You are on page 1of 13

4

Hubungan Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan Dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi
Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangasem 3 Surakarta (CH. Hilda Wihida)

HUBUNGAN PENGETAHUAN MEMILIH MAKANAN JAJANAN DAN


KEBIASAAN JAJAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH
DASAR DI SDN KARANGASEM 3 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

CH. HILDA WIHIDA


J 300 101 025

PROGRAM STUDI DIII GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
1

Hubungan Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan Dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi
Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangasem 3 Surakarta (CH. Hilda Wihida)
1

Hubungan Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan Dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi
Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangasem 3 Surakarta (CH. Hilda Wihida)

HUBUNGAN PENGETAHUAN MEMILIH MAKANAN JAJANAN DAN


KEBIASAAN JAJAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SEKOLAH DASAR
DI SDN KARANGASEM 3 SURAKARTA

CH. Hilda Wihida*


Dwi Sarbini, SST., M.Kes. **
Ratoyo, SKM***

Abstrak

Pendahuluan: Anak sekolah dasar merupakan masa anak yang berada pada usia sekolah
yaitu antara 6-12 tahun. Di usia ini mereka mulai menentukan kebiasaan makan jajan
yang mereka sukai tanpa memperhitungkan aspek gizi. Hal ini mencerminkan kebiasaan
makan jajan yang buruk akan mempengaruhi status gizi.
Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan memilih
makanan jajanan dan kebiasaan jajan dengan status gizi siswa sekolah dasar di SDN
Karangasem 3 Surakarta.
Metode Penelitian: Jenis penelitian observasional dengan desain crossectional.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan antropometri. Sampel diambil
menggunakan teknik sampel random dengan cara diundi sebanyak 46 siswa. Uji
hubungan yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman.
Hasil: Siswa SDN Karangasem 3 Surakarta sebagian besar mempunyai pengetahuan
memilih makanan jajanan tidak baik sebesar 58,7% dan kebiasaan jajan dengan kategori
sering sebesar 50%. Siswa SDN Karangasem 3 Surakarta dengan status gizi normal
82,6%, status gizi kurang 6,5% dan status gizi lebih 10,9%. Hasil analisis statistik Rank
Spearman didapatkan nilai p >0,05.
Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara pengetahuan memilih makanan jajanan dengan
status gizi siswa sekolah dasar di SDN Karangasem 3 Surakarta. Tidak ada hubungan
antara kebiasaan jajan dengan status gizi siswa sekolah dasar di SDN Karangasem 3
Surakarta.

Kata Kunci : Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan, Kebiasaan Jajan dan Status Gizi

PENDAHULUAN mempengaruhi status gizi (Arisman,


2004).
Anak sekolah merupakan Status gizi adalah keadaan
anak yang berada pada usia sekolah tubuh sebagai akibat dari konsumsi
yaitu antara 6-12 tahun (Adriani dan makanan dan penggunaan zat-zat
Wirjatmadi, 2012). Pada masa ini gizi. Dibedakan antara status gizi
keseimbangan gizi perlu dijaga agar buruk, kurang, baik dan lebih
anak dapat tumbuh dan berkembang (Almatsier,2001). Penilaian status
secara optimal (Suandi, 2012). gizi dapat dilakukan dengan
Karakteristik anak sekolah secara berbagai cara yaitu dengan
kebiasaan anak sering tidak sarapan antropometri, klinis, biokimia dan
dengan mengganti makanan yang biofisik. Selain itu juga dapat
mengandung kalori atau zat gizi dilakukan dengan penilaian secara
yang rendah, anak-anak banyak tidak langsung yaitu dengan
menonton televisi dan menirunya. melakukan survei konsumsi
Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makanan, statistik vital dan faktor
makan jajan yang buruk akan ekologi (Supariasa dkk, 2002).
2

Hubungan Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan Dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi
Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangasem 3 Surakarta (CH. Hilda Wihida)

