You are on page 1of 73

i

STUDI EFEK JENIS DAN BERAT KOAGULAN TERHADAP


PENURUNAN NILAI COD DAN BOD PADA PENGOLAHAN
AIR LIMBAH DENGAN CARA KOAGULASI

SKRIPSI

Oleh :
JEPLIN MANURUNG
070822009

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
ii

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains Bidang
Ilmu Kimia Pada Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Oleh :
JEPLIN MANURUNG
070822009

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
ii

PERSETUJUAN

JUDUL : STUDI EFEK JENIS DAN BERAT KOAGULAN


TERHADAP PENURUNAN NILAI COD DAN BOD
PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN CARA
KOAGULASI
KATEGORI : SKRIPSI
NAMA : JEPLIN MANURUNG
NIM : 070822009
PROGRAM STUDI : SARJANA (S-1) KIMIA EKSTENSI
DEPARTEMEN : KIMIA
FAKULTAS : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (MIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di
Medan, Agustus 2009

Komisi Pembimbing

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr. Marpongahtun, MSc Drs. Abdi Negara Sitompul


NIP. 131 796 151 NIP. 130 422 445

Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,

Dr. Rumondang Bulan Nasution, MS


NIP. 131 459 466

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
iii

PERNYATAAN

STUDI EFEK JENIS DAN BERAT KOAGULAN TERHADAP


PENURUNAN NILAI COD DAN BOD PADA PENGOLAHAN
AIR LIMBAH DENGAN CARA KOAGULASI

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2009

JEPLIN MANURUNG
070822009

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
iv

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan atas berkat dan karunianya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara, Medan. Adapun judul skripsi ini dalah STUDI EFEK JENIS DAN
BERAT KOAGULAN TERHADAP PENURUNAN NILAI COD DAN BOD
PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN CARA KOAGULASI.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda
tersayang Alm. H. Manurung dan Ibunda Tercinta T. Br Sitorus, Abang dan Kakak
yang tidak dapat saya sebut satu persatu yang memberikan kasih sayangnya,
dukungan moril dan materiil kepada penulis dari awal hingga akhir dari pada studi
penulis.
Pada kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada: Bapak Drs. Abdi Negara Sitompul
selaku Dosen pembimbing 1 dan Ibu Dr. Marpongahtun, MSc selaku dosen
pembimbing 2 yang telah memberikan segala perhatian, saran dan bimbingan
kepada penulis selama penelitian hingga penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga ditujukan kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution, MS dan Bapak Drs.
Firman Sebayang, MSi, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, semua Dosen
di Departemen Kimia FMIPA USU, khususnya kepada Bapak Drs. Darwin Yunus
Nasution, MS selaku Dosen wali yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan selama penulis mengikuti perkuliahan di FMIPA USU. Dr.
Pina Barus, MS selaku kepala Laboratorium Pusat Penelitian-USU beserta seluruh
staf dan asisten Laboratorium Pusat Penelitian-USU (Lintong, Jasmer dan Frans)
yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.
Seluruh teman-teman yang turut serta dalam memberikan saran dan dorongan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa isi skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
karena keterbatasan penulis baik dalam literature maupun pengetahuan yang
dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
v

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu menyertai kita.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
vi

ABSTRAK

Penelitian tentang efek jenis dan berat koagulan terhadap penurunan nilai COD dan
BOD air limbah pabrik sarung tangan dengan cara koagulasi telah dilakukan.
Sampel air limbah yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari kolam
penampungan air limbah sebelum pengolahan dari pabrik sarung tangan karet PT.
Mandiri Inti Buana, Tanjung Morawa Medan.
Terhadap sejumlah tertentu sampel air limbah ditambahkan koagulan
polialuminium klorida dan tawas dengan berat 50, 100, dan 150 mg. Setelah
penambahan masing-masing koagulan, campuran di aduk dengan kecepatan
pengadukan 100 rpm selama 1 menit untuk masing-masing perlakuan dan di ukur
nilai COD dan BOD. Pengukuran COD dilakukan dengan metode refluks dan
titrimetri, sedangkan pengukuran BOD dilakukan dengan metode modifikasi
winkler dan titrimetri.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dengan penambahan koagulan poli
aluminium klorida, tawas dan campuran polialuminium klorida dan tawas mampu
menurunkan nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet sesuai
dengan syarat baku mutu air limbah pabrik karet yang ditetapkan oleh Meneg KLH
tahun 1988.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
vii

STUDY OF TYPE EFFECT AND HEAVY COAGULANT TO


DEGRADATION ASSESS THE COD AND BOD AT PROCESSING
IRRIGATE THE WASTE WATER BY COAGULATION

ABSTRACT

The Research about type effect and heavy coagulant to degradation assess the
COD and BOD irrigate the waste water of glove factory by coagulation have been
conducted. Sample irrigate the waste water used for the research of taken away
from pool of waste water relocation before processing from factory of rubber glove
PT. Mendiri Inti Buana, Tanjung Morawa Medan.
To a number of certain sample irrigate the waste enhanced by coagulant
polialuminium chloride and alum weighing 50, 100, and 150 mg. After addition of
each coagulant, mixture in swirling with the squealer speed 100 rpm during 1
minute. To each treatment and measure assess the COD and BOD.
Measurement of COD conducted with the method of refluks and titrimetri, while
measurement of BOD conducted with the method modification of winkler and
titrimetri.
From research result obtained by that with the addition of coagulant
polialuminium chloride, alum and mixture of polialuminium chloride and alum
able to degrade the value of COD and BOD irrigate the waste water of factory of
rubber glove as according to permanent condition quality of waste water of rubber
milling specified by Meneg KLH in 1988.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
viii

DAFTAR ISI

Halaman
PERSETUJUAN ............................................................................................. ii
PERNYATAAN .............................................................................................. iii
PENGHARGAAN ........................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
DAFTRAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3. Pembatasan Masalah ...................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
1.6. Metodologi Penelitian .................................................................... 4
1.7. Lokasi Penelitian ........................................................................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Air Sebagai Sumber Kehidupan ..................................................... 5
2.1.1. Kegunaan air ...................................................................... 5
2.1.2. Kualitas air minum ............................................................. 5
2.2. Pencemaran Air ............................................................................. 6
2.2.1. Sifat fisik, kimiawi dan biologis untuk air .......................... 7
2.2.2. Komposisi air limbah .......................................................... 7
2.3. Proses Perlakuan Air ...................................................................... 8
2.3.1. Koagulasi ............................................................................ 8
2.3.1.1. Defenisi ................................................................... 8
2.3.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi koagulasi .......... 9
2.3.1.3. Lapisan rangkap listrik ............................................ 9
2.3.1.4. Polialuminium klorida ............................................ 10
2.3.1.5. Aluminium sulfat (tawas) ....................................... 11
2.3.2. Flokulasi ............................................................................ 12
2.4. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) ................................................. 13
2.5. Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) ............................................... 14
2.7. Hipotesa ........................................................................................ 15
2.7.1. Hipotesa nol (Ho) ................................................................ 15
2.7.2. Hipotesa alternatif (Ha) ....................................................... 15

BAB 3. BAHAN DAN METODE PENELITIAN


3.1. Bahan-Bahan yang Digunakan ...................................................... 16
3.2. Alat-Alat yang Digunakan ............................................................. 16
3.3. Metode Penelitian ........................................................................... 17
3.3.1. Sampling ............................................................................. 17
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
ix

3.3.2. Variabel .............................................................................. 17


3.3.3. Randomisasi ........................................................................ 18
3.3.4. Persiapan ............................................................................. 19
3.3.5. Pembuatan larutan dan standarisasi ..................................... 21
3.3.6. Pengumpulan data ............................................................... 23
3.3.6.1. Pembuatan sampel ...................................................... 23
3.3.6.2. Penetapan nilai kebutuhan oksigen kimia (COD) ........ 24
3.3.6.3. Penetapan nilai kebutuhan oksigen biologi (BOD) ....... 25
3.4. Pengolahan dan Analisa Data .......................................................... 25
3.4.1. Penentuan kesalahan ............................................................. 25
3.4.1.1. Penentuan kesalahan sistematik ..................................... 25
3.4.1.2. Penentuan kesalahan random ......................................... 26
3.4.1.3. Perhitungan data dalam significant figure ...................... 26
3.4.1.4. Perhitungan ketidakpastian massa dan volume ............... 31
3.4.1.4.1. Perhitungan ketidakpastian massa ...................... 31
3.4.1.4.2. Perhitungan ketidakpastian volume .................... 32
3.4.2. Pengolahan data ................................................................... 33
3.4.2.1. Perhitungan nilai COD pada sampel ............................... 33
3.4.2.2. Perhitungan nilai BOD pada sampel .............................. 33
3.4.2.3. Perhitungan persen penurunan nilai COD dan BOD ....... 34
3.4.2.5. Perhitungan kesalahan pengukuran nilai COD dan BOD 34
3.4.3. Analisis data ......................................................................... 34
3.4.3.1. Analisis variansi ............................................................ 34
3.4.3.2. Analisis regresi .............................................................. 37
3.4.3.3. Analisis korelasi ............................................................ 38
3.4.3.4. Uji hipotesa ................................................................... 39
3.5. Skema Pengambilan Data Untuk Sampel ......................................... 41
3.5.1. Skema pengambilan data untuk koagulan PAC ......................... 41
3.5.2. Skema pengambilan data untuk koagulan tawas ........................ 42
3.5.3. Skema pengambilan data untuk parameter COD ....................... 42
3.5.4. Skema pengambilan data untuk parameter BOD ....................... 43

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil ................................................................................................ 44
4.2. Pembahasan .................................................................................... 45
4.2.1. Hipotesa satu ....................................................................... 45
4.2.2. Hipotesa dua ....................................................................... 46
4.2.3. Hipotesa tiga ........................................................................ 47
4.2.4. Hipotesa empat ................................................................... 47

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 48
5.2. Saran .............................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 49


LAMPIRAN ..................................................................................................... 51

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
x

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Kualitas air (baku mutu) pada sumber air .......................................... 6
Tabel 2.2. Kualitas air limbah (baku mutu) agar air limbah dapat dibuang ......... 6
Tabel 3.1. Disain percobaan (2x3) model tetap untuk nilai COD dan BOD......... 18
Tabel 3.2. Randomisasi urutan perlakuan ........................................................... 19
Tabel 3.3. Kombinasi perlakuan yang di ragam sebanyak kelompok ................... 35
Tabel 1. Hasil standarisasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N dan Na2S2O3 0,025 N ............ 51
Tabel 2. Data volume titrasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N untuk analisa COD ............. 51
Tabel 3. Hasil perhitungan nilai COD pada air limbah setelah proses koagulasi . 51
Tabel 4. Hasil perhitungan efek jenis dan berat koagulan terhadap nilai COD ... 52
Tabel 5. Hasil perhitungan efek jenis dan berat koagulan terhadap nilai COD
dengan faktor AxB .............................................................................. 52
Tabel 6. Hasil analisis sidik ragam efek jenis dan berat koagulan terhadap
nilai COD ............................................................................................ 52
Tabel 7. Data volume hasil titrasi Na2S2O3 0,025 N untuk analisa BOD ............. 53
Tabel 8. Hasil perhitungan nilai DO pada sampel .............................................. 53
Tabel 9. Hasil perhitungan BOD pada air limbah setelah proses koagulasi ........ 54
Tabel 10.Hasil perhitungan efek jenis dan berat koagulan terhadap nilai BOD .... 54
Tabel 11.Hasil perhitungan efek jenis dan berat koagulan terhadap nilai BOD
dengan faktor AxB .............................................................................. 54
Tabel 12.Hasil analisis sidik ragam efek jenis dan berat koagulan terhadap
nilai BOD ............................................................................................. 55
Tabel 13.Daftar berat atom penyusun kalium bikromat dan ketidakpastian
standarnya ............................................................................................ 55
Tabel 14.Daftar perkalian berat atom penyusun kalium bikromat dan
ketidakpastian standarnya ..................................................................... 55
Tabel 15.Nilai dan ketidakpastian dalam standarisasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N ...... 55
Tabel 16.Nilai dan ketidakpastian dalam standarisasi Na2S2O3 0,025 N .............. 56
Tabel 17.Data perhitungan analisis regresi untuk nilai COD dengan
koagulan poli aluminium klorida ......................................................... 56
Tabel 18.Data perhitungan analisis regresi untuk nilai COD dengan
koagulan tawas .................................................................................... 56
Tabel 19.Data perhitungan analisis regresi untuk nilai BOD dengan koagulan
poli aluminium klorida ....................................................................... 56
Tabel 20.Data perhitungan analisis regresi untuk nilai BOD dengan
koagulan tawas ................................................................................... 57
Tabel 21.Hasil perhitungan analisis regresi dan korelasi untuk nilai COD ........... 57
Tabel 22.Hasil perhitungan analisis regresi dan korelasi untuk nilai BOD ........... 57

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Bagan Komposisi Air Limbah ....................................................... 7


Gambar 1. Grafik hubungan berat koagulan polialuminium klorida terhadap
nilai COD ........................................................................................ 58
Gambar 2. Grafik hubungan berat koagulan tawas terhadap nilai COD ............. 58
Gambar 3. Grafik hubungan berat koagulan polialuminium klorida terhadap
nilai BOD ........................................................................................ 58
Gambar 4. Grafik hubungan berat koagulan tawas terhadap nilai BOD ............. 59
Gambar 5. Grafik hubungan berat koagulan polialuminium klorida dan tawas
tawas terhadap nilai COD ................................................................ 59
Gambar 6. Grafik hubungan berat koagulan polialuminium klorida dan tawas
terhadap nilai BOD ......................................................................... 59

