You are on page 1of 128

PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

Pemeriksaan tanda vital dilakukan untuk menentukan adanya kelainan suatu system
atau organ tubuh. Tanda vital yang diperiksa adalah suhu tubuh, nadi, pernapasan, dan
tekanan darah. Waktu pengkajian tanda vital :
a. Pada saat penerimaan pasien baru untuk mendapatkan data dasar
b. Ketika pasien mengalami perubahan status kesehatan atau melaporkan gejala
seperti nyeri dada, merasa panas, atau pingsan
c. Atas permintaan dokter
d. Sebelum dan sesudah pembedahan atau prosedur diagnostic invasive
e. Sebelum dan sesudah pemberian obat yang dapat mempengaruhi system
pernapasan atau kardivaskuler
f. Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang dapat mempengaruhi tanda-
tanda vital
g. Pagi, sore, dan malam hari sebelum tidur untuk melihat perubahan tanda-tanda
vital.

1. Mengukur Suhu Tubuh


Pengukuran suhu tubuh pasien dilakukan dengan thermometer. Proses ini dapat dilakukan
pada ketiak, mulut, anus, atau telinga.
a. Tujuan
Mengetahui suhu tubuh pasien untuk menentukan tindakan perawatan
b. Alat dab bahan
Thermometer
Larutan sabun, larutan desinfektan, dan air bersih
Bengkok (nierbekken)
Tisu atau kain penyeka
Vaselin atau pelican yang lain untuk mengukur suhu rectal
Sarung tangan
2. Menghitung Denyut nadi
Menghitung denyut nadi dilakukan setelah mengukur suhu tubuh. Denyut nadi dihitung
dengan cara meraba :
Arteri radialis dipergelangan tangan
Arteri brakialis disiku bagian dalam
Arteri karotis di leher
Arteri temporalis di pelipis
Arteri femuralis di lipatan paha ( selangkangan )
Arteri dorsalis dikaki
Arteri frontalis di ubun-ubun ( bayi )
a. Tujuan
Menghitung denyut nadi pasien dalam satu menit untuk menentukan tindakan
perawatan.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 1


b. Alat dan bahan
Arloji tangan dengan petunjuk detik atau stopwatch
Buku catatan suhu dan nadi serta alat tulis.

3. Mengukur Pernapasan
Bagian pernapasan yang perlu dikaji adalah frekuensi, kedalaman, irama, dan
karakteristik pernapasan. Penghitungan frekuensi pernapasan dilakukan selama satu menit
untuk mengetahui keadaan umum pasien. Frekuensi pernapasan orang dewasa normal
yang sehat adalah sekitar 15-20 napas/menit. Kedalaman pernapasan ditentukan dengan
memperhatikan pergerakan dada.
Pernapasan dalam adalah pernapasan dengan sejumlah besar volume udarah diinhalasi
dan diekshalasi, sehingga mengisi sebagian besar paru. Pernapasan dangkal melibatkan
sejumlah kecil volume udara dan sering kali menggunakan sedikit jaringan paru.
Irama atau pola pernapasan mengacu pada keteraturan inspirasi dan ekspirasi. Irama
pernapasan dapat digambarkan sebagai teratur atau tidak teratur. Secara normal,
pernapasan memiliki jarak yang sama.
Kualitas atau karakter pernapasan mengacu pada aspek-aspek napas yang berbeda dari
normal, bernapas tanpa upaya, pernapasan normal tidak bersuara, tetapi beberapa suara
abnormal seperti mengi terdengar jelas oleh perawat.
a. Tujuan
Mendapatkan data dasar yang digunakan untuk membandingkan pengukuran
selanjutnya
Memantau pernapasan abnormal dan pola napas serta mengidentifikasi adanya
perubahan
Mengkaji pernapasan sebelum memberikan obat yang dapat menekan pernapasan
Memantau pernapasan sebelum memberikan obat yang dapat menekan pernapasan
Memantau pasien yang beresiko mengalami perubahan pernapasan.
b. Alat dan bahan
Arloji tangan dengan petunjuk detik atau stopwatch
Buku catatan suhu dan nadi serta alat tulis.
4. Mengukur Tekanan Darah
Tekanan darah diukur melalui permukaan dinding arteri. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi umum pasien. Umumnya tekanan darah yang diukur adalah
tekanan darah tepi (BP). Suara yang terdengar sewaktu mengukur tekanan darah dengan
manometer air raksa disebut korotkoff. Suara ini terdiri atas lima fase, yaitu :
Korotkoff I : awal ketukan suara (tekanan manset = tekanan
sistolik)
Korotkoff II : intensitas suara meningkat
Korotkoff III : Intensitas suara maksimum
Korotkoff IV : Suara menjadi redup
Korotkoff V : Suara menghilang (tekanan manset = tekanan
diastolic)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 2


a. Tujuan
Menetapkan data dasar tekanan darah arteri untuk evaluasi selanjutnya
Mengidentifikasi dan memantau perubahan tekanan darah akibat proses penyakit
atau terapi
Menentukan keamanan pasien dan melakukan aktivitas
b. Alat dan bahan
Tensimeter atau sfigmomanometer
Stetoskop
Buku catatan dan alat tulis

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 3


FORMAT PENILAIAN
Prosedur Keperawatan : Menghitung Denyut Nadi
Nama mahasiswa : nilai
NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Langkah
10 2
A Tahap pra Interaksi
a. Siapkan alat-alat/Bahan
B Tahap Orientasi
a. Berikan salam dan panggil klien dengan namanya
b. Jelaskan kepada pasien tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan
c. Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
d. Memasang sampiran
C Tahap kerja
a. Mencuci tangan
b. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
c. Tentukan arteri yang akan digunakan untuk menghitung
nadi, misalnya arteri radialis
d. Tempelkan jari telunjuk,tengah,dan manis diatas arteri,
kemudian tekan arteri tersebut dengan tekanan yang
cukup
e. Hitung nadi yang terasa selama 15 detik dan kalikan
hasinya dengan empat. Selain itu perhatikan pula
apakah denyut nadi teratur atau tidak serta
kekuatan/amplitude nadi.
Jika nadi tidak teratur, lakukan pengukuran selama
satu menit penuh
f. Catat dan laporkan data tersebut dalam catatan
g. Mencuci tangan
D Tahap Terminasi
a. Evaluasi perasaan klien
b. Kontrak pertemuan selanjutnya
c. Mengahiri hubungan dengan baik
E Dokumentasi
Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
(catat di kertas kurve)
Keterangan :
Jika dilakukan diatas 75% dianggap kompeten
Poso,2014
Penguji/Observer

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 4


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Mengukur Suhu Tubuh (Axilla)

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Langkah
0 1 2
A Tahap pra Interaksi
1. Siapkan alat-alat/Bahan
B Tahap Orientasi
2.Berikan salam dan panggil klien dengan namanya
3.Jelaskan kepada pasien tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan
4.Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
5.Memasang sampiran
C Tahap kerja
6.Mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir
dan mengeringkan dengan menggunakan handuk bersih
7.Menggunakan sarung tangan (bila perlu)
8.Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
9.Membuka lengan baju pasien
10.Mengeringkan ketiak pasien dengan tissue atau baju
klien (dapat dilakukan oleh klien sendiri)
11.Mengecek kembali thermometer dalam posisi angka
dibawah 35c
12.Memasang ujung thermometer ditengah-tengah ketiak
dan menganjurkan pasien menjepit dengan lengannya
dengan melipatkan lengan pasien ke dada
13.Mengangkat thermometer setelah kira-kira 3-5 menit
14.Membaca dengan teliti angka pada skala thermometer
kemudian mencatatnya.
15.Mendisinfeksi thermometer dengan larutan chlorine
0,5% selama 10 menit
16.Mencuci thermometer dengan larutan sabun dan bilas
dengan air bersih
17.Mengeringkan thermometer dengan kassa/tissue
18.Menurunkan air raksa dan menempatkan thermometer
ke tempat semula
19.Menjelaskan hasil yang didapat
20. Merapikan pasien

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 5


21.Merapihkan alat
22.Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan dan
keringkan dengan handuk bersih
D Tahap Terminasi
23.Evaluasi perasaan klien
24.Kontrak pertemuan selanjutnya
25.Mengahiri hubungan dengan baik
E Dokumentasi
Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
(catat di kertas kurve)

Keterangan :
Jika dilakukan diatas 75% dianggap kompeten
Poso,2014
Penguji/Observer

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 6


FORMAT PENILAIAN
Prosedur Keperawatan : Menghitung Pernapasan
Nama mahasiswa : nilai
NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Langkah
0 1 2
A Tahap pra Interaksi
1.Siapkan alat-alat/Bahan
B Tahap Orientasi
2.Berikan salam dan panggil klien dengan namanya
3.Jelaskan kepada pasien tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan
4.Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
5.Memasang sampiran
C Tahap kerja
6.Mencuci tangan
7.Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
8.hitung jumlah pernapasan pasien (1 inspirasi dan 1
ekspirasi ) selama satu menit untuk anak dibawah umur
2 tahun atau pada dewasa yang memiliki irama
pernapasan teratur, perhitungan dilakukan selama 30
detik.
9.observasi kedalaman, irama, dan karakter pernapasan
pasien
10.Catat dan laporkan data tersebut dalam catatan
11.Mencuci tangan
D Tahap Terminasi
d. Evaluasi perasaan klien
e. Kontrak pertemuan selanjutnya
f. Mengahiri hubungan dengan baik
E Dokumentasi
Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
(catat di kertas kurve)

Keterangan :
Jika dilakukan diatas 75% dianggap kompeten
Poso,2014
Penguji/Observer

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 7


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Mengukur Tekanan Darah

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Langkah
0 1 2
A Tahap pra Interaksi
1.Siapkan alat-alat/Bahan
B Tahap Orientasi
2.Berikan salam dan panggil klien dengan namanya
3.Jelaskan kepada pasien tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan
4.Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
5.Memasang sampiran
C Tahap kerja
6.Mencuci tangan
7.Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
8.buka dan gulung lengan baju pasien sehingga fossa cubiti
terlihat
9.pasang manset dengan bagian tengah bladder berada tepat
diatas arteri brakialis, sekitar 2-3 cm diatas fossa cubiti.
Pasang manset dengan tepat, jangan terlalu kuat atu
terlalu longgar
10.letakan manometer sejajar dengan mata dan jarak 1
meter
11.palpasi arteri brakialis dengan ujung jari
12.tutup katup sfigmomanometer. Naikkan air raksa hingga
30 mmHg diatas nilai titik nadi brakialis menghilang.
13.turunkan air raksa dan tunggu 30 detik
14.pasang stetoskop ditelinga dengan benar. Letakkan
diagfragma stetoskop diatas arteri brakialis dengan
tepat dan tidak menyentuh manset atau baju
15.pompa manset hingga sfignomamometer 30 mmHg
diatas nilai titik nadi brakhialis menghilang.
16.kendurkan katup secara perlahan sehingga tekanan turun
dengan laju 2-3 mmHg per detik. Identifikasi bunyi
korotkof I,II,III,dan IV sampai bunyi menghilang, yaitu
korotkof IV pada anak dan V pada orang dewasa

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 8


17.turunkan iar raksa
18.lepaskan manset dan bantu pasien mencapai posisi
nyaman
D Tahap Terminasi
Observasi keadaan pasien
Rapikan peralatan dan cuci tangan
Kontrak waktu selanjutnya dan akhiri hubungan dengan
baik
E Dokumentasi
Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan
(catat di kertas kurve)
Keterangan :
Jika dilakukan diatas 75% dianggap kompeten
Poso,2014
Penguji/Observer

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 9


PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi
(mengetuk), dan auskultasi (mendengarkan). Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara
keseluruhan atau hanya bagian-bagian tertentu yang dianggap perlu oleh dokter.
a. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan tubuh pasien dengan cara melihat langsung bagian-
bagian tubuh pasien yang diperlukan. Selain itu pada saat inspeksi juga dikaji tentang
penampilan umum dan kondisi fisik pasien.
b. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan pasien dengan cara meraba bagian-bagian tubuh dengan
tangan, misalnya nadi, kulit, dan abdomen. Tehnik palpasi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu :
1. Palpasi ringan
Palpasi ringan dilakukan untuk merasakan abnormalitas permukaan. Palpasi ini
dilakukan dengan menekan kulit sedalam 1,5-2 cm dengan ujung jari, tekanlah
seringan mungkin. Perhatikan tekstur, kelembutan, suhu, kelembaban, elastisitas,
denyutan organ superficial, dan massa.
2. Palpasi dalam
Palpasi dalam digunakan untuk merasakan ukuran, bentuk, kelunakan, simetri, dan
mobilitas dari organ internal serta massa (3-5 cm).
c. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan pasien dengan cara mengetuk-ngetukan tangan atau alat
(misalnya perkusi hammer) pada bagian tubuh tertentu untuk mendengar suara atau gerak
reflex. Suara yang ditimbulkan dari perkusi tersebut digunakan untuk mengetahui
keadaan organ-organ dalam tubuh. Perkusi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
sebagai berikut :
1. Perkusi secara langsung
Gunakan satu atau dua jari (umumnya jari telunjuk dan jari tengah) untuk
mengetuk langsung bagian tubuh yang akan diperkusi
Perhatikan reaksi pasien dengan seksama selama palpasi untuk mengetahui
adanya nyeri tekan.
2. Perkusi secara tidak langsung
Letakan jari tengah dari tangan kiri pada permukaan yang akan diperkusi
Tekan bagian ujung jari. Hindari kontak antara antara permukaan yang diperkusi
dan bagian lain dari tangan kiri tersebut.
Konsistenkanlah dalam memberikan tekanan dalam permukaan yang diperkusi.
Lenturkan pergelangan tangan kanan,
Gunakan jari tengah tangan kanan untuk mengetuk dengan cepat dan langsung
ujung jari tengah tangan kiri yang menempel pada bagian yang akan diperkusi.
Dengarkan suara yang dihasilkan dari ketukan terseb

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 10


d. Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan pasien dengan cara mendengarkan suara pada bagian
tubuh tertentu dengan menggunakan alat bantu misalnya stetoskop. Prinsip melakukan
auskultasi adalah sebagai berikut :
Sediakan lingkungan yang tenang dan nyaman
Tentukan bagian tubuh yang akan diauskultasi. Yakinkan bahwa bagian tersebut tidak
tertutup baju, selimut, dan lain-lain.
Pakai stetoskop. Pasangkan kedua cur pieces kedalam telinga hingga benar-benar
masuk, tetapi tidak menekan
Pilih bagian stetoskop yang akan digunakan (diagfragma atau bel). Bel digunakan
untuk memeriksa toraks, sedangkan diagfragma atau membrane yang digunakan
untuk memeriksa abdomen.
Letakkan bel atau diagfragma stetoskop ke kulit pasien dengan ringan. Jika terlalu
kuat menekannya, kulit akan meredam suara berfrekuensi rendah.
Dengarkan suara bagian tubuh yang diauskultasi dengan seksama dan identifikasi
suara tersebut.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 11


FORMAT PENILAIAN
Prosedur Keperawatan : Pemeriksaan Fisik

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang dinilai
0 1 2
A. Tahap Pra Interaksi
1. Periksa catatan perawatan dan catatan medis pasien
2. Kaji kebutuhan pasien akan pemeriksaan fisik
3. Siapkan peralatan dan susun diatas troli
Baju pemeriksaan dan selimut ekstra
Penlight
Stetoskop
Penekan lidah (tongue spatel)
Hammer
Bengkok
Speculum hidung
4. Kasa steril di dalam tempatnya.
Eksplorasi dan validasi perasaan pasien
B. Tahap Orientasi
1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan pada pasien tentang tujuan dan prosedur
tindakan yang akan dilakukan
3. Berikan kesempatan kepada klien atau keluarga untuk
bertanya sebelum tindakan dimulai
4. Tanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada
pasien, Lalu pasang sampiran.
C. Tahap kerja
1. Cuci tangan
2. Pasang selimut ekstra/baju pemeriksaan
3. Atur posisi pasien yang tepat untuk pemeriksaan
4. Kaji kesan atau penampilan umum dan perilaku pasien,
antara lain :
a. Cara berjalan
b. Tingkat kesadaran
c. Ada rasa sakit atau tidak
d. Kebersihan secara umum
e. Ekspresi wajah
f. Sikap (kooperatif)
g. Warna permukaan tubuh yang terlihat, misalnya

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 12


5. warna kulit dan warna skera
6. h. Bau badan dan bau mulut
i. Postur dan keseimbangan tubuh
j. Bentuk badan atau bagian badan tertentu
k. Gerakan pernapasan
Ukur tinggi dan berat badan pasien
Pemeriksaan kepala
a. Inspeksi : bentuk, benjolan, lesi, kesimetrisan, rambut
(warna, distribusi, ketombe, kutu)
b. Palpasi : benjolan nodul, deformitas (fraktur).
Pemeriksaan mata
a. Inspeksi : kesimetrisan, lingkaran hitam disekitar
mata, edema, warna konjungtiva dan sclera, secret,
refleks pupil, alis, serta arah pertumbuhan bulu mata.
b. Pemeriksaan visus (ketajaman penglihatan) : dengan
menggunakan Snellen Chart.
Pemeriksaan mulut
7. a. Inspeksi : mukosa (warna), gigi (kelengkapan, karies,
8. karang, infeksi), gusi (warna, peradangan), palatum,
lidah (warna, lesi, tonus, perdarahan), tonsil (warna,
secret, pembengkakan).
b. Palpasi : bibir, lidah, nodul dan massa.
Pemeriksaan hidung dan sinus
a. Inspeksi : bentuk, mukosa, secret, deviasi tulang,
9. polip, dan pembengkakan.
b. Palpasi : sinus maksilaris, frontalis, etmoidalis, dan
sfenoidalis.
Pemeriksaan telinga
a. Inspeksi :
10. Daun telinga : kesimetrisan, warna, dan ukuran
Lubang telinga : serumen, kebersihan dan nodul.
b. Auskultasi : dengan berbisik
Pemeriksaan leher
a. Inspeksi : pembengkakan, pembesaran vena, lesi,
11. lubang abnormal
b. Palpasi : posisi trakea, pembesaran kelenjar getah
bening.
Pemeriksaan payudara
12. a. Inspeksi : kesimetrisan kedua payudara, lesi, putting,
areola, secret.
b. Palpasi : massa, pembesaran kelenjar getah bening.
Pemeriksaan toraks
13. a. Inspeksi : bentuk dada, kesimetrisan, pengembangan

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 13


dinding dada, pernapasan (jenis, irama, kedalaman).
b. Palpasi : suhu, pengembangan paru, vocal fremitus.
c. Perkusi : seluruh lapangan paru
d. Auskutasi : suara napas (normal atau tidak normal).
Pemeriksaan jantung
14. a. Palpasi : nadi
b. Perkusi : posisi jantung
c. Auskultasi : irama dan suara jantung
Pemeriksaan abdomen
15. a. Inspeksi : kesimetrisan, pembesaran dan pelebaran
pembuluh darah, warna umbilicus.
b. Palpasi : semua kuadran, turgor kulit, massa
c. Perkusi : ukuran hepar, asites, nyeri lepas, nyeri tekan
d. Auskultasi : bising usus
Pemeriksaan genetalia
16. a. Inspeksi :
Pada wanita : kebersihan, klitoris, labia mayora dan
labia minora, cairan yang keluar, nodul, lesi.
Pada pria :kebersihan, testis, nodul, lesi, cairan yang
keluar, peradangan
b. Palpasi : massa
Pemeriksaan anus
17. a. Inspeksi : kulit, pembesaran pembuluh darah, polip,
sekresi
b. Palpasi : massa, sfinter ani
18. Pemeriksaan ekstremitas
a. Inspeksi : pergerakan sendi, lesi, massa, dan tonus
otot, warna kulit.
b. Palpasi : suhu, edema
D. Tahap terminasi
Perbaiki posisi pasien
Bereskan peralatan dan cuci tangan
Dokumentasikan tindakan yang dilakukan dan hasilnya.
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Poso,.
Dosen

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 14


ELEKTROKARDIOGRAM

(EKG)

A. Definisi
Elektrokardiogram adalah grafik yang merekam potensial listrik jantung yang
dihubungkan dengan waktu.Elektrodiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-
perubahan potensial atau perubahan voltage yang terdapat dalam jantung.Dalam EKG
perlu diketahui tentang system konduksi (listrik jantung),yang terdiri dari :
1. SA Node (Sinc-Atrial Node)
2. Av Node (Atrio-Ventricular Node)
3. Berkas HIS
4. Serabut Purkinye
a. SA Node
Terletak di batas atrium kanan (RA) dan vena Cava Soperior (VCS).Sel-sel dalam SA
Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan
listrik) dengan frekuensi 60 100 kali/permenit kemudian menjalar ke atrium
sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang.
b. AV Node
Terletak di septum intermodal bagian sebelah kanan,di atas katup tricuspid.Sel-sel
dalam AV Node dapat juga mengeluarkan impuls degan frekuensi lebih rendah dari
pada SA Node yaitu : 40-60 kali/menit.Oleh karena AV Node Mengeluarkan impuls
lebih rendah,maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi.Bila
SA Node rusak,maka impuls akan dileuarkan oleh AV Node
c. Berkas HIS
Terletak diseptum interventrikuler dan bercabang dua yaitu :
Cabang berkas kiri (Left Bundle Branch)
Cabang berkas kanan (Right Bundle Branch)
Setelah melewati kedua cabang ini,impuls lagi kecabang-cabang yang lebih kecil
yaitu serabut purkinye.

d. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel.Dari sel-sel
ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan
dirangsang.Dir impuls dengan frekuensi 20-40 kali/menit.
B. Tujuan EKG
1. Untuk mengetahui kelainan-kelainan irama jantung
2. Kelainan-kelainan otot jantung
3. Pengaruh/efek obat-obat jantung
4. Gangguan-gangguan elektrolit
5. Prikarditis
6. Memperkirakan adanya pembesaran jantung
7. Dan lain-lain

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 15


FORMAT PENILAIAN

EKG

No Aspek Yang Dinilai Dilaksanakan Ket


Ya Tidak
A PERSIAPAN ALAT :
1. Mesin EKG yang dilengkapi dengan kabel sebagai berikut :
Satu kabel untuk listrik (power 0)
Satu kabel untuk bumi (ground)
Satu kabel untuk pasien yang terdiri dari 10 cabang dan
diberi tanda dan warna
2. Plat electrode yaitu ;
4 buah elektroda ekstremitas
6 buah elektroda dada dengan balon penghisap
3. Jelly elektroda/kapas alcohol
4. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)
5. Kertas tissue
B PERSIAPAN PASIEN :
1. Jelaskan pada pasien tujuan perekaman EKG
2. Pakaian dan perhiasan pasien dibuka
3. Atur posisi pasien (posisi supine) dalam keadaan tenang
selama perekaman
C CARA MENEMPATKAN ELEKTRODA
1. Beri jelly pada tempat pemasangan elektroda
2. Elektroda esktremitas atas dipasang pada pergelangan tangan
kanan dan kiri searah dengan telapak tangan.
3. Elektroda ekstremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki
kanan dan kiri sebelah dalam(posisi pada pergelangan ini
tidak mutlak,bila perlu dapat dipasang pada bahu kiri dan
kanan atau dipangkal paha kiri dan kanan)
4. Kemudian kabel-kabel dipasang :
Merah (RA) ---------- Tangan kanan
Kuning (LA) --------- Tangan kiri
Hijau (LF) ------------ Kaki kiri
Hitam (RF) ---------- Kaki kanan
5. Pasang elektroda dada :
V1 -------------- ruang intercostals IV garis sterna
kanan
V2 ------------- ruang intercostals IV garis sterna kiri
V3 ------------ pertengahan anatar V2 dan V4
V4 ------------ ruang intercostals V garis midclavicula
kiri
V5 ------------- sejajar V4 garis axilla depan
V6 ------------- sejajar V5 garis axilla tengah

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 16


Sandapan Tambahan :
V7 ------------- sejajar V4 garis axilla belakang
V8 ------------- sejajar V4 garis scapula
V9 ------------- sejajar V4 batas kiri dari columna
vertebra
V3R V9R --------- posisinya sama dengan V3
V9,tetapi pada sebelah kanan.
D CARA MEREKAM EKG :
1. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan
2. Periksa kembali standarisasi EKG yaitu :
Kalibrasi 1 mv (10 mm)
Kecepatan 25 mm/dtk
Setelah itu lakukan kalibrasi sebanyak 2-3 kali berturut
turut
3. Pindahkan lead selector kemudian rekam secara berturut-
turut yaitu : Lead I,II,III,aVR,aVL,aVF,tutup kembali dengan
kalibrasi sebanyak 2-3 kali berturut-turut lalu matikan mesin
EKG
4. Bersihkan bekas jelly,rapikan pakaian pasien dan alat-alat.
5. Catat pada bagian kiri atas kertas EKG :
Nama pasien
Umur
Tanggal
Jam
Yang membuat perekaman (pada kiri bawah kertas
EKG)
6. Tulis nama masing-masing lead pada bagian bawah secara
berurutan
E HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
2. Sebelum bekerja periksa dahulu tegangan alat EKG
3. Perekaman setiap lead dibuat 2-4 kompleks PQRST
4. Kalibrasi dapat dipakai mv bila gambar terlalu besar atau 2
mv bila gambar terlalu kecil
5. ANjurkan pasien untuk tidak bergerak selama perekaman

Kesimpulan :
Lulus / Tidak Lulus*
*Coret yang tidak perlu
Poso,..
Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 17


TERAPI OKSIGEN

Oksigen tambahan diindikasikan untuk sejumlah pasien yang mengalami hipoksemia


(tekanan parsial oksigen rendah atau saturasi oksihemoglobin darah arteri renda), misalnya
orang yang mengalami penurunan difusi oksigen paru yang melalui membrane pernapasan,
gagal jantung yang menyebabkan ketidakadekuatan transport oksigen, atau kehilangan
jaringan paru yang substansial karena tumor atau pembedahan.
Untuk pemberian terapi oksigen, dikenal dua metode, yaitu system aliran renda dan lairan
tinggi. Pada system aliran rendah, oksigen dihantarkan melalui slang berdiameter kecil.
Dalam system aliran tinggi, gas dihantarkan melalui alat venture dan slang berdiameter besar.
a. System aliran rendah
Alat penghantar oksigen beraliran rendah contohnya adalah kanula nasal dan masker
wajah
1. Kanula nasal (slang bercabang)
Kanula nasal berbentuk slang yang dipasang disekitar wajah, dengan cabang slang
sepanjang 0,6-1,3 cm yang dimasukkan ke dalam lubang hidung. Satu sisi slang
dihubungkan ke slang oksigen dan suplai oksigen. Kanula nasal menghantarkan
oksigen berkosentrasi relative rendah (22-44%) dengan kecepatan aliran 2-6 L/menit
Keunggulan :
Pemberian oksigen stabil, mudah diberikan, dan nyaman bagi pasien
Kelemahan :
Kosentrasi oksigen yang diberikan tidak dapat lebih dari 44% dan mudah dilepas.
2. Masker wajah sederhana (simple face mask)
Masker wajah sederhana menghantarkan kosentrasi oksigen sekitar 40-60% dengan
aliran 5-8 L/menit, secara berturut-turut.
Keunggulan :
Kosentrasi oksigen yang dihantarkan cukup tinggi (40-60%), humiditas dapat
ditingkatkan, dan dapat digunakan untuk terapi inhalasi.
Kelemahan :
Dapat meningkatkan resiko aspirasi pada pasien yang mual hinggah muntah dan
dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika alirannya rendah.
3. masker partial rebreather
masker partial rebreather menghantarkan kosentrasi oksigen sebanyak 40-60% dengan
aliran 6-10 L/menit. Kantong reservoir oksigen yang dipasang memungkinkan pasien
menghirup kembali sekitar seperti udara yang diekhalasi bersama dengan oksigen.
Keunggulan:
kosentrasi oksigen yang dihantarkan cukup tinggi (40-60%).
Kelemahan :
dapat terjadi penumpukan CO2 jika alirannya rendah.
4. masker nonrebreather
masker nonrebreather dapat menghantarkan kosentrasi oksigen yang tinggi (95-
100%), dengan aliran 10-15 L/menit. Dengan menggunakan masker ini, pasien hanya
bernapas dengan gas yang bersumber dri kantong. Katup satu arah pada masker serta

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 18


katup diantara kantong reservoir dan masker mencegah udara ruangan serta udara
yang diekhalasikan pasien masuk ke kantong.
Keunggulan :
Dapat menghantarkan kosentrasi oksigen tertinggi dibandingkan dengan alat
oksigenasi yang lain, yaitu 95-100 %
Kelemahan :
Dapat terjadi penumpukan CO2 jika alirannya rendah.
b. System aliran Tinggi
System aliran tinggi memberikan semua gas yang diperlukan selama ventilasi dalam
jumlah yang tepat, tanpa memperhatikan status pernapasan pasien. Rasio udara ruangan
dengan oksigen telah diatur dan tidak bergantung pada pernapasan pasien. Jadi, metode
ini merupakan metode yang tepat dan konsisten untuk mengontrol FiO2 pasien. Pada
system ini, gas dihantarkan melalui alat venture dan slang berdiameter besar.
Kosentrasi oksigen yang dihantarkan melalui system aliran tinggi adalah sekitar 24-
50%. Kosentrasi oksigen telah ditentukan pada masker. Jadi, mengubah aliran menjadi
lebih tinggi dari yang telah ditentukan tidak akan dapat meningkatkan kosentrasi
penghantarkan oksigen ke pasien.
Keunggulan :
Kosentrasi oksigen yang diberikan bias konstan, tidak tergantung pola napas, suhu
serta kelembaban gas dapat dikontrol, dan tidak terjadi akumulasi CO2
Kelemahan :
Sedikit rumit untuk mengubah kosentrasi oksigen yang akan dihantarkan kepada
pasien.
c. Alat dan bahan
1. Kanula
Suplai oksigen dengan meteran aliran (flowmeter) dan penyesuai
Alat humidifikasi dengan air kemasan atau air keran sesuai dengan protocol
institusi
Kanula slang dan slang
Plester
Bantalan untuk ban elastis
2. Masker wajah
Suplai oksigen dengan meteran aliran (flowmeter) dan penyesuai
Alat humidifikasi dengan air kemasan atau air keran sesuai dengan protocol
institusi
Masker wajah dengan ukuran yang tepat
Bantalan untuk ban elastic.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 19


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Memasang Oksigen

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Tahap Prainteraksi
1. Verifikasi order yang ada untuk pemeriksaan
2. Cuci tangan
3. Siapkan peralatan
Tindakan
4. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang disukai
5. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan
yang akan dilakukan
6. Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk
bertanya sebelum tindakan dimulai
7. Tanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada
pasien. Lalu, pasang sampiran
Tahap Kerja
8. a. kanula nasal
Atur lairan oksigen sesuai dengan kecepatan yang
dibutuhkan. Observasi alat humidifikasi dengan melihat
air bergelembung.
Pastikan volume air dalam tabung pelembab sesuai
ketentuan
Atur posisi pasien pada posisi semi fowler atau sesuai
kondisi pasien
Hubungkan slang dari kanula nasal ke tabung
pelembab.
Cek apakah oksigen sudah keluar melalui kanula nasal,
apakah timbul gelembung pada alat humidifikasi, atau
apakah slang oksigen terlipat
Letakkan cabang kanula atau outlet pada lubang
hidung. Atur slang dengan melingkarnya di kepala atau
menyelipkannya pada daun telinga
Anjurkan pasien untuk bernapas melalui hidung dengan
mulut tertutup

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 20


b. Masker Oksigen
atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang
dibutuhkan. Observasi alat humidifikasi dengan melihat
air bergelembung.
Pastikan volume air dalam tabung pelembab sesuai
ketentuan
Atur posisi pasien pada posisi semi-fowler atau sesuai
kondisi pasien
Hubungkan slang dari masker oksigen ke tabung
pelembab
Pastikan bahwa oksigen keluar dari masker oksigen
Tempatkan masker pada wajah, diatas mulut dan
hidung pasien. Gunakan tali elastis agar masker tidak
terlepas.
Gunakan bantalan elastic untuk mengurangi iritasi pada
telinga dan belakang kepala.
Tahap Terminasi
9. Tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
10. Simpulkan hasil prosedur yang dilakukan
11. Rapikan peralatan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan (jenis alat
oksigenasi dan jumlah pemberian) serta hasilnya
13. Lakukan observasi setiap 6-8 jam
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Poso,.
Dosen

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 21


MERAWAT SLANG TRAKEOSTOMI

Trakeostomi merupakan insisi bedah pada trakea tepat dibawah laring. Tindakan ini
dilakukan untuk membebaskan obstruksi jalan napas bagian atas, melindungi trakea serta
cabang-cabangnya terhadap aspirasi dan tertimbunnya sekresi bronkus, serta pengobatan
terhadap penyakit yang menyebabkan insufisiensi respirasi seperti obstruksi sleep apnea.
1. Keuntungan dari Trakeostomi
Meningkatkan kenyamanan pasien
Mengurangi kerusakan laring, faring, mulut, dan nasal yang dapat disebabkan oleh
penempatan slang endotrakea jangka panjang.
Pasien mungkin tidak memerlukan NGT untuk makan, karena pasien masih dapat
menelan secara efektif
Dapat meningkatkan penatalaksanaan secret oral
Pasien masih dapat berbicara dengan menggunakan peralatan penyesuai
Perawat memberikan perawatan trakeostomi untuk mempertahankan kepatenan slang dan
menurunkan resiko infeksi. Perawatan yang baik pasca trakeostomi meliputi tindakan
pengisapan lendir, pemeriksaan periodic kanul dalam, humidifikasi buatan, perawatan luka
operasi di stoma, dan- kalau menggunakan kanul dengan cuff (balon) berjenis high volume
low pressure cuff- mempertahankan tekanan balon sekitar 14-20 mmHg.
2. Alat dan bahan
Peralatan suction
Air steril/sline normal steril
Dua pasang sarung tangan steril
Kit trakeostomi yang berisi :
a. Gunting
b. Mangkuk untuk air steril, sline normal steril dan H2O2
c. Klem penjepit kasa
d. Cotton swabs
Kasa.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 22


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Merawat Slang Trakeostomi

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Tahap Prainteraksi
1. Periksa catatan perawatan dan catatan medis pasien
2. Kaji kebutuhan pasien
3. Cuci tangan
4. Siapkan peralatan dan susun diatas troli
Tahap orientasi
5. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang disukai
(jika sadar)
6. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan
yang akan dilakukan. Berikan kesemptan kepada pasien atau
keluarga untuk bertanya sebelum tindakan dimulai
7. Pasang sampiran
Tahap Kerja
8. Bantu pasien ke posisi fowler atau semi fowler
9. Kenakan sarung tangan steril
10. Lakukan pengisapan slang trakeostomi dengan tehnik steril
11. Angkat kasa yang lama
12. Keluarkan kanula dalam dan membersihkan dengan larutan
H2O2
13. Cuci kanula dalam secara seksama dan dalam saline normal
steril
14. Isap kanula luar dengan menggunakan tehnik steril
15. Pasang kembali kanula dalam ketempat semula secara hati-
hati dan fiksasi dengan baik
16. Bersihkan tempat insisi dan flange dengan menggunakan
cotton swab yang dibasahi air steril atau Nacl 0,9 % dan
larutan 1 H2O2, kemudian keringkan.
17. Berikan salep antibiotic disekeliling kanula
18. Pasang balutan steril diantara stoma dan sayap kanula
secukupnya, kemudian ukur tekanannya.
19. Pasang kasa yang dibasahi air steril pada lubang kanula
20. Evaluasi perasaan pasien

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 23


21. Ganti tali ikat trakeoastomi atau pita kanula. Pegang kanula
pada saat penggantian tersebut
22. Letakkan sampul pita kanula di belakang leher
23. Keluarkan udara dan cuff trakeostomi. Lalu, biarkan
beberapa menit
24. Isi kembali dengan udara
Tahap terminasi
25. Rapikan dan kembalikan pasien ke posisi yang nyaman
26. Bereskan peralatan
27. Observasi keadaan pasien
28. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
29. Cuci tangan
30. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan serta hasinya.

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Poso,.
Penguji

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 24


PENILAIAN KETERAMPILAN KEPERAWATAN
SUCTION

NILAI
Nama Mahasiswa :
NIM :
Program / Kelas / Tanggal :

Dilakukan
No Keterampilan
Ya Tidak
A Tahap Prainteraksi
1. Baca catatan medis dan keperawatan
2. Siapkan alat-alat:
Alat penghisap lender dengan botol yang berisi larutan desinfektan
Cateter penghisap lendir yang steril
Pinset anatomis steril
Sarung tangan steril
Dua kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9% dan larutan
desinfektan
Kassa steril
Kertas tissue
Stethoscope
Masker

B Tahap Orientasi
1. Berikan salam dan panggil klien (anak/ortu) dengan namanya
2. Menjelaskan prosedur pada klien/ keluarga
3. Menyampaikan tujuan
C Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sebelum
memulai tindakan
2. Menjaga privacy klien
3. Mencuci tangan dan menggunakan Handschoon
4. Membawa alat ke dekat klien
5. Tempatkan klien dengan posisi terlentang dengan kepala miring kea rah
perawat
6. Hubungkan kateter penghisap dengan selang dan alat penghisap
7. Mesin penghisap dihidupkan
8. Lakuakan penghisapan lender dengan memasukkan kateter penghisap ke
dalam kom berisi aquades atau NaCl 0,9%
9. Masukkan kateter penghisap lender dalam keadaan tidak menghisap
10. Gunakan alat penghisap
11. Tarik dengan memutar kateter penghisap tidak lebih dari 15 detik
12. Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9%
13. Lakuakan penghisapan selanjutnya. Apabila klien mengalami distress
pernapasan, biarkan beristirahat 20-30 detik sebelum melakukan
penghisapan berikutnya.
14. Setelah selesai kaji jumlah, konsistensi, warna, bau secret dan respon
klien terhadap prosedur yang dilakukan.
15. Membersihkan alat dan klien

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 25


D Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
4. Membereskan alat
5. Mencuci tangan
E Dokumentasi
Mencatat respon klien

Kesimpulan :
Lulus / Tidak Lulus*
*Coret yang tidak perlu
Poso,..
Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 26


MEMBERIKAN HUKNAH RENDAH

Pemberian huknah rendah dilakukan dengan cara memasukan air hangat ke dalam kolon
desendens dengan menggunakan kanula rekti melalui anus. Prosedur ini bertujuan
mengosongkan usus pada proses prabedah untuk mencegah obstruksi makanan sebagai
dampak pasca operasi dan merangsang buang air besar pada pasien yang mengalami kesulitan
dalam buang air besar.

Alat dab bahan :

Pengalas
Irigator lengkap dengan kanula rekti
Bengkok kosong dan bengkok berisi desinfektan
Bed pan (urinal untuk pria)
Sarung tangan
Kertas toilet
Kanul klem dan kain kasa
Tiang infus
Air hangat (sekitar 500 mL) dengan suhu 40,5-43C pada orang dewasa
Jeli atau vaselin sebagai pelumas atau pelicin.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 27


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Hukna rendah

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Alat dan bahan
1. Pengalas
2. Irrigator lengkap dengan kanula rectal dan klem
Dewasa : No. 22-30 G French (fr)
Anak-anak : No. 12-18 G Fr
3. Volume larutan hangat yang diinstrusikan (dengan sabun,
garam atau aditif lain)
4. Dewasa 700 sampai 1000 ml, 40,5 C sampai 43 C
Anak-anak 37 C
Bayi : 150 sampai 250 ml
Usia bermain (toddler) 250 sampai 500 ml
Remaja : 500 sampai 700 ml
Bengkok
Thermometer mandi untuk mengukur suhu larutan
Jeli
Pispot
Sampiran
Sarung tangan
Tisu
Tahap Kerja
5. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
6. Cuci tangan
7. Atur ruangan dengan memasang sampiran bila pasien
dirawat dibagian umum
8. Atur posisi pasien dengan posisi sims kiri
9. Berikan privasi dengan menutupi klien sehingga hanya
bokong yang terpajan
10. Gunakan sarung tangan
11. Pasang pengalas dibawah area gluteal
12. Siapkan bengkok di dekat pasien
13. Irrigator diisi cairan hangat dan hubungkan kanula rectal.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 28


Kemudian periksa alirannya dengan membuka kanula rectal
dan keluarkan air ke bengkok dan beri jelly pada kanula
14. Tempatkan pispot di atas tempat tidur dalam area yang muda
dijangkau
15. Letakkan bantal di tepi tempat tidur untuk mencegah jatuh
16. Dengan perlahan regangkan bokong dengan tangan dominan
17. Masukkan kanula kira-kira 15 cm kedalam rectum kearah
kolon desendens sambil pasien diminta menarik napas
panjang dan pegang irrigator setinggi 50 cm dari tempat tidur
dan buka klemnya. Air yang dialirkan sampai pasien
menunjjukan keinginan untuk defekasi.
18. Jika terjadi kram, ansietas ekstrim, atau keluhan
ketidakmampu menahan larutan :
turunkan wadah larutan
klem atau tekan slang untuk beberapa menit
ulangi pengisian larutan
19. Anjurkan pasien untuk menahan sebesar rasa ingin defekasi
dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Bila pasien tidak
mampu mobilitas, bersihkan daerah sekitar anus hingga
bersih dan keringkan dengan tisu.
20. Buang atau simpan alat dengan tepat
21. Cuci tangan setelah prosedur dilakuakan
22. Catat jumlah feses yang keluar, warna kepadatan dan respon
pasien
23. Periksa klien setiap 5-10 menit

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Poso,.
Penguji

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 29


MEMBERIKAN HUKNAH TINGGI

Pemberian huknah tinggi dilakukan dengan cara memasukan air hangat ke dalam kolon
asendens dengan menggunakan kanula rekti melalui anus. Prosedur ini bertujuan
mengosongkan usus pada proses prabedah untuk mencegah obstruksi makanan sebagai
dampak pasca operasi dan merangsang buang air besar pada pasien yang mengalami kesulitan
dalam buang air besar.

