You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

NUNUKAN (7)

MALINAU (16)_
TARAKAN (42)

BULUNGAN (0)

BERAU (0)

KUBAR (0)

KUTIM (3)
BONTANG (0)

KUKAR (22
SAMARINDA (32)
)

Data pengidap HIV/AIDS dari kabupaten kota se Kaltim sejak tahun 1993 2004 maret.

Pada 19 Januari, wakil dari pemerintah enam provinsi yang dianggap paling rentan Pada
19 Januari, wakil dari pemerintah enam provinsi yang dianggap paling rentan terhadap HIV
(Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, DKI Jakarta, Riau, dan Kaltim), pada pertemuan di Papua
dengan Ketua KPA Jusuf Kalla dan wakil dari enam departemen serta Ketua Komisi VII DPR-
RI, Dr. Sanusi Tambunan, menyatakan Komitmen Sentani. Di antara delapan pasal dalam
komitmen tersebut, para peserta berjanji akan Mengupayakan pengobatan HIV/AIDS termasuk
penggunaan ARV kepada minimum 5.000 Odha pada tahun 1993- 2004.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dapat memahami konsep pada kasus
dengan HIV/AIDS
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa-mahasiswi mampu
a. Menjelaskan konsep dasar system imun
b. Menjelaskan pengertian, etiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan laboratorium,
patofisiologi, penatalaksanaan serta pencegahan HIV/AIDS.
c. Menjelaskan data dasar pengkajian
d. Menetapkan diagnose keperawatan
e. Menetapkan rencana tindakan.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sistem Imunitas
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi
bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika
system kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel
tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena
beberapa jenis kanker.

1. Sumsum
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal
dari sel-sel induk dalam sumsum tulang.
Sumsum tulang adalah tempat asal sel
darah merah, sel darah putih (termasuk
limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel
dari sistem kekebalan tubuh juga terdapat
di tempat lain
.
2. Timus
Dalam kelenjar timus sel-sel limfoid
mengalami proses pematangan sebelum
lepas ke dalam sirkulasi. Proses ini
memungkinkan sel T untuk
mengembangkan atribut penting yang
dikenal sebagai toleransi diri.
Gambar 1. Sistem Imun

3. Getah bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang perjalanan limfatik.
Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae, selangkangan dan para-aorta daerah.
Pengetahuan tentang situs kelenjar getah bening yang penting dalam pemeriksaan fisik
pasien.

4. Mukosa jaringan limfoid terkait (MALT)


Di samping jaringan limfoid berkonsentrasi dalam kelenjar getah bening dan limpa,
jaringan limfoid juga ditemukan di tempat lain, terutama saluran pencernaan, saluran
pernafasan dan saluran urogenital.

3
A. 1. Mekanisme Pertahanan

a. Non Spesifik/Alami :
1) Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut
juga respons imun alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non
spesifik tubuh kita adalah kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa dengan
enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti kelenjar air mata.

2) Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan


komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.
Imunitas non spesifik merupakan respon awal terhadap mikroba untuk
mencegah,mengontrol dan mengeliminasi terjadinya infeksi pada host,
merangsang terjadinya imunitas spesifik untuk mengoptimalkan efektifitas
kerja dan Hanya bereaksi terhadap mikroba ,bahan bahan akibat kerusakan sel
(heat shock protein) dan memberikan respon yang sama untuk infeksi yang
berulang.
pertahanan fisik : kulit, selaput lendir , silia saluran pernafasan
pertahanan kimia : bahan yang disekresi mukosa saluran nafas, kelenjar
sebaseus kulit, kel kulit, telinga, asam HCL dalam cairan lambung ,
lisosim yang dikeluarkan oleh makrofag menghancurkan kuman gram
dengan bantuan komplemen, keringat, ludah, air mata dan air susu
( melawan kuman gram + )
pertahanan humoral
- komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruktif bakteri dan
parasit ( menghancurkan sel membran bakteri, faktor kemotaktik yang
mengarahkan makrofag ke tempat bakteri, diikat pada permukaan bakteri
yg memudahkan makrofag untuk mengenal dan memakannya
- interferon suatu glikoprotein yg dihasilkan sel manusia yg mengandung
nukleus dan dilepaskan sebagai respons terhadap infeksi virus.
-
b. Spesifik/didapat :
1) Barier Sel Epitel : Sel epitel yang utuh merupakan barier fisik terhadap
mikroba dari lingkungan dan menghasilkan peptida yang berfungsi sebagai
antibodi natural. Didalam sel epitel barier juga terdapat sel limfosit T dan B,
tetapi diversitasnya lebih rendah daripada limfosit T dan B pada sistem imun
spesifik. Sel T limfosit intraepitel akan menghasilkan sitokin, mengaktifkan
fagositosis dan selanjutnya melisiskan mikroorganisme. Sedangkan sel B
limfosit intraepitel akan menghasilkan IG M.

2) Neutrofil dan Makrofag : Ketika terdapat mikroba dalam tubuh, komponen


pertama yang bekerja adalah neutrofil dan makrofag dengan cara ingesti dan
penghancuran terhadap mikroba tersebut. Hal ini di karenakan makrofag dan
neutrofil mempunyai reseptor di permukaannya yang bisa mengenali bahan
intraselular (DNA), endotoxin dan lipopolisakarida pada mikroba yang
selanjutnya mengaktifkan aktifitas antimikroba dan sekresi sitokin.

4
3) Natural Killer cell : Natural killer cell mampu mengenali virus dan komponel
internal mikroba. Natural cell di aktifasi oleh adanya antibodi yang
melingkupi sel yang terinfeksi virus, bahan intrasel mikroba dan segala jenis
sel yang tidak mempunyai MCH class I. Selanjutnya natural killer cell akan
menghasilkan porifrin dan granenzim untuk merangsang terjadinya apoptosis.

c. Antibodi (Immunoglobulin)
Antibodi (bahasa Inggris:antibody, gamma globulin) adalah glikoprotein dengan
struktur tertentu yang disekresi dari pencerap limfosit-B yang telah teraktivasi
menjadi sel plasma, sebagai respon dari antigen tertentu dan reaktif terhadap antigen
tersebut. Pembagian Immunglobulin

1) Antibodi A (bahasa Inggris: Immunoglobulin A, IgA) adalah antibodi yang


memainkan peran penting dalam imunitas mukosis (en:mucosal immune). IgA
banyak ditemukan pada bagian sekresi tubuh (liur, mukus, air mata, kolostrum
dan susu) sebagai sIgA (en:secretoryIgA) dalam perlindungan permukaan
organ tubuh yang terpapar dengan mencegah penempelan bakteri dan virus ke
membran mukosa. Kontribusi fragmen konstan sIgA dengan ikatan komponen
mukus memungkinkan pengikatan mikroba.

