You are on page 1of 11

TEORI PEMBELAJARAN KOGNITIF DAN PSIKOLOGI MANUSIA

A. PENDAHULUAN

Ada satu kata atau istilah, yaitu belajar yang tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia. Karena aktivitas belajar itulah yang membedakan manusia
dengan makhluk lain seperti binatang misalnya. Karena aktivitas belajar pula yang
mengantarkan seorang manusia menjadi berilmu, yang selanjutnya memosisikan
manusia menjadi makhluk yang paling mulia diantara makhluk yang ada di muka
bumi ini. Karena belajarlah, manusia bisa bertahan hidup dan bisa memenuhi apa
yang menjadi kebutuhan hidupnya. Karena belajarlah, manusia bisa memecahkan
masalah kehidupan yang dihadapi. Karena belajarlah, manusia bisa
mengembangkan budayanya, dan karena belajar pula, manusia bisa menguasai
alam dan bisa mengubah wajah dunia ini.
Dalam kehidupan manusia, belajar adalah kata kunci yang menjadi ciri
sekaligus potensi bagi umat manusia. Belajar telah menjadi atribut manusia.
Potensi belajar merupakan kodrat sekaligus fitroh bawaan sebagai karunia dari
Sang Maha Pencipta, Allah, swt. Belajar adalah kebutuhan hakiki dalam hidup
manusia di muka bumi ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar
adalah energi kehidupan umat manusia yang dapat mengusung harkat
kemanusiaannya menjadi sosok beradab dan bermartabat.
Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan dan
dialami manusia sejak manusia di dalam kandungan, buaian, tumbuh berkembang
dari anak-anak, remaja sehingga menjadi dewasa, sampai ke liang lahat, sesuai
dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat.
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. inilah yang
membedakan Ausubel dari teoriawan teoriawan lainnya yang hanya berlatar
belakang psikologi, tetapi teori teori mereka diterjemahkan dari dunia psikologi
ke dalam penerapan pendidikan. Ausubel memberi penekanan pada belajar
bermakna,

1
Teori Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia / individu. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan
manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka
Tokoh pesikologi humanistik ialah Carl Rogers ( 1902-1987). Carl Rogers
menjadi sangat terkenal karena metode terapi yang dikembangakanya, yaitu terapi
yang berpusat pada individu

B. PEMBAHASAN
1. Teori belajar kognitif
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu
proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah
suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri
manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk
memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah
laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam
belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme,
belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi
terus-menerus sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak kita
yang merupakan pusat penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali lingkungan,
melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah, mencari informasi
baru, menarik simpulan dan sebagainya.
Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil
interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui
proses asimilasidan akomodasi. Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa
belajar yang dilakukan individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan
lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah
laku. Dalam pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk menggunakan media
yang konkret karena anak-anak belum dapat berfikir secara abstrak.
Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar, yaitu:

2
a. Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan
proses berfikir yang sangat kompleks (Budiningsih, 2005:34)
b. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi
yang berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut psikologi kognitivistik,
belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu dengan jalan
mengaitkan pengetahuan baru kedalam struktur berfikir yang sudah ada.
Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa
mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati
lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sehingga, pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukkan
keberhasilan mempelajari informasi pengetahuan yang baru.
Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian
aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model
ini, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya.
Sedangkan situasi yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkah laku
sangat ditentukan oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses belajar.
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan
mempergunakan bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di
representasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan
atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya
seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar
negeri, setelah kembali kenegerinya sendiri. Tempat-tempat yang dikunjuginya
selama berada di lain negara tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri juga
tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu itu sedang bercerita, tetapi semua
tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata
yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.

a. Teori Belajar David Ausubel


David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Ausebel
memberi penekanan pada belajar bermakna. Menurut Ausubel belajar dapat
diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan

3
cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa melalui
penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa
dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Meliputi
fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan
pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu
dalam bentuk final ataupun dalam bentuk belajar penemuan yang mengharuskan
siswa untuk menemukan sendiri sebagaian atau seluruh materi yang akan
diajarkan.
Dalam tingkat ke dua siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi
itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar
bermakna. Akan tetapi siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan
informasi baru itu tanpa menghubungkan dengaan pengetahuan yang sudah ada
dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan.

b. Belajar Bermakna
Bagi Ausebel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya
informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif seseorang. Dalam belajar bermakna, informasi baru diasimilasikan pada
subsume-subsumer yang telah ada. Dalam belajar bermakna, informasi baru a, b, c
dikaitkan pada konsep-konsep relevan dalam struktur kognitif (subsume A, B, C).
Menurut Ausubel dan juga Novak (1977), ada tiga kebaikan dalam dari
belajar bermakna, Yaitu:
a. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat,
b. Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan deferensiasi dari
subsume subsume, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi
belajar yang mirip, Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi
c. akan mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.

4
c. Belajar Hafalan
Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep konsep
relevan atau subsume-subsumer relevan, informasi baru dipelajari secara hafalan.
Bila tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan pengetahuan baru
pada konsep konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi
belajar hafalan.
Faktor faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut
Ausubel ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan
dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat sifat struktur
kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti arti yang timbul saat informasi
baru masuk ke dalam struktur kognitif, demikian pula proses interaksi yang
terjadi. Prasyarat belajar bermakna sebagai berikut:
1) materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial,
2) siswa yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna,
tujuan siswa merupakan factor utama dalam belajar bermakna.

d. Tipe Belajar
Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:
1) Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan
yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau
siswa menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian
pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
2) Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, yaitu pelajaran yang
dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan
yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
3) Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna, materi pelajaran yang
telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk
akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan
yang ia miliki.
4) Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna, yaitu materi
pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa

5
sampai bentuk akhir, kemudia pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa
mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia miliki.

e. Kelebihan dan Kekurangan Teori Ausubel


1) Kelebihan teori belajar Ausubel antara lain :
a) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat. Hal ini
disebabkan karena pembelajaran yang bermakna tersebut. Jika kita
mempelajari sesuatu dan dapat mengambil maknanya, sama artinya
dengan kita telah mengetahui konsep dasar dari pelajaran yang diajarkan
tersebut. Jadi jika kita dapat mengingatnya lebih lama.
b) Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan
sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya
sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk
memberi pelajaran yang mirip.
c) Informasi yang telah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya
masih meninggalkan bekas, sehingga memudahkan proses belajar
mengajar untuk materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.

2) Kekurangan Teori Belajar Ausubel


Selain memiliki kelebihan teori ini juga memiliki kekurangan. Ausubel
berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa
melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel
beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di
tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam
kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka
kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel,
lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi,
diagram, dan ilustrasi.

6
2. Psikologi Manusia
a. Psikologi Manusia Menurut Pandangan Carl Rogers
Kunci utama sudut pandang Rogers ialah bahwa orang cenderung
berkembang ke arah positif, dengan kata lain mereka akan memenuhi potensi
mereka kecuali kalau mereka mengalami rintangan. Sehingga Rogers juga
berpandangan bahwa semua orang pada dasarnya adalah baik.
Menurut Rogers, orang yang sehat secara psikologis adalah mereka yang
memiliki konsep diri yang luas, yaitu mampu memahami dan menerima berbagai
perasaan dan pengalaman. Control diri yang berasal dari dalam diri seseorang
adalah lebih baik dari pada control yang dipakasakan dan berasal dari luar.

b. Dinamika Kepribadian
Rogers mengemukakan lima sifat khas dari seseorang yang berfungsi
penuh:
1) Keterbukaan pada pengalaman
Yang berarti bahwa seseorang tidak bersifat kaku dan defensif melainkan
bersifat fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang diberikan oleh
kehidupan, tapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan
lahirnya persepsi dan ungkapan-ungkapan baru.
2) Kehidupan eksistensial
Orang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman
melainkan menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-menerus terbuka
kepada pengalaman baru.
3) Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Yang berarti bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan
pedoman yang sangat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan yang
lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
4) Perasaan bebas
Semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin mengalami kebebasan
untuk memilih dan bertindak.

7
5) Kreativitas
Seorang yang kreatif bertindak dengan bebas dan menciptakan hidup, ide
dan rencana yang konstruktif, serta dapat mewujudkan kebutuhan dan
potensinya secara kreatif dan dengan cara yang memuaskan.