Alat dan Bahan

Pengalas
Irigator lengkap dengan kanula rekti
Bengkok kosong dan bengkok berisi desinfektan
Bed pan (urinal untuk pria)
Sarung tangan
Kertas toilet
Kanul klem dan kain kasa
Tiang infus
Cairan hangat (sekitar 1.000 mL) dengan suhu 40,5-43C pada orang dewasa
Jeli atau vaselin sebagai pelumas.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 30


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Hukna Tinggi

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Alat dan bahan
1. Pengalas
2. Irrigator lengkap dengan kanula usus dan klem
Dewasa : No. 22-30 G French (fr)
Anak-anak : No. 12-18 G Fr
3. Volume larutan hangat yang diinstrusikan (dengan sabun,
garam atau aditif lain)
4. Dewasa 700 sampai 1000 ml, 40,5 C sampai 43 C
Anak-anak 37 C
Bayi : 150 sampai 250 ml
Usia bermain (toddler) 250 sampai 500 ml
Remaja : 500 sampai 700 ml
Bengkok
Thermometer mandi untuk mengukur suhu larutan
Jeli
Pispot
Sampiran
Sarung tangan
Tisu
Tahap Kerja
5. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
6. Cuci tangan
7. Atur ruangan dengan memasang sampiran bila pasien
dirawat dibagian umum atau bila pasien diruangan privat,
cukup dengan menutup pintu kamar
8. Atur posisi pasien dengan posisi sims kanan
9. Berikan privasi dengan menutupi klien sehingga hanya
bokong yang terpajan
10. Gunakan sarung tangan
11. Pasang pengalas dibawah area gluteal
12. Siapkan bengkok di dekat pasien

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 31


13. Irrigator diisi cairan hangat dan hubungkan kanula usus.
Kemudian periksa alirannya dengan membuka kanula usus
dan keluarkan air ke bengkok dan beri jelly pada kanula
14. Tempatkan pispot di atas tempat tidur dalam area yang muda
dijangkau
15. Letakkan bantal di tepi tempat tidur untuk mencegah jatuh
16. Dengan perlahan regangkan bokong dengan tangan dominan
17. Masukkan kanula kira-kira 15 cm kedalam rectum kearah
kolon asendens sambil pasien diminta menarik napas
panjang dan pegang irrigator setinggi 30 cm dari tempat tidur
dan buka klemnya. Air yang dialirkan sampai pasien
menunjjukan keinginan untuk defekasi.
18. Jika terjadi kram, ansietas ekstrim, atau keluhan
ketidakmampu menahan larutan :
turunkan wadah larutan
klem atau tekan slang untuk beberapa menit
ulangi pengisian larutan
19. Anjurkan pasien untuk menahan sebesar rasa ingin defekasi
dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Bila pasien tidak
mampu mobilitas, bersihkan daerah sekitar anus hingga
bersih dan keringkan dengan tisu.
20. Buang atau simpan alat dengan tepat
21. Cuci tangan setelah prosedur dilakuakan
22. Catat jumlah feses yang keluar, warna kepadatan dan respon
pasien
23. Periksa klien setiap 5-10 menit
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Poso,.
Penguji

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 32


PEMBERIAN OBAT

1. PENGERTIAN OBAT
Obat adalah zat yang diberikan untuk keperluan diagnosis, terapi, penyembuhan,
penurunan, dan pencegahan penyakit. Petunjuk tertulis mengenai sediaan obat dan cara
pemberian obat dinamakan resep.
Biasanya satu obat memiliki tiga atau empat jenis nama, yaitu :
a. Nama kimia : nama yang menjelaskan unsure pokok obat tepat.
b. Nama generic : nama yang diberikan sebelum obat tersebut menjadi resmi atau
mendapat izin dan dilindungi hokum
c. Nama resmi : nama ketika obat tersebut didaftarkan dalam sala satu publikasi
resmi.
d. Nama dagang (merek dagang) : nama yang diberikan oleh perusahaan obat untuk
memasarkan obat.
2. BENTUK-BENTUK OBAT
a. Bubuk/serbuk : satu atau beberapa obat yang dihaluskan, beberapa digunakan
didalam dan lainnya di luar tubuh.
b. Tablet : obat bubuk yang dipadatkan sehingga berbentuk cakram kecil
c. Pil : satu atau lebih obat yang dicampur dengan bahan penyatu, dalam bentuk oval,
bundar, atau rata. Umumnya bentuk obat seperti ini dimaksudkan untuk pemakaian
oral.
d. Kapsul : wadah dari gelatin tempat menyimpan obat dalam bentuk bubuk, cairan, atau
minyak. Wadah ini dapat larut setelah ditelan.
e. Kaplet : bentuk padat, seperti kapsul, bersalut, dan dapat ditelan dengan mudah.
f. Suspense encer : satu atau lebih jenis obat yang dihancurkan sampai halus di dalam
cairan seperti air.
g. Larutan encer : satu atau beberapa jenis obat yang larut dalam air.
h. Ekstrak : bentuk kosentrat dari obat yang dibuat dari sayuran atau hewan
i. Supositoria : satu atau beberapa jenis obat yang dicampur dengan bersisi kuat
(misalnya gelatin) dan memiliki bentuk yang mudah dimasukan kedalam tubuh
(misalnya rectum dan vagina). Basis akan larut pada suhu tubuh dan melepas obat.
j. Koyo transderma (patch) : membrane semipermeabel yang berbentuk cakram atau
koyo dan berisi obat yang diabsorpsi melalui kulit dalam waktu panjang.
k. Gel atau jeli : obat yang berbentuk semipadat yang bening dan akan mencair pada
kulit
l. Balsam (liniment): obat yang dicampur dengan alcohol, minyak, atau emolien
bersabun. Obat ini digunakan dengan cara dioleskan dikulit.
m. Losion : obat yang berbentuk suspense cair yang dioleskan dikulit
n. Salep (ointment) : obat dalam bentuk semi padat yang mengandung satu atau
beberapa jenis obat. Obat inu digunakan dengan cara dioleskan ke kulit atau
membrane mukosa.
o. Krim : obat dalam bentuk semi padat dan tidak berminyak. Obat ini digunakan dengan
cara dioleskan pada kulit.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 33


3. RUTE PEMBERIAN OBAT
a. Oral
1. Oral
Pemberian obat melalui oral adalah pemberian obat melalui mulut dan obat harus
ditelan. Rute ini adalah rute yang paling sering digunakan karena merupakan rute
yang paling mudah, paling aman, tidak mahal, dan paling nyaman bagi sebagian
besar pasien. Kelemahan dari pemberian obat melalui oral adalah kemungkinan
rasa obat tidak enak, iritasi mukosa lambung, absorpsi tidak teratur dari saluran
pencernaan, absorpsi lambat, dan dapat menyebabkan terdesak. Obat oral
diokontraindikasikan jika pasien mengalami muntah, mendapatkan pengisapan
lambung atau intestinal, atau tidak sadar atau tidak dapat menelan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat dalam memberikan obat oral antara lain:
Lindungi pasien dari bahaya aspirasi
Posisikan pasien dalam posisi duduk jika memungkinkan untuk memudahkan
pasien menelan obat.
Pasien seharusnya menelan hanya satu pil/kapsul/tablet pada satu waktu.
2. Sublingual
Pemberian obat melalui sublingual adalah pemberian obat dengan cara obat
tersebut diletakan dibawah lidah, tempat obat tersebut akan larut. Obat yang
diberikan dengan cara ini yang dirancang agar cepat larut dibawah lidah. Obat
tersebut bereaksi dengan cepat karena mudah diabsorpsi oleh membrane mukosa
yang tipis ke dalam pembuluh darah yang berlimpah di sisi bawah lidah. Obat ini
tidak boleh ditelan, efek yang diharapkan tidak akan tercapai. Oleh sebab itu,
pasien juga tidak diperkenankan minum sebelum obat larut. Contoh obat yang
diberikan dengan rute ini adalah nitrogliserin.
3. Bukal
Pemberian obat melalui bukal adalah pemberian obat dengan cara meletakkan
obat tersebut didalam mulut pada membrane mukosa pipi sampai obat larut. Jika
obat diberikan beberapa kali, pasien diminta untuk menggunakan sisi pipi yang
bergantian untuk mencegah iritasi. Obat akan bekerja secara local pada membrane
mukosa mulut atau secara sistematis jika tertelan.
b. Parenteral
Pemberian obat melalui parenteral merupakan pemberian obat melalui jaringan
tubuh, yaitu dengan menggunakan jarum.
Beberapa cara untuk memberikan obat parenteral adalah :
1. Intravenous (IV) : diberikan melalui vena
2. Intramuscular (IM) : diberikan ke dalam otot tubuh
3. Subkutan (SC) : diberikan kedalam jaringan tepat dibawah lapisan dermis kulit
4. Intrakutan (IC) : diberikan melalui dermis, dibawah epidermis
5. Transdermal : diberikan dengan cara menginjeksikan sedikit demi sedikit serum
atau vaksin diantara lapisan kulit, tepat dibawah stratum korneum. Umumnya rute
seperti ini dilakukan untuk mengetahui reaksi alergi atau tuberkolosis (BCG).

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 34


Pemberian obat secara parenteral diberikan jika pemberian obat melalui oral
merupakan kontra indikasi. Obat yang diberikan akan lebih cepat terabsorpsi
dibandingkan dengan oral atau topical. Kelemahan dari pemberian obat dengan cara
ini adlah hanya risiko infeksi, harga obat lebih mahal, pasien mengalami tusukan
jarum, dan pada banyak pasien, terutama anak-anak, cara ini ditakuti dan dapat
menyebabkan syok.
a. Prinsip Eman Benar dalam Pemberian Obat
1. Benar obat : obat yang diberikan adalah obat yang diprogramkan
2. Benar dosis : dosis yang diprogramkan tepat untuk pasien
3. Benar pasien : obat diberikan kepada pasien yang benar
4. Benar waktu : obat diberikan dengan frekuensi yang benar pada waktu yang
diprogramkan
5. Benar rute : obat diberikan melalui rute yang benar
6. Benar dokumentasi
b. Tanggung Jawab Perawat
1. Memahami daya kerja obat dan efek sampingnya
2. Memberikan obat dengan prinsip enam benar
3. Mengevaluasi respon pasien
4. Memberikan informasi kepada pasien tentang obat yang diberikan

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 35


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Memberikan Injeksi Intramuskular

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1. Cek kolaborasi dengan dokter
2. Eksplorasi dan validasi perasaan pasien
3. Cuci tangan
4. Siapkan alat :
a. Catatan obat atau lembar cetakan kompouter
b. Obat steril yang diperlukan
c. Spuit dan jarum dengan ukuran yang sesuai
d. Kapas antiseptic
e. Bengkok
f. Alas
g. Baki tempat obat
h. Alat dokumentasi
5. Siapkan obat yang sesuai, cocokan aturan pengobatan
dengan lebel obat
6. Kenakan sarung tangan
7. Buka bungkus spuit tanpa mengkontaminasi jarumnya
8. Ambil obat dari flakon
a. Lepas tutup dari metal (flakon)
b. Bersihkan diagfragma karet dengan kapas antiseptic
c. Buka tutup jarum dan letakan ditempat yang aman
dan bersih
d. Pastikan jarum terpasang kuat pada spuit
e. Buka tutup jarum, kemudian pegang spuit sejajar
dengan tangan kiri dan tarik udara ke dalam spuit
sejumlah volume obat yang diinginkan
f. Masukan jarum ke dalam flakonyang tegak lurus
dengan hati-hati melalui bagian tengah tutup karet.
Pertahankan sterilitas jarum.
g. Injeksikan udara kedalam flakon, pertahankan level
jarum di atas permukaan obat.
h. Tarik sejumlah obat yang diinginkan
i. Jika di dalam spuit terdapat udara berlebih, pegagng

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 36


spuit vertical lurus dan keluarkan udara dengan
hati-hati
j. Kembalikan tutup jarum dang anti jarum dengan
yang baru
k. Cocokan kembali label obat dengan aturan
pengobatan
l. Simpan obat dibaki obat.
9. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang
disukai
10. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur
tindakan yang akan dilakukan
11. Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga
untuk betanya sebelum tindakan yang dimulai
12. Tanyakan keluhan dan gejala spesifik yang ada pada
pasien. Dekatkan peralatan ke pasien. Lalu, pasang
sampiran
13. Pilih dan tentukan lokasi penyuntikan
14. Bersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas usap
antiseptic dengan gerakan melingkar mulai dari bagian
tengah kea rah luar sekitar 5 cm
15. Pindahkan dan pegang kapas di antara jari tengah dan
jari manis pada tangan nondominan atau letakan kapas
pada kulit di atas lokasi penyuntikan
16. Lepaskan tutup jarum tanpa mengkontaminasi jarum.
Lalu, letakkan di tempat yang aman
17. Tusuk kulit dengan cepat dan lembut pada sudut 90
dan masukan jarum hingga ke dalam otot
18. Lakukan aspirasi dan observasi apakah ada darah yang
masuk ke dalam spuit
19. Jika tidak ada darah yang tampak, injeksikan obat
dengan mantap dan perlahan
20. Jika ada darah :
a. Tarik jarum dari kulit
b. Tekan tempat penusukan selama 2 menit
c. Observasi adanya hematoma tau memar
d. Jika perlu diberikan plester
e. Siapkan obat yang baru dan pilih tempat injeksi
yang baru
f. Ulangi langkah 14 dan sterusnya.
21. Cabut jarum sambil menekan tempat tusukan dengan
kapas alcohol. Jangan memijat area tersebut
22. Perhatikan apakah terjadi perdarahan. Jika terjadi

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 37


perdarahan, tekan lokasi penusukan dengan kasa
kering hingga perdarahan berhenti.
23. Tutup jarum dan buang ke dalam bengkok
24. Kembalikan pasien ke posisi yang nyaman
25. Bereskan peralatan
26. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
27. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (nama
obat, jumlah atau dosis obat, serta waktu dan tanggal
pemberian)
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Poso,.

Dosen

(.)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 38


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Memberikan Injeksi Intrakutan

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Cek kolaborasi dengan dokter
2. Cuci tangan
3. Eksplorasi dan validasi perasaan pasien
4. Menyiapkan alat :
a. Catatan obat atau lembar cetakan computer
b. Obat steril yang diperlukan
c. Spuit dan jarum dengan ukuran yang sesuai
d. Kapas antiseptic
e. Bengkok
f. Alas
g. Baki tempat obat
h. Alat dokumentasi
5. Siapkan obat yang sesui , cocokan aturan pengobatan
dengan lebel obat
6. Kenakan sarung tangan
7. Buka bungkus spuit tanpa mengkotaminasi jarumnya
8. Ambil obat dari ampul
a. Jentikkan kuku jari pada bagian atas ampul beberapa
kali, atau pegang bagian atas ampul dan goyangkan
ampul
b. Bersihkaqn leher ampul dengan kapas alcohol
c. Letakkan kasa disekitar leher ampul dan patahkan
bagian atas ampul dengan menekuk puncaknya kea rah
anda. Hati-hati pecahan terkena tangan.
d. Pegang ampul diantara jari telunjuk dan jari-jari lain,
masukkan jarum tanpa menyentuh ampul yang patah
e. Gunakan ibu jari dan telunjuk tangan dominan untuk
menarik obat dari ampul. Tarik sejumlah obat yang
dibutuhkan sesuai dosis.
f. Hilangkan udara didalam spuit sesudah mengisap obat

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 39


g. Sesuaikan volume spuit dan label yang ada pada obat
dengan aturan pengobatan
h. Tutup kembali jarum dengan tutup jarum dan letakkan
spuit di baki obat.
9. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang disukai
10. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur
tindakan yang akan dilakukan
11. Berikan kepada pasien atau keluarga untuk bertanya
sebelum tindakan dimulai
12. Tanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada
pasien. Dekatkan peralatan ke pasien. Lalu, pasang
sampiran
13. Pilih dan tentukan lokasi penyuntikan
14. Lakukan palpasi kulit
15. Bersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas usap
antiseptic dengan gerakan melingkar mulai dari bagian
tengah kea rah luar sekitar 5 cm
16. Pindahkan dan pegang kapas di antara jari tengah dan jari
manis pada tangan nondominan atau letakkan kapas pada
kulit di atas lokasi penyuntikan
17. Lepaskan tutup jarum tanpa mengkontaminasi jarum.
Lalu, letakkan di tempat yang aman
18. Genggam lengan bawah pasien dengan tangan agar
permukaan kulit kuat
19. Tusukan jarum ke dalam kulit sampai hymen dengan
sudut 15 derajat, ujung jarum lepas, dan tampak bulatan
yang menonjol
20. Injeksikan obat secara hati-hati dan perlahan sehingga
menghasilkan gelembung kecil pada kulit
21. Tarik segera jarum pada sudut yang sama saat dimasukan.
Pasang plester jika diindikasikan. Jangan memijat area
penusukan
22. Tutup jarum dan taruh ke dalam bengkok
23. Lingkari area penusukan dengan pena
24. Kembalikan pasien ke posisi yang nyaman dan anjurkan
pasien untuk mengobservasi daerah penyuntikan
25. Bereskan peralatan
26. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
27. Dokumnetasikan tindakan yang telah dilakukan (nama
obat, jumlah atau dosis obat, serta waktu dan tanggal
pemberian) dan hasilnya.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 40


Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Poso,.

Dosen

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 41


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Memberikan Injeksi Intravena

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1. Cek kolaborasi dengan dokter
2. Cuci tangan
3. Kaji inspirasi pasien serta eksplorasi dan validasi
perasaan pasien serta ketidaknyamanan pasien
4. Siapkan alat :
a. Catatan obat atau lembar cetakan kompouter
b. Obat steril yang diperlukan
c. Spuit dan jarum dengan ukuran yang sesuai
d. Kapas antiseptic
e. Torniket
f. Bengkok
g. Alas
h. Baki tempat obat
i. Alat dokumentasi
5. Siapkan obat yang sesuai, cocokan aturan pengobatan
dengan lebel obat
6. Kenakan sarung tangan
7. Buka bungkus spuit tanpa mengkontaminasi jarumnya
8. Ambil obat dari flakon atau ampul (seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya)
9. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang
disukai
10. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur
tindakan yang akan dilakukan
11. Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga
untuk betanya sebelum tindakan yang dimulai
12. Tanyakan keluhan dan gejala spesifik yang ada pada
pasien. Dekatkan peralatan ke pasien. Lalu, pasang
sampiran
13. Pilih dan tentukan lokasi penyuntikan
14. Pasang perlak di bawah daerah penyuntikan

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 42


15. Pasang torniket dan anujrkan pasien untuk
mengepalkan tangan
16. Palpasi daerah penyuntikan
17. Bersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas usap
antiseptic dengan gerakan melingkar mulai dari bagian
tengah kea rah luar sekitar 5 cm
18. Pindahkan dan pegang kapas di antara jari tengah dan
jariu manis pada tangan nondominan atau letakkan
kapas pada kulit di atas lokasi penyuntikan
19. Lepaskan tutup jarum dan letakkan ditempat yang
aman
20. Genggam lengan bawah dengan tangan agar agar
permukaan kulit kuat
21. Masukan jarum kedalam vena dengan posisi 45 derajat
22. Buka kepalan tangan pasien dan torniket, masukkan
suntikan pelan-pelan 3-4 mL/detik
23. Cabut jarum sambil menekan tempat tusukan dengan
kasa steril kurang lebih 2-5 menit
24. Pasang band-aid atau plester pada tempat tusukan
sesudah perdarahan berhenti
25. Tutup jarum dan letakkan kedalam benkok. Ambil
perlak dan torniket
26. Kembalikan pasien ke posisi yang nyaman dan
anjurkan pasien untuk mengobservasi daerah
penyuntukan
27. Bereskan peralatan
28. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
29. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (nama
obat, jumlah atau dosis obat, serta waktu dan tanggal
pemberian) dan hasilnya.

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Poso,.

Penguji

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 43


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Memberikan Injeksi Subkutan

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1. Cek kolaborasi dengan dokter
2. Cuci tangan
3. Kaji inspirasi pasien serta eksplorasi dan validasi
perasaan pasien serta ketidaknyamanan pasien
4. Siapkan alat :
a. Catatan obat atau lembar cetakan kompouter
b. Obat steril yang diperlukan
c. Spuit dan jarum dengan ukuran yang sesuai
d. Kapas antiseptic
e. Torniket
f. Bengkok
g. Alas
h. Baki tempat obat
i. Alat dokumentasi
5. Siapkan obat yang sesuai, cocokan aturan pengobatan
dengan lebel obat
6. Kenakan sarung tangan
7. Buka bungkus spuit tanpa mengkontaminasi jarumnya
8. Ambil obat dari flakon atau ampul (seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya)
9. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang
disukai
10. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur
tindakan yang akan dilakukan
11. Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga
untuk betanya sebelum tindakan yang dimulai
12. Tanyakan keluhan dan gejala spesifik yang ada pada
pasien. Dekatkan peralatan ke pasien. Lalu, pasang
sampiran
13. Pilih dan tentukan lokasi penyuntikan. Bantu pasien
untuk mendapatkan posisi yang nyaman sesuai dengan
tempat yang dipilih

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 44


14. Bersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas usap
antiseptic dengan gerakan melingkar mulai dari bagian
tengah kea rah luar sekitar 5 cm
15. Pindahkan dan pegang kapas diantara jari tengah dan
jari manis pada tangan nondominan atau letakan kapas
pada kulit di atas lokasi penyuntikan
16. Lepaskan tutup jarum dan letakan ditempat yang aman
17. Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari
tangan dominan
18. Dengan tangan dominan, masukkan jarum dengan
sudut 45 (untuk orang gemuk 90)
19. Lepaskan tarikan tangan nondominan
20. Tarik plunger dan perhatikan apakah ada darah di
dalam spuit
21. Jika tidak ada darah, masukkan obat secara perlahan
22. Jika ada darah:
a. Tarik jarum dari kulit
b. Tekan tempat penusukan selama 2 menit
c. Observasi adanya hematoma atau memar
d. Jika perlu berikan plester
e. Siapkan obat yang baru dan pilih tempat injeksi
yang baru
f. Ulangi langkah 13 dan seterusnya.
23. Tarik jarum dengan sudut yang sama saat penusukan
24. Bersihkan tempat penusukan dengan kapas antiseptic
lain, tekan dengan lembut. Setelah injeksi heparin,
jaringan ditekan
25. Jika perlu berikan plester
26. Kembalikan pasien ke posisi yang nyaman dan
anjurkan pasien untuk mengobservasi daerah
penyuntukan
27. Bereskan peralatan
28. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
29. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (nama
obat, jumlah atau dosis obat, serta waktu dan tanggal
pemberian) dan hasilnya.
Poso,.