2) Antibodi D (bahasa Inggris: Immunoglobulin D, IgD) adalah sebuah monomer


dengan fragmen yang dapat mengikat 2 epitop. IgD ditemukan pada
permukaan pencerap sel B bersama dengan IgM atau sIga, tempat IgD dapat
mengendalikan aktivasi dan supresi sel B. IgD berperan dalam mengendalikan
produksi autoantibodi sel B. Rasio serum IgD hanya sekitar 0,2%.

3) Antibodi E (bahasa Inggris: antibody E, immunoglobulin E, IgE) adalah jenis


antibodi yang hanya dapat ditemukan pada mamalia. IgE memiliki peran yang
besar pada alergi terutama pada hipersensitivitas tipe 1. IgE juga tersirat
dalam sistem kekebalan yang merespon cacing parasit (helminth) seperti
Schistosoma mansoni, Trichinella spiralis, dan Fasciola hepatica, serta
terhadap parasit protozoa tertentu sepertiPlasmodium falciparum, dan
artropoda.

4) Antibodi G (bahasa Inggris: Immunoglobulin G, IgG) adalah antibodi


monomeris yang terbentuk dari dua rantai berat dan rantai ringan, yang saling
mengikat dengan ikatan disulfida, dan mempunyai dua fragmen antigen-
binding. Populasi IgG paling tinggi dalam tubuh dan terdistribusi cukup
merata di dalam darah dan cairan tubuh dengan rasio serum sekitar 75% pada
manusia dan waktu paruh 7 hingga 23 hari bergantung pada sub-tipe.

5) Antibodi M (bahasa Inggris: Immunoglobulin M, IgM, macroglobulin) adalah


antibodi dasar yang berada pada plasma B. Dengan rasio serum 13%, IgM
merupakan antibodi dengan ukuran paling besar, berbentuk pentameris 10
area epitop pengikat, dan teredar segera setelah tubuh terpapar antigen sebagai
respon imunitas awal (en:primary immune response) pada rentang waktu

5
paruh sekitar 5 hari. Bentuk monomeris dari IgM dapat ditemukan pada
permukaan limfosit- B dan reseptor sel-B. IgM adalah antibodi pertama yang
tercetus pada 20 minggu pertama masa janin kehidupan seorang manusia dan
berkembang secara fitogenetik (en:phylogenetic). Fragmen konstan IgM
adalah bagian yang menggerakkan lintasan komplemen klasik.

B. Konsep HIV/AIDS

1. Pengertian
a. AIDS adalah akronim dalam bahasa inggris dari Acquired Immunodefeciency
Sindrome yang merupakan kumpulan berbagai gejala dan infeksi sebagai akibat
dari hilangnya system kekebalan tubuh karena infeksi dari Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Walaupun sudah ada penanganan untuk AIDS
dan HIV, obatnya belum diketahui. Berbagai factor yang mempengaruhi adalah
kesehatan, fungsi kekebalan, layanan kesehatan, dan infeksi lain. (NANDA NIC-
NOC. 2012. Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Edisi Revisi.
Yogyakarta : Media Hardy.)

b. Acquired Immunodefeciency Sindrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang


timbul akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang diperoleh, disebabkan
Human Immunodefeciency Virus (HIV). (Murtiastutik, DWI. 2009. Atlas
Penyakit Kulit Dan Kelainan, Edisi 1, Hal 1. Surabaya : Airlangga University
Press )

c. Acquired Immunodefeciency Sindrome (AIDS) adalah sindroma yang


menunjukkan adanya defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya
penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut
seperti ; keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal
dan sebagainya. Menurut Virginia Maceda Lan, AIDS adalah suatu kumpulan
kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh Human
Immunodefeciency Virus (HIV). (Prince, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta:EGC)

d. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan


tubuh oleh virus yang disebut HIV yang di tandai dengan menurunnya system
kekebalan tubuh sehingga pasien AIDS mudah diserang oleh infeksi oportunistik
dan kanker. (djauzi dan djoerban,2003).

e. AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat paling hebat dari infeksi HIV, mulai
dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa dan gejala yang nyata hingga
keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat
membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( center
for disease control and prevention).

6
2. Etiologi
Sebabkan infeksi Human Immunodefeciency Virus (HIV).

3. Cara Penularan
Penularan utama HIV terjadi melalui 3 jalur yang melibatkan cairan tubuh, yaitu :
a. Jalur hubungan seksual (homoseksual/heteroseksual)
b. Jalur pemindahan darah atau produk darah seperti jalur transplantasi alat tubuh
c. Jalur transplasental, janin dalam kandungan ibu hamil dengan infeksi HIV dan
infeksi perinatal.

4. Stadium HIV/AIDS

Sesuai klinis penderita HIV dewasa dapat dibagi menjadi 4 stadium


a. Stadium 1
HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV
dalam darah.
Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat.
Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini.
Pada tahap ini umumnya berkisar 2 minggu 6 bulan

b. Stadium 2
Penurunan berat badan 10% berat badan
HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun.
HIV berkembang biak dalam tubuh.
Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat.
Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah
terbentuk antibody terhadap HIV.
Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan
tubuhnya

c. Stadium 3
Penurunan berat badan 18% berat badan
Diare kronis yang tidak jelas sebabnya selama lebih dari 1 bulan
Demam lama yang tidak jelas sebabnya selama lebih dari 1 bulan
Kandidiasis oral (oral thrush)
Oral hairy leukoplakia
TB paru
Infeksi bacterial berat (pneumonia, piomiositis)

d. Stadium 4
HIV wasting syndrome
Pneumocystic carinii pneumonia
Toksoplasmosis otak
Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan
Kripkokosis, ekstrapulmonar

7
Penyakit cytomegalovirus (CMV) pada organ selain hati, limpa, kelenjar getah
bening
Infeksi virus herpes, mukokutan selama lebih dari satu bulan atau pada organ
visceral berapapun lamanya
Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)
Infeksi jamur endemik diseminata yang lain (misal histoplasmosis)
Kandidiasis esophagus, trakea, bronkus atau paru-paru
Septisemia salmonella non typhoid
TB ekstrapulmonar
Limfoma
Sarcoma Kaposi
Encephalopati HIV

