudo harus berada dalam posisi mati.
3. Persiapan kulit untuk memastikan konduktivitas sebelum penempatan elektroda.
4. Hubungkan kabel lead ke elektrode.
5. Letakan elektrode pada trigger point.
6. Hubungkan kabel lead ke unit TENS.
7. Nyalakan unit dan tingkatkan amplitudo ke pengaturan yang nyaman
8. Nyalakan unit dan sesuaikan parameternya.
9. Pada akhir terapi, matikan unit dan kembalikan semua parameter ke nilai nol.
10. Lepaskan elektroda
11. Lakukan semua prosedur evaluasi pascaterapi yang diindikasikan,termasuk
inspeksi kulit.
12. Dokumentasikan penempatan elektrode, model TENS, parameter stimulai,
respon pasien terhadap terapi, dan instruksi lanjutan.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
TENS telah menjadi alat yang penting dalam program terapi total. TENS juga telah
terbukti mengurangi biaya yang berhubungan dengan kondissi kronis. TENS pada pasien
stroke kronis telah menunjukan penghematan beaya akibat gangguan mobilitas. Penggunaan
jangka panjang TENS mengurangi penggunaan medikasi, mengurangi penggunaan layanan
terapi, meningkatan layanan terapi, meningkatkan aktivitas sehari-hari, dan meningkatakan
kepuasan terhadap terapis.

14
DAPTAR PUSTAKA

1. Sluka k.Mekanisms and management of pain for the physicaltherapist seattle: IASP Press;
2009.
2. Fields H. Core Curriculum for propesional Education on pain. 2nd. Ed.seattle: IASP Press;
1995.
3. Sluka K. The basic science mechanisms of TENS and clinical implications. Am pain Soc
Bull. 2001; 11(2): 1-7.
4. DeSantana J, Santana-Filho V, Sluka K. Modulation between high- and low- frequency
transcutaneous electric nerve stimulation delays the develovment of analgesic tolerance in
arthritic rats. Arch Phys Med Rehabil. 2008;89:754- 760.
5. EMPI Selec Users Manual.St. Paul, MN: EMPI, Inc.;1995

15

You might also like