Penguji

(.)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 45


PENILAIAN KETERAMPILAN KEPERAWATAN
RESUSITASI JANTUNG PARU

NILAI
Nama Mahasiswa :
NPM :
Program / Kelas / Tanggal :

Dilakukan
No Keterampilan
Ya Tidak
1 Nilai kesadaran (respon korban)
2 Dapatkan bantuan: berteriak dan call 118
3 Airway (jalan nafas)
Atur posisi pasien terlentang pada dasar yang keras dan datar.
Posisi penolong disamping pasien
Buka jalan napas dengan head lift-chin lift maneuver dan jika ada
trauma servikal dengan jaw-thrust maneuver.
4 Breathing (pernapasan)
Periksa atau nilai pernapasan dengan Look, listen and feel (tidak
boleh lebih dari 10 detik).
Bila tidak ada napas, berikan ventilasi 2 kali
5 Circulation (sirkulasi)

1. Raba nadi (5-10 detik)


Dewasa/anak (1-8 th) : karotis
Bayi (< 1 th) : brachialis
2. Tentukan titik kompresi dengan benar
Dewasa/anak (1-8 th) : 2 jari di atas PX
Bayi (< 1 th) : 1 jari di bawah garis kedua putting susu
3. Berikan kompersi dada dengan cara:
a. Dewasa
Menekan dengan kedua telapak tangan dan berat badan
Posisi tangan dan siku lurus
Sewaktu member tekanan, tangan tidak boleh diangkat
Kedalaman tekanan 1,5-2 inch
Rasio 30:2 (30 kompresi : 2 ventilasi) untuk 1 atau 2 orang
penolong
b. Anak
Menekan dengan satu telapak tangan (pangkal telapak
tangan)
Posisi tangan dan siku lurus
Sewaktu member tekanan, tangan tidak boleh diangkat.
Kedalaman tekanan 1,5-2 inch
Rasio 30:2 (30 kompresi : 2 ventilasi) untuk 1 orang
penolong
Rasio 15:2 (15 kompresi : 2 ventilasi) untuk 2 orang
penolong
c. Bayi
Menekan dengan kedua jari pada 1 tangan (jari tengah dan

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 46


jari manis)
Sewaktu member tekanan, tangan tidak boleh diangkat.
Kedalaman tekanan 0,5-1 inch
Rasio 30:2 (30 kompresi : 2 ventilasi) untuk 1 orang
penolong
Rasio 15:2 (15 kompresi : 2 ventilasi) untuk 2 orang
penolong

4. Setelah selesai 5 siklus, periksa nadi (tidak lebih dari 10 dtk)


5. Jika nadi sudah ada :
Berikan pernapasan 10-12x/menit sampil perhatikan pergerakan
dada pada orang dewasa
Berikan pernapasan 20x/menit sambil perhatikan pergerakan
dada pada anak dan bayi.
6 Berikan recovery position (posisi pemulihan) dan pantau pernapasan
dan sirkulasi

Kesimpulan :
Lulus / Tidak Lulus*
*Coret yang tidak perlu
Poso,..
Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 47


MEMINDAHKAN PASIEN/AMBULASI

A. Pengertian
Memindahkan pasien yang tidak dapat atau tidak boleh berjalan,dilakukan dari tempat
yang satu ke tempat yang lain.
B. Tujuan
1. Mengurangi atau menghindarkan pergerakan pasien sesuai dengan keadaan fisiknya
2. Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien
3. Memenuhi kebutuhan konsultasi atau pindah ruangan

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 48


FORMAT PENILAIAN

AMBULASI

No Aspek Yang Dinilai Dilaksanakan Ket


Ya Tidak
Persiapan Alat
1 Tempat tidur,brankar atau kursi beroda (roolstur) dalam keadaan
siap pakai
2 Selimut
3 Bantal,bila perlu
Persiapan pasien
4 Pasien dirapikan dan diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan
dilakukan
Pelaksanaan
5 Memindahkan pasien dari brankar ke tempat tidur atau
sebaliknya
a. Pasien diangkat oleh sekurang-kurangnya tiga orang perawat
(sesuai kebutuhan)
b. Ketiga perawat berdiri pada sisi kanan pasien dengan urutan
sebagai berikut :
(b-a) Perawat I (Paling tinggi) berdiri di bagian
kepala
(b-b) Perawat II berdiri di bagian pinggang
(b-c) Perawat III berdiri di bagian bagian kaki
a. Lengan kiri perawat I di bawah kepala dan pangkal lengan
pasien dan dan lengan kanan di bawah punggung pasien.(bila
passion gemuk,lengan kanan perawat I melalui badan pasien
ke bawah pinggang sehingga berpegangan dengan
berpegangan tangan kiri perawat II)
b. Lengan kiri perawat II dibawah pinggang pasien,lengan
kanan dibawah bokong pasien
c. Kedua lengan perawat III mengangkat seluruh tungkai pasien
6 Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur
a. Kursi roda didorong ke sisi tempat tidur, dan roda
belakangnya harus ditahan atau direm agar kursi roda tidak
terbalik
b. Kedua tangan perawat menopang ketiak pasien pada sisi
yang lemah/sakit dan pasien dianjurkan bertumpu pada sisi
yang kuat
c. Perawat memimpin pasien untuk turun dari kursi roda dan
berjalan bersama menuju tempat tidur
d. Pasien bersandar pada sisi tempat tidur,kemudian dibantu
oleh perawat untuk naik (kalau perlu digunakan kursi)
e. Setelah pasien berada diatas tempat tidur,posisinya diatur
sesuai kebutuhan,kemudian dirapikan

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 49


Perhatian
7 Perhatiakn keadaan umum pasien
8 Hindari tindakan yang menimbulkan rasa lelah pada pasien

Kesimpulan :

Lulus / Tidak Lulus*

*Coret yang tidak perlu


Poso,..
Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 50


PENGATURAN POSISI TUBUH SESUAI KEBUTUHAN PASIEN

a. Memiringkan pasien
Posisi miring dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi pada saat
mengganti alat tenun
Prosedur kerja :
Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
Berdiri sejajar dengan perut pasien pada posisi yang dituju
Geser bantal ke sisi yang sama
Jauhkan tangan pasien yang terdekat dengan perawat
Silangkan kaki pasien yang berlawanan ke arah perawat
Pegang bahu dan pinggul pasien, kemudian tarik ke arah perawat
Bantu pasien mengambil pasisi nyaman untuk tidur
b. Psisi semi fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dengan bagian kepala tempat
tidur lebih tinggi atau dinaikan. Posisi ini berfungsi untuk memberikan kenyamanan dan
memudahkan fungsi pernapasan pasien.
Prosedur kerja :
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
Bantu pasien untuk duduk
Susun sandaran atau bantal untuk menyangga kepala, leher, punggung atas, dan paha
pasien. Naikkan kepala tempat tidur untuk posisi.
c. Posisi sims
Posisi sims merupakan posisi miring yang berfungsi untuk memberikan kenyamanan dan
memfasilitasi pemberian obat per anus (supositoria)
Prosedur kerja :
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien
Letakkan bantal di bawah kepala pasien
Miringkan tubuh pasien ke kiri dengan posisi badan setengah tertelungkup dan kaki
kiri lurus. Tarik lutut dan paha kanan pasien ke arah perut.
Letakan tangan kiri di belakang tubuh dan tangan kanan pada posisi yang nyaman
Letakan bantal di antara kedua kaki untuk menyangga kaki.
d. Posisi trendlenburg
Posisi trendelenburg merupakan posisi berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala
lebih rendah dari pada bagian kaki. Posisi ini berfungsi untuk melancarkan peredaran
darah ke otak
Prosedur kerja :
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
Pada tempat tidur yang dapat diatur bagian kakinya, bagian tersebut dapat langsung
ditinggikan sesuai dengan kebutuhan.
Pasien berbaring terlentang tanpa bantal. Letakan bantal di antara kepala dan ujung
tempat tidur pasien serta dibawah lipatan lutut

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 51


Pada tempat tidur yang tidak dapat diatur, tinggikan bagian kaki tempat tidur dengan
balok.
e. Posisi genupektoral (menungging)
Posisi genupektoral merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan lengan
bawah menempel di alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memfasilitasi
pemeriksaan daerah rektum dan sigmoid.
Prosedur kerja :
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
Bantu pasien mengambil posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan lengan
bawah menempel dikasur tempat tidur
Pasang penutup untuk bagian tubuh pasien yang tidak perlu diperiksa.
f. Posisi dorsal rektumben
Posisi dorsal rektumben merupakan posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut
direnggangkan diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan pada saat merawat dan memeriksa
genetalia serta pada proses persalinan. Selain itu, posisi ini juga digunakan untuk
memeriksa tubuh bagian atas pasien (seperti perut, kepala, dan dada) serta pada saat
memasukan kateter ke dalam kandung kemih.
Prosedur kerja :
Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien
Minta pasien untuk berbaring terlentang dan buka pakaian bawah.
Tekuk lutut, regangkan paha, letakkan telapak kaki pada tempat tidur, dan reggangkan
kedua kaki
Pasang selimut untuk menutup bagian bawah tubuh pasien sebelum pemeriksaan.
g. Posisi litotomi
Posisi litotomi merupakan posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya sejajar atau lebih tinggi dari pinggul. Posisi ini dilakukan pada pemeriksaan
genetalia dan pinggul, pada proses persalinan, serta pada pemasangan alat kontrasepsi.
Prosedur kerja :
Jelaskan tujuan prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.
Minta pasien berbaring terlentang dan buka pakaian bawah
Minta pasien menekuk kedua lututnya, kemudian mengangkat kedua pahanya dan
menariknya ke arah perut. Tungkai bawah membentuk sudut 90 terhadap paha
Jika ada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi, bantu pasien meletakan lututnya di
atas penahan lutut tersebut.
Pasang selimut.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 52


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Pengaturan Posisi

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
A. Tahap Pra Interaksi
1. Cek catatan medis dan perawatan
2. Cuci tangan
3. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
a. Penopang / bantal
b. Tempat tidur biasa / khusus
c. Selimut
B. Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam teraupetik
2. Panggil klien dengan namanya dan memperkenalkan diri
perawat
3. Menanyakan keluhan utama klien
4. Menjelaskan prosedur dan tujuan pengaturan posisi pada
5. klien
Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya.
C. Tahap Kerja
I. Posisi Semi Fowler
1. Tinggikan kepala tempat tidur 45-60 %
2. Topangkan kepala diatas tempat tidur dengan bantal kecil
3. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila
pasien tidak dapat mengontrolnya secara sadar atau tidak
dapat menggunakan tangan dan lengan
4. Tempelkan bantal tipis di punggung bawah
5. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk dibawah
paha dan dibawa pergelangan kaki
6. Tempatkan papan kaki didasar telapak kaki pasien
7. Turunkan tempat tidur
8. Observasi posisi kesejajaran tubuh tingkat kenyamanan,
dan titik potensi tekanan
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 53


Posisi SIM
Tempatkan kepala datar di tempat tidur
II. Tempatkan pasien dalam posisi terlentang
1. Posisikan pasien dalam posisi miring yang sebagian pada
2. abdomen
3. Tempatkan bantal kecil dibawah kepala
Tempatkan bantal dibawah lengan atas yang difleksikan,
4. yang menyokong lengan setinggi bahu. Sokong lengan
5. lain diatas tempat tidur.
Tempatkan bantal dibawah tungkai atas yang difleksikan,
yang menyokong tungkai setinggi panggul
6. Tempatkan bantal pasien parallel dengan plantar kaki
Turunkan tempat tidur
7. Observasi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan
8. titik potensi tekanan
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

III.
1. Posisi Trendelenburg
2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang
Tempatkan bantal di antara kepala dan ujung tempat tidur
3. pasien
4. Tempatkan bantal dibawah lipatan lutut
5. Tempatkan balok penopang dibagian kaki tempat tidur
Atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki
6. pasien
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
IV.
1.
2. Posisi Dorsal Recumbent
3. Cuci tangan
4. Pasien dengan keadaan berbaring (terlentang)
5. Pakaian bawah dibuka
6. Tekuk lutut dan direganggkan
Pasang selimut untuk menutupi area genetalia
V. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
1.
2. Posisi Litotomi
Cuci tangan
3. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, kemudian
4. angkat kedua paha dan tarik kearah perut
5. Tungkai bawah membentuk sudut 90 terhadap paha
6. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 54


untuk posisi litotomi
Pasang selimut
VI. Posisi Genu Pectoral
1. Cuci tangan
2. Minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan
3. kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada matras
tempat tidur
4. Pasang selimut untuk menutupi area genetalia
5. Cuci tangan setelah prosedur dilakuakan.
D. Tahap Terminasi
1. Tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak dengan pasien untuk tindakan keperawatan
selanjutnya
E. Dokumentasi
1. Catat prosedur yang sudah dilakukan
2. Catat respon pasien setelah prosedur tindakan
Keterangan :

0 = tidak dilakukan

1 = dilakukan, tapi tidak sempurna

2 = dilakukan dengan sempurna

Poso,.

Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 55


FISIOTERAPI DADA

a. Definisi dan tujuan


Fisioterapi dada merupakan sekumpulan tindakan yang disusun untuk meningkatkan
efisiensi pernapasan, meningkatkan pengembangan paru, kekuatan otot pernapasan, dan
mengeliminasi secret yang berasal dari system pernapasan. Fisioterapi dada bertujuan
untuk membantu pasien agar bernapas lebih bebas dan mendapatkan oksigen untuk
badannya
b. Tahapan
Fisioterapi dada terdiri atas turning, postural drainase, perkusi dada, vibrasi dada, latihan
napas dalam, dan batuk efektif.
1. Turning
Turning berfungsi meningkatkan kemampuan pengembangan (ekspansi) paru.
Prosedur ini dapat dilakukan sendiri oleh pasien atau dibantu oleh pemberi pelayanan
kesehatan. Turning dilakukan dengan cara meninggikan bagian atas tempat tidur
(bagian kepala), misalnya dengan bantal.
2. Postural drainage
Postural drainage bertujuan membantu mengalirkan secret dengan efektif dari paru-
paru ke saluran pernapasan utama sehingga dapat dikeluarkan dengan batuk efektif
atau suction. Postural drainage dilakukan 4-6 kali sehari dan kemudian dilanjutkan
dengan perkusi dan vibrasi dada.
3. Perkusi dan vibrasi dada
Perkusi dada tindakan menepuk-nepuk kulit dengan tenaga penuh menggunakan
kedua tangan yang dibentuk menyerupai mangkuk secara bergantian. Tindakan ini
bertujuan melepaskan sumbatan secret pada dinding bronkus. Vibrasi dada adalah
serangkaian getaran kuat yang dihasilkan oleh kedua tangan yang diletakan mendatar
diatas dada pasien. Tindakan ini bertujuan meningkatkan turbulensi udara yang
dihembuskan sehingga secret terlepas dari dinding bronkus.
4. Latihan napas dalam
Latihan napas dalam bertujuan membantu pengembangan paru dan mendistribusikan
secret yang ada diparu agar dapat dikeluarkan.
5. Latihan batuk efektif
Batuk efektif bertujuan mengeluarkan secret dari paru-paru dan membersihkan
saluran pernapasan seperti laring, trakea, dan bronkus dari secret dan benda asing di
dalamnya.
c. Indikasi
Fisioterapi dada dapat dilakukan pada bayi, anak-anak, dan dewasa. Fisioterapi dada ini
dapat dilakukan antara lain pada pasien dengan :
1. Penyakit neuromuscular atau cystic fibrosis, misalnya guillain-baree syndrome
2. Progressive muscle weak
d. Kontraindikasi
Fisioterapi dada tidak boleh dilakukan pada pasien yang mengalami :
1. Cedera kepala atau leher

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 56


2. Fraktur pada tulang iga atau tulang belakang
3. Perdarahan atau kolaps pada paru-paru
4. Luka pada dinding dada
5. Tuberkolosis atau asma akut
6. Abses pada paru dan emboli pada pulmonary
7. Pernah mengalami serangan jantung
8. Luka bakar, luka terbuka dan beberapa jenis pembedahan
9. Perdarahan aktif
10. Operasi toraks

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 57


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Napas Dalam dan Batuk Efektif

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Pengkajian
1. Periksa catatan perawatan dan catatan medis pasien
2. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang disukai
3. Hitung frekuensi pernapasan dan kaji kedalaman serta
pengembangan paru
4. Kaji bunyi paru pasien
Kaji tingkat nyeri, tetapkan prosedur yang akan dilakukan
serta waktu dan frekuensi prosedur
Tindakan
5. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan
yang akan dilakukan
6. Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk
bertanya sebelum tindakan dimulai
7. Pasang sampiran
8. Cuci tangan
9. Lakukan tindakan
a. Napas dalam
1. Atur posisi pasien untuk duduk di kursi atau tempat
tidur
2. Anjurkan pasien untuk menirukan yang dicontohkan
perawat.
Tarik napas dengan kekuatan penuh dari perut
dan dialirkan ke dalam paru-paru
Tahan napas selama 1-1,5 detik dan hembuskan
napas melalui mulut dengan bentuk mulut
mencucu atau seperti orang meniup.
3. Observasi pengembangan paru dan perut
4. Betulkan tehnik yang dilakukan pasien jika perlu
5. Ulangi sampai 10 kali
6. Evaluasi
Frekuensi pernapasan
Ekspansi paru

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 58


Auskultasi bunyi paru
Kenyamanan pasien
10. b. Batuk fektif
1. Atur posisi pasien sehingga pasien duduk di tepi
tempat duduk membungkuk ke depan
2. minta pasien untuk bernapas yang dalam dan pelan
dengan menggunakan pernapasan diagfragma
sebanyak tiga kali
3. minta pasien untuk menarik napas dan menashannya
selama 3-5 detik, kemudian mengeluarkan napas
secara perlahan melalui mulut semaksimal mungkin
(tulang rusuk bawah dan abdomen harus cekung ke
dalam).
4. minta pasien untuk mengambil napas kedua kali,
tahan, keluarkan sambil batukkan dengan kekuatan
penuh dari dada (bukan dari belakang mulut atau
tenggorokan)
5. ulangi tiga kali batuk efektif atau sampai secret
(mucus) keluar.
6. evaluasi
Frekuensi pernapasan
Ekspansi paru
Auskultasi bunyi paru
Kenyamanan pasien
11. Rapikan peralatan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan dan hasilnya

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Poso,.
Penguji

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 59


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Postural Drainage

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Pengkajian
1. Periksa catatan perawatan dan catatan medis pasien
2. Kaji kebutuhan pasien dengan mengecek order dokter
3. Auskultasi bagian paru yang akan dikenai prosedur tindakan
4. Siapkan peralatan :
Bengkok
Bantal
Tisu
Air dalam gelas dan pipetnya
Sarung tangan (jika perlu)
Tindakan
5. Cuci tangan
6. Rencanakan tempat dan posisi yang tepat dengan kondisi
pasien
7. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang disukai
8. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan
yang akan dilakukan
9. Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk
bertanya sebelum tindakan dimulai
10. Tanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada
pasien. Lalu, pasang sampiran
11. Lakukan tindakan
Perkusi
a. Atur posisi pasien
b. Kuncupkan kedua tangan hingga membentuk mangkuk.
Rapatkan jari-jari dan lemaskan pergelangan tangan
(claping)
c. Tepuk-tepuk dengan cepat, tetapi lembut pada daerah
yang teridentifikasi mengandung secret. Jika dilakukan
dengan benar, tepukkan tersebut akan berbunyi
menghembuskan napas.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 60


Vibrasi
a. Atur posisi pasien
b. Letakkan tangan bersilangan atau bersisian pada lokasi
paru yang dikehendaki
c. Getarkan bagian tersebut dengan kekuatan dari bahu.
Lakukan dengan mengerutkan dan melepaskan tangan
secara bergantian saat pasien menghembuskan napas.
12. Minta pasien untuk duduk jika mampu dan anjurkan pasien
untuk batuk dan membuang sputum ke tempat yang telah
disediakan
13. Anjurkan pasien untuk beristirahat sebentar dan minta pasien
untuk meminum air
14. Perbaiki posisi pasien
15. Perhatikan dan evaluasi keadaaan pasien
Bunyi paru (diauskultasi)
Kenyamanan pasien
16. Bereskan peralatan dan cuci tangan
17. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan dan hasilnya

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Poso,.
Penguji

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 61


RONDE KEPERAWATAN
A. Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat yang disamping melibatkan pasien
untuk membahas dan melaksanakan asuahan keperawatan.Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer atau konselor,Kepala Ruangan,Perawat Associate yang
perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan.
B. Tujuan
Tujuan melaksanakan ronde adalah :
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melali pendekatan berpikir kritis
2. Tujuan Khusus
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
b. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
c. Meningkatkan kemampuan menenkan diagnosis keperawatan
d. Menumbuhkan pemikiran tentang tidakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien
e. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi
g. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
C. Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang professional
4. Terjadinya kerjasama antar TIM kesehatan
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar
D. Media
1. Dokumen/status pasien
2. Saran diskusi :kertas/pulpen
3. Materi yang disampaikan secara lisan

