You are on page 1of 6

Akuntansi Sharf, Wadiah, Wakalah

Makalah
Tugas Kelompok Akuntansi Syariah
Dosen :

Nicholas Anthony 155020307111026


Ganang Ramadhan P 155020307111033
Kris Muhammad A.S 155020307111039

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
1. Sharf

Ash-sharf secara bahasa berarti memindah dan mengembalikan. Sedangkan secara istilah
fuqaha, definisi ash-sharf adalah jual beli alat bayar (emas, perak dan mata uang) dengan
alat bayar sejenis atau beda jenis.

1.1 Skema Sharf

1.2 RUKUN SHARF

1. Pelaku terdiri dari pembeli dan penjual, harus cakap hukum dan baligh
2. Obyek Akad berupa mata uang
3. Ijab kabul/ serah terima

1.3 JENIS TRANSAKSI VALAS

1. Transaksi Spot Transaksi pembelian dan penjualan valas serta penyerahannya pada
saat itu atau penyelesaiannya maksimal dalam jangka waktu dua hari. Transaksi ini
dibolehkan secara syariah.
2. Transaksi Forward Transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya
ditetapkan sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang. Jenis transaksi
seperti ini tidak diperbolehkan dalam syariah.
3. Transaksi Swap Kontrak pembelian atau penjualan valas dengan harga forward.
Jenis transaksi seperti ini tidak diperbolehkan dalam syariah.
4. Transaksi option Kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli (call
option) atau hak untuk menjual (put option) yang tidak harus dilakukan atas
sejumlah unit valas pada harga dan jangka waktu atau tanggal tertentu. Hukumnya
haram karena ada unsur judi.

1.4 TRANSAKSI VALAS SESUAI SYARIAH

1. Transaksi tunai
2. tidak untuk tujuan spekulasi
3. boleh menyimpan valas untuk kebutuhan transaksi dimasa mendatang

1.5 KETENTUAN SYARIAH : OBYEK AKAD

1. Nilai tukar atau kurs mata uang telah diketahui oleh kedua belah pihak.
2. Valuta yang diperjualbelikan telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun penjual,
sebelum keduanya berpisah.
3. Apabila mata uang atau valuta yang diperjualbelikan itu dari jenis yang sama, maka
jual beli mata uang itu harus dilakukan dalam kuantitas yang sama, sekalipun model
dari mata uang itu berbeda.
4. Tidak boleh ada hak khiyar syarat bagi pembeli.
5. Tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang saling
dipertukarkan, dilakukan secara tunai atau dalam kurun waktu 2 X 24 jam

1.6 AKUNTANSI - SHARF

Dr. Kas () xxx

Cr. Kas (Rp) xxx

Saat dijual :

Dr. Kas (Rp) xxx

Dr. Kerugian* xxx

Cr. Keuntungan** xxx

Cr. Kas () xxx

*jika harga beli valas lebih besar dari pada harga jual

**jika harga beli valas lebih kecil dari pada harga jual

2. Akad Wadiah
Merupakan akad sosial (tabarru) dengan menitipkan suatu barang kepada pihak lain untuk
menjaga barang tersebut, dimana pihak penitip dapat meminta kembali barang titipannya
sewaktu-waktu.

Sepanjang pihak yang dititipi telah menjaga amanah, maka tidak bertanggung jawab atas
kerusakan dan kehilangan barang tersebut

2.1 Rukun Wadiah

1. Pelaku adalah orang yang baligh, berakal dan rasyid (berpikiran matang)
2. Obyek Wadiah
3. Ijab Kabul

2.2 Jenis Akad Wadiah

1. Wadiah Amanah
Dimana barang yang dititipkan tidak boleh didayagunakan
Tanggung jawab barang ada ditangan pemilik barang
2. Wadiah Yad Dhamanah
Barang titipan diperbolehkan untuk didayagunakan namun pemilik dapat
mengambil sewaktuwaktu
Keuntungan hasil daya guna tidak wajib didistribusikan

2.3 Skema Wadiah Amanah

Skema Wadiah Yadhamanah


Sumber: Nurhayati&Wasilah (2013)

Akad Berakhir ketika penitip tidak kunjung datang untuk mengambil barangnya dan ia tidak
diketahui keberadaan dan keadaannya, atau tidak diketahui ahli warisnya, maka pihak yang
dititipi dibolehkan untuk menginfakkan barang tersebut

2.4 Akuntansi - Wadiah

Pemilik Barang Pihak Dititipi

1. Penyerahan Barang Penerimaan Barang

Tidak ada jurnal, hanya bukti penerimaan barang tidak ada jurnal, hanya bukti barang
penerimaan barang

2. Memberikan Ujrah/Biaya Penitipan MenerimaUjrah/Biaya Penitipan

Dr. Beban Wadiah xxx Dr. Kas xxx


Cr. Kas xxx Cr. Pend.Wadiah xxx

3. Akad Wakalah
Merupakan suatu akad berupa pelimpahan suatu kewenangan dari satu pihak kepada pihak
lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Dengan demikian segala sesuatu yang boleh bagi
seseorang untuk dikerjakan sendiri, maka boleh baginya untuk mewakilkannya atau ia yang
mewakili.

3.1 Sifat Wakalah

Pada dasarnya akad wakalah merupakan bagian dari transaksi yang tidak mengikat dua pihak
yang mengadakan transaksi. (Munandar,2012). Namun demikian Wakalah dengan imbalan
bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak. (Fatwa DSN MUI No 10 Tahun
2000).

3.2 Implementasi Wakalah dalam LKS

1. Murabahah
2. Asuransi Syariah
3. Reksadana Syariah
4. L/C Impor dan Ekspor
5. Jasa pembayaran

3.3 Rukun Wakalah


1. Pelaku
i. Yang Mewakilkan (Muwakkil)
a. Pemilik Sah Obyek
b. Mukallaf atau anak mummayiz (sudah dapat membedakan)
ii. Yang mewakili (wakil)
a. cakap hukum, amanah dan dapat mengerjakan tugas mewakili 2.
b. Obyek /Hal yang diwakili
c. Ijab Kabul

3.4 Akuntansi Wakalah - Ujrah

Muwakkil

Db.Beban Wakalah xxx

Cr.Kas xxx

Wakil

Db. Kas xxx

Cr. Pendapatan Wakalah xxx

You might also like