8
5. Patofisiologi
Human Immunodeficinsi Virus

Masuk

Limfosit & monosit terinfeksi

Penurunan kemampuan immun

Sistem immune spesifik & non spesifik menurun

Immunodefesiensi
Infeksi opportunistik

sel Paru - paru


keganasan Menginfeksi usus
Pneumonia
Kaposis
Stres sel
sarkoma Peristaltik usus meningkat
meningkat Ekspansi paru
Peningkatan
Penonjolan Kompensasi sekresi menurun Absorbsi usus menurun
kulit jantung
Isnpirasi tidak
Tachikardia Bersihan maksimal
Gangguan Diare
jalan nafas
citra tubuh Stimulasi
Stroke volume tidak efektif
meningkat Pengeluaran cairan
brain stem
meningkat

Cardic out put Prekunsi nafas meningkat


Kaheksia Deficit Volume
meningkat
Cairan Tubuh
Metabolisme
Wasting meningkast Pola nafas tidak efektif
syndrom
Glikogenolisis

Metabolisme protein dan


lemak meningkat Penurunan massa otot
Risiko tinggi
infeksi
Penurunan massa otot

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Produk immunitas 9


menurun
6. Pemeriksaan Diagnostik

PEMERIKSAAN HASIL PADA INFEKSI HIV


1 Tes Antibody HIV ELISA Hasil tes yang positif dipastikan dengan
westem blot.
Westem Blot Positif
Indirect Immunofluorescence Assay Hasil yang positif dipastikan westem
(IFA) blot
Radioimmunoprecipitation Assay (RIPA) Positif, lebih spesifik dan sensitif dari
pada westem blot

2 Pelacaka HIV Antigen P24


Positif untuk protein yang bebas
Reaksi Rantai Polimerase (PCR:
Polimerase Chain Reaction) Deteksi RNA atau DNA virus HIV
Kultur Sel Mononuklear Darah Perifer
Untuk HIV -1 Positif kalau 2x uji kadar (Assay) secara
berturut- turut mendeteksi enzim reverse
transcriptase atau antigen p24 dengan
Kultur Sel Kuantitatif kadar meningkat
Mengukur muatan virus dalam sel
Kultur Plasma Kuantitatif
Mengukur muatan virus lewat virus
Mikroglobulin B2 bebas yang infeksius dalam plasma
Protein meningkat bersama dengan
Neopterin Serum berlanjutnya penyakit
Kadar meningkat dengan berlanjutnya
penyakit

3 Status Imun
#sel- sel CD4+
% sel- sel CD4 Menurun
Rasio CD4: CD8 Menurun
Hitung sel darah putih Rasio CD4: CD8 menurun
Kadar imunoglobulin Normal hingga menurun
Tes fungsi sel CD4+ Meningkat
Sel- sel T4 mengalami penurunan
kemampuan untuk bereaksi terhadap
antigen

10
7. Penatalaksanaan

Penatalaksaan infeksi HIV/ AIDS meliputi penatalaksanaa fisik, psikologis, dan


sosial.

Nutrisi dan vitamin yang cukup


Bekerja
Pandangan hidup yang positif
Hobby
Dukungan psikologis
Dukungan social
Pencegahan serta pengobatan infeksi oportunistik dan kanker

Tabel pengobatan infeksi oportunistik dan kanker terkait HIV


Infeksi opotunistik / kanker Pengobatan
a. Tuberkulosis a. Sesuai dengan panduan pengobatan TB
b. Kandidiasis mulut b. Nistatin 500.000 U/ hari dikumur- kumur
a) Esofhagus/ sistemik a) Flukonasol 100mg/ hari
b) Vagina b) Mikonasol 200mg intra vagina atau krim 2%
seminggu
c. Aspergillosis c. Amfoterisin B 1- 1,4mg/ kg BB/ hari atau intra
konasal 2 x 200mg
d. M. Avium kompleks d. Klaritromisin 2 x 500mg +2 dari:
Etambutol 15mg/ kg BB/ hari
Rifabutin 300mg/ hari
Siprofloksasin 2 x 500- 750 mg
e. Pneumonia P. Cranii e. TM- SMX 2 x Dsselama 21 hari dilanjutkan dengan
dosis pemeliharaan
f. Toksoplasma enfalitis f. Pirimetamin 100- 200mg loading dose, dilanjutkan
50- 100mg/ hari oral+ assam folat 10mg/ hari + sulfa
diazine 4-8 g/ hari selama 6 mggu, atau klindamisin
900- 1200mg tiap 6 jam ditambah pirimetamin dan
asam folat
g. CMV g. Gansiklovir 2 x 100mg IV selama 14- 21 hari, atau
foscarnet 60mg IV tiap 8 jam 14- 21 hari
h. Retinitis CMV h. Gansiklovir implant untuk 6- 8 bulan
i. Herpes simpleks i. Asiklovir 5 x 800mg sedikitnya seminggu (sampai
lesi menyembuh)
j. Herpes zoster j. Asiklovir 5 x 800mg sedikitnya 7 hari
k. Kriptokokosis k. Amfoterisin B 0,5-1mg.kg BB- total dosis 0,7-1 g
atau 15mg/ kg BB
l. Histoplasmosis l. Amfoterisin B 0,5-1mg/kg BB IV/ hari selama 1-2
mggu, atau intra konazal 3 200mg 3hari dan
dilanjutkan 2 x 200mg
m. Koksidioidomikosis m. Ampoterisin B 0,5-1mg/kg BB IV/ hari selama> 8
mggu

11
n. Salmonella septicemia n.

o. Sarkoma kaposi local o. Siprofloksasin 2 x 500mg 2-4 mggu


p. Sistemik p. Viblastin intra lesi (0,01-0,02mg/lesi)/ 2 mggu
Kemoterapi (adriamisin, bleomisin, vinkristin/
vinblastin)
q. Limfoma malignum q. Kemoterapi + radiasi (pada limfoma di SSP)