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 62


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Ronde Keperawatan

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

No Aspek yang Dinilai Dilaksanakan Ket


Ya Tidak
Pra-Ronde
1 Menentukan kasus dan topic
2 Menentukan tim ronde
3 Mencari sumber atau literatur
4 Membuat proposal
5 Mempersiapkan pasien
6 Diskusi pelaksanaan
Pelaksanaan Ronde
Pembukaan
7 Salam pembuka
8 Memperkenalkan tim ronde
9 Menyampaikan identitas dan maslah pasien
10 Menjelaskan tujuan ronde
11 Memberi salam dan memperkenalkan pasien dan keluarga kepada
tim ronde
12 Menjelaskan riwayat penyakit dan keperawatan pasien
13 Menjelaskan masalah pasien dan rencana tindakan yang telah
dilaksanakan dan serta menetapakan prioritas
Validitas Data
14 Mencocokkan dan menjelaskan kembali data yang telah
disampaikan
15 Diskusi antaranggota tim dan pasien tentang masalah
keperawatan tersebut
16 Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau
kepala ruangan tentang masalah pasien

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 63


17 Menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang
telah ditetapkan
Pasca Ronde
18 Evaluasi dan rekomendasi intervensi keperawatan
19 Penutup
Kesimpulan :

Lulus / Tidak Lulus*

*Coret yang tidak perlu


Poso,..
Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 64


TIMBANG TERIMA/OVERAN

A. Pengertian
Overan merupakan suatu timbang terima tugas dari shif satu ke shif yang lain dengan
waktu,isi dan strategi yang telah ditentukan.Overan mengkomunikasikan secara tertulis
dan lisan pada staf keperawatan dan tim kesehatan lain yang memerlukan data klien
secara teratur.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laopran yang berkaitan dengan keadaan
klien.
2. Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
C. Langkah-langkah
1. Kedua kelompok shif dalam keadaan sudah siap
2. Shif yang akan menyerahkan dan mengpoerkan perlu mempersiapkan hal-hal apa
yang disampaikan
3. Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung jawab shif yang
selanjutnya meliputi :
Kondisi atau keadaan klien secara umum
Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
4. Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
5. Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedau shif bersama-sama secara
langsung melihat keadaan klien.
6. Prosedur timbang terima
Prosedur ini meliputi :
a. Persiapaan
b. Pelaksanaan
c. Penutup
7. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya
8. Perawat yang melakukan timbang terima dan melakukan klarifikasi,Tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
9. Penyampain pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
10. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci
11. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 65


FORMAT PENILAIAN
TIMBANG TERIMA/OVERAN

Prosedur Keperawatan : Timbang Terima

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

No Aspek Yang Dinilai Dilaksanakan Ket


Ya Tidak
Pra-Timbang Terima
1 Menyiapkan tim untuk timbang terima
2 Menyiapkan bahan untk serah terima
3 Menyiapkan buku catatan
4 Menyiapkan pasien untuk operan
5 Mendiskusikan kedua tim sebelum operan
Pelaksanaan Serah terima/Operan
6 Salam pembuka
7 Memperkenalkan tim yang akan serah terima
8 Mengidentifikasi masalah kliene
9 Menjelaskan masalah klien yang masih sering muncul
10 Menjelaskan tindakan keperawatan yang telah dilakukan
11 Menjelaskan tindakan keperawatan yang belum dilakukan
12 Menjelaskan intervensi kolaborasi yang dilakukan
13 Menyampaikan rencana umum persiapan yang akan dilakukan
(mis: operasi,pemeriksaan diagnostic lainnya)
14 Melakukan Tanya jawab dan klarifikasi tentang masalah-masalah
yang kurang jelas
15 Salam penutup

Kesimpulan :

Lulus / Tidak Lulus*

*Coret yang tidak perlu


Poso,..
Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 66


UNIVERSAL PRECAUTION

Persiapan Alat

1. Pelindung kaki
2. Sarung Tangan
3. Gaun pelindung
4. Celemek plastic
5. Masker wajah
6. Penutup kepala (topi)
7. Pelindung mata (kacamata google)
8. Sabun dengan kran dan air mengalir
9. Handuk bersih
10. Cairan antiseptic untuk cuci tangan (mis,hibicet,etc)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 67


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Universal Precaution

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

1. Kenakan pelindung kaki (sepatu boot)


No Aspek yang dinilai Dilaksanakan Ket
Ya Tidak
1 Kenakan sepatu boot atau sepatu kulit tertutup
2 Melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat
yang mungkin jatuh secara tidak sengaja pada kaki

2. Kenakan celemek atau apron


No Aspek yang dinilai Dilaksanakan Ket
Ya Tidak
1 Kenakan celemk yang terbuat dari karet atau plastic tidak
tembus air
2 Melin dungi tubuh dari resiko tumpahan darah,cairan tubuh atau
sekresi

3. Mengenakan masker wajah (Respirator particulat)


No Aspek yang dinilai Dilaksanakan Ket
Ya Tidak
1 Genggamlah masker dengan satu tangan,posisikan sisi depan
bagian hidung pada ujung jari-jari anda,biarkan tali pengikat
masker menjuntai bebas di bawah tangan anda
2 Posisikan masker di bawah dagu anda dan sisi untuk hidung
berada di atas
3 Tariklah tali pengikat masker yang atas dan posisikan tali agak
tinggi dibelakang kepala anda di atas telinga
4 Tariklah tali pengikat masker yang bawah dan posisikan
dibawah telinga
5 Pada masker yang mengharuskan pengikat tali masker,kenakan
masker dengan mengikat tali masker yang di atas terlebih
dahulu baru kemudian mengikat tali masker bagian bawah
6 Pastikan masker menutup hidung dan mulut selama digunakan

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 68


4. Mengenakan alat pelindung mata dan topi
No Aspek yang dinilai Dilaksanakan Ket
Ya Tidak
1 Pasang kacamata yang memiliki pelindung pada bagian sisi
mata kacamata google
2 Pasang pada mata dan sesuaikan agar pas
3 Pasang topi yang dapat menutup semua rambut
4 Bila topi menggunakan pengikat,ikatkan dengan baik sehingga
rambut tidak keluar dari topi yang dikenakan

5. Mencuci tangan
No Aspek yang dinilai Dilaksanakan Ket
Ya Tidak
A Cara mencuci tangan dengan sabun dan air
1 Basahi tangan dengan air
2 Pakai cukup sabun untuk menyabuni seluruh permukaan tangan
3 Gosok tangan dengan posisi telapak tangan pada telapak tangan
4 Telapak tangan di atas punggung telapak kiri dengan jari-jari
saling menjalin dan sebaliknya
5 Telapak pada telapak dan jari-jari saling menjalin
6 Punggung jari-jari pada telapak yang berlawanan dengan jari-
jari saling mengunci
7 Gosok memutar dengan ibu jari kiri tangan kanan mengunci
pada telapak kiri dan sebaliknya
8 Gosok memutar, kearah belakang dan depan dengan jari-jari
tangan kanan mengunci pada telapak kiri dan sebaliknya
9 Bilas tangan dengan air
10 Keringkan tangan sekering mungkin dengan handuk sekali pakai
11 Gunakan handuk untuk mematikan kran
B Mencuci tangan dengan Antiseptik Berbasis Alkohol
1 Tuang segenggam penuh bahan antiseptic berbasis alcohol ke
dalam tangan
2 Gosok tangan dengan posisi telapak pada telapak
3 Telapak tangan di atas punggung telapak kiri dengan jari-jari
saling menjalin
4 Telapak pada telapak dan jari-jari saling menjalin
5 Punggung jari-jari pada telapak yang berlawanan dengan jari-
jari saling mengunci
6 Gosok memutar dengan ibu jari mengunci pada telapak kanan
dan sebaliknya

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 69


7 Gosok memutar, kearah belakang dan depan dengan jari-jari
tangan kanan mengunci pada telapak kiri dan sebaliknya

6. Mengenakan gaun pelindung


No Aspek yang dinilai Dilaksanakan Ket
Ya Tidak
1 Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut,lengan
sehingga pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang
punggung
2 Ikat di bagian belakang leher dan pinggang

7. Memakai Sarung Tangan


No Aspek yang dinilai Dilaksanakan Ket
Ya Tidak
1 Sebelum memakia sarung tangan dan setelah melepas sarung
tangan lakukan kebersihan tangan menggunakan antiseptic cair
atau alkohol
2 Gunakan sarung tangan yang sesuai
3 Buka sarung tangan dari kemasannya dengan hati-hati
4 Buka kertas kemasan di atas meja bersih sesuai dengan lipatan
5 Pegang ujung lipatan dari sarung tangan kanan dengan tangan
kiri sentuh bagian yang merupakan bagian dari permukaan
dalam(sarung tangan) kemudian masukkan tangan kanan secara
perlahan dan jangan menyentuh bagian yang merupakan
permukaan luar sarung tangan
6 Tarik ujung lipatan sampai tangan kanan masuk secara
sempurna pada sarung tangan
7 Masukan ujung tangan kanan yang sudah steril pada bagian
dalam lipatan sarung tangan kiri (permukaan luar)
8 Masukan tangan kiri ke dalam sarung tangan dengan dibantu
oleh tangan kanan dengan mendorong dari balik lipatan
9 Sempurnakan pemasangan sarung tangan dengan
mengembalikan lipatan sarung tangan yang terlipat sehingga
menutupi pergelangan tangan
10 Lakukan dengan hati-hati dengan tidak menyentuh area tubuh
yang tidak steril
11 Jaga agar kuku selalu pendek un tuk menurunkan resiko sarung
tangan robek
12 Tarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika anda
memakainya) untuk melindungi pergelangan tangan
13 Gunakan pelembab yang larut dalam air untuk mencegah kulit

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 70


tangan kering/nerkerut
14 Jangan gunakan lotion/krim berbasis minyak,karena akan
merusak sarung tangan bedah
15 Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung
parfum karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit
16 Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang
terlalu panas atau terlalu dingin karena dapat merusak bahan
sarung tangan

8. Melepaskan Alat pelindung Diri


No Aspek yang dinilai Dilaksanakan Ket
Ya Tidak
1 Bila menggunakan 2 sarung tangan,lepaskan sarung tangan
bagian luar
2 Bila hanya menggunakan 1 sarung tangan,desinfeksi celemek
dan pelindung kaki
3 Lepaskan celemek
4 Lepaskan gaun bagian luar
5 Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung
telah terkontaminasi
6 Lepas tali
7 Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun
pelindung saja
8 Balik gaun pelindung
9 Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang
telah disediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat
limbah infeksius
10 Desinfeksi tangan yang mengenakan sarung tangan
11 Lepaskan pelindung mata
12 Ingatlah bahwa bagian luar kacamata atau pelindung wajah telah
terkontaminasi
13 Untuk melepasnya,pegang karet atau gagang kacamata
14 Letakkan diwadah yang telah disediakan untuk diproses ulang
atau dalam tempat limabh infeksius
15 Lepaskan penutup kepala
16 Lepaskan masker
17 Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi
18 Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian
atas
19 Buang ke tempat limbah infeksius
20 Lepaskan pelindung kaki
21 Lepaskan sarung tangan

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 71


22 Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi
23 Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan
lainnya,lepaskan
24 Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan
tangan yang masih memakai sarung tangan
25 Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di
bawah sarung tangan di bawah sarung tangan yang belum di
lepas di pergelangan tangan
26 Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama
27 Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius
28 Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

Kesimpulan :

Lulus / Tidak Lulus*

*Coret yang tidak perlu

Poso,..
Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 72


MEMANDIKAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR

Memandikan pasien di tempat tidur merupakan aktivitas membersihkan seluruh tubuh pasien
yang terbaring diatas tempat tidur. Aktivitas ini umumnya dilakukan dengan menggunakan
air bersih dan sabun. Sala satu hal yang perlu diperhatikan pada saat memandikan adalah
privasi pasien. Jadi, sebelum memandikan pasien pastikan bahwa tirai sudah tertutup dengan
baik.
a. Tujuan
Menjaga kebersihan kulit
Menghilangkan keringat, sel-sel kulit mati, dan bakteri
Mencegah bau badan
Memberi rasa nyaman
Merangsang peredaran darah
Meningkatkan perasaan sembuh kepada pasien
Memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengkaji kondisi fisik dan
psikososial pasien
Menyegarkan tubuh
b. Persiapan
Sebelum memandikan pasien, tentukan :
Tujuan dan jenis tindakan yang dibutuhkan pasien
Inspirasi dan perasaan pasien sebelum tindakan atau tingkat ketergantungan pasien
Semua tindakan kewaspadaan pergerakan atau pemberian posisi yang sesuai untuk
pasien
Perawatan lain yang mungkin diterima pasien, misalnya terapi fisik atau sinar-X
untuk mengoordinasikan semua aspek perawatan kesehatan dan mencegah keletihan
yang tidak perlu terjadi
Tingkat kenyamanan pasien jika dimandikan oleh orang lain
Perlengkapan dan linen mandi yang dibutuhkan.
c. Alat dan bahan
Thermometer air
2 buah baskom berisi air hangat ( 43-46C )
3 buah waslap
4 buah handuk ukuran sedang
Selimut mandi
Sabun mandi
Pakaian bersih
Sarung tangan, untuk universal precaution
Peralatan hygiene personal ( misalkan bedak dan lotion )
Tempat untuk pakaian kotor

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 73


MEMANDIKAN PASIEN DITEMPAT TIDUR

Nama Mahasiswa :

NIM :

Tanggal :

Nilai
NO Aspek Yang Dinilai
0 1 2
A. Persiapan Alat
1. Satu stel pakaian bersih
2. Baskom mandi dua buag masing-masing berisi air
dingin dan air hangat
3. Satu atau dua handuk bersih
4. Kain penutup, selimut mandi
5. Perlak
6. Tempet tertutup untuk pakaian kotor
7. Sampiran atau schren bila diperlukan
8. Sabun dalam tempatnya
9 Bedak,lotion,baby oil jika diperlukan
B. Pelaksanaan
1. Pintu jendela, atau gorden ditutup, dan gunakan schren
bila perlu
2. Selimut dan bantal dipindahkan dari tempat tidur bila
masih dibutuhkan bantal digunakan seperlunya
3. Perawat berdiri disisi kanan atu kiri pasien
4. Beri tahu pasien, bahwa pakaian bagian atau harus
dibuka, lalu bagian yang tertutup ditutup dengan
selimut mandi atau kain penutup
5. Pasien siap dimandikan dengan urutan sbb :
a. Mencuci muka
b. Mencuci lengan
c. Mencuci dada dan perut
d. Mencuci punggung
e. Mencuci kaki
f. Mencuci daerah lipat paha dan genetalia
C. Mencuci Muka
1. Handuk dibetangkan dibawah kepala
2. Muka,telinga dan leher dibersihkan dengan waslap
lembab lalu dikeringkan dengan handuk
3. Tanyakan apakah pasien bias mengguinakan sabun atau
tidak

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 74


D. Mencuci Lengan
1. Selimut mandi atau kain penutup diturunkan
2. Kedua tangan pasien dikeataskan. Letakkan handuk
diatas dada pasien dan lebarkan kesamping kiri dan
kanan, sehingga kedua tangan dapat diletakkan di atas
3. handuk
Kedua tangan pasien dibasahi dan disabuni. Pekerjaan
ini dimulai dari bagian yang jauh dari petugas, kemudia
dibilas sampai bersih.selanjutnya di keringkan dengan
handuk. Bila pasien terlalu gemuk, lakukan satu per
satu.
E. Mencuci Dada dan Perut
1. Pakaian pasien bagian bawah ditanggalkan dan selimut
atau kain penutup diturunkan sampai perut bagian
2. bawah
Kedua tangan pasien di keataskan, handuk diangkat
3. dan dibetangkan pada sisi pasien.
Ketiak, dada dan perut dibasahi, disabuni, dibilas
sampai bersih dan keringkan dengan handuk,
selanjutnya ditutup dengan kain penutup atau handuk.
F. Mencuci Punggung
1. Pasien dimiringkan kekiri
2. Handuk dibetangkan dibawah punggung sampai ke
3. bokong
Punggung sampai bokong dibasahi, disabuni, dibilas
4. dan selanjutnya dikeringkan dengan handuk.
Pasien dimiringkan kekanan, dan handuk dibetangkan
5. dibawah punggung
6. Punggung kanan dicuci seperti punggung kiri
Pasien di terlentangkan, pakaian bagian atas
dipasangkan dengan rapi.
G. Mencuci Kaki
1. Kaki pasien yang terjauh dari petugas dikeluarkan dari
bawah kain penutup atau handuk.
2. Handuk dibetangkan dibawah lutut di tekuk
3. Kaki disabuni, dibilas, selanjutnya dikeringkan.
Demikian juga dengan kaki yang satu lagi.
H. Mencuci daerah lipatan paha dan Genetalia
1. Handuk dibetangkan dibawa bokong dan pakaian
dibawah perut dibuka
2. Daerah lipatan paha dan genetalia dibasahi, disabuni
lalu dibilas dan dikeringkan dengan handuk
3. Pakaian bagian bawah dikenakan kembali, kain

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 75


penutup atau handuk diangkat, selimut pasien
4. dipasangkan lagi.
5. Pasien dan tempat tidur dirapikan kembali
Pakaian dan alat tenun kotor serta peralatan lain
dibereskan dan dibawah ketempatnya.
I. Perhatian :
1. Hindari tindakan yang menimbulkan rasa malu pada
pasien, dan tetap jaga kesopanan
2. Perhatikan keadaan umum pasien dan kelainan pada
badannya (misalnya luka dan sebagainya)
3. Menanggalkan pakaian pasien sesuai dengan
4. urutannya.
Waslap dibasahi secukupnya tidak terlalu basah tidak
5. juga terlalu kering.
6. Bila iar sudah kotor segerah diganti
Membersihkan daerah genetalia sebaiknya dilakukan
oleh pasien sendiri. Jika pasien tidak dapat melakukan
7. sendiri maka pembersihan dilakukan oleh petugas.
Untuk pasien yang dapat mandi sendiri petugas
menyiapkan peralatan dan membantu seperluhnya.

Keterangan :

Jika prosedur dilakukan diatas 75 % maka dinyatakan lulus

Poso,

Penguji

(.)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 76


MEMELIHARA KEBERSIHAN RAMBUT

Pemeliharaan kebersihan rambut diberi kepada pasien yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri. Contoh pemeliharaan kebersihan rambut yang dilakukan adalah
mencuci dan menyisir rambut serta membasmi kutu rambut. Sebelum melakukan
pemeliharaan, kajilah kondisi rambut dan kulit kepala. Rambut yang sehat akan tampak
bersih, bercahaya dan tidak mudah patah. Kondisi rambut yang yang kotor dan kusut
merupakan indikasi untuk melakukan perawatan rambut. Rambut bermasalah, misalnya
berketombe, berkutu (pedikulosis), dan rontok (alopesia), memerlukan perhatian khusus.
a. Mencuci rambut sebaiknya dilakukan secara rutin, minimal dua hari sekali. Pencucian
rambut jga tergantung pada kebiasaan dan kondisi pasien. Pasien yang cukup sehat untuk
mandi pancuran dapat keramas pada saat mandi pancuran. Pasien yang tidak dapat mandi
pancuran dapat keramas dengan duduk dikursi didepan bak cuci. Pasien yang terlentang,
yang dapat berpindah ke brankar dapat dikeramas pada saat dibrankar yang kemudian
didorong menuju bak cuci. Pasien yang harus tetap di tempat tidur atau harus bedrest
dapat dikeramas dengan air yang dibawa ke sisi tempat tidur.
1. Tujuan
Membersihkan kuman-kuman yang ada pada kulit kepala
Membasmi ketombe dan kutu yang melekat dikulit kepala
Menambah rasa nyaman bagi pasien
Memperlancar peredaran darah di bawah kulit
2. Alat dan bahan
Handuk/selimut mandi
2 buah handuk
Perlak atau pengalas
Baskom berisi air hangat dan alat untuk menuang air ( misalnya gayung )
Ember kosong untuk menampung air
Sisir
Gulungan handuk atau bantal kecil
Sampo atau sabun
Kasa dan kapas
Talang karet ( bias juga dengan menggunakan perlak dan handuk yang dibuat
sebagai talang )
Kain pel

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 77


MENCUCI RAMBUT

Nama Mahasiswa :

NIM :

Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
A. Tahap Pra Interaksi
1. Periksa catatan perawatan dan catatan medis pasien
2. Kaji kebutuhan pasien akan perawatan rambut
3. Siapkan peralatan dan susun diatas troli
4. Kaji inspirasi dan validasi perasaan pasien
B. Tahap Orientasi
1. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang
2. disukai
Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur
3. tindakan yang akan dilakukan
Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk
4. bertanya sebelum tindakan dimulai
Tanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada
pada pasien, lalu pasang sampiran
C. Tahap Kerja
1. Dekatkan alat-alat ke pasien
2. Angkat bantal, kemudian pasang pengalas dan handuk
di bawah kepala pasien
3. Pasang ujung handuk atau selimut mandi diatas bahu
4. pasien
5. Atur posisi pasien agar berada dipinggir tempat tidur
Pasang talang dibawah kepala pasien dengan ujung
talang dimasukan kedalam ember kosong. Alasi ember
6. dengan kain pel.
7. Sisir rambut pasien
Tutup lubang telinga dengan kasa atau kapas. Jika
8. perlu, tutup juga mata pasien
Periksa kembali air yang digunakan. Jika perlu,
9. tambahkan air panas
Basahi rambut pelan-pelan dari pangkal sampai ke
10. ujung rambut.
Oleskan sampo ke seluruh permukaan kulit kepala dan
11. batang rambut
12. Pijat kulit kepala dan gosok hingga berbusa

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 78


Putar kepala pada sisi yang lain agar semua kulit
13. kepala bersih dan tambahkan air jika perlu
Usap rambut agar busa keluar dan alirkan melalui
14. talang kedalam ember
15. Bilas rambut sampai bersih
Gesek rambut di antara jari untuk memastikan bahwa
16. rambut benar-benar bersih
Ulangi pemberian sampo serta pembilasan jika masih
17. perlu dan jika pasien masih sanggup
18. Angkat penutup telinga dan mata
Keringkan rambut dengan handuk. Jika perlu, bungkus
rambut dengan handuk. Lalu, keringkan telinga, leher,
19. dan muka pasien dengan handuk.
Angkat talang, masukkan karet ke dalam ember, dan
20. angkat selimut mandi.
21. Bantu pasien duduk jika memungkinkan
22. Sisir rambut
23. Bereskan peralatan dan ganti alat tenun yang basah
Rapikan pasien dan atur kembali posisi pasien. Jika
pasien pada posisi tidur, alasi bantal dengan handuk.
D. Tahap Terminasi
1. Observasi keadaan pasien
2. Dokumentasi tindakan yang telah dilakukan dan
hasilnya. Dokumentasikan pula jenis sampo, keadaan
rambut dan kulit kepala, serta reaksi pasien.

