Professional Documents
Culture Documents
Bab II ISI
A. Pengertian ..................................................................................................... 2
B. Fisika dasar ................................................................................................... 2
C. Indikasi .......................................................................................................... 5
D. KontraIndikasi ............................................................................................... 6
F. Model TENS ................................................................................................. 6
G. Penatalaksanaan ............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
i
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena
berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini kami membahas Transcutaneus Electric Nerve Stimulation (TENS)
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk membantu mahasiswa dalam memahami
penggunaan TENS oleh fisioterapi.
Dalam proses pendalaman materii ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
dan pengetahuan, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan kepada:
Bapak Budiyanto selaku salah satu dosen mata kuliah Electro Terapi
Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat,
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
TENS (Transcutaneus electrical nerve stimulation) adalah nama generic untuk
metode stimulasi serabut saraf aferen yang di rancang untuk mengendalikan nyeri. TENS
mengaktifkan jaringan jaras saraf asenden dan desenden yang kompleks memancar
neurokimiawi, dan reseptor opioid dan non-opioid yang akan mengurangi konduksi impuls
nyeri dan persepsi nyeri. Pendekatan aktifasi saraf ini, yang sering disebut neuromodulasi
atau neuroaugmentasi, kini telah dikenal dengan baik untuk penatalaksanaan pada syndrome
nyeri yang terdapat di seluruh tubuh. Nyeri adalah gejala yang paling sering mengarahkan
pasien untuk mencari pertolongan medis` berkat kemajuan teknologi, kini terdapat unit tens
yang dirancang untuk model aplikasi yang spesifik. Model dibedakan berdasarkan kisaran
parameter amplitudo, frekuensi, dan durasi denyutnya.
B. TUJUAN
Setelah membuat makalah ini, mahasiswa dapat mengetahaui tentang penggunaan
TENS.
1
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) adalah nama generic untuk
metode stimulasi serabut saraf aferen yang dirancang untuk mengendalikan nyeri.
Mekanisme nyeri dikategorikan berdasarkan;
1. Input ke system saraf pusat
2. Pemrosesan sentral termasuk hornus dorsal, medula spinalis dan komponen efektif atau
emosional suprasegmental
3. Komponen out put
Mediasi dan modulasi nyeri awalnya hanya mencakup jaras neuron dan serabut saraf.
Kini telah diketahui bahwa transmisi dan pengaturan nyeri juga mencakup system neuro
imun. System neuroendokrin mencakup aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA),
sementara system imun mencakup sumsum tulang, timus, nodus, limfe, dan beragam
regulator system imun.
Status nyeri patofisiologis atau abnormal mencakup disfungsi pada prosess saraf
pusat dan tepi. Sensitisasi peripheral ,sentisisasi sentral, eksfansi area reseptor dan kornu
dorsalis pada medula spinalis,skresi secara segmental yang pontan dan yang dirangsang,
aktifasi nosiseptor, area penghasil impuls abnormal, hasil denyut ektopik, serta perubahan
atau hilangnya mekanisme inhibitor sentral pada modulasi nosisepti adalah seluruh
contributor potensial terhadap status nyeri kronis.
B. Fisika dasar
1. Modifikasi pulsa
a. Monophasic
Gelombang rectangular (segiempat), gelombang triangular ganda (segitiga),
gelombang separuh sinus searah
2
b. Biphasic
Pulsa reactanguler biphasic simetris, pulsa sinusoidal biphasic simetris, pulsa faradic
asimetris.
c. Polyphasic
Rangkaian gelombang sinus, bentuk inteferensi
Dalam stimulasi ini durasi pulsa monophase yang terlalu besar dan waktu yang lama akan
mengakibatkan jaringan saraf berakomodasi. Intesitas dan durasi pulsa yang tinggi pada
aplikasi stimulasi elektris akan menimbulkan reaksi elektrokimia yang besar yang ditandai
dengan warna kemerah-merahan dan rasa nyeri pada jaringan dibawah elektroda.