Tabel pengobatan infeksi oportunistik dan kanker terkait HIV


Infeksi opotunistik / kanker Pengobatan
a. Tuberkulosis a. Sesuai dengan panduan pengobatan TB
b. Kandidiasis mulut b. Nistatin 500.000 U/ hari dikumur- kumur
a) Esofhagus/ sistemik a) Flukonasol 100mg/ hari
b) Vagina b) Mikonasol 200mg intra vagina atau krim 2%
seminggu
c. Aspergillosis c. Amfoterisin B 1- 1,4mg/ kg BB/ hari atau intra
konasal 2 x 200mg
d. M. Avium kompleks d. Klaritromisin 2 x 500mg +2 dari:
Etambutol 15mg/ kg BB/ hari
Rifabutin 300mg/ hari
Siprofloksasin 2 x 500- 750 mg
e. Pneumonia P. Cranii e. TM- SMX 2 x Dsselama 21 hari dilanjutkan dengan
dosis pemeliharaan
f. Toksoplasma enfalitis f. Pirimetamin 100- 200mg loading dose, dilanjutkan
50- 100mg/ hari oral+ assam folat 10mg/ hari + sulfa
diazine 4-8 g/ hari selama 6 mggu, atau klindamisin
900- 1200mg tiap 6 jam ditambah pirimetamin dan
asam folat
g. CMV g. Gansiklovir 2 x 100mg IV selama 14- 21 hari, atau
foscarnet 60mg IV tiap 8 jam 14- 21 hari
h. Retinitis CMV h. Gansiklovir implant untuk 6- 8 bulan
i. Herpes simpleks i. Asiklovir 5 x 800mg sedikitnya seminggu (sampai
lesi menyembuh)
j. Herpes zoster j. Asiklovir 5 x 800mg sedikitnya 7 hari
k. Kriptokokosis k. Amfoterisin B 0,5-1mg.kg BB- total dosis 0,7-1 g
atau 15mg/ kg BB
l. Histoplasmosis l. Amfoterisin B 0,5-1mg/kg BB IV/ hari selama 1-2
mggu, atau intra konazal 3 200mg 3hari dan
dilanjutkan 2 x 200mg
m. Koksidioidomikosis m. Ampoterisin B 0,5-1mg/kg BB IV/ hari selama> 8
mggu
n. Salmonella septicemia n.

12
o. Sarkoma kaposi local o. Siprofloksasin 2 x 500mg 2-4 mggu
p. Sistemik p. Viblastin intra lesi (0,01-0,02mg/lesi)/ 2 mggu
Kemoterapi (adriamisin, bleomisin, vinkristin/
vinblastin)
q. Limfoma malignum q. Kemoterapi + radiasi (pada limfoma di SSP)

JENIS OBAT ANTI RETROVIRAL

Golongan Dosis Efek samping Monitoring


Zidovudin (AZT) 500mf/hari, 5 x Nyeri kepala, lemah, Darah lengkap/ 3
retrovir avirzid 100mg. Dosis intoleransi saluran bulan LFT/ 3-6 bulan
demensia HIV 1000- cerna, insomnia,
1200mh/hari anema, penekanan
sum- sum tulang,
hepatitis.
Didanosin videx 2 x 125mg Neuropati perifer, Amilase 1-2 bulan/
pankreatitis, 1x pemeriksaan
hiperirusemia. neurologik/ bulan
Stafudin (d4T) zerit 2 x 30mg Neuropati perifer, Pemeriksaan
pankreatitis, neurologik/ bulan
hepatitis.
Lamifudin (3TC) 2 x 150mg, dikurangi Sakit kepala, nausea,
pada gagal ginjal diare, nyeri abdomen,
insomia.
Saquinavir ivirase 3 x 200mg Intoleransi saluran
cerna, nyeri
abdomen, diare.
Ritonavir, norvir 2 x 600mg Intoleransi saluran
cerna, parestesia
sekitar mulut

13
8. Komplikasi

Berikut yang sering ditemukan, yaitu:

1) Gejala mayor :

Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan


Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan
Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
Penurunan kesadaran dan gangguan neurologi
Demensia/ensefalopati HIV

2) Gejala minor ;
Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Dermatitis generalisata yang gatal
Herpes zoster berulang
Kandidiasis orofaring
Herpes simplek kronis progresif
Limfadenopati generalisata
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.

3) Respiratorius
Pneumonia Pneumocystis Cranii (PCP) disebabkan oleh micobakterium
avium intraselulare (MAI), sitomegalofirus (CMV) dan Legionella.
Tanda dan gejala:
Demam
Menggigil
Batuk non produktif
Napas pendek
Disapnea
Kadang- kadang nyeri dada
Bila tidak diatasi, PCP berlanjut menimbulkan kelainan paru kegagalan
pernapasan
.
Gejala lain yaitu:
Hipoksemia berat
Sianosis
Takipnea
Perubahan stasus mental
M. Tuberkulosis yang berkaitan dengan HIV cenderung terjadi diantara
para pemakai obat bius IV dan kelompok lain dengan prevalensi infeksi
Tuberculosis yang sebelumnya sudah tinggi. Penyakit TB disertai dengan
penyebaran ketempat- tempat ekstrapulmoner seperti SSP, tulang,
perikardium, lambung, peritonium, dan skrotum

14
4) Gastrointestinal
Ditandai dengan anoreksia, mual, muntah, vomitus, kandidiasis oral serta
esofagus dan diare kronis.
Kandidiasis oral sebagai infeksi jamur
Wasting Sindrome
Manifestasi: Anoreksia, diare, malabsorbsi gastrointestinal dan
kekurangan gizi.

5) Kanker
Penderita AIDS memiliki insidensi penyakit kanker yang lebih tinggi daripada
insiden yang biasa terjadi.
Sarkoma Kaposi
Kelainan malignitas yang melibatkan lapisan enditel pembuluh darah dan
limfe.
Suatu penyakit agresif dan beragam yang berkisar mulai dari lesi Kutaneus
setempat hingga kelainan yang menyebar dan mengenai lebih dari 1 sistem
organ.
Lesi kutaneus biasanya berwarna merah muda kecoklatan hingga ungu
gelap. Lesinya dapat datar atau menonjol dan dikelilingi oleh ekomosis
(bercak- bercak perdarahan) serta edema. Perkembangan lesi yang cepat
meliputi daerah- daerah kulit yang luas akan disertai dengan deformitas
ekstensif. Lokasi dan ukuran beberapa lesi dapat menimbulkan stasis
aliran darah vena limfaedema serta rasa nyeri. Lesi urseratif akan merusak
integritas kulit dan meningkatkan ketidak nyamanan pasieen serta
kerentanan terhadap infeksi.
Limfoma sel-B
Limpoma cenderung berkembang diluar kelenjar limfe dan sering
dijumpai pada otak, sum- sum tulang, traktus gastrointestinal.
Ditandai dengan gejala demam,penurunan berat badan,keringat malam.
Gejala dan tanda awal limpoma SSP primer mencakup nyeri
kepala,berkurangnya ingatan jangka pandek, kelumpuhan saraf cranial,
hemipareses dan perubahan kepribadian.