Keterangan :

0 = tidak dilakukan

1 = dilakukan, tapi tidak sempurna

2 = dilakukan dengan sempurna

Poso,.

Penguji

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 79


FORMAT PENILAIAN

BED MAKING
Nama Mahasiswa : Nilai
No. NPM :
Program / Kelas/ Tanggal :

NO KETRAMPILAN NILAI
DILAKUKAN TIDAK
DILAKUKAN
A TAHAP PRA INTERAKSI
1 Cek catatan klien terutama yang berhubungan
dengan pergerakkan dan posisi
2 Cuci tangan
3 Siapkan alat alat : laken besar, laken kecil/stick
laken. Alas/perlak, selimut,sarung bantal,
bak/ember alat tenun kotor.
B TAHAP ORIENTASI
1 Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2 Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang
akan dilakukan pada klien
C TAHAP KERJA
1 Berikan kesempatan pada klien untuk bertanya
2 Menanyakan keluhan utama klien, kaji tingkat
kebersihan tempat tidur klien serta lingkungan
sekitar.
3 Sediakan privacy bagi klien (pasang tirai)
4 Susun peralatan dan letakkan pada kursi di samping
tempat tidur klien
5 Turunkan penghalang tempat tidur, atur tinggi
tempat tidur pada posisi yang memudahkan perawat
bekerja.Atur posisi klien, bila perlu angkat
bantal
6 Miringkan klien kearah yang berlawanan dengan
posisi perawat.
7 Lepaskan lipatan alat tenun yang terdapat di bawah
kasur dari kepala ke kaki tempat tidur. Lipat alat
tenun tersebut kearah klien,pertama
tama stik, perlak kemudian laken besar. Lipat
sampai ke bawah bokong klien, punggung dan
bahunya. Bila perlak akan dipakai kembali, jangan
melipatnya.
8 Letakkan alat tenun bersih ditengah kasur, arah
memanjang ;
a. Laken besar di bawah perlak, stick di atas perlak
b. Buka lipatan laken besar kearah perawat berdiri
hingga separuh dari tempat tidur, kemudian

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 80


lipat/masukkan laken pada ujung, kepala dan
kaki tempat tidur ke bawah kasur.
c. Tarik alat tenun dengan tepat sehingga tidak
terdapat lipatan pada bagian tengahnya

9 Bentuk sudut pada kepala tempat tidur dan kaki


tempat tidur ;
a. Angkat ujung laken sebelah atas dan bentuk
segitiga dengan satu sisi tempat tidur dari ujung
laken pararel dengan ujung tempat tidur.
b. Lipat bagian laken yang terdapat di sebelah
bawah kasur.
c. Menurunkan ujung yang lainnya, masukan ke
bawah kasur.
d. Lipat bagian lain yang tersisa dengan rapi
e. Lakukan hal yang sama pada kaki tempat tidur
10 Buka lipatan perlak dan stik laken kearah perawat
berdiri kemudian lipat bagian yang menjuntai ke
lantai bawah kasur, lakukan dengan rapi
11 Pasang penghalang tempat tidur dan pindah ke sisi
lain kemudian turunkan penghalang tempat tidur
tersebut.
12 Bantu klien bergeser ke posisi lain
13 Lepas alat tenun yang kotor di bawah kasur dengan
cara menggulungnya dengan permukaan kotor di
dalam. Masukan ke dalam bak alat tenun kotor
14 Buka lipatan alat tenun yang bersih dari kepala ke
kaki
15 Bentuk sudut laken seperti No. 7
16 Buka lipatan perlak seperti No.8
17 Pasang selimut pada dada klien, beritahu klien
untuk memegang ujung selimut yang kotor.
Kemudian perawat menarik lipatan selimut kearah
kaki
tempat tidur dan klien menahan pegangan di ujung
selimut
18 Masukkan sisi selimut di kaki tempat tidur ke
bawah kasur
19 Ganti sarung bantal
20 Angkat kepala klien dan letakkan bantal
dibawahnya
21 Kembalikan klien pada posisi semula dan pasang
side rail kembali
22 Buka tirai
23 Kembalikan alat alat pada tempatnya

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 81


D TAHAP TERMINASI
1 Evaluasi hasil yang dicapai (subjectif dan Objectiv)
2 Beri reinforcement positif pada klien
3 Kontrak pertemuan selanjutnya (kegiatan, waktu
dan tempat)
4 Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik
5 Cuci tangan
E DOKUMENTASI

Keterangan :

Poso, 2015

Penguji/Observer

( )

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 82


PERAWATAN KOLOSTOMI

Kolostomi adalah lubang ke dalam usus besar (kolon). Lubang kolostomi yang muncul di
permukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut stoma. Kolostomi dapat
bersifat temporer atau sementara sebagai bagian untuk mengatur kondisi pasien, misalnya
untuk mengobati obstruksi di dalam kolon atau rectum. Namun, jika rectum atau bagian dari
kolon telah diangkat atau dipotong karena kanker, kolostomi yang dilakukan bersifat
permanen dan berfungsi sebagai anus.
Pasien dengan kolostomi harus menggunakan kantung eksternal untuk menampung feses.
Kantung tersebut juga berfungsi untuk mencegah penyebaran bau serta melindungi stoma.
Sebagian besar system kantung disposibel dapat digunakan selama 2-7 hari. Kantung
eksternal harus diganti ketika sudah terisi sekitar 1/3-1/2. Kantung eksternal harus diganti
jika kebocoran. Waktu terbaik untuk mengganti kantung adalah ketika usus sedang tidak
aktif, biasanya 2-4 jam setelah makan.
Pasien dengan pemasangan kolostomi (baik temporer atau permanen) perlu diberi
penjelasan tentang cara perawatan stoma dan penggantian kantong kolostomi agar pasien
dapat melakukannya sendiri setelah keluar dari rumah sakit. Beberapa hal yang perlu
dijelaskan pada pasien adalah :
Tehnik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma
Tehnik penggantian (pemasangan dan pelepasan) kantung kolostomi
Tehnik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien
Jadwal makan dan pola makan yang harus diperhatikan
Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi, misalnya makanan tinggi serat
Waktu penggantian kolostomi
Berbagai aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien
Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktivitas pasien
Berbagai hal/keluhan yang harus dilaporkan segera kepada dokter
Berobat/control ke dokter secara teratur

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 83


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Perawatan Kolostomi

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Persiapan alat
1. Kantong kolostomi
Satu set ganti balutan ( pinset anatomis, pinset sirurgis,
baskom kecil, dan gunting )
Kapas
Kassa steril
Larutan sublimat/Nacl
Zinc salep/zinc oil
Betadin
Plester
Sarung tangan
Bengkok
Perlak
Kantong plastic
Tahap Pra Interaksi
2. Lakukan verifikasi order yang ada untuk pemeriksaan
3. Cuci tangan
4. Siapkan peralatan
5. Pasang sampiran
Tahap Orientasi
6 Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang disukai
7. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan
yang akan dilakukan
8. Beri kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk bertanya
sebelum tindakan dimulai
9. Tanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada
pasien
Tahap Kerja
10. Gunakan sarung tangan
11. Bantu pasien ke posisi berbaring atau duduk yang nyaman di
tempat tidur

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 84


12. Letakkan perlak dibagian kanan/kiri pasien sesuai dengan
letak stoma
13. Letakan bengkok diatas perlak dan dekatkan dengan tubuh
pasien
14. Kaji konsistensi dan jumlah cairan feses
15 Lepaskan rekatan kantong kolostomi secara perlahan
16. Bersihkan dan keringkan kulit peristoma dan stoma dengan
menggunakan kapas Nacl 0,9%. Hindari perdarahan
17. Keringkan kulit disekitar stoma dengan menggunakan kassa
steril
18. Observasi stoma dan kulit peristoma
19. Berikan zink salep/zink oil jika terjadi iritasi pada kulit
sekitar stoma
20. Ukur stoma dan siapkan kantong kolostomi yang sesuai
dengan ukuran stoma
21. Buka sala satu sisi perekat kantong kolostomi
22. Masukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
23. Buka sisi perekat, hindari masuknya udara dalam kantong
kolostomi
24. Rapikan pasien dan peralatan
25. Lepaskan sarung tangan
Tahap Terminasi
26. Tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan
27. Simpulkan hasil prosedur yang telah dilakukan
28. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
29. Beri reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
30. Cuci tangan
31. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (jumlah,
bentuk fisik, dan kondisi luka kolstomi) serta hasilnya.

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Poso,.
Penguji

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 85


SLANG NASOGASTRIK (NASOGATRIC TUBE/NGT)

Slang nasogastrik adalah slang yang dimasukan ke dalam lambung melalui nasofaring.
Umumnya slang tersebut dimasukan melalui hidung. Namun, pada beberapa kondisi, slang
dimasukan melalui mulut dan faring.
1. Tujuan Pemasangan NGT
a. Memberikan makanan dan obat bagi pasien yang sulit menelan makanan atau
mengalami gangguan saluran gastrointestinal atas
b. Mengambil isi lambung dan gas yang ada di dalam lambung (decompression)
c. Mengirigasi atau melakukan bilas (cuci) lambung dalam kasus keracunan, overdosis
obat, atau perdarahan pada lambung
d. Mencegah mual, muntah, dan distensi lambung setelah pembedahan.
2. Tipe dan Indikasi Pemasangan NGT
a. NGT tipe Salem Sump, Levin, dan Miller-Abbot untuk decompression,
b. NGT tipe Duo, Dobhoff, dan Levin untuk pemberian nutrisi
c. NGT tipe sangtaken-Blakemor untuk compression.
d. NGT tipe Levin, Edwald, Salem Sump untuk mengeluarkan isi lambung (lavage)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 86


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Memasang slang Nasogastrik

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Tahap pra interaksi
1. Periksa catatan perawatan dan catatan medis pasien
2. Kaji kebutuhan pasien akan pemasangan NGT
3. Siapkan peralatan dan susun diatas troli
NGT (14-16)
Spuit 10 atau 20 cc
Jelly
1 pinset anatomis
1 bengkok
Handuk dan tisu
Plester dan gunting
Stetoskop
Sarung tangan
Spatel lidah
Senter
Corong
Segelas air putih dan sendok atau sedotan
Klem
Peniti
Tahap Orientasi
4. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang disukai
5. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan
yang akan dilakukan
6. Beri kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk bertanya
sebelum tindakan dimulai
7.. Tanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada
pasien lalu pasang sampiran
8. Jelaskan kemungkinan adanya ketidaknyamanan.
. Tahap Kerja
9. Bantu pasien untuk posisi high-fowler
10. Bersama denga pasien tentukan kode yang akan digunakan
selama tindakan, misalnya mengangkat telunjuk untuk

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 87


menyatakan tunggu sebentar karena terasa tidak enak
11. Dekatkan peralatan ke tempat tidur pasien. Pasang handuk di
dada pasien. Lalu, letakkan tissue, bengkok dan air minum
pada jangkauan pasien.
12. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
13. Tentukan lubang hidung yang akan dimasuki salang
nasogastrik
14. Ukur panjang slang yang akan dimasukan dengan cara
mengukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun telinga
bawah dank e prosesus xifoideus di sternum
15. Berikan jelly pada ujung slang sepanjang 10-20 cm
16. Beri tahu pasien bahwa salng akan segera dimasukkan.
Ekstensikan kepala pasien dan masukkan slang melalui
hidung yang telah ditentukan
17. Setelah slang mencapai orofaring (tenggorokan). Pasien akan
merasa ingin muntah dan bahkan muntah. Minta pasien
untuk menekuk kepala ke depan dan dorong masien untuk
minum dan menelan
18. Jika pasien ingin muntah, hentikan dulu pemasukkan slang.
Minta pasien untuk beristirahat, mengambil napas dalam,
dan minum sedikit air untuk menenangkan refleks muntah.
19. Masukkan slang sepanjang 5-10 cm pada setiap gerakan
menelan, sampai sepanjang slang yang diinginkan telah
masuk
20. Apabila slang tidak dapat maju pada setiap gerakan menelan,
tarik sedikit slang tersebut dan inspeksi posisi slang dengan
menggunakan spatel lidah dan senter
21. Pastikan slang berada di tempat yang benar, misalnya dengan
cara :
aspirasi isi lambung dan periksa PH atau
auskultasi suara udara yang dimasukkan dengan cara
pasang spuit pada ujung slang, pasang stetoskop di atas
epigastrium pasien. Lalu, suntikkan 10-30 mL udara ke
dalam slang sambil mendengarkan suara blup
jika slang tidak di lambung, masukkan kembali slang sejauh
5 cm dan ulangi pemeriksaan
22. Oleskan kapas alcohol pada hidung pasien dan slang. Lalu,
biarkan sampai kering
23. Lepaskan sarung tangan
24. Fiksasi slang dengan memplesternya ke batang hidung
dengan cara :
potong plester sepanjang 7,5 cm dan potong memanjang

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 88


bagian tengan plester pada sala satu ujung plester
sepanjang 5 cm dan biarkan 2,5 cm plester tetap utuh.
Letakkan plester yang utuh pada batang hidung pasien,
dan tarik kedua ujung plester kea rah bawah, kemudian
mengelilingi slang, atau tarik ke bawah slang dan
diletakkan kembali ke pangkal hidung.
25. Hubungkan slang dengan alat pengisap atau alat pemberi
makan sesuai program, atau klem ujung slang
26. Fiksasi slang ke baju pasien denga cara tempelkan plester ke
slang dan penitikan plester tersebut ke pakaian.
Tahap Terminasi
27. Rapikan pasien dan atur kembali posisi pasien
28. Rapikan peralatan
29. Evaluasi keadaan pasien setelah tindakan
30. Beri reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
31. Cuci tangan
32. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan (jumlah,
bentuk fisik, dan kondisi luka kolstomi) serta hasilnya.
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Poso,.
Penguji

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 89


KEGIATAN PENYULUHAN PADA MASYARAKAT

1. Pengertian
Penyuluhan adalah serangkain upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang
lain,mulai dari individu,kelompok,keluarga,dan masyarakat agar terlaksananya perilaku
hidup sehat.
2. Tujuan
Tujuan penyuluhan adalah mempengaruhi pengetahuan,sikap dan perilaku yang terkait
dengan hidup sehat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap serta
perilaku kea rah hidup sehat.
3. Sasaran
Yang menjadi sasaran penyuluhan di masyarakat adalah individu,keluarga,kelompok,dan
masyarakat.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 90


FORMAT PENILAIAN

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

No Aspek Yang Dinilai Dilaksanakan Ket


Ya Tidak
A Kelengkapan Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
1 Diagnosa keperawatan
2 Topik penyuluhan
3 Sasaran
4 Jadwal kegiatan ; hari,tanggal,jam
5 Tempat pelaksanaan
6 Nama penyuluh
7 Tujuan umum penyuluhan
8 Tujuan khusus penyuluhan
9 Kegiatan penyuluhan
10 Materi penyuluhan
11 Metode penyuluhan
12 Alat-alat yang digunakan
13 Evaluasi penyuluhan
14 Daftar pustaka/referensi
15 Kesesuain materi dengan tujuan
B Kelengkapan Peralatan
16 Poster
17 Leaflet/brosur
18 Lakband atau plester timbal balik
19 Buku catatan dan pulpen (alat tulis) dan spidol
20 Papan flipchart/papan pengumuman (disiapkan)
21 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
22 Daftar hadir penyuluhan
C Kegiatan Penyuluhan
23 Mengucapkan salam
24 Memperkenalkan diri
25 Menjelaskan tujuan penyuluhan
26 Menjelaskan materi penyuluhan
27 Menyimpulkan hasil penyuluhan
28 Meminta peserta untuk bertanya tentang hal-hal yang belum
diketahui terkait dengan materi yang disampaikan
29 Memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan oleh
peserta
30 Mengevaluasi peserta terhadap penyuluhan yang diberikan
dengan mengajukan pertanyaan sesuai tujuan penyuluhan
31 Memberikan pujian (reinforcement) positif terhadap kemampuan
peserta terkait hal-hal positif yang telah dilakukan

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 91


32 Mendiskusikan kembali jawaban dari peserta bila tidak sesuai
dengan materi yang disampaikan
33 Membereskan peralatan
D Evaluasi
34 Mengevaluasi respon peserta penyuluhan
E Dokumentasi
35 Mencatat pelaksanaan kegiatan penyuluhan : hari,tanggal,jam
36 Mengambil daftar hadir penyuluhan dari peserta (dibuat sendiri)
37 Mencatat hal-hal penting selama pelaksanaan kegiatan
penyuluhan antara lain jumlah peserta,pertanyaan yang diajukan
dan kelancaran kegiatan penyuluhan

Kesimpulan :
Lulus / Tidak Lulus*
*Coret yang tidak perlu
Poso,..
Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 92


PERAWATAN LUKA

1. Pengertian luka
Luka adalah keadaan terputusnya kontuinitas jaringan tubuh yang dapat menyebabkan
fungsi tubuh terganggu sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Jenis luka
a. Berdasarkan sifat kejadian
Luka disengaja : contohnya luka bedah dan luka radiasi
Luka tidak disengaja : contohnya luka karena kecelakaan
b. Berdasarkan integritas kulit
Luka terbuka : terjadi robekan dan robekan tersebut dapat terlihat, contohnya :
1. Luka abrasion (luka akibat gesekan)
2. Luka puncture (luka akibat tusukan)
3. Luka hautration (luka akibat alat perawatan luka)
Luka tertutup : tidak terjadi robekan.
c. Berdasarkan penyebab
Luka mekanik, luka mekanik terdiri atas :
1. Vulnus scissum : luka sayat akibat benda tajam
2. Vulnus contusum : luka memar akibat benturan benda tumpul
3. Vulnus laceratum : luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya yang
menyebabkan robeknya jaringan yang dalam
4. Vulnus puctum : luka tusuk yang kecil di bagian luar, tetapi besar dibagian
dalam
5. Vulnus seloferadum : luka tembak. Bagian tepi luka tampak kehitam-hitaman
6. Vulnus morcum : luka gigitan yang tidak jelas bentuknya
7. Vulnus abrasion : luka terkikis yang terjadi dibagian luka, tetapi tidak sampai
ke pembuluh dara.
Luka nonmekanik. Luka nonmekanik terdiri atas luka nakibat zat kimia, termik,
radiasi, atau sengatan listrik.
3. Tipe balutan
a. Kering-kering
Terutama digunakan untuk menutup luka dengan penyembuhan primer
Tujuan : melindungi luka, absorpsi drainase, dan estetik bagi pasien serta
memberikan tekanan
Kelemahan : melekat pada permukaan luka ketika drainase kering, pada saat
dilepas menimbulkan rasa nyeri dan merusak jaringan granulasi.
b. Basah-lembab
Berupa kasa jala lebar yang dibasahi seluruhnya dengan larutan saline atau
antimikroba yang diletakan bertumpu pada permukaan luka. Lapisan kedua adalah
kapas absorben kering atau dakron yang diletakan diatasnya.
Digunakan untuk debridement luka (pengengkatan material terinfeksi atau
nekrotik). Debris nekrotik akan dilunakan oleh larutan dan kemudian melekat

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 93


pada kasa jala saat mongering. Ketika balutan diangkat, debris tersebut akan ikut
terangkat.
c. Basah-basah
Sudah jarang digunakan, tetapi umumnya digunakan untuk memberikan
lingkungan yang fisiologis yang membantu proses penyembuhan local.
4. Tujuan
Melindungi luka dari trauma mekanik
Mengimobilisasi luka
Mengabsorpsi drainase
Mencegah kontaminasi dari kotoran-kotoran tubuh
Membantu homeostasis
Menghambat atau membunuh mikroorganisme
Memberikan lingkungan fisiologis yang sesuai untuk penyembuhan luka
Menjaga kebersihan dan kenyamanan pasien
5. Alat dan bahan
Sarung tangan
Gunting
Pinset anatomis
Pinset sirurgis
Set steril
Klem
Kasa
Verban
Lidi kapas
Plester
Perlak
Laken kecil
Bengkok
Normal saline
Betadine
Kapas alcohol
Obat atau cairan sesuai advis dokter.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 94


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Merawat Luka

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
1. Pastikan balutan perlu diganti
2. Cuci tangan
3. Kaji inspirasi dan ekspirasi pasien serta validasi perasaan
pasien
4. Siapkan peralatan dan susun diatas troli
5. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang disukai
6. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan
yang akan dilakukan
7. Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk
bertanya sebelum tindakan dimulai
8. Atur posisi pasien
9. Pertahankan privasi pasien selama tindakan dilakukan
10. Kenakan sarung tangan steril
11. a. Basah Kering
Desinfeksi luka
Siapkan kasa yang sudah dibasahi dengan normal
saline atau betadin. Lalu, tutupkan pada luka
Tutup dengan kasa kering dan steril
Lepaskan sarung tangan
Plester balutan
b. Kering kering
Desinfeksi luka
Keringkan luka dengan kasha kering
Tutup luka dengan kasa steril
Lepaskan sarung tangan
Plester balutan
c. Basah Basah
Desinfeksi luka
Siapkan kassa yang sudah dibasahi dengan betadin,
normal saline, atau antimicrobial. Lalu, tutupkan pada
luka
Tutup dengan kassa basah (bias rivanol atau betadine)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 95


Lepaskan sarung tangan
Bebat balutan. Jika memungkinkan, tidak perlu
dibebat
12. Kembalikan pasien ke posisi semula
13. Bereskan peralatan
14. Cuci tangan
15. Dokumentasikan tindakan tang telah dilakukan (jam atau
tanggal, kondisi luka, cairan atau pus) dan hasilnya.