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan kita. Semua mahluk
hidup memerlukan air, tanpa air tidak akan ada kehidupan. Akhir-akhir ini usaha
pencarian sumber air baru dan usaha pemurnian kembali air sungai banyak
mengalami hambatan yang diakibatkan luas pemukiman dan buangan industri.
Dalam kasus masalah air tercemar persoalannya semakin bertambah sebagai akibat
diversivikasi kegunaan air dan terjadinya perubahan kualitas air alam oleh
komponen-komponen yang dikontribusi oleh kegiatan manusia di dalam wadah air.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk menghilangkan komponen-
komponen yang tidak diinginkan di dalam air melalui proses pengolahan, mulai
dari proses yang paling sederhana (aerasi, penyaringan, pengendapan, destilasi,
kristalisasi) yang telah ditemukan pada proses pengolahan limbah cair pada
industri-industri besar.
Beberapa bahan kimia juga telah ditemukan dalam usaha perbaikan kualitas air.
Bahan-bahan kimia ini di kenal sebagai koagulan dan flokulan seperti misalnya
aluminium sulfat (tawas), polialuminium klorida (PAC), feri klorida, kitosan, poli
amida, natrium aluminat dan beberapa bentuk polimer lainnya.
Akhir-akhir ini salah satu bahan polielektrolit yang di kenal sebagai
polialuminium klorida (PAC) semakin di kenal dipasaran dan semakin luas
penggunaannya, baik untuk pengolahan air minum maupun untuk pengolahan air
limbah. Tawas atau aluminium sulfat merupakan salah satu koagulan-flokulan
yang terkenal dan sudah sejak lama digunakan untuk pengolahan air terutama
untuk air minum.
Limbah karet mengandung zat-zat organik (karbohidrat, lemak/minyak,
metana dan protein) dan zat-zat anorganik (logam berat, klorida, sulfur, posfor, dan
amonia) yang tinggi. Tingginya kadar zat-zat tersebut dapat menyebabkan
berkurangnya oksigen terlarut di dalam sungai penerima limbah sebagai akibat
meningkatnya proses mikrobiologis. Berkurangnya oksigen terlarut akan
menyebabkan gangguan terhadap ekosistem, timbulnya bau busuk, serta
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
2

menurunnya kualitas air sungai. Selain itu limbah ini juga mengandung amonia
yang beracun, berasal dari pengawet yang ditambahkan dalam pengolahan latex.
Amonia bersifat basa dan toksis terhadap organisme di dalam air dan menimbulkan
bau yang mengganggu penduduk.
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang koagulasi. Rico M.
Tampubolon (1995) telah meneliti pengaruh penggunaan beberapa jenis koagulan
terhadap perubahan KOK, KOB dan pH dalam proses pengolahan air limbah karet
remah. Di mana penelitian tersebut menghasilkan penurunan nilai kebutuhan
oksigen kimia, kebutuhan oksigen biologi dan menaikkan derajat pH setelah proses
koagulasi.
Saut Simangunsong (1997) telah meneliti tentang pengaruh penambahan
poli aluminium klorida (PAC) dan tawas terhadap turbiditas serta jumlah Fe dan
Cu yang terlarut di dalam sungai Deli. Di mana setelah penambahan koagulan
tersebut diperoleh penurunan turbiditas serta jumlah Fe dan Cu terlarut.
Dari uraian di atas penulis ingin membandingkan kemampuan
polialuminium klorida dan tawas sebagai koagulan-flokulan terutama dalam
menurunkan nilai COD dan BOD dalam air limbah pabrik sarung tangan karet
yang akan di olah dengan kedua koagulan dan flokulan tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

1. Adakah pengaruh jenis koagulan terhadap penurunan nilai COD dan BOD air
limbah pabrik sarung tangan karet?
2. Adakah pengaruh berat koagulan terhadap penurunan nilai COD dan BOD air
limbah pabrik sarung tangan karet?
3. Adakah interaksi antara pengaruh jenis dan berat koagulan terhadap penurunan
nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet?
4. Bagaimana bentuk hubungan data berat koagulan terhadap nilai COD dan
BOD air limbah pabrik sarung tangan karet?
5. Manakah jenis koagulan yang terbaik digunakan terhadap penurunan nilai
COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet?

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
3

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi penelitian dengan hanya


menentukan nilai COD dan BOD sebelum dan sesudah penambahan koagulan.
Jenis koagulan yang digunakan adalah poli aluminium klorida dan tawas. Berat
koagulan yang digunakan adalah 50, 100 dan 150 mg untuk poli aluminium klorida
dan tawas. Sampel air limbah didiamkan selama 1 hari untuk mengendapkan
partikel-partikel kasar yang terdapat pada air limbah. Pengukuran pH dilakukan
untuk mengoptimalkan proses koagulasi. Ini hanya berlaku pada pengolahan air
limbah pabrik sarung tangan karet PT. Mandiri Inti Buana Tanjung Morawa.
Sampel air limbah di ambil dari kolam penampungan air limbah secara
sembarang.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh jenis koagulan terhadap penurunan nilai COD


dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.
2. Untuk mengetahui pengaruh berat koagulan terhadap penurunan nilai COD
dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.
3. Untuk melihat adakah interaksi antara pengaruh jenis dan berat koagulan
terhadap penurunan nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.
4. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk hubungan data berat koagulan terhadap
nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.
5. Untuk mengetahui manakah jenis koagulan yang terbaik digunakan terhadap
penurunan nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.

1.5. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka diperoleh suatu informasi yang bermanfaat
bagi masyarakat khususnya bagi industri tentang keefektifan penggunaan koagulan
polialuminium klorida bila dibandingkan dengan tawas dalam pengolahan air
limbah untuk menurunkan nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan
karet sehingga akan diperoleh hasil yang lebih baik.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
4

1.6. Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan melakukan variasi jenis


koagulan yaitu poli aluminium klorida dan tawas. Berat koagulan yang digunakan
yaitu 50, 100, 150 mg untuk koagulan polialuminim klorida dan tawas (sebagai
variabel bebas). Sedangkan faktor-faktor lain yang berpengaruh yaitu suhu (pada
suhu kamar), waktu pengadukan (1 menit) dan kecepatan pengadukan (100 rpm)
(sebagai variabel tetap). Sementara itu nilai COD dan BOD akan dianalisa sebelum
dan sesudah proses koagulasi (sebagai variabel terikat).
Dua jenis koagulan tersebut masing-masing dilakukan pada tiga level
berat koagulan, sehingga penelitian ini adalah disain faktorial 2x3 model tetap.
Replikasi dilakukan tiga kali untuk setiap perlakuan dari masing-masing sampel.
Subjek penelitian adalah air limbah yang bersifat homogen, sehingga perlakuan
untuk masing-masing sampel dilakukan secara acak. Karena ada 3 level berat
koagulan yang diteliti pada 2 level jenis koagulan, maka rancangan yang
digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial.
Diidentifikasi sumber-sumber ketidakpastian dan ditentukan cara-cara
untuk mengurangi atau meniadakan kesalahan sistematik, kemudian di hitung
besarnya. Untuk pengambilan data dilakukan dengan analisa titrimetri. Data yang
telah diperoleh di olah secara statistik dan dianalisa dengan analisis variansis
(ANAVA), regresi, korelasi dan grafik dengan taraf signifikansi 5% untuk
menerima atau menolak hipotesa yang diajukan..

1.7. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup (PUSLIT-SDAL) Universitas Sumatera Utara, Medan.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Sebagai Sumber Kehidupan

Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kebutuhan
manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam keperluan seperti air
minum, pertanian, industri, perikanan dan rekreasi. Air yang dapat di minum
diartikan sebagai air yang bebas dari bakteri berbahaya dan ketidakmurnian
kimiawi. Air minum harus bersih dan jernih, tidak berwarna dan berbau dan tidak
mengandung bahan tersuspensi atau kekeruhan.

2.1.1. Kegunaan air

Air dibutuhkan untuk bermacam-macam keperluan, kualitas air untuk keperluan


minum berbeda untuk keperluan industri. Kegunaan air dirinci menjadi golongan
sebagai berikut :
Golongan A : yaitu air minum yang dapat digunakan langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu
Golongan B : yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga
Golongan C : yaitu air untuk keperluan perikanan, peternakan dan keperluan
lainnya
Golongan D : yaitu air untuk keperluan pertanian, usaha industri listrik tenaga
air, lalu lintas air dan keperluan lainnya.2,3

2.1.2. Kualitas air minum

Adapun kualitas air (baku mutu air) pada sumber air dapat di lihat pada tabel.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
6

2
Gultom, J. Teknologi Air. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. USU: Medan. 1995. Hal. 5-6
3
Perdana, G. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.1982. Hal.
38
Tabel 2.1. kualitas air (baku mutu air) pada sumber air.

No Parameter Satuan Maximum yang Maximum yang


dianjurkan diperbolehkan
1 pH - 59 59
2 Ca mg/L 75 200
3 Mg mg/L 30 150
4 Fe mg/L 1 5
5 Kekeruhan mg/L 5 25

Adapun baku mutu air limbah yang memenuhi persyaratan agar air limbah dapat di
buang ke badan penerima dapat dilihat pada tabel.
Tabel 2.2. Kualitas air limbah (baku mutu) agar air limbah dapat di buang

Golongan Baku Mutu Air Limbah


No Parameter Satuan
I II III IV
1 pH - 69 6-9 69 6-9
2 Fe mg/L 1 5 10 20
3 COD mg/L 40 100 300 600
4 BOD mg/L 20 50 150 300
5 N-NH3 mg/L 0.02 1 5 20

Sumber : SK Meneg KLH No. Kep 02/1/1988

2.2. Pencemaran Air

Yang dimaksud dengan pencemaran air adalah peristiwa masuknya atau


dimasukkannya energi ataupun mahluk hidup ke dalam air sehingga megakibatkan
turunnya kualitas air sampai pada tingkat tertentu dan tidak sesuai lagi dengan
peruntukannya. Pencemaran berbeda dengan kontaminasi karena kontaminasi
adalah pemasukan polutan ke dalam air, tetapi tidak mengganggu peruntukannya.
Sungai merupakan tempat pencemaran yang paling memprihatinkan jika
dibandingkan dengan pencemaran udara dan tanah, sebab pencemaran udara dan
tanah akan lebih terakumulasi diperairan. Sungai tidak hanya menerima beban
buangan dari kegiatan-kegiatan lain seperti industri, petanian, dan peternakan.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
7

Pencemaran sangat merugikan mahluk hidup termasuk manusia, baik secara


langsung maupun secara tidak langsung.

2.2.1. Sifat fisik, kimiawi dan biologis untuk air

Sifat fisik air ditentukan oleh faktor kekeruhan, warna, bau, rasa dan daya hantar
listrik. Sifat kimianya ditentukan oleh pH, kesadahan, chemical oksigen demand
(COD), biological oksigen demand (BOD), kelarutan dan kandungan logam-logam
terlarut. Sifat biologinya ditentukan oleh kehadiran mikroorganisme yang patogen
maupun yang tidak patogen. Parameter-parameter ini harus memenuhi kriteria
tertentu yang dianjurkan agar dapat dikonsumsi sebagai air minum yang
memenuhi syarat kesehatan.4

2.2.2. Komposisi air limbah

Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi


yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi secara garis
besar zat-zat yang terdapat di dalam air limbah dapat dikelompokkan sebagai
berikut :

Air Limbah

Air Bahan Padat

Organik Anorganik

- Protein - Butiran
- Karbohidrat - Garam
- Lemak - Logam.5
Gambar 2.1. Bagan Komposisi Air Limbah
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
8

4
Slamet, R. Pencemaran Air. Dasar-dasar dan Pokok-pokok Penanggulangannya, Penerbit Karya Anda.
Surabaya: Indonesia.1984. Hal. 83-85
5
Kop, E. Coagulation and Floculation Chemycals. Seminar On the Selection and Application Of Water
Chemycal. Kuala Lumpur. 1993. p. 127
2.3. Proses Perlakuan Air

2.3.1. Koagulasi

2.3.1.1. Defenisi

Koagulasi adalah peristiwa destabilisasi dari pada partikel-partikel koloid di mana


gaya tolak-menolak (repulsi) di antara partikel-partikel tersebut dikurangi ataupun
ditiadakan. Partikel-partikel koloid yang terdapat dalam suatu wadah ataupun
aliran air pada dasarnya bermuatan negatip pada permukaannya. Muatan ini
menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel-partikel sehingga menghalangi
terjadinya agregasi dari pada partikel-paartikel menjadi agregat yang lebih besar.6
Dengan penambahan koagulan seperti aluminium sulfat (tawas) ataupun feri
klorida, koagulasi dapat berlangsung melalui salah satu mekanisme berikut ini :
a. Jika aluminium sulfat atau feri klorida ditambahkan dalam jumlah yang cukup,
maka Al(OH)3 atau Fe(OH)3 akan mengendap. Partikel-partikel yang terdapat
di dalam air terjaring ke dalam endapan-endapan ini yang mempunyai sifat
mudah melekat sehingga agregasi dari pada flok dapat terjadi.
b. Bilamana aluminium sulfat atau feri klorida ditambahkan ke dalam air, maka
akan terbentuk sejumlah spesies yang bermuatan positip (Al3+ atau Fe3+).
Spesies ini akan teradsorpsi dengan mudah terhadap partikel koloid yang
bermuatan negatif sehingga terjadi netralisasi muatan. Mekanisme ini dikenal
sebagai adsorpsi destabilisasi.

2.3.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi koagulasi

Proses koagulasi untuk pengolahan air dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
pH, suhu dan efek pengadukan.7
a. pH
Pada proses koagulasi ada daerah optimum, di mana koagulasi akan terjadi
dengan singkat dengan dosis koagulan tertentu. Kegagalan dalm menentukan
pH optimum dapat disebabkan terlalu banyak kandungan kimia dari air.
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
9

6
Fong, C.S. Composition Of Havea Latex. Training Manual On Analitycal Chemistry Latex And Rubber
Analysis, RRIM-Malaysia, 1979, p. 42
7
ibid. p. 163

b. Suhu
Selama proses koagulasi berlangsung pengendapan dari flok-flok yang
terbentuk semakin berkurang. Dengan turunnya suhu, maka viskositas air
semakin tinggi sehingga kecepatan flok untuk mengendap semakin turun.
Penurunan suhu menyebabkan kecepatan reaksi berkurang sehingga flok
lebih sukar mengendap.
c. Kondisi pengadukan
Pengadukan ini diperlukan agar tumbukan antar partikel untuk netralisasi
menjadi sempurna. Dalam proses koagulasi ini, pengadukan dilakukan
dengan cepat. Air yang memiliki turbiditas yang rendah memerlukan
pengadukan yang lebih banyak dibandingkan dengan air yang memiliki
turbiditas yang tinggi.8

2.3.1.3. Lapisan rangkap listrik

Bila partikel koloid berada dalam suatu larutan, maka akan dihasilkan muatan
listrik pada permukaannya. Konsep tentang lapisan listrik ganda ini
dikemukakan oleh Helmholtz dan kemudian disempurnakan oleh Gouy-Chapman
dan Stern.9,10
Dalam prakteknya terdapat beberapa mekanisme koagulasi yang saling
menghalangi (misalnya koagulasi elektrostatatik, reaksi kimia dengan gugus fungsi
koloid, adsorpsi garis agregasi dan koagulasi) hanya yang pertama saja yang
berhubungan dengan zeta potensial yang juga termasuk dalam bentuk adsorpsi
agregasi pada koagulasi. Zeta potensial tergantung pada kekuatan ion-ion dalam
larutan dan gaya tolak elektrostatik dari partikel koloid. Akhir penurunan bila
lapisan ganda di tekan, fungsi potensial bergantung pada kekuatan ionik larutan,
pengaruh ini merupakan dasar koagulasi elektrostatik, harga koagulasi untuk
elektrolit yang berbeda adalah :
Untuk elektrolit monovalen 10-15 mol/m3
Untuk elektrolit divalen 1 mol/m3

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
10

Untuk elektrolit trivalen 0,1 mol/m3


8
Linsley, R. Teknik Sumber Daya Air. Penerbit Erlangga: Jakarta, 1995, Hal. 158
9
Sukardjo. Prof. Kimia Fisika. Penerbit PT. Rineka Cipta: Jakarta, 1997, Hal. 206
10
Bird, T. Kimia Fisik Untuk Universitas. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 1993, Hal. 94
Pada koagulasi elektrostatik ion-ion bermuatan bertindak sebagai spesies
tunggal dalam bentuk lapisan ganda. Pengaruh ini berhubungan dengan Hukum
Schultze-Hardy. Menurutnya, muatan-muatan yang berlawanan dan pada mulanya
dapat menghasilkan netralisasi muatan koloid dan mengakibatkan netralisasi
muatan koloid dan mengakibatkan zeta potensial menuju nol.
Penurunan potensial permukaan bergantung pada valensi dari ion yang terdapat
dalam lapisan difusi dan dipengaruhi oleh efisiensi tekanan. Pada adsorpsi agregasi
(partikel bermuatan positip) di serap pada permukaan koloid yang negatip, hasilnya
bermuatan netral sehingga terjadi pengendapan. Karena adsorpsi ini tidak spesifik
memungkinkan bahwa muatan yang berlebih dapat di serap dibandingkan dengan
kebutuhan untuk menetralkan muatan permukaan, ini telah dinyatakan bahwa
daerah relatif yang baik diikuti dengan perubahan zeta potensial dari partikel flok
dari positip ke negatip.
Dalam prakteknya efisiensi koagulasi dapat diperoleh jika zeta potensial
secara nyata tidak menunjukkan harga nol.
Koagulasi yang terjadi sewaktu elektrolit ditambahkan merupakan hal teoritis yang
paling penting. F Selmi, Th. Graham dan Broshchov menemukan bahwa semua
elektrolit dapat menyebabkan koagulasi, penstabilan elektrolit bukan merupakan
pengecualian, namun konsentrasi dalam sistem harus dipertinggi untuk menekan
lapisan ganda listrik dan menurunkan energi yang menahan ikatan partikel sewaktu
bertumbukan.
Hardy mengemukakan bahwa koagulasi seharusnya di mulai pada titik
iso-elektris bila zeta potensial partikel = 0, tetapi kenyataannya bahwa koagulasi
tidak di mulai pada titik iso-elektris namun sewaktu zeta potensial kritis berubah
bergantung pada konsentrasi elektrolit yang ditambahkan.11

2.3.1.4. Polialuminium klorida

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
11

Polialuminium klorida adalah salah satu produk polimer aluminium yang


digunakan untuk menetralkan muatan koloid serta membentuk jembatan
penghubung di antara koloid-koloid tersebut, sehingga proses koagulasi-flokulasi

11
Voyutsky. S. Colloid Chemistry. First Edition. MIR Publisher: Moskow.1978, p. 305
dapat belangsung dengan efisien. polialuminium klorida mempunyai rumus
molekul Alm(OH)n(Cl)p(SO4)q. Produk ini dikarakterisasi dengan rasio molekuler
OH/Al di antara 0,4 dan 0,6 serta stabilitasnya dipertahankan oleh adanya ion
sulfat yang dapat menghambat polimerisasi spontan dari pada produk.12 Pada
umumnya polialuminium klorida mempunyai daya koagulasi- flokulasi yang lebih
besar dibandingkan dengan garam aluminium yang biasa seperti misalnya tawas.
Beberapa keuntungan yang dapat di catat dari penggunaan polialuminium klorida
sebagai koagulan-flokulan adalah :
Efektif pada pH 5 10
Jumlah lumpur yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan
penggunaan garam aluminium yang biasa.
Efek korosi yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan
garam aluminium yang biasa.

2.3.1.5. Aluminium sulfat (tawas)

Aluminium sulfat, Al2(SO4)3.14H2O adalah koagulan yang umum digunakan


dalam pemurnian air. Garam aluminium ini mengandung 1522 % Al2O3.
Reaksinya dengan konstituen alami dari berjenis-jenis air dipengaruhi oleh
beberapa faktor, misalnya pH ataupun alkalinitas.
Pada kasus sederhana reaksi Al3+ dengan OH- dapat disebabkan oleh
ionisasi air atau oleh alkalinitas air. Dalam air, tawas akan menghasilkan :
Al2(SO4)3.14 H2O 3 Al3+ + 3 SO42- + 14 H2O
Ion OH- diperoleh dari ionisasi air, sebagai berikut :
H2O H+ + OH-
Kemudian ion Al3+ bereaksi dengan ion OH-
2 Al3+ + 6 OH- 2 Al(OH)3
Pemakai ion OH- dalam air akan menyebabkan terjadinya penurunan alkalinitas.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
12

Reaksi aluminium sulfat dengan air yang mempunyai alkalinitas alami membentuk
flok aluminium hidroksida sebagai berikut :
Al2(SO4)3.14 H2O + Ca(HCO)3 2 Al(OH)2 + CaSO4 + 14 H2O + 6 CO2

12
Benefield, L. D. Process Chemistry For Waste Water Treatment. Prentice Hill Inc, New Jersey: USA,
1982, p. 259
Dalam hal ini setiap mg/L aluminium menurunkan alkalinitas air 0,50 mg/L
(sebagai CaCO3) dan menghasilkan 0,44 mg/L CO2. Pembentukan CO2 ini tidak
diinginkan karena dapat meningkatkan sifat korosif dari air. Dosis aluminium yang
digunakan dalam pemurnian air berkisar 5 50 mg/L dan pH yang efektif untuk
proses koagulasi berkisar pada pH 8,0.13,14

2.3.2. Flokulasi

Flokulasi berasal dari bahasa latin flokulare yang artinya membentuk suatu flok
yang secara visual menyerupai suatu tumpukan dari wol atau struktur pori- pori
yang banyak seratnya. Mekanisme flokulasi dengan polielektrolit adalah dengan
cara adsorpsi dan jembatan antar partikel. Flokulasi yang bergantung pada
keberadaan senyawa yang bertindak sebagai jembatan di antara partikel-pertikel
koloid yang menyatukan partikel-pertikel tersebut dalam suatu massa yang lebih
besar yang disebut jaringan flok. Jadi flokulasi adalah suatu proses pembentukan
flok di mana terbentuk agregat atau gumpalan besar yang dapat dengan mudah
dipindahkan dari larutan. Sedangkan flokulan adalah suatu zat atau senyawa yang
dapat ditambahkan untuk terjadinya flokulasi. Flokulan biasanya merupakan
polimer dengan berat molekul yang tinggi dan membentuk rantai yang cukup
panjang untuk mengurangi gaya tolak-menolak di antara partikel-partikel koloid.
Bila molekul polimer bersentuhan dengan partikel koloid maka beberapa
gugusnya akan teradsorpsi pada permukaan partikel dan sisanya tetap berada
dalam partikel. Bila partikel kedua ini terikat pula pada bagian lain dari rantai
polimer tersebut maka terjadi kompleks partikel dengan polimernya yang berfungsi
sebagai jembatan. Proses flokulasi terdiri dari tiga langkah yaitu :
1. Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat (1 menit : 100 rpm)
2. Pengadukan lambat untuk membentuk flok-flok (15 menit : 20 rpm)

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
13

3. Penghapusan flok-flok dengan koloid yang terkurung dari larutan melalui


sedimentasi (15 20 menit : 0 rpm).15,16

13
AWWA. Water Quality and Treatment. Third Edition, Mc. Graw Hill Book Co: New York, 1971, p. 316
14
Viessman, W, J. Hammer. Water Supply And Pollution Control. Fourth Edition, Harper and Row, Publishers: New York,
1985, p. 372-374
15
Alaerts, G., Santika, S.S. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional: Surabaya, 1987, Hal. 149
16
Degremont. Water Treatment Handbook. A Halsted Press Book, John Wiley & Son: New York, 1979, p. 61-62
2.4. Kebutuhan Oksigen Kimia (Chemycal Oksigen Demand/COD)

Kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 L sampel air, di mana pengoksidasi
K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan
melalaui proses biologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di
dalam air. Kebutuhan oksigen kimia ditetapkan berdasarkan banyaknya kalium
bikromat yang dapat direduksi oleh sampel selama refluks dengan adanya katalis
perak sulfat dan dalam keadaan asam yang mendidih. Secara teoritis akan terjadi
oksidasi sebagai berikut :
E
2- +
CxHyOz + Cr2O2 + H CO2 + H2O + Cr3+
Zat organis Warna kuning Ag2SO4 warna hijau kebiruan
Selama reaksi berlangsung 2 jam ini, uap di refluks dengan alat kondensor agar
zat yang volatil tidak keluar.
Apabila dalam bahan buangan organik diperkirakan ada unsur klorida
yang dapat mengganggu reaksi maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk
menghilangkan gangguan tersebut. Klorida dapat mengganggu karena akan ikut
teroksidasi oleh kalium bikromat sesuai dengan reaksi berikut :
6 Cl- + Cr2O22- + 14 H+ 3 Cl2 + 2 Cr3+ + 7 H2O
Penambahan merkuri sulfat adalah untuk mengikat ion klor menjadi merkuri
klorida mengikut i reaksi berikut :
Hg2+ + 2 Cl- HgCl2
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organik habis teroksidasi maka zat
pengoksidasi K2Cr2O7 masih tersisa dalam larutan tersebut digunakan untuk
menentukan berapa banyak oksigen yang telah terpakai. K2Cr2O7 tersebut
ditentukan melalui titrasi dengan Ferro Amonium Sulfat, di mana reaksinya
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
14

sebagai berikut :
6 Fe2+ + Cr2O22- + 14 H+ 6 Fe3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O
Hijau kebiruan Cokelat kemerahan
Indikator fero 1,10phenantroline (feroin) digunakan untuk menentukan titik akhir
titrasi yaitu di saat warna larutan hijaubiru berubah menjadi cokelat merah.17,18
17
ibid pp. 159-164
18
APHA, WPCF. Standard Methods For Examination Of Water and Wastewater. 14th Ed, APHA, Washington
DC, 1976, p. 440-447
2.5. Kebutuhan Oksigen Biologi (Biologycal Oksigen Demand/BOD)

Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) adalah jumlah oksigen (mg/O2) yang


dibutuhkan bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut dan
sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air. Adanya bahan organik dalam
air limbah disebabkan karena terlarutnya senyawa-senyawa organik dalam air yang
berasal dari peruraian komposisi kimia dari latex atau karet.
Tingginya bahan organik yang terdapat pada air limbah karet ini mengakibatkan
menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air, karena terpakai untuk proses
oksidasi secara bakteriologis terhadap bahan organik. Bila penurunan oksigen
dengan penggantian oksigennya tidak seimbang, maka kehidupan dalam air yang
memerlukan oksigen akan terganggu.
Pemeriksaan oksigen biologi didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik
di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerobik.
Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan amoniak.
Reaksi oksidasi dapat ditulis sebagai berikut :
CnHaONc + (n + a/4b/23c/4) O2 n CO2 + (a/23c/2) H2O + 3NH3
Zat organik Oksigen Bakteri
Atas dasar reaksi tersebut, yang memerlukan kira-kira 2 hari di mana 50 % reaksi
telah tercapai dan 5 hari supaya 75 % reaksi tercapai, digunakan untuk menaksir
beban pencemaran zat organik.19 Reaksi biologis pada tes BOD dilakukan pada
temperatur inkubasi 20oC dan dilakukan selama 5 hari, hingga mempunyai istilah
yang lengkap BOD520 (angka 20 berarti temperatur inkubasi dan angka 5
menunjukkan lama waktu inkubasi). Demikian jumlah zat organis yang ada di
dalam air diukur melalui jumlah oksigen dibutuhkan bekteri untuk mengoksidasi
zat organis tersebut.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
15

Karena reaksi BOD dilakukan di dalam botol tertutup, maka jumlah


oksigen yang telah di pakai adalah perbedaan antara kadar oksigen di dalam
larutan pada saat t = 0 (biasanya baru di tambah oksigen dengan aerasi hingga = 9
mg O2/L), yaitu konsentrasi kejenuhan dan kadarnya pada t = 5 hari (konsentrasi
sisa harus 2 mg/L supaya cukup teliti). Oleh karena itu, semua sampel yang
mengandung BOD 6 mg O 2/L harus diencerkan supaya syarat tersebut terpenuhi.

19
ibid. Hal. 159-161
2.6. Hipotesa
Sesuai dengan permasalahan yang telah diutarakan, maka dapat dirumuskan
hipotesa sebagai berikut :

2.6.1. Hipotesa Nol (Ho)

1. Tidak ada pengaruh jenis koagulan terhadap penurunan nilai COD


dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.
2. Tidak ada pengaruh berat koagulan terhadap penurunan nilai COD
dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.
3. Tidak ada interaksi antara pengaruh jenis dan berat koagulan terhadap
penurunan nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.
4. Tidak ada hubungan data berat koagulan terhadap nilai COD dan BOD air
limbah pabrik sarung tangan karet.

2.6.2. Hipotesa Alternatif (Ha)

1. Ada pengaruh jenis koagulan terhadap penurunan nilai COD dan BOD air
limbah pabrik sarung tangan karet.
2. Ada pengaruh berat koagulan terhadap penurunan nilai COD dan BOD air
limbah pabrik sarung tangan karet.
3. Ada interaksi antara pengaruh jenis dan berat koagulan terhadap penurunan
nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet
4. Ada hubungan data berat koagulan terhadap nilai COD dan BOD air limbah
pabrik sarung tangan karet.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
16

BAB 3
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Bahan-Bahan yang Digunakan

Natrium tiosulfat penta hidrat (Na2S2O3.5H2O) p.a. E. Merck


Asam sulfat (H2SO4) p.a. E. Merck
Kalium bikromat (K2Cr2O7) p.a. E. Merck
Perak sulfat (Ag2SO4) p.a. E. Merck
Fero amonium sulfat heksa hidrat [Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O] p.a. E. Merck
Magnesium sulfat hepta hidrat (MgSO4.7H2O) p.a. E. Merck
Kalsium klorida (CaCl2) p.a. E. Merck
Mangan sulfat tetra hidrat (MnSO4.4H2O) p.a. E. Merck
Kalium dihidrogen posfat (KH2PO4) p.a. E. Merck
Natrium hidroksida (NaOH) p.a. E. Merck
Aluminium sulfat tetradeka hidrat [Al2(SO4)3.14H2O] Liku Telaga
Natrium hidrogen posfat hepta hidrat (Na2HPO4.7H2O) p.a. E. Merck
Kalium iodida (KI) p.a. E. Merck
Natrium azida (NaN3) p.a. E. Merck
Indikator amilum p.a. E. Merck
Indikator fero 1,10 phenantroline p.a. E. Merck
Fero sulfat hepta hidrat (FeSO4.7H2O) p.a. E. Merck
Polialuminium klorida Tirta Kimia
Air limbah pabrik sarung tangan karet -
Aquades (H2O) -
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
17

3.2. Alat-Alat yang Digunakan

Labu Erlenmeyer 250 mL pyrex


Buret 10 mL (presisi 0,02 mL) pyrex
Gelas beaker 1000 mL pyrex
Botol Winkler 125 mL pyrex
Gelas ukur 50 mL (presisi 0,5 mL) pyrex
Labu takar 100 mL (presisi 0,08 mL) pyrex
Labu takar 500 mL (presisi 0,4 mL) pyrex
Labu takar 1000 mL (presisi 0,3 mL) pyrex
Labu erlenmeyer refluks 500 mL pyrex
Pipet volume 20 mL (presisi 0,06 mL) pyrex
Pipet volume 10 mL (presisi 0,02 mL) pyrex
Pipet volume 1 mL (presisi 0,001 mL) pyrex
Neraca analitik (presisi 0,0001 g) Chyo JL-180
Oven listrik Hereus Instruments
Pendingin Liebig pyrex
Hot plate dengan pengaduk Fisher
Magnetik stirer -
Kertas saring Whatman No. 1
Statif dan klem -
Desikator Angsa
Botol aquades -
Batang pengaduk -
Karet penghisap -
Botol sampel -
Botol air pengencer -
Pompa udara -

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Sampling

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
18

Berdasarkan sifat populasi yang homogen, maka teknik sampling yang digunakan
adalah teknik rancangan acak kelompok faktorial dengan metode undi dan
replikasi dilakukan tiga kali untuk setiap perlakuan dari masing-masing sampel.

3.3.2. Variabel

Dalam penelitian ini yang di pilih sebagai variabel bebas adalah jenis koagulan dan
berat koagulan karena jenis dan berat koagulan mempunyai pengaruh terhadap
perubahan fenomena dari populasi sasaran. Jenis koagulan yang digunakan adalah
polialuminium klorida dan tawas. Berat koagulan yang digunakan adalah 50 mg,
100 mg dan 150 mg untuk masing-masing koagulan polialuminium klorida dan
tawas. Nilai COD dan BOD setelah proses koagulasi setimbang yang diakibatkan
oleh adanya pengaruh dari variabel bebas ditetapkan sebagai variabel terikat. Yang
menjadi variabel tetap adalah suhu (pada suhu kamar), waktu pengadukan (1
menit) dan kecepatan pengadukan (100 rpm).

3.3.3. Randomisasi

Randomisasi dilakukan sebagai berikut : karena ada tiga jenis koagulan dan tiga
variasi berat koagulan yang masing-masing dilakukan replikasi perlakuan
sebanyak tiga kali, maka total pengamatan yang harus dilakukan dalam urutan
sembarang untuk masing-masing sampel adalah 18 kali perlakuan. Kemudian kita
nomori setiap pengamatan sebagai berikut :
Tabel 3.1. Disain percobaan (2x3) model tetap untuk nilai COD dan BOD

Berat Koagulan (mg)


Jenis Koagulan
50 100 150
1 4 7
Polialuminium klorida 2 5 8
3 6 9
10 13 16
Tawas 11 14 17
12 15 18

Keterangan :
50, 100, 150 (mg) = untuk koagulan polialuminium klorida dan tawas

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
19

Satu angka sembarang di pilih dari angka 1 sampai 18 dengan cara undian. Angka
yang terpilih adalah 12 (jenis koagulan tawas dengan berat 50 mg). Proses ini di
ulang sampai ke-18 perlakuan yang telah diberikan satu posisi dalam urutan.

Tabel 3.2. Randomisasi urutan perlakuan


No. Berat koagulan
Urutan Jenis koagulan
Percobaan (mg)
1 12 tawas 50
2 5 Polialuminium klorida 100
3 7 Polialuminium klorida 150
4 3 Polialuminium klorida 50
5 15 tawas 100
6 9 tawas 150
7 14 tawas 100
8 2 Polialuminium klorida 50
9 1 Polialuminium klorida 50
10 6 Polialuminium klorida 100
11 4 Polialuminium klorida 100
12 18 tawas 150
13 13 tawas 100
14 11 tawas 50
15 16 tawas 150
16 17 tawas 150
17 10 Polialuminium klorida 50
18 8 Polialuminium klorida 150

3.3.4. Persiapan

1. Pencucian Alat

Larutan pencuci di buat dari 2,0 g K2Cr2O7 yang dilarutkan dengan 5 ml


aquades, dipanaskan hingga semua larut kemudian didinginkan. Lalu
ditambahkan 60 ml asam sulfat pekat secara perlahan-lahan sambil di aduk.
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
20

Alat-alat kaca di isi dengan larutan tersebut dan dibiarkan selama 15 menit.
Kemudian larutan dikeluarkan dan alat kaca di bilas dengan aquades paling
sedikit 4 kali. Perhatikan apakah air menglir tanpa meninggalkan tetesan pada
dinding, jika tidak pembersihan harus di ulang.
2. Kalibrasi Alat

Alat-alat kaca volumetrik dikalibrasi dengan menghitung berat larutan


(biasanya aquades) yang di isi dalam alat volumetrik yang telah diketahui
densitas dan temperaturnya. Data terlebih dahulu dikoreksi dengan persamaan:
W W
Wv = Wa + a a da
Do D w
di mana Wv = berat sebenarnya
Wa = berat dari pengukuran
da = densitas udara (0,0012 mg/mL pada keadaan biasa)
Wa Wa
= densitas benda dan = densitas anak timbangan
Do Dw
Lalu volume alat pada temperatur kalibrasi (T) ditentukan dengan mengalikan
densitas larutan dengan berat yang dikoreksi. sehingga volume ini dikoreksi
terhadap temperatur standar 200C.
3. Kalibrasi Buret

Buret di isi dengan aquades yang bersuhu pada suhu laboratorium hingga tanda
0,00 mL. Sebuah labu Erlenmeyer 125 mL di timbang dan di catat berat
awalnya, alirkan kira-kira 1 mL air ke dalam labu dan timbang kembali labu
beserta isinya. Baca buret setelah memberi waktu untuk pengeringan, catat
berat dan volume akhir. Isi kembali buret sampai tanda 0,00 mL, kalibrasi
diulangi untuk volume 2 mL. Keluarkan kira-kira 2 mL ke dalam labu, catat
berat dan volume akhir. Proses ini harus diulangi untuk interval 1 mL. Jika
volume sebenarnya lebih besar dari volume semu, koreksi yang diperoleh dari
perolehan ini akan positip.
4. Kalibrasi Pipet
Pipet di isi dengan aquades yan bersuhu pada suhu laboratorium hingga tanda
0,00 mL. Sebuah labu Erlenmeyer 125 mL di timbang dan di catat berat

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
21

awalnya, sentuhkan ujung pipet pada dinding beaker untuk menghilangkan


setiap tetes yang menggantung. Kosongkan isi pipet ke dalam labu yang di
timbang. Kalibrasi harus di ulang dan hasil duplikat tidak boleh lebih dari 1
ppt.
4. Kalibrasi Labu Takar

Labu takar yang bersih dan kosong di timbang sebagai berat awal, isi labu
dengan aquades pada suhu kamar sampai batas garis yang di etsa. Timbang
kembali labu sebagai berat akhir, hitung berat volume air yang mengisi labu
dengan mengurangkan berat labu akhir dengan berat labu awal.21

21
R.A. Day, Jr./A.L. Underwood. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi keempat, Penerbit Erlangga : Jakarta, 1981,
Hal. 570-571, 587

3.3.5. Pembuatan larutan dan standarisasi

1. Larutan K2Cr2O7 0,25 N

Di timbang 6,1299 g K2Cr2O7 (sebelumnya dikeringkan dalam oven 1050C


selama 2 jam dan didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan
kelembaban), dilarutkan dengan aquades dalam labu takar sampai tepat
menjadi 500 mL, lalu dihomogenkan.
2. Larutan standar Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N

Di timbang 39,2108 g Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O, dilarutkan dalam labu takar


dengan aquades sebanyak 500 mL. Kemudian ke dalam larutan ini ditambahkan
20 mL asam sulfat pekat dan dibiarkan sampai dingin. Setelah larutan dingin,
ditambahkan lagi aquades sampai tepat 1000 mL, lalu dihomogenkan.
Standarisasi
Ke dalam erlenmeyer 250 mL pipet 10 mL larutan K2Cr2O7 0,25 N, encerkan
dengan aquades hingga 100 mL. Tambahkan 30 mL H2SO4(p), dinginkan dan
tambahkan 2-3 tetes indikator feroin. Titrasi dengan fero amonium sulfat
hingga warna berubah dari hijau- biru menjadi cokelat-merah.
1000 xm K 2Cr2O7 xPK 2Cr2O7
Normalitas FAS (grek/L) =
M K 2Cr2O7 xVFe ( NH 4 ) 2 ( SO4 ) 2
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
22

di mana 1000 = konversi mL ke L


m K 2Cr 2 O7 = massa K2Cr2O7 (g)

M K 2Cr 2 O7 = massa molar K2Cr2O7 (g/mol)

V Fe ( NH 4 )2 SO4 = volume Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N (mL)


PK 2Cr2O7 = kemurnian K2Cr2O7 (%)

3. Larutan standar Na2S2O3.5 H2O 0,025 N


Di timbang 6,2058 g Na2S2O3.5H2O, dilarutkan dengan aquades dalam labu.
takar sampai tepat menjadi 1000 mL, lalu dihomogenkan
Standarisasi
Di timbang 0,6132 K2Cr2O7, dilarutkan dengan aquades dalam labu takar
sampai tepat menjadi 100 mL lalu dihomogenkan (0,025 N). Pipet 20 mL
larutan K2Cr2O7 0,025 N ke dalam erlenmeyer 250 mL, encerkan dengan
aquades menjadi 100 mL, tambahkan 2 g KI murni (p.a) dan 10 mL H2SO4 4
N. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga warna kuning hampir hilang, tambah
2-3 tetes indikator amilum dan lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang
menjadi bening.
1000 xm K 2Cr2O7 xPK 2Cr2O7
Normalitas Na2S2O3 (grek/L) =
M K 2Cr2O7 xV Na2 S 2O3

di mana : 1000 = konversi mL ke L


m K 2Cr 2 O7 = massa K2Cr2O7 (mL)

PK 2Cr 2 O7 = kemurnian K2Cr2O7 (%)

M K 2Cr 2 O7 = massa molar K2Cr2O7 (g/mol)

V Na S O = volume Na2S2O3 0,025 N (mL).22


2 2 3

4. Indikator fero 1,10-phenatroline (feroin)

Di timbang 1,4858 g 1,10 phenantroline monohidrat, 0,6956 g kristal


FeSO4.7H2O, dilarutkan dengan aquades dalam labu takar sampai tepat
menjadi 100 mL, lalu dihomogenkan.
5. Larutan MnSO4

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
23

Di timbang 48,0012 g MnSO4.4H2O dan dilarutkan dengan aquades dalam labu


takar sampai tepat menjadi 100 mL, lalu dihomogenkan.
6. Larutan alkali-iodida-azida

Di timbang 50,0009 g NaOH, 17,0005 g KI dan 1,0011 g NaN3 dan dilarutkan


dengan aquades dalam labu takar sampai tepat menjadi 100 mL lalu
dihomogenkan.
7. Larutan perak sulfat-asam sulfat
Di timbang 1,2506 g Ag2SO4, dengan hati-hati larutkan dengan asam sulfat(p)
dalam labu takar 1000 mL dan penuhkan sampai garis etsa, lalu dihomogenkan.
8. Air pengencer

Air pengencer di buat dengan penambahan 4 macam garam dalam aquades,


garam-garam yang diperlukan antara lain :

22
Williams. A. EURACHEM/CITAC Guide. Quantifying Uncertainty in Analitycal Measurement. Second
Edition. United Kingdom. 2000. p. 34-55
larutan FeCl3, di timbang dengan tepat 0,0251 g kristal FeCl3.6H2O dan
dilarutkan dengan aquades dalam labu takar sampai tepat 100 mL lalu
homogenkan.
larutan CaCl2, di timbang dengan tepat 1,1062 g CaCl2 dan dilarutkan
dengan aquades dalam labu takar sampai tepat 100 mL lalu homogenkan.
larutan MgSO4, di timbang dengan tepat 1,0008 g kristal MgSO4.7H2O
dan dilarutkan dengan aquades dalam labu takar sampai tepat 100 mL lalu
homogenkan.
larutan Buffer Posfat, di timbang dengan tepat 3,4005 g KH2SO4, 0,1506 g
(HN4)2SO4 dan dilarutkan dengan aquades dalam labu takar sampai tepat
100 mL lalu homogenkan.
9. Benih

Ambil 10 g tanah yang subur yang tidak mengandung zat beracun, campur
tanah tersebut dengan 100 mL aquades dan 10 mL sampel air limbah yang akan
di analisa. Simpan suspensi tersebut selama 1 hari pada temperatur 20oC dalam
inkubator gelap. Saring suspensi tersebut dengan kertas saring biasa. Kira-kira
105-109 organisme yang hidup per mL.
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
24

Ke dalam tiap liter aquades yang digunakan ditambahkan 1 mL larutan FeCl3,


1 mL larutan CaCl2, 1 mL larutan MgSO4 dan 1 mL larutan Buffer Posfat.
Setelah itu diaerasi dengan udara (dari pompa udara) selama 12 jam kemudian
ditambahkan 1 mL benih organisme.

3.3.6. Pengumpulan Data

3.3.6.1. Pembuatan sampel

1. Terlebih dahulu sampel air limbah di goyang-goyang agar senyawa-senyawa


yang terdapat dalam air limbah tersebut larut semua.
2. Ke dalam gelas beaker dimasukkan air limbah sebanyak 1 L kemudian
diinkubasi selama 1 hari.
3. Sampel tersebut langsung dianalisa nilai COD dan BOD sebagai nilai awal.
4. Kemudian ditambahkan koagulan polialuminium klorida sebanyak 50 mg,
diatur pH optimium dan di aduk selama 1 menit dengan kecepatan
pengadukan 100 rpm lalu di saring.
5. Hasil ini dipergunakan untuk pengukuran nilai COD dan BOD
6. Hal yang sama juga ditambahkan koagulan Polialuminium klorida 100 mg dan
150 mg.
7. Ulangi percobaan di atas dengan penambahan koagulan tawas.
8. Percobaan diulangi sebanyak tiga kali.

3.3.6.2. Penetapan nilai kebutuhan oksigen kimia (COD)

1. Di pipet sebanyak 20 mL sampel air limbah ke dalam erlenmeyer refluks 500 mL


2. Dimasukkan 5 atau 6 batu didih yang terlebih dahulu dibersihkan ke dalam
erlenmeyer tersebut.
3. Ditambahkan larutan K2Cr2O7 0,25 N sebanyak 10 mL.
4. Ditambahkan 30 mL reagen asam sulfat-perak sulfat ke dalam erlenmeyer
refluks melalui batang pengaduk dan di aduk dengan pelan dan hati-hati
sampai homogen.
5. Erlenmeyer refluks dihubungkan dengan alat kondensor dan di refluks 2 jam.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
25

6. Dibiarkan erlenmeyer dingin dahulu, di bilas dengan air suling sebanyak 25


mL.
7. Dilepaskan erlenmeyer refluks dari kondensor, didinginkan dan diencerkan
menjadi 2 kali volume awal.
8. Dit ambah 3 tetes indikator fero 1,10 phenantroline (feroin)
9. Di titrasi dengan larutan Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N hingga warna hijau-biru
berubah menjadi coklat-merah, di catat volume Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N yang
terpakai.
10. Untuk blanko dikerjakan dari no. 1-9 dengan menambahkan 20 mL aquades
sebagai pengganti sampel.

3.3.6.3. Penetapan nilai kebutuhan oksigen biologi (BOD)

1. Sebelum analisa di mulai, sampel perlu diencerkan dan pengenceran itu


tergantung dari keadaan larutan sampel
2. Larutan sampel yang sudah diencerkan dengan air pengencer dimasukkan ke
dalam botol winkler 125 mL dan di isi penuh
3. Selanjutnya di tambah 1 mL MnSO4 di bawah permukaan cairan, 1 mL larutan
alkali-iodida-azida. Botol di tutup rapat untuk mecegah masuknya udara dari
luar, kemudian di homogenkan dengan membolak-balik botol beberapa kali.
4. Dibiarkan gumpalan mengendap selama 10 menit, kemudian ditambahkan 1
mL H2SO4 (p).
5. Selanjutnya botol di tutup dan di homogenkan dengan cara membolak-bolik
hingga endapan larut semua.
6. Segera dititrasi dengan Na2S2O3 0,025 N sampai warna kuning pucat
7. Di tambah 3 tetes indikator amilum dan dititrasi kembali dengan Na2S2O3
0,025 N sampai warna biru hilang pertama kali. Catat volume Na2S2O3 0,025
N yang terpakai.
8. Untuk BOD520 dimasukkan ke dalam inkubator selama 5 hari/20oC dan
dianalisa dengan prosedur yang sama.
9. Untuk blanko botol BOD di isi penuh dengan air pengencer dan dianalisa
dengan prosedur yang sama.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
26

3.4. Pengolahan dan Analisa Data

3.4.1. Penentuan kesalahan

3.4.1.1. Sumber kesalahan sistematik

Tipe kesalahan ini memiliki nilai tertentu sehingga besarnya dapat di hitung.
Kesalahan ini terbagi tiga yaitu :
a. Kesalahan instrumen, bersumber dari instrumennya sendiri. Misalnya
penyimpangan nol dalam pembacaan skala. Kesalahan ini dapat diminimalkan
dengan kalibrasi atau penggunaan blanko.
a. Kesalahan metode, sumbernya adalah sifat kimia dari sistem. Dalam penelitian
ini zat-zat kimia yang di pakai terlebih dahulu distandarisasi untuk memastikan
konsentrasinya.
b. Kesalahan personal, adalah kesalahan yang dilakukan oleh seorang peneliti
ataupun karena kesalahan prosedur. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan
meningkatkan ketelitian dan kedisiplinan peneliti.

3.4.1.2. Kesalahan random (intermediate)

Tipe kesalahan ini disebabkan oleh banyaknya variabel bebas dan pengulangan
dalam setiap pengukuran kimia dan fisika. Kesalahan terjadi ketika sebuah sistem
pengukuran diteruskan hingga kesensifitas maksimumnya. Kesalahan ini dapat di
lihat dari rata-rata yang merefleksikan ketelitian.
Kesalahan gabungan dari kesalahan random
Kebanyakan hasil akhir dalam kimia fisika dihasilkan dari perhitungan pengukuran-
pengukuran yang digabungkan. Hal ini penting untuk memastikan bagaimana
kesalahan pengukuran individual mempengaruhi hasil akhir.Penjumlahan atau
pengurangan.

3.4.1.3. Penentuan ketidakpastian dalam significant figure

Data yang diperoleh ditentukan nilai ketidakpastiannya berdasarkan sumber-


sumber ketidakpastian. Baik pada saat menimbang, pengukuran volume maupun
penggunaan alat untuk setiap penentuan dalam penelitian ini. Kemudian data yang

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
27

diperoleh dianalisa secara statistik dengan analisis varians (ANAVA), regresi,


korelasi dan grafik dengan tingkat signifikansi 5 % dan 1 % untuk menerima atau
menolak hipotesa yang diajukan.
1. Perhitungan ketidakpastian konsentrasi larutan Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N

Parameter yang diukur adalah konsentrasi larutan Fe(NH4)2(SO4)2 yang


tergantung pada berat kalium bikromat, kemurniannya, berat molekul kalium
bikromat, dan volume Fe(NH4)2(SO4)2 saat titik akhir titrasi.
Massa (m K 2Cr 2 O7 )

Sertifikat kalibrasi timbangan tercantum 0,15 mg untuk linieritas. Produsen


timbangan merekomendasikan untuk menggunakan distribusi rektangular untuk
mendapatkan kontribusi linier deviasi standar.
0,15
= 0,087 mg
3

2x(0,087 ) = 0,123 mg
2
u(m K 2Cr 2 O7 ) =

Kemurnian Kalium Bikromat


P K 2Cr 2 O7 = 99,50% = 100% 0,50%

= 1,0 0,0050
0,0050
u(P K 2Cr 2 O7 ) = = 0,0029
3
Massa Molar Kalium Bikromat (M K 2Cr 2 O7 )

Dari tabel IUPAC, berat atom dan daftar ketidakpastian untuk unsur-unsur
pembentukan kalium bikromat adalah atom K, Cr dan O .

s K + sCr + sO
2 2 2
u(M K 2Cr 2 O7 ) =

= (2 x0,000058) 2 + (2 x0,00034) 2 + (7 x0,00017) 2 = 0,00137 g/mol

Pipet volume 10 mL (VT1)


Ketidakpastian pipet volume 10 mL dengan presisi 0,02 mL dapat di hitung
dari penggabungan dua pengaruh utama terhadap volume, yaitu : kalibrasi dan
pengaruh suhu.
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
28

a. Kalibrasi
0,02
u(V10_cal) = = 0,0081 mL
6
b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi
Suhu yang tertera pada alat gelas volumetri adalah 200C, sedangkan suhu
laboratorium bervariasi antara 100C. Ketidakpastian dapat di hitung dari
perbedaan suhu dengan koefisien pemuaian volume air ( = 2,1 x 10-4 0C),
dan koefisien rektangular di mana akan memberikan
V x t x
10 x 10 x 2,1 x 10-4 = 0,021 mL
0,021
u(V10_temp) = = 0,0121 mL
3
ketidakpastian gabungan pipet volume 10 mL

u(V10) = (
u V10 _ cal )
2
+ u (V10 _ temp )
2

= 0,0146 mL

Buret 10 mL (VT2)
Ketidakpastian buret 10 mL dengan presisi 0,02 mL dapat di hitung dengan
penggabungan tiga pengaruh utama terhadap volume, yaitu : kalibrasi, pengaruh
suhu, dan perulangan.
a. Kalibrasi
0,02
u(V10_cal) = = 0,0081 mL
6
b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi
V x t x
10 x 10 x 2,1 x 10-4 = 0,021 mL
0,021
u(V10_temp) = = 0,0121 mL
3
c. Perulangan
0,02
u(V10_rep) = = 0,0115 mL
3
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
29

ketidakpastian gabungan buret 10 ml

u(V10) = (
u V10 _ cal )
2
+ u (V10 _ temp ) + u (V10 _ rep )
2 2
= 0,0185 mL

Perhitungan Ketidakpastian Standar Gabungan


2 2
u (rep) u (m K 2Cr2O7 ) u ( M K 2Cr2O7 )
2

+ +
u (C Fe ( NH 4 ) 2 SO4 ) rep m K 2Cr2O7 M K 2Cr2O7
= 2
C Fe ( NH 4 ) 2 SO4 u ( PK 2Cr2O7 ) u (VT 1 ) u (VT 2 )
2 2

+ + +
PK Cr O V T 1 VT 2
2 2 7

0,0005 2 + 0,0333 2 + 0,002912


= 0,1000 = 0,0107 N
+ 0,000004656 2 + 0,0046 2 + 0,0048 2

Ketidakpastian terekspansi konsentrasi Fe(NH4)2(SO4)2


U(C Fe ( NH 4) 2 SO4 ) = u(C Fe ( NH 4) 2 SO4 ) x k

= 0,0107 x 2 = 0,0214 N

2. Perhitungan ketidakpastian konsentrasi larutan Na2S2O3 0,025 N

Parameter yang di ukur adalah konsentrasi larutan Na2S2O3 yang tergantung


pada berat kalium bikromat, kemurniannya, berat molekul kalium bikromat,
dan volume Na2S2O3 saat titik akhir titrasi.
Massa (m K 2Cr 2 O7 )

Sertifikat kalibrasi timbangan tercantum 0,15 mg untuk linieritas. Produsen


timbangan merekomendasikan untuk menggunakan distribusi rektangular untuk
mendapatkan kontribusi linier deviasi standar.
0,15
= 0,087 mg
3

2x(0,087 ) = 0,123 mg
2
u(msampel) =

Kemurnian Kalium Bikromat


P K 2Cr 2 O7 = 99,50% = 100% 0,50%

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
30

= 1,0 0,0050
0,0050
u(P K 2Cr 2 O7 ) = = 0,0029
3
Massa Molar Kalium Bikromat (M K 2Cr 2 O7 )

s K + sCr + sO
2 2 2
u(M K 2Cr 2 O7 ) =

= (2 x0,000058) 2 + (2 x0,00034) 2 + (7 x0,00017) 2 = 0,00137 g/mol

Volume pipet volume 20 ml (VT1)


a. Kalibrasi
0,06
u(V10_cal) = = 0,0245 mL
6
b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi
V x t x
20 x 10 x 2,1 x 10-4 = 0,063 mL
0,063
u(V20_temp) = = 0,0364 mL
3
ketidakpastian gabungan pipet volume 20 mL

u(V20) = (
u V20 _ cal )
2
+ u (V20 _ temp ) = 0,0439 mL
2

Buret 10 mL (VT2)
a. Kalibrasi
0,02
u(V50_cal) = = 0,0081 mL
6
b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi
V x t x
10 x 10 x 2,1 x 10-4 = 0,021 mL
0,021
u(V10_temp) = = 0,0121 mL
3
c. Perulangan
0,02
u(V10_rep) = = 0,0115 mL
3
Ketidakpastian gabungan buret 10 mL

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
31

u(V10) = (
u V10 _ cal )
2
+ u (V10 _ temp ) + u (V10 _ rep )
2 2

= 0,0185 mL
Perhitungan ketidakpastian standar gabungan Na2S2O3
2 2
u (rep) u (m K 2Cr2O7 ) u ( M K 2Cr2O7 )
2

+ +
u (C Na2 S 2O3 ) rep m K 2Cr2O7 M K 2Cr2O7
= 2
C Na2 S 2O3 u ( PK 2Cr2O7 ) u (VT 1 ) u (VT 2 )
2 2

+ + +
PK Cr O V T 1 VT 2
2 2 7

0,0005 2 + 0,0835 2 + 0,002912


= 0,0250 = 0,000174 N
+ 0,000004656 2 + 0,0021912 + 0,00093 2

Ketidakpastian terekspansi konsentrasi


U(C Na2 S 2O3 ) = u(C Na 2 S 2 O3 ) x k

= 0,000174 x 2 = 0,000348 N

3.4.1.4. Perhitungan ketidakpastian massa dan volume

3.4.1.4.1. Ketidakpastian massa untuk preparasi bahan kimia

Sertifikat kalibrasi timbangan tercantum 0,15 mg untuk linieritas. Produsen


timbangan merekomendasikan untuk menggunakan distribusi rektangular untuk
mendapatkan kontribusi linear deviasi standar.
0,15
= 0,087 mg
3

2x(0,087 ) = 0,123 mg
2
u(msampel) =

3.4.1.4.2. Ketidakpastian volume untuk preparasi bahan kimia

1. Ketidakpastian gelas ukur 50 mL


Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
32

a. Kalibrasi
0,5
u(V50_cal) = = 0,2041 mL
6
b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi
V x t x
50 x 10 x 2,1 x 10-4 = 0,105 mL
0,105
u(V50_temp) = = 0,0606 mL
3
c. Perulangan
0,5
u(V50_rep) = = 0,2886 mL
3
ketidakpastian gabungan gelas ukur 50 ml

u(V50) = (
u V50 _ cal )
2
+ u (V50 _ temp ) + u (V50 _ rep )
2 2

= 0,3587 mL
2. Ketidakpastian labu takar 100 mL (V100)
a. Kalibrasi
0,08
u(V100_cal) = = 0,0326 mL
6
b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi
V x t x
100 x 10 x 2,1 x 10-4 = 0,210 mL
0,210
u(V100_temp) = = 0,1212 mL
3
ketidakpastian gabungan labu takar 100 mL

u(V100) = (
u V100 _ cal )2
+ u (V100 _ temp ) = 0,1255 mL
2

4. Ketidakpastian labu takar 500 mL


a. Kalibrasi
0,15
u(V500_cal) = = 0,06124 mL
6
b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi
V x t x

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
33

500 x 10 x 2,1 x 10-4 = 1,05 mL


1,05
u(V500_temp) = = 0,6062 mL
6
ketidakpastian gabungan gelas ukur 500 mL

u(V500) = (
u V500 _ cal )
2
+ u (V500 _ temp ) = 0,6093 mL
2

5. Ketidakpastian Labu Takar 1000 mL


a. Kalibrasi
0,3
u(V1000_cal) = = 0,1225 mL
6
b. Perbedaan suhu laboratorium dengan suhu kalibrasi
V x t x
1000 x 10 x 2,1 x 10-4 = 2,10 mL
2,10
(V1000_temp) = = 1,2124 mL
3
ketidakpastian gabungan labu takar 1000 ml

u(V1000) = (
u V1000 _ cal )2
+ u (V1000 _ temp ) = 1,2185 mL
2

3.4.2. Pengolahan Data

3.4.2.1. Perhitungan nilai COD pada sampel

Nilai COD di hitung berdasarkan persamaan berikut :

COD (mg/L O2) =


( A B )xNx8000
Vsampel

di mana : A = volume Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N untuk titrasi blanko


B = volume Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N untuk titrasi sampel
N = konsentrasi larutan Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N yang digunakan
Vsampel = volume sampel yang digunakan
Hasil perhitunngan nilai COD sebelum dan sesudah proses koagulasi dapat di lihat
pada tabel 3.
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
34

3.4.2.2. Penghitungan nilai BOD pada sampel

Nilai BOD di hitung berdasarkan persamaan berikut :

axNx8000
DO (mg/L O2) =
V 4
di mana : a = volume Na2S2O3 0,025 N (mL)
N = normalitas Na2S2O3 0,025 N (grek/L)
V = volume botol (mL)

Hasil perhitunngan nilai BOD sebelum dan sesudah proses koagulasi dapat di lihat
pada tabel 8.
( X o X 5 ) ( Bo B5 )(1 P)
BOD520 (mg/l O2) =
P

di mana : Xo = oksigen terlarut sampel pada saat t = 0 hari (mg/L O2)


X5 = oksigen terlarut sampel pada saat t = 5 hari (mg/L O2)
Bo = oksigen terlarut blanko pada saat t = 0 hari (mg/L O2)
B5 = oksigen terlarut blanko pada saat t = 5 hari (mg/L O2)
P = derajat pengenceran
Hasil perhitunngan nilai BOD sebelum dan sesudah proses koagulasi dapat di lihat
pada tabel 9.

3.4.2.3. Perhitungan persen penurunan nilai COD dan BOD

Persen penurunan nilai COD dan BOD diperoleh dari hasil perhitungan dengan
rumus sebagai berikut :
A B
Persen penurunan = x 100 %
A
di mana : A = nilai COD/BOD awal
B = nilai COD/BOD akhir
Hasil perhitunngan persen penurunan nilai COD dan BOD sebelum dan sesudah
proses koagulasi dapat di lihat pada tabel 3 dan tabel 9.

3.4.2.4. Perhitungan kesalahan pengukuran nilai COD dan BOD


Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
35

Untuk mengukur kesalahan data, maka di olah secara statistik yaitu secara deviasi
standar (Sx) dan menggunakan significant figure, angka ini ditambahkan setelah
pembacaan volume, caranya dengan menggunakan rumus :

n
(V
i =1
i V )2
Sx =
n 1

di mana : V = volume titrasi rata-rata
Vi = volume masing-masing pengukuran
Sx = deviasi standar
n = jumlah pengukuran

3.4.3. Analisis Data

3.4.3.1. Analisis Variansi

Dalam menguji hipotesa yang telah diajukan maka di pakai rancangan acak
kelompok faktorial (RAKF). Dalam rancangan ini tidak terdapat lokal kontrol,
sehingga sumber keragaman yang diamati hanya kombinasi-kombinasi perlakuan
yang di ragam sebanyak kelompok.

Tabel 3.3. Kombinasi Perlakuan yang di ragam Sebanyak Kelompok

(B)
(A) Berat Koagulan (mg)
Jenis Koagulan
50 100 150
1 4 7
Polialuminium
2 5 8
klorida
3 6 9
10 13 16
Tawas 11 14 17
12 15 18

Hasil perambangan menurut rancangan acak kelompok faktorial (RAKF),


Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
36

dimana m = 3, n = 3 dan r = 3 adalah :


A = Jenis koagulan dan B = Berat koagulan
Kombinasi perlakuan = m faktor A x n faktor B
= m.n kombinasi perlakuan
Jumlah unit perlakuan = kombinasi perlakuan (m.n) x kelompok (r)
Kombinasi perlakuan A (i = 1,2,..m) dan B (j = 1,2,..n)
Analisis jumlah kudrat untuk nilai COD
1. Faktor Koreksi (FK) adalah nilai untuk mengkoreksi nilai rata-rata dari ragam data
2
Tijk
FK = = 480984,32
rxmxn
2. Jumlah Kuadrat Total (JKtotal) nilai pegangamatan
JKtotal = T(Yijk2) FK = 25111,04
3. Jumlah Kuadrat Kelompok (JKkelompok)
TK 2
JKkelompok = FK = 13,6533
mxn
4. Jumlah Kuadrat Kombinasi Perlakuan (JKkombinasi perlakuan)
2
TAB
JKkombinasiAB = FK = 25054,2933
r
5. Jumlah Kuadrat Galat (JKgalat)
JKgalat = JKtotal - JKkelompok - JKkmbinasiAB = 43,0934

Analisis Jumlah Kuadrat (JK) Faktorial


6. Jumlah Kuadrat Faktor A (jenis koagulan)
TA 2
JKA = FK = 23225,8773
mxr
7. Jumlah Kuadrat Faktor B (berat koagulan)
TB 2
JKB = FK = 1446,2311
nxr
8. Jumlah Kuadrat Interaksi Faktor A dan B (JKinteraksi AB)
JKinteraksi AB = JKkombinasi JKA - JKB = 382,1849
Analisis Sidik Ragam
1. Derajat Bebas (v)

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
37

a. vk = r1 = 31=2
b. vkp = kp 1 = 6 1 =5
vA = m 1 = 2 1 = 1
vB = n 1 = 3 1 = 2
vI = vkp - vA - vB = 5 1 2 = 2
c. vT = r x m x n 1 = 17
d. vG = vT - vk - vkp = 17 2 5 = 10
2. Kuadrat Tengah (KT) :
a. Kuadrat Tengah Kelompok (KTK)
JK kelompok
KTK = = 6,82665
vk
b. Kadrat Tengah Kombinasi Perlakuan (KTKP)
JK kombinasi
KTKP = = 5010,8586
v kp

Kuadrat Tengah Faktor A (jenis koagulan)


JK A
KTA = = 23225,8773
vA
Kuadrat Tengah Faktor B (berat koagulan)
JK B
KTB = = 723,1155
vB

Kuadrat Tengah Interaksi Faktor A dan B (KTI)


JK Interaksi
KTI = = 191,0924
vI
c. Kuadrat Tengah Galat
JK galat
KTG = E = = 8,6186
vG
d. FHitung
1. FHitung Kelompok
KTK
FK = = 0,7921
E
2. FHitung Kombinasi Perlakuan
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
38

KTKP
FKP = = 581,4005
E
FHitung Faktor A (Jenis koagulan)
KT A
FA = = 2696,855
E
FHitung Faktor B (Berat koagulan)
KTB
FB = = 83,9017
E
FHitung Faktor Interaksi A dan B23
KTI
FI = = 22,1720
E
Hasil yang diperoleh dapat di lihat pada tabel 6.
Dengan cara dan rumus yang sama dilakukan perhitungan untuk analisis jumlah
kuadrat untuk nilai BOD, hasil yang diperoleh dapat di lihat pada tabel 12.

3.4.3.2. Analisis Regresi

Analisis regresi untuk nilai COD

Hasil pengukuran nilai COD diplotkan terhadap berat koagulan sehingga diperoleh
suatu kurva kalibrasi berupa garis lurus (linear). Persamaan garis regresi diturunkan
dengan metode least square. Data perhitungan dapat di lihat pada tabel 17 dan 18.
23
Kemas, A.H. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1993. Hal. 103-107
di mana : X = berat koagulan dan Y = nilai COD
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat di hitung dari persamaan berikut ;
Y = aX + b
di mana harga a (slope) diperoleh dari persamaan :
( Y )( X ) ( X )( X Y )
i i
2
i i i
a =
n X ( X ) 2 2
i i

Harga intersep (b) diperoleh dari persamaan :


n X i Yi ( X i )( Yi )
b =
n X i2 ( X i )
2

maka diperoleh harga intersep (b). Hasil perhitungan dapat di lihat pada tabel 21.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
39

Dengan cara dan rumus yang sama dilakukan perhitungan untuk nilai BOD. Hasil
yang diperoleh dapat di lihat pada tabel 22.

3.4.3.3. Analisa Korelasi

Analisa korelasi untuk nilai COD

Koefisien korelasi dapat di hitung dari persamaan ;


n X i Yi ( X i )( Yi )
{n X }{ }
r=
( X i ) n Yi 2 ( Yi )
2 2 2
i

hasil perhitungan dapat di lihat pada tabel 21.


Dengan cara dan rumus yang sama dilakukan perhitungan untuk nilai BOD. Hasil
yang diperoleh dapat di lihat pada tabel 22.
Uji signifikansi korelasi (r) dapat dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi t
untuk melihat hubungan data berat terhadapa nilai COD dan BOD, thitung di cari
dengan rumus :

n2
t hitung = r
1 r2
di mana : r = korelasi
n = jumlah perlakuan
derajat kebebasan (dk) = n-2. Hasil perhitungan thitung nilai COD dapat di lihat pada
tabel 21 dan thitung nilai BOD dapat di lihat pada tabel 22.
3.4.3.4.Uji hipotesa

Uji hipotesa 1, 2, 3 dan 4

1. Hipotesa nol (H0) yang di uji adalah :


H 10 : Ai = 0 ; (i = 1, 2, dan 3)
Yang berarti tidak ada pengaruh jenis koagulan terhadap penurunan nilai
COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet
H 02 : Bj = 0 ; (j = 1, 2, dan 3)

Yang berarti tidak ada pengaruh jenis koagulan terhadap penurunan nilai
COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
40

H 30 : Ck = 0 ; (k = 1, 2, dan 3)
Yang berarti tidak ada interaksi antara pengaruh jenis dan berat koagulan
terhadap penurunan nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet
H 04 : Cl = 0 ; (l = 1, 2, dan 3)

Tidak ada hubungan data berat koagulan terhadap nilai COD dan BOD air
limbah pabrik sarung tangan karet.

2. Hipotesa alternatif (Ha) yang di uji adalah


H 11 : Ai = 0 ; (i = 1, 2, dan 3)
Yang berarti ada pengaruh jenis koagulan terhadap penurunan nilai COD
dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet
H 12 : Bj = 0 ; (j = 1, 2, dan 3)
Yang berarti ada pengaruh jenis koagulan terhadap penurunan nilai COD
dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet
H 13 : Ck = 0 ; (k = 1, 2, dan 3)
Yang berarti ada interaksi antara pengaruh jenis dan berat koagulan
terhadap penurunan nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan
karet
H 14 : Cl = 0 ; (l = 1, 2, dan 3)
Yang berarti ada hubungan data berat koagulan terhadap nilai COD dan

BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.

3. Cara pengujian

KT A
H1 di pakai statistik
E
Dengan daerah kritis pengujian ditentukan oleh Ftabel (vA, vG)
KTB
H2 di pakai statistik
E
Dengan daerah kritis pengujian ditentukan oleh Ftabel (vB, vG)
KTI
H3 di pakai statistik
E
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
41

Dengan daerah kritis pengujian ditentukan oleh Ftabel (vI, vG)


H4 di pakai statistik ttabel thitung + ttabel
Dengan daerah kritis pengujian ditentukan oleh ttabel (dk = n-2)

Kriteria Pengujian
Pada batas ketangguhan = 5 % pada daerah kritis pengujian berlaku :
H 10 ; H 02 ; H 30 di terima bila FHitung F0,05 dan di tolak bila FHitung F0,05

H 04 di terima bila thitung + ttabel dan di tolak bila thitung + ttabel

H 11 ; H 12 ; H 13 di terima bila FHitung F0,05 dan di tolak bila FHitung F0,05

H 14 di terima bila thitung + ttabel dan di tolak bila thitung + ttabel

3.5. Skema Pengambilan Data untuk Sampel

Air limbah (1 liter)

didiamkan selama 1 hari

Air Limbah yang Jernih Suspensi

di ukur nilai COD dan BOD

Data volume

3.5.1. Skema pengambilan data untuk koagulan polialuminium klorida

Suspensi

di tambah koagulan polialuminium


klorida (50 mg), di atur pH optimum
di aduk selama 1 menit dengan
kecepatan pengadukan 100 rpm
didiamkan selama 15 menit
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
42

Larutan Jernih + Endapan Flok

di saring

Filtrat Residu

di ukur nilai COD dan BOD

Data volume

Dilakukan hal yang sama untuk koagulan polialuminium klorida dengan berat 100
dan 150 mg.

3.5.2. Skema pengambilan data untuk koagulan tawas

Suspensi

di tambah koagulan tawas (50 mg), di atur pH


optimum
di aduk selama 1 menit dengan kecepatan
pengadukan 100 rpm
didiamkan selama 15 menit

Larutan Jernih + Endapan Flok

disaring

Filtrat Residu

di ukur nilai COD dan BOD

Data volume

Dilakukan hal yang sama untuk koagulan tawas dengan berat 100 dan 150 mg.

3.5.3. Skema pengambilan data untuk parameter COD

20 mL Sampel
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
43

10 mL K2Cr2O7 0,25 N
30 mL asam sulfat-perak sulfat (H2SO4 (p) + Ag2SO4)
di aduk

Larutan Kuning

di refluks selama 2 jam


didinginkan
diencerkan dengan aquades
di tambah 5 tetes indikator fero1,10 phenantroline
Larutan Kuning Kecokelatan

dititrasi dengan Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N

Larutan cokelat kemerahan

3.5.4. Skema pengambilan data untuk parameter BOD


Data Volume

Sampel (Botol Winkler 125 ml)

di tambah 1 mL larutan MnSO4


di tambah 1 mL larutan alkali-iodida-azida
dihomogenkan dengan membolak-balik botol
gumpalan terpisah
di tambah 1 mL H2SO4 (p)
dihomogenkan dengan membolak-balik botol

Larutan Kuning

dititrasi dengan Na2S2O3 0,025 N hingga


larutan kuning pucat
di tambah indikator amilum 3 tetes

Larutan Biru

dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0,025 N

Larutan Jernih

Data Volume

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
44

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa jenis dan berat koagulan
yang digunakan memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan nilai COD
dan BOD setelah proses koagulasi. Di mana setelah penambahan koagulan dengan
variasi jenis dan berat koagulan diperoleh nilai COD dan BOD yang telah
memenuhi syarat baku mutu air limbah melalui surat keputusan Meneg KLH tahun
1988. Hal ini dapat di lihat dari perbedaan nilai COD dan BOD sebelum dan
sesudah proses koagulasi yang ditunjukkan pada tabel 3 dan 9.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan, diperoleh data bahwa jenis
koagulan yang paling banyak menurunkan nilai COD adalah koagulan
polialuminium klorida kemudian tawas. Sedangakan koagulan yang paling banyak
menurunkan nilai BOD adalah koagulan tawas kemudian polialuminium klorida.
Dari hasil perhitungan juga diperoleh data bahwa semakin banyak koagulan yang
ditambahkan, maka akan semakin besar pula penurunan nilai COD dan BOD
dalam air limbah pabrik sarung tangan karet.
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
45

Dari hasil analisis variansi faktorial model tetap menunjukkan bahwa


adanya interaksi antara jenis dan berat koagulan yang digunakan terhadap
penurunan nilai COD dan BOD setelah proses koagulasi. Dari hasil analisis
regresi dan korelasi diperoleh pengaruh yang nyata terhadap kedua variabel
tersebut. Data yang diperoleh dapat di lihat pada tabel 21 dan 22.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Hipotesa - 1

Dari hipotesa 1 diperoleh harga Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka H11 di terima
dan Ho1 di tolak, yang berarti ada pengaruh jenis koagulan yang digunakan
terhadap penurunan nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.
Dalam hal ini jenis koagulan yang paling banyak menurunkan nilai COD adalah
polialuminium klorida kemudian tawas (tabel 4). Sedangkan jenis koagulan yang
paling banyak menurunkan nilai BOD adalah koagulan tawas, kemudian
polialuminium klorida (tabel 10).
Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada permukaan air limbah mempunyai
muatan listrik yang sejenis yang menyebabkan keadaan stabil di mana muatan di
antara partikelnya saling tolak menolak, sehingga tidak dapat membentuk partikel
yang lebih besar. Yang mana molekul-molekul air akan tertarik oleh permukaan
partikel zat padat (koloid) dan berfungsi sebagai penghalang untuk terjadinya
kontak dengan partikel koloid lainnya. Sistem koloid ini mempunyai kestabilan
tertentu selama tidak terganggu oleh adanya elektrolit lain.
Jenis koagulan yang digunakan yaitu polialuminium klorida dan tawas,
mempunyai sifat polielektrolit yang berasal dari garam aluminium. Koagulan ini

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
46

mempunyai muatan yang berlawanan dengan sistem koloid di mana muatannya


positip terhadap sistem koloid pada air limbah yang mempunyai muatan negatip.
Dengan penambahan koagulan ini maka ion-ion yang mengelilingi permukaan
tersebut akan menarik ion-ion yang berlawanan muatannya dari dalam larutan
sehingga sebagian partikel akan terimbangi dan terbentuk ion-ion polimer yang
dapat terserap oleh partikel-partikel, yang berarti bahwa koloid akan terselubungi
oleh koagulan. Muatan partikel koloid dan hasil hidrolisa akan saling menetralkan
sehingga muatan dari partikel-partikel koloid akan terjaring ke dalam gumpalan
membentuk molekul yang lebih besar. Dengan adanya ion Al3+ di dalam larutan,
maka akan bereaksi dengan ion OH- yang berasal dari ionisasi air atau alkalinitas
air sehingga akan mengendap membentuk flok aluminium hidroksida dan juga
akibat adanya gaya gravitasi.

4.2.2. Hipotesa - 2

Dari hipotesa 2 diperoleh harga Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka H12 di terima
dan Ho2 di tolak, yang berarti ada pengaruh berat koagulan yang digunakan
terhadap penurunan nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.
Dari hasil penelitian di peroleh bahwa dengan bertambahnya berat kaogulan yang
digunakan berarti konsentrasi koagulan dalam air limbah akan semakin tinggi.
Dengan semakin tingginya konsentrasi koagulan menyebabkan nilai COD dan
BOD air limbah semakin rendah/turun. Sistem koloid yang terdapat dalam air
limbah sebagian besar partikelnya permutan negatip. Partikel-partikel koloid yang
terdispersi di dalam air secara termodinamika adalah tidak stabil. Partikel-partikel
tersebut distabilkan oleh muatan yang berlawanan pada permukaan yang
menghasilkan gaya tarik menarik antar partikel untuk membentuk agregat yang
lebih besar sehingga viskositas sistem koloid juga akan semakin bertambah.
Penambahan sejumlah koagulan yang sesuai dapat merusak kestabilan
sistem koloid, dalam hal ini koagulan polialuminium klorida dan tawas mempuyai
muatan yang positip pada permukaan larutan. Peningkatan konsentrasi elektrolit
dapat mempengaruhi energi potensial karena peningkatan konsentrasi elektrolit
akan menurunkan energi penghalang dalam sistem koloid dan apabila konsentrasi
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
47

semakin ditingkatkan lagi, energi tersebut akan hilang sama sekali. Dengan kata
lain apabila konsentrasi elektrolit tersebut dalam sistem koloid meningkat, sistem
koloid akan semakin tidak stabil lagi dan lama-kelamaan apabila konsentrasi terus
ditingkatkan maka akan terjadi pengendapan.
Pada penambahan konsentrasi elektrolit selanjutnya gaya lapisan rangkap
akan berkurang, sehingga gaya tarik menarik yang disebabkan oleh gaya van der
waals ini akan menyebabkan muatan partikel menjadi satbil dan terbentuk
gumpalan dari partikel yang di kenal sebagai proses koagulasi. Melalui proses ini
bahan-bahan pencemar kimia organik dan anorganik dapat diturunkan. Dengan
menurunnya bahan-bahan ini menyebabkan berkurangnnya oksigen terlarut yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan tersebut sehingga nilai COD dan
BOD akan menurun.

4.2.3. Hipotesa - 3

Dari hipotesa 3 diperoleh harga Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka H13 di terima
dan Ho3 di tolak, yang berarti ada interaksi antara pengaruh jenis dan berat
koagulan yang digunakan terhadap penurunan nilai COD dan BOD air limbah
pabrik sarung tangan karet.
Dari hasil perhitungan data diperoleh bahwa jenis koagulan yang
digunakan dapat menurunkan nilai COD dan BOD air limbah dan dengan semakin
bertambahnya berat koagulan yang digunakan maka nilai COD dan BOD air
limbah semakin menurun. Dengan kata lain bahwa jenis dan berat koagulan yang
digunakan mempunyai interaksi dalam menurunkan COD dan BOD air limbah.
Hal ini dapat di lihat pada tabel 4 dan tabel 10.

4.2.4. Hipotesa - 4

Dari hipotesa 4 diperoleh harga ttabel lebih besar dari thitung, maka H14 di tolak dan
Ho4 di terima, yang berarti tidak ada hubungan yang positip dan signifikan antara
data berat koagulan terhadap nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan
karet.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
48

Dari hasil perhitungan analisis korelasi yang dilakukan diperoleh harga koefisien
korelasi yang bernilai negatip. Hal ini dapat dijelaskan bahwa antara data berat
koagulan dengan nilai COD dan BOD mempunyai hubungan yang timbal balik,
karena apabila berat koagulan yang digunakan semakin bertambah, maka nilai
COD dan BOD akan turun. Hal ini dapat di lihat pada gambar 1, 2, 3 dan 4.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal berikut:

1. Ada pengaruh dari jenis koagulan yang digunakan terhadap penurunan nilai
COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet. Persentase penurunan
nilai COD untuk koagulan polialuminium klorida adalah 43-71 % dan untuk
koagulan tawas adalah 41-62 %. Sedangkan persentase penurunan nilai BOD
untuk koagulan tawas adalah 25-69 % dan untuk koagulan polialuminium
klorida adalah 20-58 % dari berat koagulan yang digunakan.
2. Ada pengaruh dari berat koagulan yang digunakan terhadap penurunan nilai
COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.
3. Ada interaksi antara pengaruh jenis dan berat koagulan terhadap penurunan
nilai COD dan BOD air limbah pabrik sarung tangan karet.
4. Bentuk hubungan data berat koagulan terhadap nilai COD dan BOD adalah
linear dan timbal balik.
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
49

5. Koagulan yang terbaik digunakan dalam penurunan nilai COD air limbah
adalah jenis koagulan polialuminium klorida dan untuk nilai BOD adalah
koagulan tawas.

5.2. Saran

Disarankan kepada peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian terhadap jenis


koagulan yang lain dengan mencari kondisi pH optimum dari koagulan yang
digunakan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses koagulasi supaya
lebih diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. Santika, S. S. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.


APHA, WPCF. 1976. Standard Methods For Examination Of Water and Wastewater.
14th Ed. Washington DC: APHA.
AWWA. 1971. Water Quality and Treatment. (A Handbook Of Public Water
Supplies). Third Edition. New York: Mc. Graw Hill Book Co.
Bird, T. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Benefield, L. D. 1982. Process Chemistry For Waste Water Treatment. Prentice
Hill Inc. USA: New Jersey.
Degremont. 1979. Water Treatment Handbook. A Halsted Press Book. New York:
John Wiley & Son.
Fong, C. S. 1979. Composition Of Havea Latex. Malaysia: Training Manual On
Analitycal Chemistry Latex And Rubber Analysis.
Gultom, J. 1995. Teknologi Air. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
50

Halim, S. 1995. Kimia Dasar Untuk Pertanian. Medan : Fakultas Pertanian


Universitas Sumatera Utara.
Kemas, A. H. 1993. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Kop, E. 1993. Coagulation and Floculation Chemycals. Kuala Lumpur: Seminar
On the Selection and Application Of Water Chemycal.
Linsley, R. 1995. Teknik Sumber Daya Air. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Mahida, U. N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Cetakan
keempat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Perdana, G. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
R.A. Day, Jr./A. L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi keempat.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Simangunsong, S. 1997. Studi pengaruh penambahan Poli Aluminium Klorida dan
Tawas terhadap Turbiditas serta Jumlah Fe dan Cu yang Terlarut di
dalam Sungai Deli. Skripsi. Medan: FMIPA-USU.
Slamet, R. 1984. Pencemaran Air, Dasar-dasar dan Pokok-pokok Penanggulangannya.
Surabaya: Penerbit Karya Anda.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Penerbit PT. Jakarta: Rineka Cipta.
Tampubolon, M. Rico. 1995. Pengaruh Penggunaan beberapa Jenis Koagulan
terhadap Perubahan KOB, KOK dan pH dalam proses pengolahan Air
Limbah Karet Remah (Crumb Rubber). Skripsi. Medan: FMIPA-USU.
Usman H, Purnomo. R. S. 1995. Pengantar Statistika. Yogyakarta: Penerbit Bina
Aksara.
Viessman. W, M. J. Hammer. 1985. Water Supply And Pollution Control. Fourth
Edition. New York: Harper and Row Publishers.
Voyutsky. S. 1978. Colloid Chemistry. First Edition. Moskow: MIR Publisher.
Williams. A. 2000. EURACHEM/CITAC Guide. Quantifying Uncertainty in
Analitycal Measurement. United Kingdom. Second Edition.

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
51

LAMPIRAN
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
52

Lampiran 1

Tabel 1. Hasil standarisasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N dan Na2S2O3 0,025 N

Konsentrasi Volume
Volume Titrasi (mL) Konsentrasi
yang Rata-rata
Larutan yang diperoleh
diinginkan (mL)
V1 V2 V3 NU
(N)
Fe(NH4)2(SO4)2 0,10 25,20 24,84 24,92 24,980,06 0,10000,00214
Na2S2O3 0,025 19,92 19,96 19,90 19,930,03 0,02500,000348

Tabel 2. Data volume titrasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N untuk analisa COD

Berat Koagulan Volume Titrasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N (mL)


_
(mg) V1 V2 V3 V S
Blanko 22,26 22,24 22,28 22,260,02

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
53

Sampel 13,18 13,22 13,16 13,180,03


17,16 17,24 17,08 17,160,08
50
16,88 16,96 16,94 16,930,04
18,34 18,60 18,24 18,330,08
100
18,14 18,16 18,10 18,130,03
19,64 19,60 19,68 19,640,04
150
18,88 18,84 18,84 18,850,02

Tabel 3. Hasil perhitungan nilai COD air limbah sebelum dan setelah proses
koagulasi

Nilai COD Akhir pada Sampel (mg/L) Persen


Berat Koagulan Penuruna
(mg) I II III
_ n
x (%)
0 363,2 361,6 364,0 362,93 -
204,0 200,8 207,2 204,00 43,87
50
215,2 212,0 212,8 213,33 41,22
156,8 154,4 160,8 157,33 56,65
100
164,8 164,0 166,4 165,07 54,51
104,8 106,4 103,2 104,80 71,12
150
135,2 136,8 136,8 136,26 62,45
Lampiran 2

Tabel 4. Hasil perhitungan efek jenis dan berat koagulan terhadap nilai COD

Kombinasi Perlakuan Kelompok


No
A B TAB y AB
Jenis Berat I II III
Koagulan Koagulan (mg)
50 204,0 200,8 207,2 612,0 204,00
1 PAC 100 156,8 154,4 160,8 472,0 157,33
150 104,8 106,4 103,2 314,4 104,80
50 215,2 212,0 212,8 640,0 213,33
2 Tawas 100 164,8 164,0 166,4 495,2 165,07
150 135,2 136,8 136,8 408,8 136,27
Total Kombinasi (TK) 980,8 974,4 987,2 2942,4 980,8

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
54

Tabel 5. Hasil perhitungan efek jenis dan berat koagulan terhadap nilai COD
dengan faktor AxB

Faktor A
Faktor B
PAC Tawas TB yB
50 612,0 640,0 1252 208,6666
100 472,0 495,2 967,2 161,20
150 314,4 408,8 723,2 120,5333
TA 1398,4 1544 3972 -
_
yA 155,7777 171,5555 - 163,4666

Tabel 6. Hasil analisis sidik ragam efek jenis dan berat koagulan terhadap
nilai COD
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat FTabel
FHitung
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% 1%
Kelompok 2 13,6533 6,82665 0,7921 4,10 7,56
Kombinasi AB 5 25054,2933 5010,8586 581,4005 3,33 5,64
Jenis Koagulan(A) 1 23225,8773 23225,8773 2696,855 4,96 10,04
Berat Koagulan(B) 2 1446,2311 723,1155 83,9017 4,10 7,56
Interaksi 2 382,1849 191,0924 22,1720 4,10 7,56
Galat 10 43,0934 8,6186 - - -
Total 22 50165,33 29166,39 - - -
Lampiran 3

Tabel 7. Data volume titrasi Na2S2O3 0,025 N untuk analisa BOD

Volume Na2S2O3 0,025 N (mL)


Berat
Koagulan Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi
(mg) VI VII VIII VS VI VII VIII VS
Blanko 7,32 7,30 7,24 7,280,04 6,62 6,58 6,66 6,620,04
Sampel 8,20 8,18 8,26 8,210,04 5,08 5,06 5,12 5,080,03
6,70 6,76 6,70 6,720,03 4,10 4,14 4,02 4,080,06
50
6,94 6,98 6,92 6,940,03 4,42 4,44 4,48 4,440,03
5,98 5,96 5,96 5,960,01 3,90 3,84 3,88 3,870,03
100
5,80 5,76 5,74 5,760,03 3,92 3,86 3,86 3,880,03

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
55

4,64 4,58 4,62 4,610,03 2,96 2,90 2,92 2,920,03


150
4,54 4,52 4,50 4,520,02 3,12 3,14 3,10 3,120,02

Tabel 8. Hasil perhitungan nilai DO (mg/L O2) pada sampel

Nilai DO pada Sampel (mg/L)


Berat
Koagulan Sebelum Inkubasi Setelah Inkubasi
(mg)
I II III I II III
Blanko 12,0920 12,0610 11,9600 10,9410 10,8760 11,0082
Sampel 13,5440 13,5207 13,6529 8,3968 8,3636 8,4628
11,0743 11,1735 11,0743 6,7768 6,8429 6,6446
50
11,4710 11,5372 11,4380 7,3058 7,3388 7.4050
9,8843 9,8512 9,8512 6,4463 6,3471 6,4132
100
9,5868 9,5206 9,4876 6,4793 6,3802 6,3802
7,6694 7,5702 7,6363 4,8925 4,7934 4,8264
150
7,5041 7,4711 7,4380 5,1570 5,1900 5,1240

Lampiran 4

Tabel 9. Hasil perhitungan nilai BOD pada air limbah setelah proses
koagulasi

Nilai BOD Akhir Pada Sampel (mg/L) Persen


Berat Koagulan
Penurunan
(mg) _
I II III x (%)
0 203,867 203,857 205,507 204,410 -
160,877 162,532 167,487 163,632 19,95
50
154,262 155,922 147,652 152,612 25,34

117,902 121,207 117,902 119,003 41,78


100
101,377 103,022 101,372 101,923 50,14

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
56

84,847 84,842 86,497 85,395 58,22


150
63,357 60,057 61,702 61,705 69,81

Tabel 10. Hasil perhitungan efek jenis dan berat koagulan terhadap nilai
BOD
Kombinasi Perlakuan Kelompok
N
A B TAB y AB
o
Jenis Berat I II III
Koagulan Koagulan (mg)
50 160,877 162,532 167,487 490,896 163,632
1 PAC 100 117,902 121.207 117,902 357,011 119,004
150 84,847 84,842 86,497 256,186 85,395
50 154,262 155,922 147,652 457,836 152,612
2 Tawas 100 121,207 103,022 101,372 325,601 108,534
150 63,357 60,057 61,702 185,116 61,705
2072,646
Total Kombinasi (TK) 702,452 687,582 682,612 690,882

Tabel 11. Hasil perhitungan efek jenis dan berat koagulan terhadap nilai
BOD dengan faktor AxB
Faktor A
Faktor B
PAC Tawas TB yB
50 490,896 457,836 1244,598 414,866
100 357,011 325,601 861,108 287,036
150 256,186 185,116 599,963 199,988
TA 1104,093 968,553 2705,669 -

yA 368,031 322,851 - 901,89
Lampiaran 5

Tabel 12. Hasil analisis sidik ragam efek jenis dan berat koagulan terhadap
nilai BOD
Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Ftabel
FHitung
Keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% 1%
Kelompok 2 35,5247 17,76235 0,0638 4,10 7,56
Kombinasi AB 5 22662,6147 4532,52294 16,223491 3,33 5,64
Jenis Koagulan (A) 1 12086,04089 12086,0409 43,2601834 4,96 10,04
Berat Koagulan (B) 2 2147,419877 1073,70994 38,4318487 4,10 7,56
Interaksi 2 8429,153933 2809,71798 10,056967 4,10 7,56
Galat 10 2793,80248 279,380228 - - -
Total 22 48154,56 20799,13 - - -
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
57

Tabel 13. Daftar berat atom penyusun kalium bikromat dan ketidakpastian
standarnya
Unsur Berat Atom Ketidakpastian Label Ketidakpastian Standar
K 39,0983 0,0001 0,000058
Cr 51,9961 0,0006 0,00034
O 15,9994 0,0003 0,00017

Tabel 14. Daftar perkalian berat atom penyusun kalium bikromat dan
ketidakpastian standarnya
Unsur Perhitungan Hasil Ketidakpastian Standar
K 2 x 39,0983 78,1966 0,000116
Cr 2 x 51,9961 103,9922 0,00068
O 7 x 15,9994 111,9958 0,00119

Tabel 15. Nilai dan ketidakpastian dalam standarisasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,1 N


Ketidakpastian Ketidakpastian
Deskripsi Nilai x
Standar u(x) Standar u(x)/x
rep Perulangan 1,0 0,0005 0,0005
m K 2Cr 2 O7 Berat kalium
0,3693 g 0,0123 g 0,0333
bikromat
P K 2Cr 2 O7 Kemurnian 0,995 0,0029 0,00291
kalium bikromat
M K 2Cr 2 O7 Massa molar 294,1846 g/mol 0,00137 g/mol 0,000004656
kalium bikromat
VT1 Volume K2Cr2O7
untuk titrasi 10,0 ml 0,0146 ml 0,00146
Fe(NH4)2(SO4)2
VT2 Volume
12,49 ml 0,0185 ml 0,00148
Fe(NH4)2(SO4)2
Lampiaran 6

Tabel 16. Nilai dan ketidakpastian dalam standarisasi Na2S2O3 0,025 N


Ketidakpastian Ketidakpastian
Deskripsi Nilai x
Standar u(x) Standar u(x)/x
rep Perulangan 1,0 0,0005 0,0005
m K 2Cr 2 O7 Berat kalium
0,1473 g 0,0123 g 0,0835
bikromat
P K 2Cr 2 O7 Kemurnian
0,995 0,0029 0,00291
kalium bikromat
M K 2Cr 2 O7 Massa molar
294,1846 g/mol 0,00137 g/mol 0,000004656
kalium bikromat
VT1 Volume K2Cr2O7 20 ml 0,0439 ml 0,002195
Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
58

untuk titrasi
Na2S2O3
VT2 Volume Na2S2O3 19,9267 ml 0,0185 ml 0,00093

Tabel 17. Data perhitungan analisis regresi untuk nilai COD dengan
koagulan polialuminium klorida

No Xi Yi Xi2 Yi2 XiYi


1 50 204,00 2500 41616 10200
2 100 157,33 10000 24752,7289 15733
3 150 104,80 22500 10983,04 15720
300 466,13 35000 77351,77 41653

Tabel 18. Data perhitungan analisis regresi untuk nilai COD dengan
koagulan tawas

No Xi Yi Xi2 Yi2 XiYi


1 50 213,33 2500 45509,689 10666,5
2 100 165,07 10000 27248,105 16507
3 150 136,27 22500 18569,513 20440,5
300 514,67 35000 91327,31 47614

Tabel 19. Data perhitungan analisis regresi untuk nilai BOD dengan
koagulan polialuminium klorida
No Xi Yi Xi2 Yi2 XiYi
1 50 163,632 2500 26775,43142 8181,60
2 100 119,004 10000 14161,95202 11900,40
3 150 85,395 22500 7292,306025 12809,25
300 368,031 35000 48229,68947 32891,25
Lampiaran 7

Tabel 20. Data perhitungan analisis regresi untuk nilai BOD dengan
koagulan tawas

No Xi Yi Xi2 Yi2 XiYi


1 50 152,612 2500 23290,42254 7630,6
2 100 101,924 10000 10388,50178 10192,4
3 150 61,705 22500 3807,507025 9255,75
300 316,241 35000 37486,43135 27078,75

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
59

Tabel 21. Hasil perhitungan analisis regresi dan korelasi untuk nilai COD

Jenis Koagulan ttabel


Analisa = 0,05
Polialuminium klorida Tawas
Slope (a) 254,58 248,617 -
Intersep (b) - 0,992 - 0,7706 -
korelasi - 0,9994 - 0,9895 -
thitung - 28,8545 - 6,8462 12,706

Tabel 22. Hasil perhitungan analisis regresi dan korelasi untuk nilai BOD

Jenis Koagulan ttabel


Analisa = 0,05
Polialuminium klorida Tawas
Slope (a) 200,914 196,32 -
Intersep (b) - 0,7824 - 0,90907 -
korelasi - 0,9967 - 0,9978 -
thitung - 12,2786 - 15,0506 12,706

Lampiran 8

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
60

250
200
COD (mg/L)
150
Y = 254,58X 0,9920
100
r = - 0,9967
50
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Berat (mg)

Gambar 1. Grafik berat koagulan polialuminium klorida terhadap nilai COD

250
200
COD (mg/L)

150
Y = 248,617X 0,7706
100
r = - 0,9895
50
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Berat (mg)

Gambar 2. Grafik berat koagulan tawas terhadap nilai COD

200
BOD (mg/L)

150

100
Y = 200,914X 0,7824
50
r = - 0,9967
0
0 50 100 150 200
Berat (mg)

Gambar 4. Grafik berat koagulan polialuminium klorida terhadap nilai BOD


Lampiran 9

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.
61

200

BOD (mg/L)
150

100
Y = 196,32X 0,9090
50
r = - 0,9978
0
0 50 100 150 200
Be rat (mg)

Gambar 5. Grafik berat koagulan tawas terhadap nilai BOD

250
200
COD (mg/L)

PAC
150
Tawas
100
50
0
0 50 100 150 200
Berat (mg)

Gambar 7. Grafik berat koagulan polialuminium klorida dan tawas terhadap


nilai COD

200
BOD (mg/L)

150
PAC
100
Tawas
50

0
0 50 100 150 200
Berat (mg)

Gambar 8. Grafik berat koagulan polialuminium klorida dan tawas terhadap


nilai BOD

Jeplin Manurung : Studi Efek Jenis Dan Berat Koagulan Terhadap Penurunan Nilai COD Dan BOD Pada
Pengolahan Air Limbah Dengan Cara Koagulasi, 2009.

You might also like