Pengetahuan gizi pada anak perilaku tidak baik sebanyak 33


sangat mempengaruhi pemilihan siswa 56,9%. Penelitan yang
makanan jajanan. Pengetahuan gizi dilakukan Nuryati (2005)
dalam memilih makanan yang menyatakan bahwa frekuensi jajan
bersumber zat-zat gizi dan pandai kategori rendah sebesar 7,7%
dalam memlih makanan jajanan berstatus gizi kurang sebesar
yang sehat dan tidak sehat 17,6%, sedangkan frekuensi jajan
(Notoatmodjo, 2003). Faktor-faktor kategori tinggi sebesar 15,4%
yang memperburuk keadaan gizi berstatus gizi baik sebesar 73,6%.
anak sekolah adalah umumnya Penelitian yang dilakukan
dalam memilih makanan seringkali Aprilia (2011) menyatakan bahwa
anak-anak salah memilih makanan pengetahuan baik sebesar 24,7%,
yang sehat. Kebiasaan jajan sebagian besar anak (71,2%)
misalnya es, gula-gula, atau sarapan pagi setiap hari, sedangkan
makanan lain yang kurang gizinya frekuensi membawa bekal (69,9%).
dan anak susah makan. Pada Kebiasaan membawa bekal
dasarnya anak dibiasakan memilih makanan pada anak ketika sekolah
makanan yang baik (Moehji, 2009). memberikan beberapa manfaat
Pemilihan makanan antara lain dapat menghindarkan
mencakup sebagian dari hal-hal dari gangguan rasa lapar dan dari
yang lebih luas tentang kebiasaan kebiasaan jajan. Oleh sebab itu
yang berkaitan dengan makanan frekuensi membawa bekal makanan
yang merupakan perilaku khas sekolah merupakan variabel yang
masyarakat dalam kaitannya dengan paling berhubungan dengan
makanan. Kebiasaan memilih pemilihan makanan jajanan pada
makanan juga mempengaruhi waktu anak sekolah.
makan, jumlah hidangan, metode Berdasarkan penjelasan latar
penyiapan makanan, orang yang ikut belakang diatas yang menyebutkan
makan, ukuran porsi dan cara pentingnya memilih makanan jajan
makan (Barasi, 2007). Makanan yang baik untuk meningkatkan
jajanan sekolah salah satu masalah status gizi sehingga perlu diadakan
yang perlu mendapat perhatian untuk mengetahui hubungan antara
masyarakat, terutama orang tua, pengetahuan memilih makanan
pendidik dan pengelola sekolah. jajanan dan kebiasaan jajan dengan
Makanan jajanan yang status gizi. Adanya penelitian ini
diperjualbelikan saat ini masih maka diharapkan dapat menjadi
berisiko terhadap kesehatan referensi untuk dapat selektif dalam
disebabkan penanganannya yang pemilihan makanan jajanan dan
tidak higienis, yang memungkinkan kebiasaan jajan. Berdasarkan survei
makanan jajanan tersebut pendahuluan di SDN Karangasem 3
terkontaminasi mikrobia atau bahan terdapat pedagang makanan jajanan
tambahan pangan (BTP) (Cahyadi, yang bervariasi. Status gizi siswa di
2006). sekolah ini 22% berstatus gizi
Penelitian yang dilakukan kurang, 2,2% berstatus gizi lebih,
Purtiantini (2010) menyatakan dan 75% berstatus gizi normal.
bahwa sikap siswa tentang Adapun tujuan umum
pemilihan makanan jajanan, perilaku penelitian ini adalah mengetahui
siswa dalam memilih makanan hubungan pengetahuan memilih
sebagian besar mempunyai perilaku makanan jajanan dan kebiasaan
baik sebanyak 43,1% dan yang
3

Hubungan Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan Dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi
Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangasem 3 Surakarta (CH. Hilda Wihida)

jajan dengan status gizi di SDN biokimia, dan biofisik. Penilaian


Karangasem 3 Surakarta. status gizi secara langsung antara
lain:
TINJAUAN PUSTAKA a. Antropometri
Anak Sekolah Dasar Secara umum antropometri
Anak sekolah dasar adalah artinya ukuran tubuh manusia.
anak yang berada pada usia sekolah Ditinjau dari sudut pandang gizi,
yaitu antara 6-12 tahun. Kesehatan maka antropometri gizi
bagi anak sekolah meliputi berhubungan dengan berbagai
kesehatan badan, rohani, sosial dan macam pengukuran dimensi
tidak hanya sekedar bebas dari tubuh dan komposisi tubuh dari
penyakit (Adriani dan Wirjatmadi, berbagai tingkat umur dan tingkat
2012). gizi.
Karakteristik anak sekolah b. Klinis
secara kebiasaan anak sering tidak Pemeriksaan klinis adalah
sarapan dengan mengganti metode yang sangat penting
makanan yang mengandung kalori untuk menilai status gizi
atau zat gizi yang rendah. Kondisi ini masyarakat.
mencerminkan kebiasaan makan c. Biokimia
jajan yang buruk akan Penilaian status gizi dengan
mempengaruhi status gizi (Arisman, biokimia adalah pemeriksaan
2004). spesimen yang diuji secara
Adriani dan Wirjatmadi (2012) laboratoris yang dilakukan pada
menyatakan bahwa karakteristik berbagai macam jaringan tubuh.
anak sekolah antara lain: d. Biofisik
1. Fisik/jasmani Penentuan status gizi secara
2. Emosi biofisik adalah metode penentuan
3. Sosial status gizi dengan melihat
4. Intelektual kemampuan fungsi (khususnya
jaringan) dan melihat perubahan
Status Gizi dan jaringan
Mustika (2011) menyatakan Untuk mengetahui status gizi
bahwa status gizi adalah suatu dari anak sekolah dasar, perlu
keadaan tubuh yang merupakan pengukuran beberapa parameter.
hasil akhir dari keseimbangan antara Parameter adalah ukuran tunggal
zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dari tubuh manusia, antara lain:
dan dalam penggunaannya. berat badan, tinggi badan, lingkar
Proverawati dan Asfuah (2009) lengan atas, lingkar kepala, lingkar
menyatakan bahwa penilaian status dada, lingkar pinggul, dan tebal
gizi adalah suatu interprestasi dari lemak di bawah kulit. Untuk anak
pengetahuan yang berasal dari studi sekolah dasar, parameter yang
informasi makanan, biokimia, digunakan adalah umur, berat badan
antropometri, dan klinik. dan tinggi badan (Adriani dan
Supariasa dkk (2002) Wirjatmadi, 2012).
menyatakan bahwa status gizi Pengetahuan Makanan Jajanan
adalah ekspresi dari keadaan Pengetahuan gizi yang baik
keseimbangan dalam bentuk merupakan salah satu faktor dalam
variabel tertentu. Metode menuntun anak untuk memilih
pengukuran status gizi secara makanan yang bersumber dari zat
langsung dapat dibagi menjadi 4
penilaian yaitu: antropometri, klinis,
4

Hubungan Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan Dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi
Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangasem 3 Surakarta (CH. Hilda Wihida)

gizi dan memilih makanan jajanan sehingga dapat mengancam


yang sehat (Notoatmodjo, 2003). kesehatan anak (Adriani dan
FAO (1991 & 2000) menyatakan Wirjatmadi, 2012).
bahwa makanan jajanan adalah Bahan Tambahan Makanan
makanan atau minuman yang (BTM) sering digunakan sebagai
disajikan dalam wadah penjualan di tambahan dalam makanan jajanan
pinggir jalan, tempat umum atau dengan tujuan untuk memperbaiki
tempat lain dan sudah disiapkan tekstur, rasa, penampakan, dan
atau dimasak di tempat produksi memperpanjang daya simpan
atau di rumah atau di tempat jualan. makanan. Bahan-bahan kimia yang
Makanan tersebut langsung tidak tergolong sebagai BTM
dikonsumsi tanpa diolah atau dilarang untuk digunakan sebagai
persiapan terlebih dulu (Adriani dan tambahan makanan karena dapat
Wirjatmadi, 2012). membahayakan kesehatan. Bahan-
Jajanan kaki lima adalah bahan tersebut misalnya pewarna
makanan yang murah, mudah, tekstil, boraks, dan formalin.
menarik dan bervariasi. Sebagian Pedagang-pedagang yang berlaku
besar anak-anak sekolah lebih curang menggunakan bahan kimia
terpapar pada makanan jajanan kaki tersebut karena harganya yang
lima dan mempunyai kemampuan murah. Pewarna tekstil seperti
untuk membeli makanan jajanan metanil yellow dan Rodamin B
tersebut. Jajanan tersebut banyak kadang-kadang digunakan sebagai
dijumpai di lingkungan sekolah dan pewarna sirup atau krupuk. Boraks
sering dikonsumsi oleh anak-anak digunakan untuk membuat bakso
sekolah. Anak-anak seringkali atau krupuk nasi, sedangkan
tertarik dengan jajanan sekolah formalin digunakan untuk membuat
karena warnanya yang menarik tahu agar lebih keras dan lebih awet
perhatian, rasanya yang menggugah (Khomsan, 2006).
selera, dan harganya yang Anak-anak yang mendapatkan
terjangkau. Bahkan tak terhitung informasi yang tepat tentang
berapa uang jajan yang dihabiskan makanan sehat dari para gurunya
untuk membeli makanan yang dan didukung oleh tersedianya
kurang memenuhi standar gizi. kantin atau tempat makanan jajanan
Beberapa makanan dan minuman yang menjual makanan yang sehat
jajanan sekolah yang harus dicurigai akan membentuk pola makan yang
misalnya bakso, cireng, cendol, baik pada anak. Hal ini akan
membentuk pola makan yang positif
makanan ringan, gulali, jelly, dan
pada anak, karena anak dibiasakan
minuman warna-warni (Adriani dan
memiliki pola makan yang teratur,
Wirjatmadi, 2012). memenuhi kebutuhan biologis
Keamanan pangan jajanan pencernaan dengan mengkonsumsi
sekolah perlu diperhatikan. Makanan makanan yang bergizi, dan tidak
yang sering menjadi sumber hanya asal kenyang dengan jajanan
keracunan adalah makanan ringan (Sulistyoningsih, 2011).
dan jajanan, karena hasil Barasi (2007) menyatakan
produksinya yang mungkin kurang bahwa faktor-faktor internal dan
dapat menjamin kualitas produk eksternal yang mempengaruhi
olahannya. Makanan jajanan anak pemilihan makanan antara lain:
sekolah cenderung menggunakan 1. Faktor-faktor internal
bahan-bahan pengawet, pewarna, a. Faktor fisiologis
aroma, penyedap, pemanis, Faktor yang menimbulkan
kebutuhan untuk makan saat
5