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna

Poso,.

Penguji

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 96


MENJAHIT LUKA

Penjahitan luka merupakan tindakan untuk menutup luka melalui jahitan. Tindakan ini
bertujuan untuk mencegah perdarahan, mencegah infeksi silang, dan mempercepat
penyembuhan luka. Dalam menjahit luka, dikenal beberapa tipe jahitan, yaitu jahitan
sederhana, jahitan terputus, jahitan kontinu, dan jahitan intradermal.
1. Tehnik Jahitan Terputus
Jahitan terputus merupakan tipe jahitan yang paling sering digunakan karena sederhana
dan mudah dilakukan. Setiap jahitan disimpul sendiri dan dapat dilakukan pada kulit dan
bagian tubuh yang lain.
Keunggulan :
Cocok untuk daerah yang bergerak karena setiap jahitan saling menunjang satu
dengan yang lain.
Kelemahan :
Ukuran benang yang digunakan umumnya besar/kasar sehingga dapat memberikan
bekas yang kurang bagus.
2. Tehnik Jahitan Kontinu
Pada jahitan kontinu atau disolvenm, simpul hanya ada diujung jahitan dan hanya terdiri
atas dua simpul
Keunggulan :
Membutuhkan waktu yang tidak perlu terlalu lama karena simpul yang digunakan
hanya dua.
Kelemahan :
Jika sala satu simpul terbuka, jahitan akan terbuka seluruhnya.
3. Tehnik jahitan Intradermal
Jahitan intradermal merupakan jahitan yang memberikan bekas paling minimal atau
paling baik daripada jenis jahitan yang lain karena jahitan terdapat di bawah epidermis
kulit.
Keunggulan :
Memberikan bekas jahitan yang minimal sehingga paling baik untuk jahitan di wajah.
Kelemahan :
Tidak dapat digunakan pada daerah yang banyak bergerak.
4. Alat dan Bahan
Seperangkat alat steril, yang terdiri atas :
1. Nald voeder / needle holder
2. Pinset sirurgis
3. Gunting benang
4. Jarum jahit
5. Benang jahit ( cromic cat gut dan plan cat gut )
6. Kasa steril
7. Duk lubang
8. Sarung tangan

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 97


Peralatan dan bahan tidak steril, yang terdiri atas :
1. Gunting pembalut
2. Plester
3. Alcohol 70 %
4. Bensin
5. Mercurochroom atau trincturo jodii 3 % atau H2O2
6. Bengkok
7. Kain pembalut atau verban
8. Obat-obatan desinfektan, misalnya betadine dan lisol.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 98


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Menjahit Luka

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
Tahap Prainteraksi
1. Periksa catatan perawatan dan catatan medis pasien
2. Kaji kebutuhan pasien
3. Siapkan peralatan dan susun diatas troli
Tahap orientasi
4. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang disukai
5. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan
yang akan dilakukan. Berikan kesemptan kepada pasien atau
keluarga untuk bertanya sebelum tindakan dimulai
6. Tanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada
pasien. Dekatkan peralatan ke tempat tidur pasien, lalu,
pasang sampiran.
Tahap Kerja
7. Cuci tangan
8. Kenakan sarung tangan
9. Sterilkan daerah yang akan dijahit dengan menggunakan
larutan antiseptic (misalnya betadin dan alcohol 70 %)
10. Lakukan anastesi local pada daerah yang akan dijahit
11. Pakaiakn duk lubang steril.
12. Tarik tepi luka dengan pinset dan tentukan pertautannya
untuk mendapatkan bentuk yang tepat dan rapi
13. Pasang jarum jahit yang sudah berbenang pada nad voeder
kira-kira 1/3 dari ujungnya (bagian yang runcing), kemudian
tusukan pada tepi luka (sekitar 3-4 mm dari tepi luka)
14. Sewaktu jarum ditusukan ke kulit, tahan kulit dengan pinset
dengan sedikit dorongan kea rah satu titik temu (arah saling
berhadapan)
15. Setelah jarum menembus kulit, buka jepitan nald voeder dan
pindahkan mendekati pangkal (bagian jarum tempat benang
disangkutkan), sambil mendorong jarum. Demikian

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 99


seterusnya.

16. Sambil menahan jarum dan pinset, tarik jarum keluar


17. Setelah jarum dicabut keluar dari kulit, tarik benang dan
sisahkan sedikit ujungnya (sekitar 1-2 cm)
18. Gerakkan pemegang jarum sedemikian rupa sambil benang
dililitkan pada nald voeder. Jumlah lilitan disesuaikan
dengan kebutuhan. Umumnyaq digunakan 1 lilitan, 2 lilitan
digunakan jika diinginkan jahitan yang agak ketat.
19. Nald voeder segera menjepit ujung benang lainnya. Ujung
benang pertama ditarik dan ujung yang dijepit dipertahankan
20. Tarik benang sejajar arah luka untuk mempererat benang.
Usahakan hasil jahitan tidak terlalu ketat. Tetapi tepi luka
saling bertemu.
21. Potong benang dengan gunting benang
22. Ulangi tindakan ini sampai seluruh tepi luka merapat.
Tahap terminasi
23. Tanyakan perasaan pasien setelah prosedur dilakukan
24. Simpulkan hasil prosedur yang dilakukan
25. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
26. Beri reinforcement sesuai dengan kemampuan pasien
27. Cuci tangan
28. Dokumentasikan tindakan yang dilakukan (kondisi luka,
jumlah jahitan, serta jenis dan ukuran benang) serta hasinya.
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna Poso,.
Penguji

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 100


RESTRAIN

1. PENGERTIAN
Suatu bentuk tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan
ekstrimitas individu yang berperilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan
keamanan fisik dan psikologis individu.
Restrain (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengna intervensi
verbal,chemical restrain mengalami kegagalan.

2. INDIKASI
Berisiko mencederai diri sendiri dan orang lain
Mengalami toleransi dan atau tidak lagi responsive terhadap psikofarmaka yang
menekan perilaku maladaptive
Klien mnegalami gangguan kesadaran/bingung yang berisiko mengalami
cedera/injury
Klien yang membutuhkan penurunan stimulus dan istirahat yang tenang
Klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa aman dan pengendalian
dirinya.

3. HAL-HAL YANG PENTING DIPERHATIKaN PADA RESTRAINT :


Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter
Sesegera mungkin (< 1 jam) setelah dilakukan restrain/seklusi,perawat melakukan
pencatatan terapy untuk mendapatkan legalitas tindakan baik secara verbal maupun
nonverbal.
Intervensi restrain/seklusi sibatasi waktu : 4 jam untuk klien berusia > 18 tahun,2 jam
untuk usia 9 17 th,dan 1 jam untuk umur < 9 tahun.
Evaluasi dilakukan 4 jam untuk klien > 18 th, 2 jam untuk anak-anak dan usia 9-17
tahun.
Waktu minimal reevaluasi adalah 8 jam untuk usia > 18 tahun dan 4 jam untuk usia <
17.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 101


FORMAT PENILAIAN

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

No Aspek yang Dinilai Dilaksanakan Ket


Ya Tidak
PENGKAJIAN
1 Identifikasi presipitasi kejadian yang memenuhi criteria terapi
2 Identifikasi tanda dan gejala perilaku klien
PERENCANAAN
3 Persiapan alat
Baju restraint
Tali restraint
Bantalan untuk melindungi tulang yang menonjol
4 Persiapan lingkungan
Lingkungan yang terapeutik yang menjaga privasi klien
Lingkungan yang terbebas dari benda-benda berbahaya
Lingkungan yang nyaman, aman dari gangguan klien yang
lain
IMPLEMENTASI
5 Jelaskan kepada klien/keluarga mengenai resiko dan keuntungan
restrain
6 Sediakan staf yang cukup untuk aplikasi keamanan dan
penggunaan teknik/metode restrain
7 Lakukan pendekatan terapeutik dengan menunjukkan perilaku
tenang
8 Jelaskan prosedur,tujuan dan waktu untuk intervensi klien
9 Lakukan restrain pada ekstremitas klien dengan posisi anatomis
10 Berikan privasi dan hargai hak asasi klien serta amankan
restrain dari jangkauan klien lain
11 Jelaskan pada klien tentang standar operasional mengenai
tingkah laku untuk mengakhiri intervensi restrain
12 Observasi restrain tiap 10-15 menit,dengan focus observasi :
Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan
restrain/seklusi
Nutrisi dan hidrasi
Sirkulasi dan range of motion ekstremitas
Vital sign
Hygiene dan eliminasi
Status fisik dan psikologis
13 Bantu dan penuhi kebutuhan klien selama restrain
(mandi,Makan/minum dan eliminasi)
14 Buat jadwal monitor dan observasi respon klien terhadap
prosedur restrain-mengecek dan dokumentasikan kapan klien

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 102


tampak lebih tenang
15 Sediakn informasi yang diminta klien dan keluarga selama
restrain
16 Lakukan proses penghentian intervensi restrain bersama klien
dan staf perawat lain
17 Lepaskan restrain secara angsur sesuai dengan peningkatan
control klien
18 Bantu klien dalam pemenuhan self care sampai klien mandiri
EVALUASI
19 Mengevaluasi pelaksanaan restrain
Monitor respon klien terhadap dilepasnya restrain
Bantu klien mengenal dan mengungkapkan perasaannya
setelah dilakukan terapi restrain
DOKUMENTASI
20 Melakukan pendokumentasian dengan tepat

Kesimpulan :

Lulus / Tidak Lulus*

*Coret yang tidak perlu

Poso,..
Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 103


ELETRO CONVULSIVE THERAPY (ECT)/ TERAPI KEJANG LISTRIK

A. Pengertian
Eletro Convulsive Therapy (Ect)/ Terapi Kejang Listrik adalah bentuk terapi kepada klien
dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan arus listrik melalui
electrode yang ditempelkan pada area temporal klien.
B. Tujuan
Mengurangi gejala psikiatri yang timbul melalui perubahan neurochemical dan
neurophysiologi
C. Indikasi
1. Ganguan afektif tipe depresi,mania
2. Skizofrenia
3. Psikosa Depresi
4. Melankoli involusi
D. Kontra indikasi
1. Tumor intra cranial
2. Kehamilan
3. Osteoporosis
4. Infark Miokard Akut
5. Asma bronchial
6. Hipertensi Berat
E. Dosis/Frekuensi terapi
1. Depresi 6-1-x terapi
2. Skizofrenia 20-30x,terapi secara terus menerus dengan frekuensi tiap 2-3 hari sekali
(seminggu 2x)
F. Efek samping
1. Aspirasi Pneumonia
2. Apnue
3. Bradikardia pasca kejang
4. Aritmia jantung
5. Efek samping umum ; haemoptoe,fraktur dan febris
6. Amnesia
7. kematian

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 104


FORMAT PENILAIAN

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

No Aspek yang Dinilai Dilaksanakan Ket


Ya Tidak
Persiapan pra ECT
1 Menangani kecemasan dan kurang pengetahuan klien tentang
prosedur ECT
2 Melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk
mengidentifikasi adanya kelainan yang merupakan kontra
indikasi ECT
3 Menyiapkan Surat Persetujuan Tindakan (Informed Concent)
4 Mempuasakan klien minimal 6 jam sebelum ECT
menghentikan pemberian obat sebelum ECT
5 Melepas gigi palsu,lensa kontak,perhiasan atau jepit rambut
yang dipakai oleh klien
6 Memakaikan pakaian yang longgar
7 Membantu mengosongkan vesika urinaria
8 Mengukur Tanda-tanda vital
9 Mempersiapkan alat emergensi/resusitasi (bila diperlukan) ;
tabung oksigen,Stetoskope,Infus
set,Laringeoscope,ETT,Oropharingeal airway
(Goedel),Penyedot lender,SPatel karet,Obat-obatan injeksi
(Sulfas Atropin,Phentotal,Succinylcholine)
10 Mempersiapkan alat pelaksanaan ECT (Larutan NaCL,Kapas
Atau kasa,Kom,Restrain/manset)
Pelakanaan ECT (Intra ECT)
11 Membaringkan klien dengan posisi terlentang
12 Menyiapkan alat (convulsator)
13 Pasang Bantalan gigi
14 Menahan persendian dengan supel pada saat ECT berlangsung
(Sendi bahu,sendi rahang dan sendi lutut)
15 Membantu pernafasan seketika setelah ECT dilaksanakan
hingga klien bernafas spontan
Perawatan Post ECT
16 Miringkan kepala
17 Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital sampai kondisi
stabil
18 Menjaga keamanan klien
19 Membantu orientasi klien bila sudah sadar dengan menjelaskan
apa yang sedang terjadi

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 105


Dokumentasi
20 Mendokumentasikan hal-hal yang dianggap penting selama
pelaksanaan ECT berlangsung (TTV,efek samping ECT,over
dosis ECT,dll)

Kesimpulan :

Lulus / Tidak Lulus*

*Coret yang tidak perlu

Poso,..
Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 106


TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

A. Pengertian
Adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungan social.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien mampu meningkatkan hubungan social dalam kelompok secara bertahap
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topic percakapan
f. KLien mampu bekerja sama dam permainan sosialisasi kelompok
g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK yang telah
dilakukan
C. Aktifitas
Aktifitas TAK dilakukan sebanyak tujuh (7) sesi yang mealtih kemampuan sosialisasi
klien.
D. Indikasi
KLien dengan gangguan hubungan social :
1. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
2. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai dengan stimulus

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 107


FORMAT PENILAIAN

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

No Aspek Yang Dinilai Dilaksanakan Ket


Ya Tidak
1 Menjelaskan tujuan ;
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan ; nama
lengkap,nama panggilan,asal dan hobi
2 Setting
Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
Ruangan nyaman dan tenang
3 Persiapan alat
Tape Recorder
Kaset ; Marilah Kemari (Titiek puspa)
Bola tenis
Buku catatan dan pulpen
Jadwal kegiatan klien
Name Tag
Kertas karton manila
Spidol
4 Menjelaskan Metode
Dinamika kelompok
Diskusi dan Tanya jawab
Bermain peran/simulasi

5 Persiapan
Memilih pasien sesuai indikasi
Membuat kontrak dengan klien
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Fase Orientasi
6 Memberi salam terapeutik ; salam dari terapis
7 Evaluasi/validasi ; menanyakan perasaan klien saat ini
8 Kontrak ; menjelaskan tujuan kegiatan ,yaitu memperkenalakan
diri
9 Menjelaskan aturan main,yaitu :
Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus
meminta izin kepada terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
Fase Kerja
10 Menjelaskan kegiatan,yaitu kaset pada Tape Recorder akan
dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum
jam (yaitu kearah kiri) dan pada saat tape dimatikan maka

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 108


anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan dirinya
dengan menyebutkan ; salam,nama lengkap,nama panggilan,asal
dan hobi,dimulai oleh terapis sebagai contoh.
11 Menghidupkan kembali kaset pada tape recorder dan edarkan
bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam
12 Menulis nama panggilan pada Name Tag dan tempelkan
13 Mengulangi kegiatan diatas sampai semua anggota kelompok
mendapat giliran
14 Memberi pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok
dengan member tepuk tangan
Fase Terminasi
15 Melakukan evaluasi : menanyakan perasaan setelah TAK dan
member pujian atas keberhasilan kelompok
16 Membuat rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih
memperkenalkan diri kepada orang lain di dalam
kehidupan sehari-hari
Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal
kegiatan harian klien
17 Membuat kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikutnya,yaitu berkenalan dengan
anggota kelompok
Menyepakati waktu dan tempat
18 Kemampuan klien memperkenalkan diri secara verbal
(menyebutkan nama lengkap,nama panggilan, asal dan hobi) dan
kemampuan non verbal (kontak mata, duduk tegak,menggunakan
bahasa tubuh yang sesuai,mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir)
19 Mendokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika TAk
pada catatan proses keperawatan klien dan memberikan nursing
advise

Kesimpulan :

Lulus / Tidak Lulus*

*Coret yang tidak perlu

Poso,..
Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 109


PEMASANGAN INFUS

Cairan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, antara lain untuk mengangkat zat-zat
makanan, pelarut elektrolit dan nonelektrolit, membantu pencernaan, mempermudah
eliminasi, dan memelihara suhu tubuh. Jika tibuh manusia kekurangan cairan, akan terjadi
kondisi yang disebut hipovolume atau dehidrasi. Pemberian cairan intravena terkadang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Terapi intravena
diberikan pada pasien yang tidak mampu mengonsumsi cairan oral secara adekuat.
Pemberian terapi intravena digunakan untuk memasukan cairan atau obat langsung ke
dalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan
menggunakan infuse set. Pemasangan infuse bertujuan sebagai tindakan pengobatan dan
untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan dan elektrolit. Prinsip pemasangan infuse
adalah prinsip steril.
1. Macam-macam cairan intravena
Cairan intravena yang biasa digunakan antara lain sebagai berikut.
a. Larutan nutrient
Contoh larutan nutrient adalah :
Mengandung karbohidrat dan air : 5% dekstrosa dalam air (D5W), 3,3% glukosa
dalam 0,3 NaCl, 5% glukosa dalam 0,45% NaCl, levuso (fruktosa), invert sugar
(1/2 dekstrosa dan levulosa).
Mengandung asam amino : Amigen dan Travamin.
Mengandung lemak: Lipomul dan Lyposyn
b. Larutan elektrolit
Larutan elektrolit meliputi larutan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan
tetap dengan bermacam-macam elektrolit. Larutan saline dapat bersifat isotonic,
hipotonik, atau hipertonik.
Contoh larutan saline isotonic adalah normal saline (NaCl 0,9%), Ringer Laktat/RL,
Ringer, dan dekstrosa 5% dalam air (D5W). contoh larutan saline hipotonik adalah
0,33% NaCl dan dekstrosa 2,5% dalam air. Contoh larutan saline hipertonik adalah
dekstrosa 5% dalam normal saline, dekstrosa 5% dalam RL, dan 3 % NaCl
c. Cairan asam-basa
Contoh cairan yang termasuk cairan asam-basa adalah natrium laktat dan natrium
bikarbonat.
d. Volume expanders
Volume expanders adalah jenis larutan yang berfungsi meningkatkan volume
pembuluh dara atau plasma, misalnya pada kasus hemoragi atau kombustio berat.
Contoh volume expanders yang bias digunakan adalah human serum albumin dan
dekstran.
2. Lokasi pemberian infuse
Umumnya pemberian infuse dapat dilakukan pada vena lengan (vena sefalika, basalika,
dan mediana kubiti), vena tungkai (vena safena), atau vena di daerah kepala (vena
temporalis frontalis). Infuse pada individu dewasa biasanya dipasang didaerah lengan

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 110


atas, tangan dan kaki. Namun, pada bayi, infuse biasanya dipasang di daerah kepala (pada
kondisi-kondisi tertentu).
3. Pengaturan tetesan infuse
Tiga hal yang perlu diperhatikan pada saat mengatur tetesan infuse, yaitu volume (mL)
cairan yang dibutuhkan, waktu yang dibutuhkan untuk menambahkan cairan tersebut, dan
usia pasien.
a. Pasien dewasa
Volume cairan yang dibutuhkan x factor tetes
Tetesan per menit = ---------------------------------------------------------------
Total waktu (jam) x 60 menit
b. Pasien anak-anak
Volume cairan yang dibutuhkan x factor tetes
Tetesan per menit = --------------------------------------------------------------
Total waktu (jam) x 60 menit

Keterangan : pada pasien anak-anak, factor tetes yang digunakan adalah factor mikro
(60 tetes/menit)
4. Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
b. Memulihkan keseimbangan asam-basa
c. Memulihkan volume darah
d. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan
5. Alat dan bahan
Standar infuse
Set infuse
Cairan infuse sesuai kebutuhan
Jarum infuse/abbocath atau sejenisnya
Pengalas
Torniket / pembendung
Kapas alcohol 70%
Plester,gunting, dan kasa steril
Betadine
Sarung tangan steril
Catatan :
Untuk transfuse darah gunakan jarum suntik yang lebih besar.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 111


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Pemasangan Infus

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
A. Tahap Prainteraksi
1. Periksa cacatan perawatan dan catatan medis pasien.
2. Kaji kebutuhan pasien
3. Eksplorasi dan validasi perasaan pasien.
B. Tahap Orientasi
1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan kepada pasien tentang tujuan dan prosedur
tindakan yang akan dilakukan
3. Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk
bertanya sebelum tindakan dimulai
4. Tanyakan keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada
pada pasien. Lalu, pasang sampiran.
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Tetap jaga privasi pasien
3. Atur posisi pasien
4. Siapkan cairan infuse dan set infuse, pertahankan tehnik
steril ketika membuka cairan dan pak infuse
5. Hubungkan cairan ke set infuse dengan menusukan
ujung slang ke bagian karet botol infuse
6. Isi cairan kedalam set infuse dengan menekan bagian
ruang tetesan hingga ruang tetesan tersisi sebagian dan
buka penutup (klem slang) hingga slang terisi cairan dan
udara di dalam slang keluar.
7. Setelah itu, jepit (klem) slang infuse dan tutup jarum
kembali. Tabung tetesan jangan sampai penuh
8. Letakan pengalas dibawah area (vena) yang akan
dipasang infuse dan gulung lengan baju pasien
9. Lakukan pembendungan dengan meletakan torniket 10-
12 cm di atas area penusukan. Jika pasien sadar,
anjurkan ia untuk menggenggam
10. Gunakan sarung tangan steril

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 112


11. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan
membersihkannya menggukan kapas alcohol 70 %
memutar dari dalam keluar.
12. Tusukan jarum ke vena dengan ibu jari di bawah vena
dan lubang jarum (abbocath) menghadap keatas
13. Perhatikan apakah sudah mengenai vena. Cirinya adalah
darah keluar melalui jarum infuse.
14. Apabilah sudah mengenai vena, tarik keluar bagian
dalam jarum sambil menyusupkan bagian luarnya lebih
jauh kedalam vena.
15. Setelah jarum bagian dalam dilepaskan, tekan bagian
atas vena dengan menggunakan jari tangan agar darah
tidak keluar.
16. Lepaskan torniket dan lemaskan kepalan tangan pasien
17. Hubungkan jarum infuse ke slang infuse dengan cepat
dan cermat
18. Buka klem dan atur kecepatan sesuai dengan instruksi
yang diberikan
19. Perhatikan apakah terdapat tanda-tanda inflamasi di
daerah penusukan. Jika tidak ada tanda-tanda inflamasi,
lakukan desinfeksi dengan betadin dan tutup jarum serta
tempat tusukan dengan kasa steril, kemudia diplester.
20. Dokumentasikan tanggal dan waktu pemasangan infuse,
ukuran jarum, serta jenis cairan.
21. Lepaskan sarung tangan dan bereskan peralatan
22. Rapikan kembali pakaian dan posisi pasien.
D. Tahap Terminasi
1. Tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan.
2. Simpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Cuci tangan
5. Dokumentasikan jenis cairan, letak infuse, kecepatan
aliran, ukuran dan tipe jarum, serta tanggal dan waktu
pemasangan infuse
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Poso,.

