You are on page 1of 10

CADANGAN BATUBARA BERKAITAN DENGAN SKALA WAKTU

GEOLOGI DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN DI INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sumber Daya Mineral dan Energi
pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh :

Ismail Hidayat 03021381419165

Kelas / Kampus :

A / Palembang

Dosen Pengajar :

Hj. Rr. Harminuke Eko Handayani, S.T., M.T.

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2016

Ismail Hidayat - 03021381419165


CADANGAN BATUBARA BERKAITAN DENGAN SKALA WAKTU
GEOLOGI DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN DI INDONESIA

Jumlah cadangan batubara Indonesia berkisar 36 milyar ton, akan tetapi 80


persen dari cadangan tersebut merupakan batubara muda (lignitik - sub bituminus)
dengan nilai kalor rendah dan kandungan zat terbang cukup tinggi (35-45 persen)
(Trisnamurti, 1995).

Batubara terbentuk pada zaman Paleozoikum, terutama pada periode


karbon. Karbon adalah suatu periode dalam skala waktu geologi yang berlangsung
sejak akhir periode Devon sekitar 359,2 2,5 juta tahun yang lalu hingga awal
periode Perm sekitar 299,0 0,8 juta tahun yang lalu. Seperti halnya periode
geologi yang lebih tua lainnya, lapisan batuan yang menentukan awal dan akhir
periode ini teridentifikasi dengan baik, tapi tanggal tepatnya memiliki
ketidakpastian sekitar 5-10 juta tahun. Nama karbon diberikan karena adanya
lapisan tebal kapur pada periode ini yang ditemukan di Eropa Barat.

Pada masa Karboniferus, benua-benua bergabung membentuk kelompok-


kelompok kecil daratan luas dengan jembatan-jembatan darat dari Eropa ke
Amerika Utara, dan dari Afrika ke Amerika Selatan, Antartika, dan Australia.
Tabrakan antarbenua menghasilkan sabuk Pegunungan Appalachian di sebelah
timur Amerika Utara dan Pegunungan Hercynian di Inggris. Tumbukan lebih
lanjut antara Siberia dan Eropa Timur membentuk Pegunungan Ural. Dua pertiga
masa awal periode ini disebut subperiode Mississippian dan sisanya disebut
subperiode Pennsylvanian. Pohon-pohon konifer muncul pada periode yang
penting ini.

Zaman ini merupakan zaman perkembangan amfibi dan tumbuhan hutan.


Reptilia dan serangga raksasa muncul pertama kali. Pohon pertama yang muncul
adalah jamur klab, tumbuhan fern paku ekor kuda yang tumbuh di rawa-rawa.
Saat itu benua-benua mulai menyatu membentuk satu masa daratan yang sangat
luas disebut Pangea. Bumi mulai mengalami perubahan lingkungan serta berbagai

Ismail Hidayat - 03021381419165


bentuk kehidupannya. Iklim tropis menghasilkan secara besar-besaran rawa-rawa
yang terisi pepohonan dan sekarang tersimpan sebagai batubara.

Pada masa ini, kondisi sangat mendukung pembentukan awal batu-bara


(karbon), perkembangan biologis, geologis, dan iklim bumi. Salah satu dari
penemuan evolusioner terbesar dari periode Karboniferus adalah amniotic egg di
mana hal ini membuat reptil-reptil awal dari habitat air dan mengolonisasi
daratan. Amniotic egg membuat leluhur burung, mamalia, dan reptil untuk
bereproduksi di daratan dengan jalan mencegah embrio kekeringan dengan adanya
cangkang, sehingga pada masa ini telur dapat disimpan jauh dari air.
Perkembangan endapan karbon di Indonesia relatif tidak luas dan hanya diketahui
di daerah Sumatra, Kalimantan dan Irian.