2. Frekwensi pulsa
a. Frekwensi pulsa berkisar 1-200bpulsa per detik. Frekwensi pulsa juga menyebabkan
tipe respon terhadap motoris maupun sensoris
b. Frekwensi pulsa 1-15 pulsa perdetik menimbulkan kontraksi dan sensibilitas ketukan
ringan
c. Frekwensi pulsa >100 pulsa perdetik menimbulkan respon kontraksi tetanik dan
sensibilitas getaran sehingga otot cepat lelah
3. Modifikasi intensitas
a. Durasi pulsa (mikrodetik) diukur pada 5% dari puncak amplitude
b. Interval pulsa
c. Intensitas tertinggi (puncak arus listrik)
d. Rata-rata arus listrik
4. Posisi elektroda
Pada motor point atau nyeri myotom
5. Mekanisme
Stimulus masuk melalui permukaan kulit kemudian diteruskan oleh serabut afferent
berpenampang besar kemudian diteruskan menuju akar tanduk belakang medulla spinalis
berjalan ke sentral melaui traktus spino thalamicus menuju otak, termasuk ke PAG (peri
3
aquaductol gray matter) di mid brain kemudian ke nucleus raphe magnus, stimulus ini
akan menghasilkan beta endorphin/serotonin (De pace,1996)
Tinjauan anatomi
Mengikuti perjalanan rasa nyeri (noxious), secara garis besar dapat digambarkan
sbb: ransang nyeri diterima oleh nociceptors, diteruskan ke tandukbelakang medulla
4
spinalis melalui serabut afferent (sensorik). Ada 2 kelompok nociceptive afferents, yaitu
: A-Delta yang menghantarkan ransang nyeri tajam, panas, dan dingin. Serabut A-Delta
ini memiliki daya hantar yang cepat (15-20 ms). Kelompok keduanadalah serabut C
yang menghantarkan ransang nyeri tumpul, memiliki daya hantar lambat (0,5-2,3 ms)
Oleh serabut afferent, ransang nyeri disampaikan ke tanduk belakang medulla
spinalis,tepatnya, tepatnya pada lamina II, III, V. Selanjutnya, ransang menyebrang ke
traktus anterolateralis dan meneruskan ke ventropastero lateralis dan ventro pastero
medialis dari thalamus yang akhirnya ke korteks cerebri. Cabang-cabang kolateral
menuju formasioreticulars, system limbic dan hypothalamus.
Melihat perjalanan nyeri tersebut, maka modulasi nyeri dapat terjadi pada
nociceptor, serabut afferents, tanduk belakang medulla spinalis atau sentral.
Pada garis besarnya, modulasi nyeri dengan modalitas Fisioterapi dapat diperoleh
dengan berbagai mekanisme, tergantung modalitas yang dipakai. Mekanisme tersebut
antara lain: adaptasi/blockade nociceptor, penurunan daya hantar afferents, mekanisme
gate control dan system endogenous opiate.
C. INDIKASI TENS
Osteoartritis
Aplikasi tens dua kali seminggu yaitu mengurangi pembengkakan pada
pergelangan kaki yang inflamasi selama periode akut, sementara jadwalsatu kali
seminggu selama periode stabil(4-9 minggu) memberikan hasil terapeutik yang lebih
baik.
Rheumatoid arthritis
Tens mengurangi nyeri sendi yang disebabkan oleh rheumatoid arthritis. Tens
telah dimasukan kedalam panel Ottawa dalam panduan praktik berbasis bukti.
Inflamasi otot atau nyeri miofasial
Merupakan nyeri yang dihasilkan dari jaringan yang dalam dapat menyebar secara
bilateral akibat mirror image dan sentisisasi sentral. Sensitisasi sentral ini adalah bagian
dari gaya penggerak output yang membentuk hiperalgesia sekunder yang dihasilkan
melalui medula spinalis.
5
Nyeri akut dan kronis
Merupakan nyeri akut dan kronis yang terkait dengan strain dan sprain pada
tulang belakang, arthritis, degeneratif, sindrom pasca laminektomi lumbal, dll,
menunjukan analgesia yang baik dengan terapi tens.
Sakit kepala kronis
TENS efektif dalam menangani sakit kepala kronis/ berulang.
Sindrom nyeri regional kompleks (complex regional pain syndrome,CRPS); nyeri
neropatik; alodinia
Terdapat banyak kemungkinan penempatan electrode dan model stimulasi TENS
untuk pasien CPRS.Tens dapat memperburuk nyeri jika terdapat alodinia yang signifikan.
