You are on page 1of 3

Mikroenkapsulasi

Mikroenkapsulasi adalah suatu cara penyalutan tipis pada partikel kecil zat padat. Mikrokapsul
didefinisikan sebagai suatu partikel yang mengandung zat aktif atau material inti yang
dikelilingi oleh pelapis atau cangkang. Mikroenkapsulasi ini salah satu teknologi di dalam
membran polimer. Mikrokapsul memiliki dua bagian yaitu bahan aktif yang tersalut disebut
begai inti dan material yang membentuk kulit dengan bentuk bulat.

Sumber : Mathias Berlinger, Eddy Szczerbinski Microencapsulation for Textile. 2010 The institute
Textile Science St-Hyaconthe, QC

Dalam bentuknya yang paling sederhana, mikrokapsul adalah bola kecil dengan dinding
seragam di sekitarnya. Bahan di dalam mikrokapsul disebut sebagai inti, fase internal, atau
isi, sedangkan dinding kadang-kadang disebut shell, coating, atau membran. Sebagian besar
mikrokapsul memiliki diameter antara beberapa mikrometer dan beberapa milimeter.

Secara umum metode-metode proses mikroenkapsulasi dapat dikelompokkan dalam dua


kategori utama, yaitu metode kimia dan metode fisik/mekanik. Adapun yang termasuk dalam
metode kimia adalah polimerisasi suspensi, polimerisasi emulsi, dispersi dan polikondensasi
permukaan, menurut Gouin (2004), yang termasuk metode fisik/mekanik antara lain spray
drying, spray chilling/cooling, extrusion coating, fludized bed coating, liposome entrapment,
coacervation, inclusion complexation, centrifugalextrusion, rotational suspension separation,
dan lain-lain.

Gouin S. 2004. Microencapsulations: industrial appraisal of existing technologies and trends.


Trends in Food Sci. Tech. 15: 330-347.

Mikrokapsul dapat memperkenalkan kualitas baru yang penting pada pakaian dan kain,
seperti stabilitas yang ditingkatkan dan pelepasan senyawa aktif yang terkontrol. Dalam
finishing herbal tekstil, ekstrak herbal digunakan sebagai "bahan inti" beserta bahan dinding
untuk memberi hasil akhir mikro-encapsulated yang lebih tahan lama dibandingkan proses
finishing lainnya. Bahan dinding ini bisa menjadi senyawa kimia seperti Sodium Alginat atau
zat tertentu yang berasal dari tumbuhan seperti, akasia Gum. Ekstrak herbal
mikroenkapsulasi menjadi lebih efektif bila diuji aktivitas anti-mikroba dan daya tahan hingga
20 kali pencucian (Barari M. 2009).
Barari M., Majidi R.F., Madani M. (2009). NanosciNanotechnol. 43-48

Mikroenkapsulasi juga memiliki aplikasi yang sangat populer dalam penggunaan kapsul
kapsul yang dienkapsulasi ke kain. Kapsul yang digunakan pada kain tahan terhadap
kerusakan dalam kondisi normal. Penerapan tekanan pada kain menyebabkan pelepasan
wewangian dari kapsul yang berperan sebagai unsur penyembuhan aromaterapi (Sudha et.al.
2005).
Sudha, Devagiri S., Neelkanda R. (2005). Microencapsulation: an overview. Indian Textile
Journal. Vol 115(12). 25-29

Mikroenkapsulasi wewangian adalah teknik yang bila digunakan pada kain memberi efek
lebih lama. Teknik ini biasa digunakan dalam aromaterapi dimana mikrokapsul mengandung
rasa minyak esensial seperti lavender, rosemary, pinus dll. Hal ini pada dasarnya dilakukan
untuk mengobati insomnia, sakit kepala, dan untuk mencegah bau tak sedap.

Yang ini belum dibalik namanya


Khushboo Shrimali, Dr.ElaManojDedhia. 2015. Microencapsulation for Textile Finishing. Associate
Professor & Head of Department Textile & Fashion Technology. University, Mumbai
Natrium Alginat
Natrium alginat terdiri dari garam natrium dari asam alginat (Rowe,Sheskey & Owen, 2006).
Alginat diperoleh dari ganggang cokelat Phaeophyceae dalam bentuk polimer linear dari 1,4-
-D-adam mannuronat dan residu 1,4--L-asam guluronat (Lisboa, Valenzuela, Grazioli, Diaz
& Sogaray, 2007)

Gambar xx. Struktur Kimia Natrium Alginat


Sumber : (Rowe, Sheskey, & Owen, 2006).

Natrium alginat berupa serbuk berwarna putih hingga kuning pucat, tidak berbau, dan tidak
berasa, larut dalam air membentuk larutan koloidal. Larutan 1% natrium alginat memiliki pH
sekitar 7,1. Natrium alginat praktis tidak larut dalam etanol (65%), eter, kloroform, campuran
metanol dan air dengan kandungan etanol lebih besar dari 30%, dan juga larutan asam encer
dengan pH kurang dari 3 (Rowe, Sheskey, & Owen, 2006).

Pemilihan natrium alginat sebagai polimer yang digunakan dalam penelitian ini dikarenakan
sifatnya yang tidak toksik dan biokompatibel dengan berbagai macam komponen kimia. Selain
itu natrium alginat juga digunakan untuk mikroenkapsulasi obat tanpa menggunakan pelarut
organik dalam pembuatan mikrokapsul (Rowe, Sheskey, & Owen, 2006).

Lisboa, A. C., Valenzuela, M. G., Grazioli, G, Diaz., F.R, & Sogayar, M. C.(2007). Polymeric
Microcapsules Production from Sodium Alginic Acid for Cell Therapy. Material Research Vol
10 No 4, 353-358

Rowe, R. C., Sheskey, P.J., & Owen, S.C.(2006). Handbook of Pharmaceutical Excipients.
London: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.

Sakkinen, M.(2003). Biopharmaceutical Evaluation of Microcrystalline Chitosan as Release-


rate-controlling Hydrophilic Polymer in Granules for Gastroretentive Drugs Delivery. Academic
Dissertation Faculty of Science of The Universuty of Helsinki.

You might also like