Hubungan Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan Dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi
Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangasem 3 Surakarta (CH. Hilda Wihida)

rasa lapar dan menghentikan status ekonomi memiliki


asupan makanan selanjutnya keterbatasan untuk memilih
saat rasa kenyang. makanan.
b. Faktor psikologis e. Norma sosial
Nafsu makan Perilaku yang dapat
menimbulkan keinginan diterima oleh lingkup sosial
terhadap makanan tertentu, dalam kaitannya dengan
aversi (pantangan) makanan, berpengaruh kuat
menghindari makanan
terhadap pemilihan makanan.
tertentu, preferensi (kesukaan)
Hal ini ditunjukkan melalui
dibentuk dari seringnya kontak
dengan makanan tersebut, pengaruh oleh teman
emosi (mood, stres) makanan seumurannya dan
tertentu dikaitkan dengan memperkuat keyakinan
emosi positif dan negatif, dan tentang makanan yang dipilih.
tipe kepribadian adalah f. Pendidikan/kesadaran tentang
kepekaan terhadap pemicu kesehatan
eksternal dan internal yang Faktor ini berasal dari
mempengaruhi asupan lingkungan eksternal dan
makanan. menentukan besarnya
2. Faktor-faktor eksternal perhatian terhadap hal-hal
a. Budaya yang berkaitan dengan
Budaya adalah penentu makanan dan gizi, serta
utama dari pemilihan makanan seberapa jauh masalah
untuk mempertahankan pilihan kesehatan menentukan pilihan
makanan (makanan pokok). makanan.
b. Agama g. Media dan periklanan
Agama sering Informasi tentang
menentukan pemilihan beberapa makanan, biasanya
makanan secara luas. Agama
makanan yang diproses atau
juga memiliki peraturan
tentang makanan yang diproduksi di pabrik, dan
diperbolehkan dan yang tidak mungkin kurang baik nilai
diperbolehkan untuk gizinya karena banyak
dikonsumsi. mengandung lemak, garam,
c. Keputusan etis dan gula.
Cara menghasilkan
makanan dapat Kebiasaan Jajanan
mempengaruhi pemilihan Dalam usia anak sekolah
makanan. Pendukung prinsip gemar sekali jajan. Mungkin sudah
etika mungkin mengubah menjadi kebiasaan saat di rumah
pilihan makanannya agar atau mungkin akibat pengaruh dari
sesuai dengan prinsip yang teman-temannya. Terkadang anak-
dianutnya. anak menolak untuk makan pagi di
d. Faktor ekonomi rumah, dan sebagai gantinya
Kemampuan untuk dimintanya uang untuk jajan. Jajan
memperoleh makanan dan yang anak-anak beli adalah bahan-
menentukan pilihan makanan. bahan atau makanan yang disenangi
Semakin tinggi status saja, misalnya es, gula-gula atau
ekonominya, semakin banyak makanan lain yang mungkin kurang
jumlah dan jenis makanan dalam nilai zat gizinya (Moehji,
yang dapat diperoleh. 2009). Adriani dan Wirjatmadi (2012)
Sebaliknya, keterbatasan
6

