Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Kelas 2-H
JAKARTA
2017
ANALISIS EKSPOR KAKAO INDONESIA DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMENGARUHINYA
Abstrak
I. PENDAHULUAN
Indonesia termasuk ke dalam negara yang memiliki iklim tropis sehingga
menjadikan negara Indonesia memiliki keunggulan komparatif dari segi produk-
produk pertanian. Subsektor perkebunan memberi kontribusi sebesar 13 % pada
PDRB sektor pertanian dan nilainya terus meningkat dari tahun ke tahun. Beberapa
komoditas perkebunan tersebut diantaranya kelapa sawit, kopi, karet, lada, teh, dan
kakao.
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan sektor perkebunan yang
memiliki peranan penting bagi perekonomian nasional khususnya sebagai
penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, dan devisa negara (Departemen
Perindustrian 2007). Indonesia merupakan negara pengekspor kakao terbesar ke-3
dunia, maka tidak heran, kakao telah menjadi salah satu komoditas andalan ekspor
nasional, di samping kelapa sawit dan karet..
II. METODOLOGI
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa
data time-series tahunan selama periode 1991-2015 yang diperoleh dari berbagai
macam sumber dengan rincian sebagai berikut:
1. Data volume ekspor dan volume produksi (dalam ton) kakao Indonesia
bersumber dari Badan Pusat Statistik yang diperoleh dari publikasi Statistik
Perkebunan Indonesia Komoditas Kakao 2014-2016 Direktorat Jenderal
Perkebunan Kementrian Pertanian.
2. Data harga tahunan kakao ($/kg) di pasar dunia yang bersumber dari World
Bank yang diperoleh dari publikasi Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas
Kakao 2014-2016 Direktorat Jenderal Perkebunan Kementrian Pertanian.
Penelitian ini menggunakan dua metode analisis yaitu metode analisis
deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif berguna untuk menjelaskan
perkembangan produksi kakao di Indonesia serta harga kakao di pasar dunia.
Analisis inferensia digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
volume ekspor kakao Indonesia. Metode analisis inferensia yang digunakan adalah
analisis regresi linier berganda. Dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi
Cobb-Douglas sehingga model regresi yang terbentuk sebagai berikut:
ln Yt 0 1 ln X 1t 2 ln X 2t 3 ln Yt 1 t
dimana
Yt : volume ekspor kakao (dalam ton) tahun ke-t
400000
300000
200000
100000
0
Tahun
1.5
1
0.5
0
Tahun
Berdasarkan ouput SPSS diperoleh nilai p-value untuk uji normalitas sebesar
0,200. Dengan tingkat signifikansi 5%, dapat disimpulkan bahwa nilai
kesalahan (error) dari penduga memiliki sebaran normal.
- Pengujian Non-Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian yang
diurutkan menurut waktu seperti pada data time series) atau ruang (seperti pada
data cross-sectional).
Tabel 3.2. Uji Non-Autokorelasi
Berdasarkan output, diperoleh untuk seluruh nilai VIF dari seluruh variabel
bebas < 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas.
- Pengujian Homoskedastis
Pelanggaran terhadap asumsi ini disebut dengan heteroskedastisitas,yang
berarti varians dari error-nya tidak konstan atau berubah-ubah. Akibat adanya
heteroskedastisitas adalah varian koefisien regesi yang lebih besar sehingga
mengakibatkan interval kepercayaan semakin lebar, uji t atau uji F menjadi
tidak akurat, dan pada akhirnya membawa dampak terhadap keakuratan
kesimpulan.
Tabel 3.4. Uji Homoskedastis
Berdasarkan ouput nilai Adjusted R Square sebesar 0,852. Dengan kata lain,
85,2% keragaman nilai Ln Y dimana Y merupakan volume ekspor kakao, dapat
dijelaskan melalui model. Sedangkan 14,8% dijelaskan oleh faktor lain yang
tidak terdapat di dalam model.
- Overall Test (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji minimal terdapat 1 variabel bebas dalam
model yang berpengaruh terhadap variabel tak bebas.
Tabel 3.6. Uji Overall Test
Berdasarkan output, dapat diperoleh nilai p-value untuk seluruh variabel bebas
< 0,10. Dengan tingkat signifikansi 10% dapat disimpulkan bahwa ketiga
variabel bebas berpengaruh signifikan dalam model.
- Estimasi Hasil Regresi
Nilai estimasi fungsi regresi yang terbentuk sebagai berikut:
ln Yt 1,537 0,448 ln X 1t 0,288 ln X 2t 0,436 ln Yt 1 t
Elastisitas
Model Log-Log memiliki keunggulan dibandingkan model linier. Salah satu
keunggulan terletak pada koefisien slope regresi dimana koefisien slope tersebut
sesungguhnya merupakan nilai elastisitas Y terhadap X. Koefisien elastisitas
produksi kakao sebesar 0,448, artinya setiap kenaikan produksi kakao sebesar 1%
akan meningkatkan ekspor kakao sebesar 0,448% ceteris paribus. Koefisien
elastisitas harga tahunan kakao di pasar dunia sebesar -0,288, artinya setiap
kenaikan harga kakao di pasar dunia sebesar 1% akan menurunkan ekspor kakao
sebanyak 0,288% ceteris paribus. Koefisien elastisitas ekspor kakao tahun sebelum
sebesar 0,436, artinya setiap kenaikan ekspor kakao sebesar 1% pada tahun sebelum
maka akan meningkatkan ekspor kakao sebesar 0,436% ceteris paribus.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan sebagai berikut:
1. Secara umum produksi kakao di Indonesia mengalami trend yang meningkat.
Akan tetapi, pasca tahun 2010 mulai menunjukkan adanya trend penurunan.
2. Pada tingkat signifikansi 10 persen, volume ekspor kakao dipengaruhi oleh
volume produksi kakao, harga tahunan kakao di pasar dunia, serta volume
ekspor kakao tahun sebelum.
Berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh, maka dapat diajukan saran
sebagai berikut:
1. Pemerintah Indonesia, terutama Kementrian Pertanian, diharapkan memberikan
pengawasan, pelatihan, dan pemberdayaan petani kakao. Mulai menurunnya
trend produksi sejak tahun 2010 diindikasikan bahwa kurangnya peremajaan
dan perawatan terhadap perkebunan kakao. Selain itu, pemerintah diharapkan
mendukung petani untuk meningkatkan hasil produksi dengan teknologi.
2. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mengembangkan model lain atau
menambahkan variabel lain yang berkaitan dengan ekspor kakao Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA