You are on page 1of 4

Rintihan Jiwa

Karya: Tara Ratuliu

Pagi yang sedikit mendung, Asga yang sedang duduk di pinggir jendela sambil memetik
gitar kesayangannya yang tampak seperti sedang menyanyikan lagu untuk seseorang. Dengan
kondisi kamarnya yang sangat berantakan itu, memang Asga tidak suka apabila kamarnya
terlihat rapi. Mungkin itu adalah sifat buruknya tapi di balik semua itu tersimpan banyak sekali
tragedi dan kejadian yang menakutkan. Ketika ia sedang asyik memetik gitar terdengar suara
jeritan ibunya

Asga, ayo cepat keluar sekarang..!

Ada apa dengan wanita itu? tanya Asga dalam hatinya

Ini adalah hari ke 40 mengingat kepergian ibu kamu, apakah kamu tidak akan bersiap-
siap untuk mendoakannya ? kata ibu tirinya sambil membawakan handuk yang artinya
menyuruh Asga untuk mandi dan bersiap-siap.

Setelah Asga mengambil handuknya, Asga langsung pergi dan tidak mengucapkan apa-
apa kepada ibu tirinya itu karena sebenarnya baru 25 hari ibu kandung Asga meninggal dan
ayahnya langsung menikah lagi dengan Izmah yang sekarang menjadi ibu tirinya. Sebab itulah
Asga tidak sama sekali menyukai wanita itu, dan juga semenjak itu Asga tidak menyukai wanita
manapun lagi selain ibu kandungnya yang sudah tiada. Clara adalah salah satu orang yang
mungkin kini menjadi wanita terakhir yang pernah disukai oleh Asga. Karena dulunya ia
sangatlah akrab dengan Asga dan juga sempat berpacaran. Tapi, semenjak ibunya kini sudah
tiada, dia begitu saja tidak menegur ataupun menyapa Clara semenjak hari itu, dan sekarang
Clara tidak tahu bagaimana kabar hubungannya itu.

Asga menghembuskan nafasnya perlahan, meletakkan sisir di atas meja dan sambil
berkaca di depan sebuah kaca yang cukup besar itu. Tak terasa ternyata air matanya jatuh ke
lantai yang membuatnya menjadi teringat kepada ibunya yang dulunya ibu itu menyisirkan
rambutnya serta mencium keningnya. Tetapi semua sudah hilang darinya. Tiada lagi yang bisa
membuat Asga sekarang tersenyum kembali. Asga menyeka matanya yang basah dengan tangan
kirinya. Merapikan kembali bajunya yang sudah rapi itu.

Berjalan ke arah pintu lalu membuka pintu itu dengan perlahan-lahan dan kemudian dia
menutupnya kembali. Mengumpulkan kembali tenaga dan mulai membuka pintu itu secara
perlahan-lahan dan melangkah keluar dengan sangat lambat dan menatap semua yang ada di
kelilingnya sekarang. Semua orang sudah ramai datang ke rumahnya dan masing-masing
membuka buku yasinnya. Di situlah Asga mulai merasa jiwanya yang sekarang sedang merintih
kesakitan dengan memegang buku yasin lalu membuka halaman yang terdapat foto ibunya. Air
matanya jatuh menetesi foto dalam buku yasin itu, membuat foto itu menjadi basah dan sosok
seorang ayah akhirnya datang menghapus air mata itu. Langsung Asga memeluk ayahnya yang
juga sedang meneteskan air mata. Tetapi Asga menjadi seperti monster saat itu dia langsung
melepaskan pelukan itu dan langsung mengeluarkan segala amarahnya yang tak tertahankan itu.

Ohw ada apa denganmu? Ahhh kau menetekan air mata buayamu itu? Sudahlah kau
tidak perlu bersandiwara di depan banyak orang ini, kata Asga yang sangat marah itu yang
menjadi bahan perhatian semua orang di sana.

Ada apa Nak? Apa maksudmu? Mengapa kau mengatakan itu semua kepadaku? Aku
tidak bersandiwara. Apa aku pernah membuatmu tidak bahagia? kata ayahnya sambil
menangis.

Hahaha. Kau memanggilku dengan sebutan Nak? Ohw.. Ayahku tersayang, aku
sangat terkejut! Kau begitu membuatku tidak bahagia, aku merasa kau sudah membunuhku
menggunakan pisau yang tumpul itu dengan sangat sakit dan perih!! ujar Asga dengan lantang
sambil berdiri.

Sudah cukup Asga. Sekarang juga, kamu harus masuk kekamar!! ujar ayahnya.

Apakah kau takut aku akan mengungkapkan aibmu ke semua orang yang ada disini?
Baiklah, semuanya dia seorang perempuan yang sudah menggantikan ibuku yang dinikahi
Ayahku 2 minggu yang lalu! kata Asga sambil menarik tangan ibu tirinya.

Asga, lepaskan dia ujar ayahnya yang hampir menampar anak semata wayangnya itu.

Ini dia sosok Ayahku yang kata kalian semua berwibawa, ia menikahi wanita lain
setelah kepergian Ibuku padahal waktu itu ibuku baru saja meninggal 3 minggu. Ia langsung
menikahi wanita yang serakah akan harta Ayahku ini! ujarnya dengan amarah.

Setelah itu, ayah Asga terdiam dan tidak berkata apapun dan langsung menarik Asga ke
dalam kamarnya dan mengurungnya di dalam sana. Semua orang yang ada di sana langsung
menatap sinis ayahnya Asga dan langsung meninggalkan rumah Asga tanpa melanjutkan doa
untuk ibunya itu. Ayah Asga langsung menenangkan istrinya dengan memuji dengan lembut
dengan kata-kata yang manis lalu ayah Asga membawa istrinya ke dalam kamar dan langsung
pergi lagi ke kamar anaknya. Disitu Asga dimarahi habis-habisan dan dipukul sampai babak
belur. Tetapi lebih babak belur lagi ayahnya karena Asga tidak diam saja melainkan Asga
melawan ayahnya itu dan yang terjadi di dalam kamar itu adalah perkelahian antar ayah dan
anak. Karena Asga sedang sangat marah, maka dia mengeluarkan segala amarahnya kepada
ayahnya itu. Ayahnya mengalah dengan Asga dan langsung kembali ke kamarnya dengan
kondisi babak belur, sedangkan Asga tidak terlalu parah hanya ada luka-luka kecil. Tanpa
menghiraukan luka itu, Asga langsung mengambil dan membuka laptopnya. Menekan tombol
power dan mulai membuka-buka album foto yang tersimpan di laptop itu. Sampai pada sebuah
foto, Asga berhenti, memandangi foto itu. Di sana terlihat Asga yang digendong oleh ayahnya
dengan di sampingnya ada ibunya yang cantik jelita itu. Dengan senyuman yang sangat bahagia
dari muka mereka. Foto itu diambil saat semuannya belum berubah. Saat semuanya masih terasa
sangat indah. Kenangan itu yang membuat Asga menjadi sedikit merasa bahagia kembali.
Seandainya saja itu dapat berlangsung dengan lama seakan-akan yang ada di pikiran Asga saat
itu.

Kepergian ibunya itu membuat luka yang sangat dalam yang membuat jiwa ini merintih
kesakitan tanpa keluar darah. Akhirnya Asga dapat memulihkan dirinya sedikit demi sedikit dan
dia memulai lembaran barunya lagi. Yang pertama, dia sekarang ingin pergi ke sekolah lagi, lalu
dia membuat sebuah surat untuk ayahnya karena dia tidak ingin berbicara langsung kepada
ayahnya itu, isi suratnya adalah

Ayah, ini aku yang berbicara. Asga, anak yang dulunya adalah anak jagoanmu tetapi
Asgamu ini sekarang melemah karena kehilangan jiwanya, jadi Ayah, langsung saja aku ingin
membicarakan sesuatu kepada Ayah. Aku harap ayah akan mendengarkannya dan
mengizinkanku. Ayah aku ingin masuk sekolah kembali. Aku mohon Ayah dapat
mengizinkanku. Dan aku juga berharap, Ayah juga dapat menghargaiku karena Ayah enggak
akan tahu seberapa besar keberanianku untuk melakukan hal ini,

Ayahnya pun langsung merunduk dan memegang surat itu dengan erat sambil
menganguk-anggukan kepalanya. Mungkin ayahnya menyetujuinya dan Asga melihat ayahnya
dari jendela. Tanpa ragu, Asga langsung masuk ke kamrnya kembali dan tidur agar besok pagi
dia dapat bangun cepat dan bisa berangkat kesekolah.

Hari ini adalah hari pertama aktivitas Asga di sekolah dimulai kembali. Senin pagi itu,
Asga berangkat ke sekolah dengan menaiki sepeda motornya yang berwarna hijau itu dengan
helm yang menutup rapat seluruh wajahnya. Setelah sampai di parkiran, Asga terlihat sangat
kesal karena ada sebuah sepeda butut yang parkir di parkiran itu Tanpa ragu-ragu, karena tidak
ada lagi tempat parkiran di sana Asga memarkirkan sepeda motornya di tempat parkiran mobil.
Lalu dia memasuki kelasnya. Teman-teman kelasnya tampak bersedih melihat keadaan Asga
yang sekarang ini. Biasanya Asga sangatlah riang dan memiliki banyak wanita cantik yang
mengejar-ngejarnya. Tetapi sekarang, Asga sangat sedih dan tidak pernah sekalipun memikirkan
wanita-wanita itu karena mungkin dia trauma dengan para wanita. Mungkin ia hanya berpikir
bahwa wanita itu hanyalah buta karena kedudukan dan bangga akan keelokan raga. Asga
memandangi dengan serius pelajaran karena dia sangat ingin menggapai cita-citanya dan sangat
ingin membanggakan ibunya. Ibu Asga sangat ingin melihat Asga menjadi seorang dokter. Asga
akan melakukan segala hal dan memiliki semangat yang sangat tinggi hanya untuk
membahagiakan ibunya. Karena sebenarnya, cita-cita Asga bukanlah menjadi seorang dokter
melaikan ingin menjadi seorang musisi yang terkenal. Tapi demi ibunya dia rela menjadi seorang
dokter karena dia ingin menyembuhkan semua orang yang terkena penyakit jantung.
Di sekolah, Asga sangat pendiam dan banyak sekali melamun, dan juga terkadang
tersenyum-senyum sendiri. Dia sangat jarang bergabung dengan sahabat-sahabatnya lagi karena
Ia sering menyendiri dan tidak menyukai kebisingan. Walaupun Asga berniat sekarang menjadi
seorang dokter tetapi dia tidak dapat lepas dari hobinya itu yaitu bermain gitar. Gitar itu adalah
gitar kesayangannya karena gitar itu adalah gitar pemberian ibunya di hari ulang tahunnya. Dia
menyanyikan lagu yang sangat menyentuh hati yang dibuatnya sendiri untuk ibunya. Ia rela
makan tidak teratur dan tidur pun tidak teratur karena dia sibuk membuatkan 100 lagu untuk
ibunya. Sekarang, lagunya telah sampai 89 lagu, yang semuanya mengisahkan tentang ibunya
itu. Karena semua aktivitasnya tersebut, akhirnya, Asga tidak memiliki aturan hidupnya atau
tidak makan dengan teratur dan tidur dengan teratur. Akhirnya Asga pun jatuh sakit padahal
akhir bulan ini dia akan mengikuti ujian akhir sekolah yang akan menentukan dia lulus atau tidak
dan akan masuk ke sekolah kedokteran. Tetapi, dokter bilang Asga harus dirawat di rumah sakit
selama 1 bulan penuh. Asga menolak. Akhirnya, Asga menemukan ide yang brilian. Ia berpikir,
dia dapat mengikuti ujian dengan dipanggilnya guru ke rumah sakit dan membawakan soal ujian
itu untuk Asga. Lalu guru membacakan soal dan Asga yang menjawabnya. Lalu ayahnya
langsung membicarakan itu ke kepala sekolah. Kepala sekolah menyetujuinya lalu ujian di
rumah sakit itu pun dilakukan. Padahal, dokter tidak mengizinkannya karena memiliki resiko
yang sangat berbahaya dan bisa saja membunuh Asga karena kalau Asga terlalu berpikir itu akan
mempengaruhi masa pemulihannya.

3 hari berlalu. Ujian selesai dam tibalah saatnya pengumuman hasil ujian. Asga masih
saja berada di rumah sakit yang saat ini keadaannya sangat tidak memungkinkan lagi. Dia sedang
kritis karena dalam 3 hari ini terus saja berpikir. Benar apa yang dikatakan dokter sebelumnya.
Sedangkan, yang mengambil hasil ujian Asga adalah ayahnya. Betapa terkejutnya ayahnya.
Ternyata, Asga yang dulunya sangat tidak pintar akhirnya mendapatkan nilai tertinggi ke 5.
Ayahnya langsung membawa kertas itu ke Asga yang sekarang sedang berjuang demi nyawanya.
Lalu tanpa ragu, ayahnya datang dan memperlihatkan hasilnya kepada Asga. Asga juga sangat
terkejut dan saking bahagianya Asga meneteskan air matanya dan sambil menyanyikan lagu
yang ke-seratusnya itu. Semua yang dia inginkan sudah tercapai sekarang. Dia akan melanjutkan
sekolahnya tetapi kertas itu jatuh ke bawah dan Asga perlahan-lahan menutup matanya dan
akhirnya dia pergi untuk selama-lamanya dengan kebahagian itu.

You might also like