c. Terapi Rogers
Rogers memiliki pengaruh besar dalam praktek psikotrapi. Dalam terapi
Rogers, terapis cendrung bersifat sportif dan tidak mengarahakan. Terapis
beremapti terhadap klien dan memberikan penghargaan yang tulus. Selama
berkecimpung di bidang konseling anak dan psikologi klinis, rogers menyadari
bahwa klienlah yang paling memahami letak permasalahan dan aarah terapi
seharusnya berlangsung. Rogers juga memadang orang sebagai sebuah proses
perubahan sekumpulan potensi.
Rogers juga berpendapat bahwa ada dua kondisi utama yang diperlukan
agar tercipta perubahan kepribadian dalam psikotrapis :
Pertama, terapis harus bias memperlihatkan perhatian yang tulus terhadap
klien.
Kedua, terapis memiliki pemahaman yang empatis dalam arti terapis harus
bisa merasakan ketegangan dan perasaan yang dirasaankan kliennya.
Yang menarik dari metode Rogers ialah selain teknik dan prosedurnya itu
sendiri ada juga keberanian Rogers untuk merekam proses wawancara dalam
psikotrapinya untuk kemudian membahasnya bersama teman-teman sejawatnya
atau mahasiswanya. Di masa lalu keterbukaan semacam ini masih langka dan
langkah-langkah Rogers dianggap sebagai printis untuk kemajuan pengembangan
metode psikotrapi.

d. Aplikasi Metode Psikotrapi Rogers Dalam Konseling


Dalam dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode
psikoterapi yang dikemukakan dan dikembangkannya. Dasar dari teknik terapinya
tersebut Rogers menilai bahawa Manusia mampu memulai sendiri arah
perkembangannya dan menciptakan kesehatan dan menyesuaikannya.

8
Dengan demikian, konselor dapat membantu klien untuk mengemukakan
pengertiannya dan rencana hidupnya. Untuk memungkinkan pemahaman ini
konselor diharapkan bersifat dan bersikap:
1) Menerima (Acceptance)
Sikap terapis yang ditujukan agar klien dapat melihat dan mengembangkan
diri apa adanya.
2) Kehangatan (Warmth)
Ditujukan agar klien merasa aman dan memiliki penilaian yang lebih
positif tentang dirinya.
3) Tampil apa adanya (Genuine)
Kewajaran yang perlu ditampilkan oleh terapis agar klien memiliki sikap
positif.
4) Empati (Emphaty)
Menempatkan diri dalam kerangka acuan batiniah (internal frame of
reference), klien akan memberikan manfaat besar dalam memahami diri dan
problematikanya.
5) Penerimaan tanpa syarat (Unconditional positive regard)
Sikap penghargaan tanpa tuntutan yang ditunjukkan terapis pada klien,
betapapun negatif perilaku atau sifat klien, yang kemudian sangat bermanfaat
dalam pemecahan masalah.
6) Transparansi (Transparancy)
Penampilan terapis yang transparan atau tanpa topeng pada saat
terapi berlangsung maupun dalam kehidupan keseharian merupakan hal
yang penting bagi klien untuk mempercayai dan menimbulkan rasa aman
terhadap segala sesuatu yang diutarakan.
7) Kongruensi (Congruence)
Konselor dan klien berada pada hubungan yang sejajar dalam relasi
terapeutik yang sehat. Terapis bukanlah orang yang memiliki kedudukan
lebih tinggi dari kliennya.

9
C. PENUTUP
Dalam teori kognitif, manusia merupakan pemproses informasi yang aktif.
Informasi merupakan sesuatu yang diterima oleh pikiran secara terus menerus,
meski demikian beberapa informasi cepat terlupakan dan sepabagian yang lain
diingat sepanjang hayat.
Ausubel menekankan bahwa penyelenggara muka berbeda dari ikhtisar dan
ringkasan yang hanya menekankan ide-ide kunci dan disajikanpada tingkat yang
sama abstraksi dan umum sebagai sisa material. Penyelenggara bertindak sebagai
jembatan antara subsuming materi pembelajaran baru dan ide-ide terkait yang ada.
Teori Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia / individu. Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan
manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka berfokus pada
kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam
mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka.
Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan
perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap
dan perilaku mereka

10
DAFTAR PUSTAKA

Ausubel, D.P. 1960.The use of advanced organizersmin the learning


and retention of meningful verbal materialJournal Of educational
psychology,51.267-272.

Brown, Douglas. 1980. Principles Of Language Learning And Teaching. Printed


In The United Stated Of America

Dimyati, Mahmud. M. 1989. Psikologi Pendidikan. Houston: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Jakarta.

Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.


Jakarta : Bumi Aksara

Rogers, Carl. R. 1982. Freedom to Learn for the 80s. California: Charles E.
Meril Publishing Company

11

You might also like