6) Neurogenik
Komplikasi neurologik meliputi fungsi saraf sentral,perifer dan otonom.
Gangguan fungsi neurologik dapat terjadi akibat efek langsung HIV pada
jaringan sistem saraf,infeksi oportunitis.neoplasma primer atau metastatik,
perubahan serebro spinal ensepalopati metabolik/komplikasi sekunder karena
terapi.Respon sistem imun terhadap infeksi HIV dalam Sistem Saraf Pusat
mencakup inflamasi,atropi demielinisasi,degenerasi dan nekrosis.
Penyakit yang sering dijumpai;
a. Ensepalopati HIV/kompleks demasis AIDS(ADC)
Keadaan ini berupa sindrom klinis yang ditandai oleh penurunan
progresif pada fungsi kognitif,perilaku dan motorik.
Manifestasi klinis;gangguan daya ingat,sakit kepala,kesulitan
berkonsentrasi,komfusif progresif,pelambatan sikomotorik,apatis

15
dan ataksia,stadium lanjut mencakup gangguan kognitif
global,kelambatan dalam respon ferbal.Gangguan afektif seperti
pandangan yang
kosong,psikosis,halusinasi,tremor,inkontinensia,serangan
kejang,mutisme,dan kematian.
b. Meningitis Criptococcus oleh infeksi jamur Criptococcus neoformans.
Manifestasi klinis; demam, sakit kepala, malaise, kaku kuduk, mual,
vomitus, perubahan status mental dan kejang-kejang.
c. Leukoensepalopati Multivokal Progresifa
Manifestasi klinis;dimulai dengan compuse dan mengalami
perkembangan cepat yang akhirnya mencakup gejala kebutaan, fasia,
paresis serta kematian.
d. Mielopati Vaskuler
e. Neuropati Perifer

7) Integumen
Adanya Infeksi Oportunis seperti;
Herpes Zoster dan Herpes Simpleks
Moluskum Kontagiosum
Dermatitis Seboroika dan Dermatitis Atopik
Folikulitis

9. Pencegahan
Cara pencegahan HIV/ AIDS: Meningkatkan ketahanan keluarga melalui pesan
kunci:
A: Abstinence
B: Be Faithfull
C: Condom
D: Drugs
E: Equitment

Abstinence Tidak berhubungan sex (dengan sembarang orang)


Be Faithfull setia dengan 1 pasangan
Condom selalu pake kondom
Drugs tidak menggunakan obat terlarang/ Narkoba
Equitment peralatan (medis- jarum sunti, pisau cukur, alat tatto)

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN HIV/AIDS

A. Pengkajian.
I. BiodataPasien :
Nama :
Umur : Semua usia
Jeniskelamin : Semua jenis kelamin
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :

II. KeluhanUtama

III. Riwayat Penyakit


Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun.Umur
kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan
pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus.

IV. Dasar Dasar Pengkajian

1. Aktifitas /istirahat :
Mudah lelah, berkurangnya tolerangsi terhdp aktifitas, kelelahan yang progresif
Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhdp aktifitas

2. Sirkulasi
Proses penyembuhan luka yang lambat, perdarahan lama bila cedera
takikardia, perubahan tekanan darah postural, volume nadi periver menurun,
pengisian kapiler memanjang

3. Integritas ego
Faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan: dukungan keluarga, hubungan
dengan orang lain, penghasilan dan gaya hidup tertentu
Menguatirkan penampilan: alopesia, lesi , cacat, menurunnya berat badan
Merasa tidak berdaya, putus asa, rasa bersalah, kehilangan control diri, dan depresi
Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis, kontak mata
kurang

4. Eliminasi.
Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih
Faeces encer disertai mucus atau darah

17
Nyeri tekan abdominal, lesi pada rectal, perubahan dalam jumlah warna urin.

5. Makanan/cairan :
Tidak ada nafsu makan, mual, muntah
Penurunan BB yang cepat
Bising usus yang hiperaktif
Turgor kulit jelek, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan warna
mucosa mulut
Adanya gigi yang tanggal.

6. Hygiene
Tidak dapat menyelesaikan ADL, memperlihatkan penampilan yang tidak rapi.

7. Neurosensorik
Pusing,sakit kepala.
Perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan sensasi
Kelemahan otot, tremor, penurunan visus.
Bebal,kesemutan pada ekstrimitas.
Gaya berjalan ataksia.

8. Nyeri/kenyamanan
Nyeri umum/local, sakit, rasa terbakar pada kaki.
Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan ROM.

9. Pernapasan
Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/non,
sesak pada dada, takipnou, bunyi napas tambahan, sputum kuning.
10. Seksualitas
Riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan kondom yang
tidak konsisten, lesi pada genitalia, keputihan.

11. Interaksi social


Isolasi, kesepian,, perubahan interaksi keluarga, aktifitas yang tidak terorganisir

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi
2. Nyeri akut/ kronis b/d infeksi, nyeri abdomen
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan pencernaan
4. Diare b/d proses penyakit.
5. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan manifestasi HIV, ekskoriasi dan
diare pada kulit.
6. Diare yang berhubungan dengan kuman pathogen usus dan/atau infeksi HIV Risiko
terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunodefisiensi

18
7. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keadaan mudah letih, kelemahan,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan poksia yang menyertai infeksi paru
8. Perubahan proses piker yang berhubungan dengan penyempitan rentang perhatian,
gangguan daya ingat, kebingungan dan disoriensi yang menyertai ensefalopati HIV
9. Bersihan saluran nafas tidak efektif yang berhubungan dengan pneumonia pnearmucystis
carinii (PCP), peningkatan sekresi bronkus dan penurunan kemampuan untuk batuk yang
menyertai kelemahan, serta keadaan mudah letih
10. Nyeri yang berhubungan dengan gangguan inteoritas kulit perianial akibat diare
11. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhuhungan dengan penurunan
asupan oral.
12. Isolasi sosial yang berhubungan dengan stigma penyakit penarikan diri dari sistem
pendukung, prosedur isolasi dan bila dirinya ketakutan bila dirinya menulari orang lain
13. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara mencegah penularan HIV dan
mandiri

19
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan Diuresis osmotic
Tujuan : Untuk memenuhi kebutuhan cairan
KH : - Klien mengkonsumsi air putih sesuan anjuran
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Turgor kulit elastic atau bagus
- Klien tidak demam atau menggigil
- Membrane mukosa lembab

Intervensi Rasional
1. Pantau TTV, catat adanya 1. Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh
perubahan TD ortostatik. hipotensi dan takikardia. Perkiraan berat
ringannya hipovolemia dapat dibuat ketika
tekanan darah sistolik pasien turun lebih dari
10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi
duduk/berdiri. Neuropati jantung dapat
memutuskan refleks-refleks yang secara
normal meningkatkan denyut jantung.