Hubungan Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan Dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi
Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangasem 3 Surakarta (CH. Hilda Wihida)

menyatakan bahwa angka kebiasaan jajan dengan status gizi


kecukupan gizi jika golongan umur siswa sekolah dasar di SDN
anak sekolah 7-9 tahun berat Karangasem 3 Surakarta selama
badannya 23,5 kg dan energi 1.860 bulan Desember 2012 sampai Juni
kkal. Sedangkan untuk umur anak 2013.
sekolah 10-12 tahun berat badannya Populasi dalam penelitian ini
30 kg dan energi 1.959 kkal. adalah siswa sekolah kelas III, IV
Khomsan (2003) menyatakan dan V di SDN Karangasem 3
bahwa faktor-faktor yang Surakarta sebanyak 106 anak
mempengaruhi kebiasaan jajan dengan sampel sebanyak 46 orang
antara lain: yang terdiri dari siswa sekolah dasar
1. Anak yang tidak sarapan pagi kelas III, IV dan V. Dari jumlah
Anak yang tidak sarapan pagi sampel kelas III, IV dan V yang
merupakan upaya untuk berjumlah 106 anak akan diambil
memenuhi kebutuhan energi sampel sebanyak 46 anak secara
karena aktivitas fisik di sekolah diundi.
yang tinggi. Instrumen penelitian yang
2. Pengenalan jenis makanan jajan digunakan dalam penelitian ini terdiri
Pengenalan berbagai jenis dari lembar kuesioner yang terdiri
makanan jajanan akan dari formulir identitas responden,
menumbuhkan kebiasaan kuesioner pengetahuan memilih
penganekaragaman makanan makanan jajanan, dan kuesioner
sejak kecil. kebiasaan jajan serta untuk
3. Pengaruh teman-teman pengukuran status gizi dengan
Lingkungan sekitar anak seperti pengukuran antropometri kemudian
teman-teman sekolah dan responden dihitung menggunakan z-
teman main akan memberikan score Epi Info untuk mengetahui
perasaan meningkatnya gengsi status gizi responden.
anak di mata teman-temannya Analisis data yang digunakan
di sekolah. dalam penelitian ini adalah meliputi
analisis univariat dan bivariat
Hipotesis dengan menggunakan uji Rank-
1. Ada hubungan pengetahuan Spearman yang sebelumnya diuji
memilih makanan jajanan dengan normalitas data dengan
status gizi di SDN Karangasem 3 menggunakan kolmogorov-smirnov.
Surakarta.
2. Ada hubungan kebiasaan jajan HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan status gizi di SDN
Karangasem 3 Surakarta. Karakteristik Responden
Karakteristik subjek penelitian
METODE PENELITIAN ini dapat dilihat dari umur, jenis
kelamin, pengetahuan memilih
Penelitian ini adalah penelitian makanan jajanan, kebiasaan jajan
observasional dengan metode dan status gizi. Data mengenai
pendekatan cross sectional dimana karakteristik responden dapat dilihat
pengamatan terhadap variabel pada Tabel 1 berikut ini.
bebas dan terikat dilakukan secara
bersamaan bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan
pemilihan makanan jajanan dan
7

Hubungan Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan Dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi
Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangasem 3 Surakarta (CH. Hilda Wihida)