Dalam beberapa hal sangat sulit dibedakan antara endapan yang berumur
karbon dan Permian. Dalam hal demikian digunakan istilah Permokarbon.
Perkembangan endapan Permokarbon di Sumatra khusunya di Jambi sangat baik.
Di tempat ini bagian bawah dari permokarbon yang dikenal sebagai formasi
kering terdiri dari serpih, batupasir, tufa, konglomerat, batugamping yang
mengandung fosil fusulina dan flora karbon.

Bagian tengah yang dikenal sebagai formasi Salamuku terdiri dari batuan
klastik kasar antara lain breksi, konglomerat, batugamping yang mengandung fosil
fusulina dan batuan vulkanik diantaranya dasit, andesit, liparit, dan tufa. Bagian
atas yang dikenal sebagai formasi air kuning terdiri dari batuan volkanik seperti
tufa, lava, tufa dasitik, batupasir, batugamping yang mengandung fosil fusulina
dan fosil flora. Di Kalimantan endapan Permokarbon dikelompokkan menjadi
fasies volkanik dan fasies sedimen. Fasies vulkanik terdiri dari batuan efusiv basa
sedangkan fasies sedimen terdiri dari jasper, rijang, batu sabak, pilit,
batulempung, napal, batugamping, dan marmer. Dalam batugamping terutama
terdapat fosil fusulina yang menunjukan umur permokarbon, sedangkan flora
Zaman Karbon antara lain Calamites dan Pecopteries yang juga menunjukkan
umur Karbon.

Ismail Hidayat - 03021381419165


Di Irian endapan Karbon dijumpai di Pegunungan Jayawijaya. Terdapat
endapan karbon atas. Batuannya terdiri dari Batupasir gampingan yang
mengandung mika dengan fosil chonetes dan Proetes, Batugamping dengan fosil
Martina dan Subulites serta serpih yang mengandung flora Cathaysia. Selain itu
didapatkan pula batuan yang bersifat lempungan dan pasiran serta konglomerat
yang mengandung fosil Brachiopoda.

Namun, batubara menurut waktu pembentukannya di Indonesia terdapat


mulai skala waktu Tersier sampai Recent. Pembagiannya dapat dijelaskan sebagai
berkut:

1. Batubara paleogen, merupakan batubara yang terbentuk pada cekungan


intranmontain, contohnya yang terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan
Tenggara serta Sulawesi Selatan.
2. Batubara neogen, yakni batubara yang terbentuk pada cekungan foreland,
contohnya terdapat di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
3. Batubara delta, yakni endapan batubara yang terdapat di hampir seluruh
Kalimantan Timur.

Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di


cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau
Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut
dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur Eosen atau sekitar Tersier
Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas,
kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut skala waktu geologi.

Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar
khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tergolong
kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah
sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi
dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem
dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan
menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen.

Ismail Hidayat - 03021381419165


Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu
dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan
lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut
yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.

Pembentukan batubara tidak dapat dipisahkan dengan kondisi lingkungan


dan geologi disekitarnya. Distribusi lateral, ketebalan, komposisi dan kualitas
batubara banyak dipengaruhi oleh lingkungan pengendapanya.

Telmatis/Terestrial
Lingkungan yang berada pada daerah pasang surut ini
menghasilkan gambut yang tidak terganggu dan tumbuh insitu (forest peat,
reed peat dan high moor moss peat).
Limnik
Lingkungan ini terendapkan di bawah air rawa danau. Batubara
yang terendapkan pada lingkungan telmatis dan limnis sulit dibedakan
karena pada forest Swamp biasanya ada bagian yang berada di bawah air
(feed Swamp).
Marine
Batubara yang terendapkan pada lingkungan ini mempunyai ciri
khas kaya abu, S dan N yang mengandung fosil laut. Untuk daerah tropis
biasanya terbentuk dari mangrove(bakau) dan kaya S.
Ca-rich
Lingkungan ini menghasilkan batubara yang kaya akan Ca dan
mempunyai ciri yang sama pada endapan payau. Batubara Ca-rich selalu
terjadi pada lingkungan bawah air dengan kondisi oksigen terbatas.
Lingkungan pengendapan ini juga banyak mengandung fosil.
Batubara Ca-rich banyak mengasilkan bitumen.