2. Pantau suhu, warna kulit atau 2. meskipun demam, menggigil dan diaphoresis
kelembabannya. merupakan hal yang umum terjadi pada proses
infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan,
kering mungkin sebagai cerminan dari
dehidrasi.

3. Kaji nadi perifer, pengisian 3. Merupakan indicator dari tingkat dehidrasi.


kapiler, turgor kulit, dan
membrane mukosa.
4. Pantau masukan dan pengeluaran, 4. Memberikan perkiraan kebutuhan cairan
catat berat jenis urin. pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan
terrapin yang diberikan.

5. Ukur berat badan setiap hari 5. Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari
status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan cairan
pengganti.

6. Pertahankan untuk memberikan 6. Mempertahankan hidrasi/ volume sirkulasi.

20
cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi
jantung jika pemasukan cairan
melalui oral sudah dapat diberikan.
7. Tanyakan lingkungan yang dapat 7. Menghindari pemanasan yang berlebihan
menimbulkan rasa nyaman. terhadap pasien lebih lanjut akan dapat
Selimuti pasien dengan selimut menimbulkan kehilangan cairan.
tipis.
8. Catat hal-hal yang dilaporkan 8. Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah
seperti mual, nyeri abdomen, motilitas lambung, yang seringkali akan
muntah dan distensi lambung. menimbulkan muntah dan secara potensial
akan menimbulkan kekurangan cairan dan
elektrolit.

9. Observasi adanya perasaan 9. Pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat


kelelahan yang meningkat, edema mungkin sangat berpotensi menimbulkan
peningkatan berat badan, nadi kelebihan beban cairan dan GJK.
tidak teratur.

10. Simpan cairan oral pada tempat 10. Tindakan ini memudahkan pasien mengontrol
yang mudah dijangkau disisi asupan cairan dan tambahan asupan parenteral
tempat tidur pasien dan anjurkan
pasien untuk minum.
11. Pertahankan pencatatan asupan 11. Untuk membantu perkiraan keseimbangan
dan haluaran yang akurat. cairan pasien.
12. Ajarkan pasien cara 12. Tindakan ini dapat mendorong partisipasi
mempertahankan asupan cairan pasien dan pemberi asuhan dalam perawatan
yang benar, termasuk mencatat dan meningkatkan control pasien.
berat badan setiap hari, mengukur
asupan dan haluaran, mengenali
tanda-tanda dehidrasi.
13. Ukur lingkar perut setiap giliran 13. Untuk memantau adanya asites.
jaga.
14. Pantau turgor kulit dan catat 14. Turgor kulit buruk merupakan suatu tanda
penurunannya. dehidrasi.
15. Periksa membran mukosa mulut 15. Membran mukosa yang kering merupakan
suatu tanda dehidrasi

21
Diagnosa 2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Tujuan : Status nutrisi klien dapat terpenuhi sesuai kebutuhan
KH : - Adanya peningkatan berat badan
- Berat dan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Tidak terjadi penurunan berat badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dan penelanan

Intervensi Rasional
1. Timbang berat badan setiap hari 1. Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
atau sesuai indikasi.
2. Tentukan program diet dan pola 2. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan
makan pasien dan bandingkan dari kebutuhan teraupeutik
dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien.
3. Auskultasi bising usus, catat 3. Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan
adanya nyeri abdomen/perut cairan dan elektrolit dapat menurunkan
kembung, mual, muntah. motilitas/fungsi lambung.

4. Berikan makanan cair yang 4. Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika
mengandung zat makanan pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
(nutrient) dan elektrolit dengan
segera jika pasien sudah dapat
mentoleransinya melalui
pemberian cairan oral. Dan
selanjutnya terus mengupayakan
pemberian makanan yang lebih
padat sesuai dengan yang dapat
ditoleransi.
5. Identifikasi makanan yang disukai 5. Jika makanan yang disukai pasien dapat
/ dikehendaki termasuk kebutuhan dimasukkan dalam perencanaan makan, kerja
etnik/cultural. sama ini dapat diupayakan setelah pulang.

6. Libatkan keluarga pasien pada 6. Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan


perencanaan makan ini sesuai informasi pada keluarga untuk memahami
dengan indikasi. kebutuhan nutrisi pasien.

7. Observasi tanda-tanda 7. Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi,


hipoglikemia. Seperti perubahan gula darah akan berkurang, dan sementara tetap
tingkat kesadaran, kulit lembab/ diberikan insulin maka hipoglikemia dapat
dingin, denyut nadi cepat, lapar, terjadi.
peka rangsang, cemas, sakit

22
kepala, pusing, sempoyongan.
8. Berikan diet kira-kira 60% 8. Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan
karbohidrat, 20% protein dan 20% penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan
lemak dalam penataan makan/ nutrisi pasien. Kompleks karbohidrat (seperti
pemberian makanan tambahan. jagung, wortel, brokoli, buncis, gandum, dll).
Menuruunkan kadar glukosa/kebutuhan insulin,
menurunkan kadar kolesterol darah dan
meningkatkan rasa kenyang.

9. Sajikan makanan yang 9. Untuk membantu mencegah malingering pada


membutuhkan sedikit dikerat atau saat makan.
dikunyah.
10. Ciptakan lingkungan yang 10. Untuk meningkatkan nafsu makan klien.
menyenangkan pada waktu
makan.
11. Bila memungkinkan, duduk 11. Tindakan ini mencegah pasien untuk membuang-
dengan pasien selama yang buang waktu selama makan atau
ditetapkan selama makan. menyembunyikan atau membawa makanan dari
luar.

12. Pantau dan catat pola eliminasi. 12. Pasien dapat menggunakan laksatif atau diuretic
untuk mempertahankan berat badan rendah
karena tidak menyukai makan.

13. Tentukan target berat badan dan 13. Untuk melibatkan pasien dalam penanganan.
biarkan pasien mencatat berat
badannya setiap hari.
14. Kaji dan catat bising usu pasien 14. Untuk memantau peningkatan dan penurunannya
satu kali setiap pergantian tugas
jaga.

23
Diagnosa 3
Resiko tinggi infeksi
Tujuan : Agar tidak terjadi penularan infeksi terhadap perawat atau tim medis lainnya

Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan 1. Pasien mungkin masuk dengan infeksi
peradangan, seperti demam, yang biasanya telah mencetuskan keadaan
kemerahan, adanya pus pada luka, ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
sputum purulen, urin warna keruh nasokomial.
atau berkabut.
2. Tingkatkan upaya pencegahan 2. Mencegah timbulnya infeksi silang
dengan melakukan cuci tangan yang (infeksi nosokomial).
baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien termasuk 3. Sarung tangan dapat melindungi tangan
pasiennya sendiri. pada saat memegang luka yang dibalut
3. Menggunakan sarung tangan untuk atau melakukan berbagai tindakan.
mempertahankan asepsis pada saat
memberikan perawatan langsung.