Tabel 1 Untuk kebiasaan jajan


Karakteristik Responden diketahui bahwa sebagian besar
sampel memiliki kebiasaan jajan
No Variabel Frekuensi Persentase
(N) (%) sering yaitu sebesar 23 siswa (50%).
1. Umur (tahun) Dilihat dari kebiasaan jajan anak
9 tahun 4 8,7 sekolah di SDN Karangasem 3
10 tahun 22 47,8 sebagian besar siswa sering jajan di
11 tahun 19 41,3
12 tahun 1 2,2
luar sekolah dan di kantin. Hal ini
Jumlah 46 100 disebabkan dikarenakan siswa tidak
2. Jenis Kelamin sarapan pagi dan tidak membawa
Laki-laki 33 71,7 bekal sendiri dari rumah. Selain itu
Perempuan 13 28,3 dikarenakan responden mendapat
Jumlah 46 100
3. Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan uang jajan setiap harinya.
Tidak baik 27 58,7 Dilihat dari status gizinya
Baik 19 41,3 diketahui bahwa sebagian besar
Jumlah 46 100 sampel memiliki status gizi normal
4. Kebiasaan Jajan
Hampir tidak 6 13
yaitu sebanyak 38 siswa dengan
pernah persentase sebesar 82,6%.
Kadang-kadang 13 28,3 Penilaian status gizi menggunakan
Sering 23 50 pengukuran antropometri berat
Sangat sering 4 8,7
Jumlah 46 100
badan dan tinggi badan dengan
5. Status Gizi menggunakan timbangan dan
Kurang 3 6,5 microtoice. Setelah melakukan
Normal 38 82,6 pengukuran pengukuran
Lebih 5 10,9 antropometri, data berat badan dan
Jumlah 46 100 tinggi badan tersebut diolah dengan
menggunakan program z-skor
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh dengan indikator BB/TB.
gambaran bahwa untuk distribusi
umur diketahui bahwa umur minimal Hubungan Antara Pemilihan
yang dimiliki sampel yaitu 9 tahun Memilih Makanan Jajanan dengan
dan umur maksimal yang dimiliki Status Gizi
sampel yaitu 12 tahun. Hasil Hasil analisis dari hubungan
penelitian menunjukan bahwa
antara pengetahuan memilih
sebagian responden berumur 10
tahun yaitu sebesar 47,8%. makanan jajanan dengan status gizi
Sebagian besar sampel diperoleh dapat dilihat pada Tabel 2.
pada responden jenis kelamin laki-
laki dengan persentase sebesar Tabel 2.
71,7%. Hubungan Pengetahuan Memilih
Sedangkan untuk Makanan Jajanan dengan Status Gizi
pengetahuan memilih makanan Status gizi Total
jajanan diketahui sebagian besar
sampel memiliki pengetahuan Kurang Normal Lebih
memilih makanan jajanan tidak baik Pengetahuan N % N % N % Jumlah %
yaitu sebesar 27 siswa (58,7%). Tidak baik 3 6,52 21 45,6 3 6,52 27 58,7
Pengetahuan anak dalam memilih
makanan jajanan merupakan Baik 0 0 17 36,9 2 4,34 19 41,3
kepandaian anak dalam memilih P=0,269
makanan yang bersumber zat-zat Sebagian besar siswa yang
gizi yang baik dan sehat.
pengetahuan makanan jajanan tidak
Pengetahuan tentang gizi pada anak
sangat mempengaruhi terhadap baik berjumlah 27 siswa (58,6%)
kebiasaan memilih makanan jajanan dengan status gizi kurang sebanyak
(Notoatmodjo, 2003). 3 siswa (6,52%), status gizi lebih
sebanyak 3 siswa (6,52%) dan
8

Hubungan Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan Dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi
Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangasem 3 Surakarta (CH. Hilda Wihida)

status gizi normal sebanyak 21 pengetahuan gizi baik sebesar 70%


siswa (45,6%). dan pengetahuan gizi tidak baik
Hasil analisa menggunakan uji sebesar 30%.
korelasi Rank Spearman didapatkan
nilai p sebesar 0,269 yang nilainya Hubungan Antara Kebiasaan
lebih besar > 0,05 maka Ho Jajan Dengan Status Gizi
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Hasil analisis dari hubungan
tidak ada hubungan antara antara kebiasaan jajan dengan
pengetahuan memilih makanan status gizi dapat dilihat pada Tabel
jajanan dengan status gizi di SDN 3.
Karangasem 3 Surakarta. Hal ini Tabel 3.
Hubungan Kebiasaan Jajan dengan
disebabkan, status gizi tidak hanya Status Gizi
dipengaruhi oleh pengetahuan,
tetapi dipengaruhi oleh beberapa Status gizi Total
faktor diantaranya faktor secara Kurang Normal Lebih
Kebiasaan jajan N % N % N % Jumlah %
langsung yaitu asupan berbagai Hampir tidak 0 0 6 13,04 0 0 6 13,04
makanan (asupan makan yang pernah
banyak maupun sedikit dalam Kadang-kadang 1 2,17 11 23,9 1 2,17 13 28,26
Sering 1 2,17 18 39,13 4 8,70 23 50
jangka pendek tidak akan mengubah Sangat sering 1 2,17 3 6,52 0 0 4 8,70
status gizi seseorang) dan penyakit
infeksi (keadaan gizi yang kurang P=0,236