Penguji

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 113


PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN MEMASANG KATETER

Alat dan Bahan :

1. Bak instrimen berisi


2. Pinset anatomis 1 buah
3. Perlak
4. Kapas sublimat dalam tempatnya
5. Sarung tangan steril
6. Aquadest 1 buah
7. Plester
8. Gunting plester
9. Kateter
10. Urine bag
11. Kassa
12. Jelly atau vaselin
13. Bengkok
14. Spuit 10 cc

Tujuan

1. Menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih


2. Mendapatkan urin steril untuk spesimen
3. Pengkajian residu urin
4. Penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medula spinalis, gangguan
neuromuskular, atau inkompeten kandung kemih, serta pascaoperasi besar.
5. Mengatasi obstruksi aliran urin
6. Mengatasi retensi perkemihan.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 114


MEMASANG KATETER
Nilai
Nama Mahasiswa :
No. NPM :
Program / Kelas/ Tanggal :

No KETRAMPILAN Dilakukan
Ya Tidak
A. Tahap Pra Interaksi
a. Siapkan alat-alat/ Bahan, membawa ke dekat klien
b. Memasang sampiran (bila perlu)
B. Tahap Orientasi
a. Berikan salam dan panggil klien dengan namanya
b. Memperkenalkan nama perawat
c. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarganya
d. Memberikan kesempatan klien bertanya
C. Tahap Kerja
a. Cuci tangan
b. Atur posisi pasien senyaman mungkin
- Untuk perempuan : Dorsal recumbent
- Untuk laki-laki : Supinasi
c. Pasang perlak dibawah bokong klien
d. Buka kemasan bungkus kateter dan tempatkan kateter di bak instrument
steril
e. Letakkan bengkok dekat bokong klien
f. Pakai sarung tangan
g. Bersihkan daerah meatus dengan kapas sublimat
- Untuk perempuan
Buka labia mayora dengan tangan kiri dan tanagn kanan memegang
kapas sublimat 3 buah. Bersihkan labia Minora dari atas ke bawah 1x
usap. Kemudian bersihkan labia Mayora dengan kapas sublimat dari
atas kebawah 1x usap dan perineum pasien 1x usap (ulangi bila perlu)
- Untuk laki-laki
Pegang daerah dibawah gland penis, pretium ditarik keatas dan
bersihkan dengan kapas sublimat
h. Olesi ujung kateter dengan jelly atau vaselin
i. Dengan tangan kiri
- Untuk perempuan :
Buka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak
dominan, tangan kanan pegang kateter dengan pinset anatomis
masukkan ujung kateter ke uretra, secara perlahan-lahan menuju
kandung kemih sampai keluar air kencing (dengan dominan alirkan
ke bengkok atau urinal
- Untuk laki-laki :
Pegang daerah dibawah gland penis, pretium ditarik keatas tangan
kanan pegang kateter dengan pinset anatomis masukkan ujung kateter
secara perlahan-lahan menuju kandung kemih sampai keluar air

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 115


kencing (dengan dominan alirkan ke bengkok atau urinal
Selama pemasangan kateter anjurkan pasien untuk menarik nafas
dalam
j. Masukkan cairan aquadest 10-15 cc (kateter foley) dan tarik kateter
sampai ada tahanan balon
k. Hubungkan ujung kateter dengan urine bag
l. Fiksasi kateter dipaha pasien dengan menggunakan plester
m. Pasang urine bag pada tempat tidur klien
n. Angkat pengalas dan atur posisi pasien seperti semula
o. Rapikan alat
p. Lepaskan sarung tangan dan cuci tanagn
D. Tahap Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
b. Berikan reinforcement positif pada klien
c. Kontrak pertemuan selanjutnya
d. Mengakhiri hubungan dengan baik
e. Cuci tangan
E. Dokumentasi
Catat tindakan yang dilakukan dan jumlah urine yang keluar

Keterangan: Poso, 2015

Jika dilakukan di atas 75% dianggap kompeten Penguji/Observer

( )

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 116


PEMERIKSAAN KEHAMILAN

A. Pengertian
Pemeriksaan fisik ibu hamil adalah pemeriksaan yang dilakukan setelah anamneses untuk
memperoleh data kesehatan klien yang mana pemeriksaan ini dilakukan tentunya pada
pasien yang sudah jelas bahwa dia hamil.
B. Tujuan
Untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu dan janin serta perubahan yang terjadi pada
suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya
Pada pemeriksaan pertama perlu ditentukan,apakah ibu sedang hamil dan bila hamil
perlu ditentukan umur kehamilannya
Tinggi fundus uteri sesuai dengan umur kehamilan dan pada umur kehamilan lebih
lanjut ditentukan letak janin.
C. Persiapan Pasien
Mengucapkan salam terapeutik dan memperkenalkan diri
Menjelaskan pada klien tentang apa yang akan dilakukan
Menjaga privasi klien dengan menutup pintu,jendela bila ada sampiran gunakan
sampiran
D. Persiapan Alat
1. Timbangan berat badan
2. Pengukur tinggi badan
3. Tensimeter
4. Stetoskop monokuler atau linec
5. Meteran atau midlen
6. Hammer Refleks
7. Jangkar

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 117


FORMAT PENILAIAN

PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Nama Mahasiswa :
NPM :
Program / Kelas / Tanggal :

No Aspek Yang Dinilai Dilaksanakan Ket


Ya Tidak
1 Pemeriksaan fisik umum
a. Tinggi Badan
b. Berat badan
c. Tanda-tanda vital : TD,N,S,R
2 Kepala dan leher
a. Edema diwajah
b. Ikterus pada mata
c. Mulut pucat
d. Leher meliputi pembengkakan saluran limfe atau
pembengkakan kelenjar tiroid
3 Tangan dan kaki
a. Edeme di jari dan Tangan
b. Kuku jadi Pucat
c. Varices vena
d. Reflek-reflek
4 Payudara
a. Ukuran simetris
b. Putting menonjol/ masuk
c. Keluarnya kolostrum atau cairan lain
d. Massa
e. Nodul axilla
5 Abdomen
a. Luka bekas operasi
b. Tinggi fundus uteri (jika>12minggu)
c. Letak,presentasi,posisi dan penurunan kepala (jika>36
minggu)
d. Denyut jantung janin (jika>18 minggu)
6 Genetalia Luar (Eksterna)
a. Varises
b. Perdarahan
c. Luka
d. Cairan yang keluar
e. Pengeluaran dari uretra dan skene
f. Kelenjar batholini : bengkak (massa), cairan yang keluar

7 Genetalia Dalam (Interna)


a. Servik meliputi cairan yang keluar, luka(lesi), kelunakan,
posisi, mobilitas, tertutup atau terbuka

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 118


b. Vagina meliputi cairan yang keluar, luka ,darah
c. Ukuran adneksa, bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa
pada trismester pertama
d. Uterus meliputi : ukuran, bentuk, mobilitas, kelunakan,
masa pada trismester pertama
B PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN
1. perhatikan tanda-tanda tubuh yang sehat
2. pemeriksaan tekanan darah
3. pemeriksaan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki
1 Pemeriksaan Leopold I
a. pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien
b. Menghadap kearah kepala pasien
c. Kedua tangan diletakan pada bagian atas uterus dengan
mengikuti bentuk uterus
d. Lakukan palpasi secara lembut untuk menentukan bentuk,
ukuran konsistensi dan gerakan janin
e. Tentukan bagian janin mana yang terletak difundus
2 Pemeriksaan Leopold II
a. kedua telapak tangan diletakan pada kedua sisi perut
b. Lakukan tekanan yang lembut tetapi cukup dalam untuk
meraba dari kedua sisi
c. secara perlahan geser jari-jari dari satu sisi ke sisi lain untuk
menentukan pada sisi mana terletak punggung, lengan
dan kaki
3 Pemeriksaan Leopold III
a. Lutut ibu dalam posisi fleksi
b. Raba dengan hati-hati bagian bawah abdomen pasien
tepat diatas simpisis pubis
c. menilai bagian janin mana yang ada disana. Bandingkan
dengan hasil Leopold II
d. bagian janin dapat digerakan kearah kranial ibu
4 Pemeriksaan Leopold IV
a. Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu
b. Kedua lutut ibu masih pada posisi fleksi atas panggul
5 Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ)
6 Pemeriksaan Genetalia
a. Cucilah tangan, kemudian kenakan sarung tangan sebelum
memeriksa vulva
b. rabalah kulit didaerah selangkangan, pada keadaan
normal tidak teraba adanya benjolan kelenjar
c. Setelah selesai lepaskan sarung tangan dan sekali lagi
cucilah tangan dengan sabun
7 Distansia Tuberan
Ukuran melintang dari pintu bawah panggul atau antara
jarak antara tuber iskhiadikum kanan dan kiri.dengan ukuran
normal 8 10 cm.
8 Konjugata Eksterna (Boudeloge)
jarak antara tepi atas simpisis dan prosesus spinosus lumbal V,
ukuran normal sekitar 18-20 cm

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 119


9 Pemeriksaan Panggul
a. Distansia Spinarum
Jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri,
dengan ukuran normal 24-26 cm
b. Distansia kristarum
Krista iliaka terjauh kanan dan kiri dengan ukuran sekitar
28 30 cm
10 Pemeriksaan Ekstremitas Bawah
a. Adanya oedema
b. Oedema positif pada tungkai kaki dapat menandakan
adanya peeeklamsia
11 Pemeriksaan reflex lutut (patella)
a. Bila reflek lutut negatif kemungkinan pasien mengalami
kekurangan B1
b. Bila gerakannya berlebihan atau cepat maka hal ini
mungkin merupakan tanda pre eklamsia
12 Dokumentasi
Catat hasil tindakan yang dilakukan

Kesimpulan :
Lulus / Tidak Lulus*
*Coret yang tidak perlu
Poso,..
Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 120


MEKANISME PERSALINAN NORMAL

A. Pengertian
Persalinan normal adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
rahim ibu.
B. Persiapan alat dan bahan
1. Memeriksa dan menyiapkan peralatan set partus dalam keadaan steril
a. Sarung tangan steril 2 pasang
b. Gunting episiotomi 1 buah
c. Gunting tali pusat 1 buah
d. Klem arteri 2 buah
e. Klem tali pusat 2 buah
f. Setengah koher 1 buah
g. Pengikat tali pusat 1 lembar
h. Kasa steril 5 lembar
i. Duk steril 2 lembar
j. Spuit 3 cc 1 buah
k. Oksitosin 1 ampul
l. Handuk 2 lembar
2. Bak hecting berisi 1 set alat hecting.
a. Benang cromik 1 chaset
b. Spuit 3 cc 1 buah
c. Nalpuder 1 buah
d. Pinset sirurgi 1 buah
e. Duk steril 1 lembar
f. Kasa steril secukupnya
g. Lidocain 2 %1 ampul
3. Lampu sorot
4. Tempat sampah

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 121


FORMAT PENILAIAN

Prosedur Keperawatan : Persalinan Normal

Nama mahasiswa : nilai


NIM :
Kelompok/Tanggal :

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2
A. Melihat tanda dan gejala kala dua
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan/vaginanya
c. Perineum menonjol
d. Vulva-vagina dan sfinter anal membuka
B Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial
siap digunakan.
4. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit untuk menempatkan
tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set
Menggunakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih
5. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.
6. Memakai sarung tangan dengan DDT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam
7. Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril)
dan meletakkan kembali di partus set/wadah desinfeksi
tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung
suntik.
C. Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik
9. Memberihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau
kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi.
10. Gunakan sarung tangan
11. Pasang pengalas dibawah area gluteal
12. Siapkan bengkok di dekat pasien
13. Irrigator diisi cairan hangat dan hubungkan kanula rectal.

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 122


Kemudian periksa alirannya dengan membuka kanula rectal
dan keluarkan air ke bengkok dan beri jelly pada kanula
14. Tempatkan pispot di atas tempat tidur dalam area yang muda
dijangkau
15. Letakkan bantal di tepi tempat tidur untuk mencegah jatuh
16. Dengan perlahan regangkan bokong dengan tangan dominan
17. Masukkan kanula kira-kira 15 cm kedalam rectum kearah
kolon desendens sambil pasien diminta menarik napas
panjang dan pegang irrigator setinggi 50 cm dari tempat tidur
dan buka klemnya. Air yang dialirkan sampai pasien
menunjjukan keinginan untuk defekasi.
18. Jika terjadi kram, ansietas ekstrim, atau keluhan
ketidakmampu menahan larutan :
turunkan wadah larutan
klem atau tekan slang untuk beberapa menit
ulangi pengisian larutan
19. Anjurkan pasien untuk menahan sebesar rasa ingin defekasi
dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Bila pasien tidak
mampu mobilitas, bersihkan daerah sekitar anus hingga
bersih dan keringkan dengan tisu.
20. Buang atau simpan alat dengan tepat
21. Cuci tangan setelah prosedur dilakuakan
22. Catat jumlah feses yang keluar, warna kepadatan dan respon
pasien
23. Periksa klien setiap 5-10 menit

Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan, tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Poso,.

Penguji

()

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 123


PENILAIAN KETERAMPILAN KEPERAWATAN
PERAWATAN PAYUDARA

NILAI
Nama Mahasiswa :
NPM :
Program / Kelas / Tanggal :

No keterampilan Dilakukan
Ya Tidak
A Tahap PraInteraksi
1. Mengecek program terapimedik
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3. Menyiapkan pasien
B Tahap Orientasi
1. Salam terapeutik,
2. Panggil nama klien, dan sebutkan nama perawat
3. Melakukan kontrak: topic, waktu dan tempat
4. Menjelaskan tujuan dan langkah tindakan yang akan
dilakukan
5. Membawa alat ke dekat pasien
6. Eksporasikan perasaan klien
C Tahap kerja
1. Cuci tangan
2. Jaga privacy klien
3. Beri penjelasan kepada klien tentang prosedur yang
akan dijalani dan minta klien untuk kooperatif
4. Atur posisi klien yaitu posisi duduk di kursi
5. Melakukan perawatan payudara:
a. Mengeluarkan putting susu yang masuk
Olesi putting susu dengan minyak (baby oil)
Licinkan ke dua telapak tangan dengan minyak
Tarik sambil putar kedua putting susu dengan
kedua jari telunjuk dengan arah yang
berlawanan sebanyak 20 kali
b. Merangsang peningkatan ASI:
Pengurutanpertama
Letakan kedua telapak tangan dikedua
payudara dengan ujung jari menghadap
kebawah
Lakukan pengurutan keatas, samping,
kebawah, kemudian dilanjutkan
kesamping melintang dan lepas perlahan
Ulangi gerakan tersebut beberapa kali
Pengurutan kedua
Satu telapak tangan menopang payudara,
tangan lainnya mengurut payudara dari

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 124


pangkal daerah putting susu dengan
menggunakan ruas jari
Pengurutan ketiga
Satu telapak tangan menopang payudara,
tangan lainnya mengenggam payudara
kemudian mengurut dari pangkal kearah
putting susu
Pengurutan keempat
Merangsang dengan air hangat dan dingin
secara bergantian
Bersihkan dan pakaikan BH khusus
D Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Buat rencana tindak lanjut
5. Cuci tangan
6. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Kesimpulan :
Lulus / Tidak Lulus*
*Coret yang tidak perlu
Poso,..
Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 125


PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN PERAWATAN VULVA HYGIENE
(PERAWATAN PERINIUM)

Alat dan Bahan :

1. Sampiran
2. Kasasteril
3. Kapas sublimate dalam tempatnya ( 6 buah)
4. Bengkok
5. Selimut
6. Sarung tangan
7. Pispot
8. Pengalas
9. Kapas lidi
10. Kom berisi betadin

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 126


PENILAIAN KETERAMPILAN KEPERAWATAN
PERAWATAN VULVA HYGIENE
(PERAWATAN PERINIUM)
NILAI
NamaMahasiswa :
No. NPM :
Program / Kelas/ Tanggal :

No KETRAMPILAN Dilakukan
Ya Tidak
A. TahapPraInteraksi
c. Cek catatan perawatan dan catatan medis klien
d. Siapkan alat-alat
B. TahapOrientasi
e. Berikan salam dan panggil klien dengan namanya dan kenalkan nama
perawat
f. Menjelaskan kepada klien/ keluarga tujuan dari tindakan yang akan
dilakukan
g. Membawa alat kedekat klien
C. TahapKerja
a. Menjaga privasi klien dengan memasang sampiran
b. Tanyakan kepasien apakah mau BAB/ BAK (kalau ia persilhakan
pasien ke kamar mandi, kalau yang tidak bias kekamar mandi kasih
pispot
c. Melindungi pasien dengan selimut dan melepaskan celana dalam
klien, keataskan pakain bawah klien
d. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
e. Memasang pengalas dibawah bokong klien
f. Meletakkan bengkok di samping pasien
g. Mencuci tangan dan keringkan dengan handuk
h. Memakai sarung tangan
i. Ambil savlon 6 buah untuk membersihkan
- Buka labia mayora kiri klien dengan arah dari atas kebawah
dalam satu kali usapan kemudian bersihkan labia mayora kiri
klien dengan arah dari atas kebawah dalam satu kali usapan
- Buka labia mayora kanan, kemudian bersihkan labia minora
kanan klien dari arah atas kebawah dalam satu kali usapan
- Membersihkan vestibulum dengan arah dari atas kebawah
- Semua kapas yang telah dipakai dibuang di bengkok
j. Bersihkan dengan kasa dengan cara yang sama seperti membersihkan
dengan kapas sublimate
k. Mengoleskan betadin pada bekas jahitan dengan menggunakan lidi
kapas
l. Tutup bekas jahitan dengan kassa (bila perlu)
m. Bantu pasien memakai celana dalam
n. Pengalas diangkat dan merapikan alat
o. Melepaskan sarung tangan
p. Pasien dirapikan dan posisinya diatur kembali

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 127


q. Memberitahukan kalau tindakan sudah selesai
r. Mencucitangan
D. TahapTerminasi
f. Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuannya
g. Berikan reinforcement positif pada klien
h. Kontrak pertemuan selanjutnya
i. Mengakhiri hubungan dengan baik
E. Dokumentasi
Catat pada status klien dan respon serta penemuan-penemuan penting yang
ditemukan saat tindakan dilakukan

Kesimpulan :
Lulus / Tidak Lulus*
*Coret yang tidak perlu
Poso,..
Penguji

(..)

PROGRAM PROFESI NERS STIKES HM Poso Page 128

You might also like