4. Pantau suhu minimal setiap 4 jam 4. Suhu yang terus meningkat setelah
dan catat pada kertas grafik. pembedahan dapat merupakan tanda
awitan komplikasi pulmonal, infeksi luka,
infeksi saluran kemih.
5. Bantu pasien mencuci tangan 5. Mencuci tangan mencegah penyebaran
sebelum dan sesudah makan dan pathogen terhadap objek dan makanan
setelah kekamar mandi, lain.
menggunakan pispot atau urinal.
6. Bantu pasien bila memungkinkan 6. Membersihkan area perianal dengan
untuk meyakinkan bahwa area menyeka dari area yang sedikit
perianal bersih setelah eliminasi. kontaminasinya (meatus urinarius) ke
area yg terbanyak kontaminasinya (anus)
membantu mencegah infeksi
genitourinaria.
7. Ajarkan kepada pasien untuk 7. Feses cair atau diare dapat
melaporkan insiden feses cair atau mengindikasikan perlunya menghentikan
diare. Informasikan kepada dokter atau menganti terapi antibiotik. Tanda
segera. tanda tersebut dapat juga
mengindikasikan perlunya uji clostridium
difficile.

8. Lakukan higiene mulut pasien setiap 8. Untuk mencegah kolonisasi bakteri dan
4 jam menurunkan resiko infeksi yang
diturunkan . penyakit dan malnutrisi dapat

24
menurunkan kelembapan membran
mukosa mulut dan bibir.

9. Gunakan teknik aseptik yang ketat 9. untuk menghindari penyebaran patogen.


pada saat menghisap saluran nafas
bagian bawah, memasukan kateter
urine menetap, memasukan kateter
IV, dan memberikan perawatan luka
10. Ganti slang IV dan berikan 10. untuk membantu mencegah patogen
perawatan daerah pemasukan setiap masuk ke dalam tubuh
24 sampai 48 jam atau sesuai
kebijakan yang diterapkan di rumah
sakit
11. Putar tempat masuk IV setiap 48 11. Untuk mengurangi kemungkinan infeksi
sampai 72 jam atau atau sesuai pada tempat masuk individual .
kebijakan yang di terapkan di rumah
sakit
12. Berikan tisu dan kantong sampah 12. Pembuangan yang baik dapat mendorong
untuk pengeluaran sputum. pengeluaran, pembuangan yang sehat
menurunkan penyebaran infeksi.
13. Anjurkan untuk makan dan minum 13. Menuruunkan kemungkinan terjadinya
adekuat (kira-kira 3000 ml/hari jika infeksi.
tidak ada kontraindikasi).
14. Lakukan pemeriksaan kultur dan 14. Untuk mengidentifikasi organisme,
sensitivitas dengan indikasi. sehingga dapat memilih/memberikan
terapi antibiotic yang terbaik.
15. Berikan obat antibiotic yang sesuai. 15. Penanganan awal dapat membantu
mencegah timbulnya sepsis.

D. Implementasi Keperawatan
Sesuai dengan intervensi

E. Evaluasi Keperawatan
Sesuai dengan tujuan

25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakitInfeksi, gabungan
sel, moleku, dan jaringan berperan dalam resisten terhadap infeksi disebut system imun
dan reaksi yang dikoordinasi sel-sel dan molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan
lainnya daisbut respon imun. Kekebalan (imunitas) terjadi karena, karena bila tubuh di
masuki suatu antigen, baik berupa bakteri,virus atau pun toksin, tubuh akan bereaksi
dengan membuat anti bodi /anti gen antitoxin dalam jumlah yang berlebihan sehingga
setelah tubuh selesai menghadapi antigen ini, di dalam serumnya masih terdapat sisa zat
anti yang dpat di pakai untuk melawan serangan antigen yang sama.
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam
bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh
Dapatan.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit

B. Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa-mahasiswi mampu


menjelaskan konsep dasar system imun, menjelaskan pengertian, etiologi, tanda dan
gejala, pemeriksaan laboratorium, patofisiologi, penanganan, komplikasi, serta
pencegahan dari HIV/AIDS.

26
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arief ,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media
Aesculapius FK UI.
Murtiastutik, DWI. 2009. Atlas Penyakit Kulit Dan Kelainan, Edisi 1, Hal 1. Surabaya :
Airlangga University Press
NANDA NIC-NOC. 2012. Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Edisi Revisi.
Yogyakarta : Media Hardy
Prince, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta:EGC
Suddasht dan Brunner. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Vol.1.edisi 8. EGC

27
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Hari/ Tanggal :
Pukul :
Tempat :
Topik Penyuluhan :

A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan penyakit HIV/AIDS, diharapkan klien
dapat melakukan perawatan terhadap penyakit HIV/AIDS.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan diharapkan klien mampu :
a. Menjelaskan konsep dasar HIV/AIDS
b. Menjelaskan pengertian, etiologi, tanda dan gejala, penularan, perawatan dan
pencegahan HIV/AIDS.
c. Memiliki semangat dan motivasi

B. Pokok bahasan
1. Pengertian HIV/AIDS
2. Tanda dan gejala HIV/AIDS
3. Cara penularan HIV/AIDS
4. Factor-faktor yang menyebabkan terjadinya HIV/AIDS
5. Jumlah Penderita HIV/AIDS di dunia menurut WHO.
6. Komplikasi HIV/AIDS
7. Cara perawatan terhadap penyakit HIV/AIDS
8. Cara pencegahan HIV/AIDS

C. Sub pokok bahasan


Konsep dasar tentang pencegahan terhadap penyakit HIV/AIDS.

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. Kegiatan belajar mengajar.

Tahap Kegiatan petugas Kegiatan Media,alat


kesehatan pasien,keluarga dan sumber.
masyarakat

28
I - Member salam - Menjawab
Pendahuluan pembuka salam.
Waktu:5 - Mengkaji seberapa
menit jauh pengetahuan
pasien tentang HIV.