baik dapat menimbulkan adanya


infeksi misalnya diare, batuk, Sebagian besar siswa yang
campak dan lain-lain). Faktor-faktor kebiasaan jajan kategori sering
secara tak langsung yaitu ekonomi berjumlah 23 siswa (50%) dengan
keluarga (penghasilan termasuk status gizi kurang sebanyak 1 siswa
faktor yang mempengaruhi kedua (2,17%), status gizi lebih sebanyak 4
faktor yang berperan terhadap status siswa (8,70%) dan status gizi normal
gizi), produksi pangan (peranan sebanyak 18 siswa (39,13%).
pertanian dianggap penting karena Hasil analisa menggunakan uji
menghasilkan produk pangan), korelasi Rank Spearman didapatkan
budaya (kepercayaan untuk nilai p sebesar 0,236 yang nilainya
memantang makanan tertentu yang lebih besar > 0,05 maka Ho
dipandang dari segi gizi yang baik), diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
kebersihan lingkungan (kebersihan tidak ada hubungan antara
yang kurang baik menyebabkan kebiasaan jajan dengan status gizi di
anak mudah terkena penyakit SDN Karangasem 3 Surakarta,
tertentu seperti ISPA, infeksi saluran dikarenakan kebiasaan jajan siswa
pencernaan), fasilitas pelayanan di kantin maupun di luar kantin
kesehatan sangat penting untuk sekolah belum tentu siswa
status kesehatan dan gizi bagi anak mengkonsumsi jajanan terlalu
(Adriani dan Wirjatmadi, 2012). banyak maupun jajan setiap hari.
Penelitian ini sejalan dengan Penjual makanan jajanan
penelitian yang dilakukan keliling yang disajikan secara
Yulianingsih (2009) bahwa tidak ada terbuka sangat menarik perhatian
hubungan antara pengetahuan gizi dan minat anak sekolah untuk
dan sikap memilih makanan jajanan membeli makanan jajanan di luar
di MI Tanjunganom, Kecamatan kantin sekolah maupun di kantin
Baturetno, Kabupaten Wonogiri. sekolah. Namun, tidak selamanya
Dalam penelitiannya disebutkan anak mengkonsumsi makanan
9

Hubungan Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan Dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi
Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangasem 3 Surakarta (CH. Hilda Wihida)

jajanan itu setiap hari, karena nafsu 5. Tidak ada hubungan antara
makan anak sering berubah-ubah kebiasaan jajan dengan status
sehingga belum tentu gizi di SDN Karangasem 3
mempengaruhi status gizi pada anak Surakarta (p= 0,236).
(Moehji,2009). 6. Body image yang kurang baik
Faktor lain yang dengan status gizi kurang yaitu
mempengaruhi kebiasaan jajan anak 19,67%, dengan status gizi
sekolah dipengaruhi oleh faktor normal 55,73%, dan dengan
perilaku (cara berfikir, berperasaan status gizi lebih 24,59%.
dan berpandangan tentang makanan Sedangkan body image yang
dalam bentuk untuk memilih baik dengan status gizi kurang
makanan jajanan), faktor lingkungan yaitu 0%, dengan status gizi
sosial, faktor lingkungan ekonomi normal 50%, dan denagn status
(daya beli, ketersediaan uang saku), gizi lebih 50%.
faktor ketersediaan bahan makanan
dan faktor perkembangan teknologi
(bioteknologi yang menghasilkan Saran
jenis-jenis bahan makanan jajanan 1. Bagi siswa, diharapkan siswa
yang lebih praktis) dan faktor sebaiknya dalam membeli jajanan
lingkungan ekologi (Adriani, 2012). lebih selektif tidak hanya menarik
Penelitian ini sejalan dengan dari segi tampilan warna dan
penelitian yang dilakukan Khapipah bentuk tetapi juga dari segi nilai
(2000) bahwa tidak terdapat gizinya.
hubungan antara kebiasaan makan 2. Bagi sekolah, diharapkan kantin
pagi dan jajan dengan status gizi di yang ada di lingkungan sekolah
kota Bogor. Dalam penelitiannya dapat menyediakan berbagai
disebutkan siswa yang jajan sebesar jenis makanan yang bergizi dan
86,6% memiliki status gizi normal sehat, memberlakukan peraturan
85,7%. kepada penjual pedagang yang
ada di kantin maupun di sekitar
KESIMPULAN DAN SARAN lingkungan luar sekolah sesuai
syarat-syarat kesehatan, dan
Kesimpulan memberlakukan peraturan
Berdasarkan hasil analisis data kepada siswa untuk tidak
pada bab sebelumnya dapat membeli makanan jajanan di luar
disimpulkan beberapa hal sebagai area sekolah.
berikut: 3. Bagi peneliti berikutnya, perlu
1. Sebagian besar siswa memiliki mengadakan penelitian yang
pengetahuan memilih makanan berkaitan dengan pengetahuan
jajanan yang tidak baik (58,7%). memilih makanan jajanan,
2. Sebagian besar siswa memiliki kebiasaan jajan dan faktor-faktor
kebiasaan jajan dengan kategori lain yang mempengaruhi dalam
sering (50%). status gizi.
3. Sebagian besar siswa memiliki
status gizi normal (82,6%).
4. Tidak ada hubungan antara
pengetahuan memilih makanan
jajanan dengan status gizi di
SDN Karangasem 3 Surakarta
(p= 0,269).
10