Ismail Hidayat - 03021381419165


Tabel Kualitas, Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia Tiap Propinsi, 2005

(Sumber : Pusat Sumber Daya Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2005)

Kualitas Sumberdaya ( Juta Ton) Cadangan


No. Provinsi Kriteria
Kelas Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah (Juta Ton)
(Kal/gr, adb)
Kalori Sedang 5100 - 6100 5,47 2,78 0,00 0,00 10,34 0,00
1. BANTEN Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 2,97 0,00 0,00 2,97 0,00
5,47 5,75 0,00 0,00 13,31 0,00
Kalori Rendah <5100 0,00 0,82 0,00 0,00 0,82 0,00
2 JAWA TENGAH
0,00 0,82 0,00 0,00 0,82 0,00
Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 0,08 0,00 0,00 0,08 0,00
3 JAWA TIMUR
0,00 0,08 0,00 0,00 0,08 0,00
Kalori Rendah <5100 0,00 20,92 6,70 64,14 91,76 0,00
NANGROE ACEH
4 Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 325,43 6,70 26,26 351,69 0,00
DARUSALAM
0,00 346,35 13,40 90,40 443,45 0,00
Kalori Rendah <5100 0,00 0,00 0,00 19,97 19,97 0,00
5 SUMATERA UTARA Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 7,00 0,00 0,00 7,00 0,00

0,00 7,00 0,00 19,97 26,97 0,00


Kalori Rendah <5100 0,00 1.345,69 0,00 268,06 1.613,75 0,00
6 RIAU Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 30,62 0,00 51,57 82,19 0,00
Kalori Tinggi 6100 - 7100 12,79 359,60 0,00 16,99 389,38 16,54
12,79 1.735,91 0,00 336,62 2.085,32 16,54

Ismail Hidayat - 03021381419165


Kalori Sedang 5100 - 6100 19,19 284,36 42,72 22,97 369,24 2,83
7 SUMATERA BARAT Kalori Tinggi 6100 - 7100 5,76 164,58 0,00 144,27 314,61 19,24
Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 27,00 0,00 14,00 41,00 14,00
24,95 475,94 42,72 181,24 724,85 36,07
Kalori Rendah <5100 0,00 51,13 0,00 0,00 51,13 0,00
8 JAMBI Kalori Sedang 5100 - 6100 190,84 1.200,09 36,32 90,24 1.517,49 18,00
Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 210,81 0,00 82,96 293,77 0,00
190,84 1.462,03 36,32 173,20 1.862,39 18,00

Kualitas Sumberdaya ( Juta Ton) Cadangan


No. Provinsi Kriteria (Juta Ton)
Kelas Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah
(Kal/gr, adb)
Kalori Rendah <5100 0,00 11,34 0,00 10,58 21,92 0,00
Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 0,81 0,00 5,86 6,67 3,79
9 BENGKULU Kalori Tinggi 6100 - 7100 15,15 100,62 8,11 45,49 169,37 17,33
Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 0,32 0,00 0,37 0,69 0,00
15,15 113,09 8,11 62,30 198,65 21,12
Kalori Rendah <5100 326,55 7.400,27 2.300,07 1.358,00 11.384,89 2.426,00
10 SUMATERA SELATAN Kalori Sedang 5100 - 6100 198,93 1.629,28 9.139,87 366,01 11.334,10 186,00
Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 31,00 433,89 14,00 478,89 67,00