D. KONTRAINDIKASI
Jenis demand cardiac facemakers atau defibrilator yang ditanam
TENS adalah suatu sumber gangguan ekternal yang dapat mengubah laju,irama,
atau menghentikan kerja alat pacu sekaligus. Sinyal TENS dapat mengacaukan sirculit
deteksi demand pacemekers.
Kehamilan
Keamanan stimulasi listrik terhadap keberadaan janin yang sedang berkembang
belum dapat dipastikan.Tens telah digunakan untuk meredakan nyeri selama persalinan
dan pelahiran.
Pada sinus carotid,otot laryngeal,atau faringeal, area sensitif mata atau membrane
mukosa.
Spasme otot laryngeal dan faringeal dapat terjadi akibat stimulasi tens ketika
electrode ditempelkan ditenggorokan. Stimulasi sinus carotid dapat memicu reflex
vasovagal dan menghasilkan respon hipotensif.
6
Saat sedang mengoprasikan mesin yang berbahaya
Perubahan parameter secara tidak hati-hati atau tidak sengaja dapat
mempengaruhi kemampuan oprator untuk mengendalikan mesin yang berbahaya.
Nyeri atau kondisi yang etiologinya tidak diketahuiAlat tidak boleh digunakan jika
sindrom nyeri tidak terdiagnosis.
b. Durasi
Untuk sebagian besar kondisi nyeri, waktu stimulasi berkisar dari 30-60
menit. Aturan umum untuk waktu penggunaan adalah jumlah waktu stimulasi
minimal untuk jumlah penuruna nyeri maksimal. Beberapa pasien mungkin
memerlukan stimulasi 24 jam sehari (mis.,pasien pascaoprasi).
7
c. Frekuensi
Umumnya TENS model konvensional digunakan setiap hari, dua kali sehari,
atau sesering mungkin sesuai kebutuhan. Sesuaikan frekuensi penggunaan untuk
mempertahankan pasien dalam status bebas nyeri selama mungkin untuk mengurangi
penguata nyeri/spasme otot/muscle guarding,respon input/pemrosesan/output.
Dosis
a. Intensitas
Amplitudo harus cukup tinggi untuk memperoleh kontaksi otot yang kuat dan
berirama
b. Durasi
8
Waktu induksi untuk analgesia adalah sekitar 20-30 menit. Durasi stimulasi dalam
low frekuensi mode harus dibatasi sampai dengan 1 jam untuk menghindari pegal dan
keletihan otot yang dihasilkan oleh kontraksi berulang.
c. Frekuensi
Frekuensi terapi ditentukan oleh lamanya penurunan nyeri
Dosis
a. Intensitas
Amplitude harus cukup tinggi untuk menghasilkan kontraksi otot yang kuat
dan ritmis
9
b. Durasi
Waktu induksi untuk analgesia adalah sekitar 20-30 menit. Durasi stimulasi
dalam brust mode harus dibatasi sampai 1 jam untuk menghindari pegal dan letih otot
yang dihasilkan oleh kontraksi berulang.
c. Frekuensi
Frekuensi terapi ditentukan oleh lamanya penurunan nyeri. Atur frekuensi
untuk dipertahankan pasien dalam status bebas nyeri selama mungkin. Biasanya 1
kali perhari sudah cukup.
Dosis
a. Intensitas
Amplitude harus menghasilkan sensasi yang kuat dibawah ambang batas motoric.
Jika amplitude sensorik yang kuat tidak menghasilkan respon pasien yang
memuaskan, amplitude dapat ditingkatkan sampai fasikulasi/ kontraksi otot terlihat
b. Durasi
Waktu stimulasi biasanya 15 menit
c. Frekuensi
Tens dapat diulang beberapa kali sehari
10
5. TENS MODEL MODULASI
Tens model modulasi memberikan stimulus yang nyaman dan amplitude, durasi
denyut, atau frekuensi yang bermodulasi secara siklus. Parameter ini dapat bermodulasi
terpisah atau dalam kombinasi (mis., durasi denyut dan frekuensi) jenis modulasi
berpasangan ini dikenal sebagai multi odulasi atau modulasi kombinasi. Luasnya
kombinasi modulasi bergantung pada unit spesifik dari berbagai produsen
Dosis
a. Intensitas
Stimulasi model modulasi harus nyaman dan dibawah ambang batas motorik
b. Durasi
Waktu stimulasi berkisar dari 30-60 menit. Peraturan umum untuk
penggunaan adalah jumlah waktu stimulasi minimal untuk jumlah penurunan nyeri
maksimal. Beberapa populasi pasien mungkin memerlukan stimulasi selama 24 jam
sehari (mis., pasien pasca operasi)
c. Frekuensi
Umumnya tens model modulasi digunakan setiap hari, 2 kali sehari, atau
sesering mungkin sesuai kebutuhan. Frekuensi terapi perhari harus disesuaikan untuk
mempertahankan pasien dalam status bebas nyeri selama mungkin.