Hubungan Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan Dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi
Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangasem 3 Surakarta (CH. Hilda Wihida)

DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu


Kesehatan Masyarakat
Adriani, M., Wirjatmadi, B. 2012.
Prinsip-Prinsip Dasar. PT
Pengantar Gizi Masyarakat.
Rineka Cipta. Jakarta:205
Kencana. Jakarta.
Nuryati, Wahyu. 2005.Hubungan
Andriani, M., Wirjatmadi, B. 2012.
Antara Frekuensi Jajan Di
Peranan Gizi dalam Siklus
Sekolah dan Status Gizi
Kehidupan. Jakarta:
Siswa Kelas IV dan V SD
Kencana.
Negeri Wonotingal 01-02
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Candisari Semarang.
Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Skripsi. Falkutas Ilmu
Utama. Jakarta. Kesehatan Masyarakat,
Universitas Negeri
Aprillia, B. Apriandani. 2011. Faktor Semarang. Semarang.
yang Berhubungan dengan
Pemilihan Makanan Siti Asfuah.skep.,dan Atika
Jajanan Pada Anak Proverawati, SKM.MPH.
Sekolah Dasar. Skripsi. 2009.Gizi untuk Kebidanan.
Falkutas Kedokteran, Nuha Medika.Yogyakarta.
Universitas Diponegoro.
Purtiantini. 2010. Hubungan
Semarang.
Pengetahuan dan Sikap
Arisman, MB. 2004. Gizi dalam daur Mengenai Pemilihan
kehidupan. Jakarta. Makanan Jajanan dengan
Perilaku Anak Memilih
Barasi, Mary E. 2007. At a Glance Makanan di SDIT
Ilmu Gizi. Erlangga. Jakarta. Muhammadiyah Al Kautsar
Gumpang Kartasura.
Cahyadi, Wisnu. 2006. Analisis dan Skripsi. Falkutas Kesehatan,
Aspek Kesehatan Bahan Universitas Muhammadiyah
Tambahan Pangan. Bumi Surakarta. Surakarta.
Aksara. Jakarta.
Suandi. 2012. Diet Pada Anak Sakit.
Khomsan, Ali. 2003. Pangan dan EGC. Jakarta.
Gizi untuk Kesehatan. Raja
Grafindo Persada. Jakarta. Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi
untuk Kesehatan Ibu dan
Khomsan, Ali. 2006. Solusi Makanan Anak. Graha Ilmu.
Sehat. Raja Grafindo Yogyakarta.
Persada. Jakarta.
Supariasa, I. D., Bakri, B & Fajar, I.
Moehji, S. 2009. Ilmu Gizi 2. 2002. Penilaian Status Gizi.
Bhratara Niaga Media. Jakarta: EGC
Jakarta.
Yulianingsih, Pratiw.Hubungan
Mustika, D. Cakrawati. 2011. Bahan Pengetahuan Gizi Dengan
Pangan, Gizi, dan Sikap Anak Sekolah Dasar
Kesehatan. Alfabeta. Dalam Memilih Makanan
Bandung. Jajanan di MI Tanjunganom,
Kecamatan Baturetno,
11

Hubungan Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan Dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi
Siswa Sekolah Dasar di SDN Karangasem 3 Surakarta (CH. Hilda Wihida)

Kabupaten Wonogiri.
Skripsi. Falkutas Ilmu
Kesehatan Gizi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.

*CH. Hilda Wihida: Mahasiswa DIII


Gizi FIK UMS. Jln A Yani Tromol
Post 1 Kartasura.
**Dwi Sarbini, SST., M.Kes.: Dosen
Gizi FIK UMS. Jln A Yani Tromol
Post 1 Kartasura.
***Ratoyo,SKM.: Dosen Gizi FIK
UMS. Jln A Yani Tromol Post 1
Kartasura.

You might also like