II Menjelaskan : mendengarkan Leaflet dan


Penyajian - Pengertian LCD
waktu:15 HIV/AIDS
menit - Tanda dan gelala
HIV/AIDS
- Cara penularan
HIV/AIDS
- Faktor-faktor yang
menyebabkan
terjadinya
HIV/AIDS
- Jumlah penderita
HIV/AIDS dunia
menurut WHO.
- Komplikasi yang
dapat ditimbulkan
HIV/AIDS
- Cara perawatan
HIV/AIDS
- Cara pencegahan
HIV/AIDS
III - Evaluasi - Menjawab Leaflet dan
Penutup - Bertanya kembali pertanyaan LCD.
Waktu:15 kepada masyarakat
menit. tentang yang sudah
dijelaskan.

F. Evaluasi
Selama proses penyampaian materi klien memperhatikan dengan baik
Mengajukan beberapa pertanyaan
Dapat menjelaskan penggertian, tanda dan gejala, serta pencegahan dari
HIV/AIDS
Memahami cara perawatan terhadap kasus HIV/AIDS

29
G. Materi HIV/AIDS
1. Pengertian HIV/AIDS
HIV, merupakan singkatan dari Human Imunodeficiency Virus.
Human artinya manusia,
Imuno artinya sistem imun atau sistem kekebalan,
Deficiency artinya kekurangan / kerusakan,
Virus adalah microba yang amat kecil yang dapat menyebabkan penyakit.
Jadi, HIV adalah virus yang menyebar dari satu orang ke orang lainnya yang merusak
sistem imun sampai tidak berfungsi.

AIDS merupakan singkatan dariAcquired Imunodeficiency Syndrome


Acquired artinya didapat atau diperoleh.
Imunodeficiency artinya sistem imun mengalami kerusakan dan tidak dapat
berfungsi untuk melawan infeksi atau penyakit.
Syndrome artinya gabungan dari tanda-tanda atau gejala fisik.
Jadi, AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat seseorang mengalami
kekurangan sistem kekebalan tubuh akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh virus
HIV.

2. Etiologi
Terinfeksi Human Immunodefeciency Virus (HIV).

3. Cara Penularan
Penularan utama HIV terjadi melalui 3 jalur yang melibatkan cairan tubuh, yaitu :
d. Jalur hubungan seksual (homoseksual/heteroseksual)
e. Jalur pemindahan darah atau produk darah seperti jalur transplantasi alat tubuh
f. Jalur transplasental, janin dalam kandungan ibu hamil dengan infeksi HIV dan
infeksi perinatal.

4. Jumlah penderita HIV/AIDS didunia menurut WHO tahun 1992:


Menurut pusat pengendalian penyakit,terdapat sekitar 1 juta orang di amerika
serikat yang tertular penyakit HIV pada tahun 1992.
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 1992,terdapat sekitar 10
sampai 12 juta orang diseluruh dunia mengandung HIV.
WHO,memperkirakan pada tahun 2000,40 juta orang didunia menderita HIV.

5. Cara Perawatan
Nutrisi dan vitamin yang cukup
Tetap melakukan aktivitas
Pandangan hidup yang positif
Hobby
Dukungan psikologi
Dukungan social

30
6. Cara Pengobatan
Tabel pengobatan infeksi oportunistik dan kanker terkait HIV
Infeksi opotunistik / kanker Pengobatan
a. Tuberkulosis a. Sesuai dengan panduan pengobatan TB
b. Kandidiasis mulut b. Nistatin 500.000 U/ hari dikumur- kumur
a) Esofhagus/ sistemik a) Flukonasol 100mg/ hari
b) Vagina b) Mikonasol 200mg intra vagina atau krim 2%
seminggu
c. Aspergillosis c. Amfoterisin B 1- 1,4mg/ kg BB/ hari atau intra
konasal 2 x 200mg
d. M. Avium kompleks d. Klaritromisin 2 x 500mg +2 dari:
Etambutol 15mg/ kg BB/ hari
Rifabutin 300mg/ hari
Siprofloksasin 2 x 500- 750 mg
e. Pneumonia P. Cranii e. TM- SMX 2 x Dsselama 21 hari dilanjutkan dengan
dosis pemeliharaan
f. Toksoplasma enfalitis f. Pirimetamin 100- 200mg loading dose, dilanjutkan
50- 100mg/ hari oral+ assam folat 10mg/ hari + sulfa
diazine 4-8 g/ hari selama 6 mggu, atau klindamisin
900- 1200mg tiap 6 jam ditambah pirimetamin dan
asam folat
g. CMV g. Gansiklovir 2 x 100mg IV selama 14- 21 hari, atau
foscarnet 60mg IV tiap 8 jam 14- 21 hari
h. Retinitis CMV h. Gansiklovir implant untuk 6- 8 bulan
i. Herpes simpleks i. Asiklovir 5 x 800mg sedikitnya seminggu (sampai
lesi menyembuh)
j. Herpes zoster j. Asiklovir 5 x 800mg sedikitnya 7 hari
k. Kriptokokosis k. Amfoterisin B 0,5-1mg.kg BB- total dosis 0,7-1 g
atau 15mg/ kg BB
l. Histoplasmosis l. Amfoterisin B 0,5-1mg/kg BB IV/ hari selama 1-2
mggu, atau intra konazal 3 200mg 3hari dan
dilanjutkan 2 x 200mg
m. Koksidioidomikosis m. Ampoterisin B 0,5-1mg/kg BB IV/ hari selama> 8
mggu
n. Salmonella septicemia n.

o. Sarkoma kaposi local o. Siprofloksasin 2 x 500mg 2-4 mggu


p. Sistemik p. Viblastin intra lesi (0,01-0,02mg/lesi)/ 2 mggu
Kemoterapi (adriamisin, bleomisin, vinkristin/

31
vinblastin)
q. Limfoma malignum q. Kemoterapi + radiasi (pada limfoma di SSP)

7. REFERENSI
1. DR.nursalam,m.nurs.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi.2007.salemba
medika.
2. Dwi murtiastutik.Hiv dan Aids dengan kelainan kulit.2002.
3. NANDA NIC-NOC. 2012. Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Edisi
Revisi. Yogyakarta : Media Hardy
4. Prince, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta:EGC,

32
RENCANA PASIEN PULANG

PERAWATAN DIRUMAH
NO

Cara menggunakan therapy tyang diperoleh contoh therapy oral


Amoxan 3 x 1, artinya obat tersebut diberikan pagi,siang,malam
1
setelah makan sebanyak 1tablet.

Diet klien

a. Mengkonsumsi makanan tinggi protein dan karbohidrat


2 b. Mengkonsumsi makanan lunak dan TKTP (tempe,tahu, telur dan
ikan)

Control ke rumsh sakit sesuai jadwal yang ditentukan


4.

33

You might also like