11
6. STRENGTH-DURATION MODE TENS
Strength-duration (SD) mode tens adalah bentuk lain terapi neuromodulasi.
Stimulasi model ini memiliki hbngan langsung dengan kurva strength-duration pada
ekstabilitas saraf.
Dosis
1. Intesitas
Amplitude dalam strength duration mode harus menghasilkan sensasi yang
nyaman, dibawah level kontraksi otot.
2. Durasi\
Efektivitas stimulasi seringnya dapat ditentukan dalam 5-10 menit. Waktu
penggunaan optimal adalah jumlah waktu stimulasi minimal untuk jumlah penurunan
nyeri maksimal. Biasanya 30-60 menit stimulasi sudah cukup,meskipun beberapa
populasi pasien mungkin memerlukan stimuasi selama 24 jam sehari (mis., pasien
pasca operasi)
3. Frekuensi
Strength duration model tens digunakan setiap hari, 2 kali sehari, atau
sesering mungkin sesuai kebutuhan. Sesuaikan frekuensi untuk mempertahankan
pasien dalam status bebas nyeri selama mungkin.
12
PENTALAKSANAAN
Persiapan alat
1. Pita perekat
2. Elektroda
Persiapan pasien
1. Instruksikan pasien mengenai apa yang akan dilakukan, dan apa tujuan terapi
2. Atur setiap parameter sesuai nilai spesifik di dalam kisaran TENS Model
Konvensional. Kontrol amplitudo harus berada dalam posisi mati.
3. Persiapan kulit untuk memastikan konduktivitas sebelum penempatan elektroda.
4. Hubungkan kabel lead ke elektrode.
5. Letakan elektrode pada trigger point.
6. Hubungkan kabel lead ke unit TENS.
7. Nyalakan unit dan tingkatkan amplitudo ke pengaturan yang nyaman
8. Nyalakan unit dan sesuaikan parameternya.
9. Pada akhir terapi, matikan unit dan kembalikan semua parameter ke nilai nol.
10. Lepaskan elektroda
11. Lakukan semua prosedur evaluasi pascaterapi yang diindikasikan,termasuk
inspeksi kulit.
12. Dokumentasikan penempatan elektrode, model TENS, parameter stimulai,
respon pasien terhadap terapi, dan instruksi lanjutan.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
TENS telah menjadi alat yang penting dalam program terapi total. TENS juga telah
terbukti mengurangi biaya yang berhubungan dengan kondissi kronis. TENS pada pasien
stroke kronis telah menunjukan penghematan beaya akibat gangguan mobilitas. Penggunaan
jangka panjang TENS mengurangi penggunaan medikasi, mengurangi penggunaan layanan
terapi, meningkatan layanan terapi, meningkatkan aktivitas sehari-hari, dan meningkatakan
kepuasan terhadap terapis.
14
DAPTAR PUSTAKA
1. Sluka k.Mekanisms and management of pain for the physicaltherapist seattle: IASP Press;
2009.
2. Fields H. Core Curriculum for propesional Education on pain. 2nd. Ed.seattle: IASP Press;
1995.
3. Sluka K. The basic science mechanisms of TENS and clinical implications. Am pain Soc
Bull. 2001; 11(2): 1-7.
4. DeSantana J, Santana-Filho V, Sluka K. Modulation between high- and low- frequency
transcutaneous electric nerve stimulation delays the develovment of analgesic tolerance in
arthritic rats. Arch Phys Med Rehabil. 2008;89:754- 760.
5. EMPI Selec Users Manual.St. Paul, MN: EMPI, Inc.;1995
15