525,48 9.060,55 11.873,83 1.738,01 23.197,88 2.679,00

Ismail Hidayat - 03021381419165


Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 14,00 0,00 0,00 14,00 0,00

11 LAMPUNG Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 92,95 0,00 0,00 92,95 0,00
0,00 106,95 0,00 0,00 106,95 0,00
Kalori Tinggi 6100 - 7100 42,12 378,60 0,00 0,00 420,72 0,00
12 KALIMANTAN BARAT Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 104,00 1,32 1,48 106,80 0,00
42,12 482,60 1,32 1,48 527,52 0,00
Kalori Rendah <5100 0,00 483,92 0,00 0,00 483,92 0,00
Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 296,75 5,08 44,36 354,80 4,05
13 KALIMANTAN TENGAH Kalori Tinggi 6100 - 7100 114,11 262,72 0,00 72,64 449,47 0,00
Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 247,62 0,00 77,02 324,64 44,54
114,11 1.291,01 5,08 194,02 1.612,83 48,59
Kalori Rendah <5100 0,00 370,87 0,00 600,99 971,86 536,33
Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 4.793,13 301,36 2.526,46 7.620,95 1.287,01
14 KALIMANTAN SELATAN Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 336,19 33,12 109,64 478,95 44,36
Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 17,62 0,00 12,00 29,62 0,14
0,00 5.517,81 334,48 3.249,09 9.101,38 1.867,84

Ismail Hidayat - 03021381419165


Kualitas Sumberdaya ( Juta Ton) Cadangan
No. Propinsi Kriteria (Juta Ton)
Kelas Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah
(Kal/gr, adb)
Kalori Rendah <5100 0,00 201,93 13,76 89,83 305,52 0,00
Kalori Sedang 5100 - 6100 2.285,84 10.630,35 121,61 2.609,46 15.682,72 941,62
15 KALIMANTAN TIMUR Kalori Tinggi 6100 - 7100 502,96 2.611,07 191,77 1.558,62 4.918,92 1.064,82
Kalori Sangat Tinggi > 7100 90,11 60,84 4,48 14,40 169,82 65,24
2.878,90 13.504,19 331,62 4.272,31 21.076,98 2.071,68
Kalori Sedang 5100 - 6100 0,00 131,03 32,31 53,10 216,44 0,06
Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 0,78 0,00
16 SULAWESI SELATAN 13,90 0,00 14,68
0,00 144,93 33,09 53,10 231,12 0,06
Kalori Rendah <5100
17 SULAWESI TENGAH 0,00 1,98 0,00 0,00 1,98 0,00
0,00 1,98 0,00 0,00 1,98 0,00

Kalori Rendah <5100 0,00 0,00


18 MALUKU UTARA 2,13 0,00 2,13 0,00
0,00 2,13 0,00 0,00 2,13 0,00
Kalori Sedang 5100 - 6100 89,40 30,95 0,00 0,00 120,35 0,00
19 PAPUA BARAT Kalori Tinggi 6100 - 7100 0,00 5,38 0,00 0,00 5,38 0,00
Kalori Sangat Tinggi > 7100 0,00 25,53 0,00 0,00 25,53 0,00
89,40 61,86 0,00 0,00 151,26 0,00
JUMLAH SUMBERDAYA BATUBARA TIAP PROPINSI 3.899,22 34.320,97 12.679,98 10.371,74 61.365,86 6.758,90

Ismail Hidayat - 03021381419165


DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. 2011. Warta Minerba:Kemana


Pemanfaatan Sumber Daya Mineral dan Batubara Indonesia. Jakarta :
ESDM.

Hadiyanto. 2014. Anatomi Sumber Daya Batubara Indonesia serta Asumsi


Pemanfaatan untuk PLTU Indonesia. Jakarta : PSDG ESDM.

Tim Kajian Batubara Nasional. 2006. Batubara Indonesia. Bandung : TEKMIRA.

Trisnamurti, Roy H. 1995. Jurnal : Pirolisis Batubara Untuk Produksi Tar


Sebagai Bahan Baku Petrokimia. Jakarta : LIPI.

Ismail Hidayat - 03021381419165

You might also like