Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Pembimbing :
I. IDENTITAS KASUS
Nama : An. A
Usia : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Pemeriksaan : 5 September 2017
II. ANAMNESA
Keluhan utama
Nyeri menelan
Riwayat alergi
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi terpapar dingin, debu, makanan
maupun obat-obatan.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 24 kg
Status Gizi : Cukup
Kepala : Normocephali.
Mata : Konjungtiva Anemis(-/-), Sklera Ikterik (-/-).
Tenggorokan :
Tonsil Palatine Kanan Kiri
Ukuran T3 T3
Warna Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Permukaan Tidak rata Tidak rata
Kripte Melebar Melebar
Detritus (+) (+)
Peri Tonsil Abses (-) Abses (-)
Fossa Tonsillaris dan Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Arkus Faringeus
Farmakologi
ANATOMI
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus di dalamnya. Terdapat tiga macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil
palatina, tonsil tuba dan tonsil lingual, dan keempatnya membentuk lingkaran yang disebut
cincin Waldeyer. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus.
Didalam kriptus biasanya ditemukan sel leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, sisa makanan dan
bakteri. Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia laring yang sering disebut kapsul tonsil.
Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring sehingga mudah dilakukan diseksi pada
tonsilektomi. Tonsil mendapat perdarahan dari arteri palatina minor, arteri palatina ascendens,
cabang tonsil arteri maksila eksterna, arteri faring ascendens dan arteri lingualis dorsal. (1)
EPIDEMIOLOGI
Tonsilitis sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun dan jarang
ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun (2,3)
ETIOLOGI
Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus sebanyak 25% disebabkan oleh Streptokokus
hemolitikus yang pada masa penyembuhan tampak adanya kenaikan titer Streptokokus
antibodi dalam serum penderita, 25% disebabkan oleh Streptokokus golongan lain yang tidak
menunjukkan kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam serum penderita. Sisanya adalah
Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influenza.
Faktor Predisposisi :
1. Rangsangan menahun dari rokok dan jenis makanan
2. Hygine mulut yang buruk
3. Pengaruh cuaca
4. Kelelahan fisik
5. Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.(1)
PATOLOGI
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epietl mukosa juga jaringan limfoid
terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang
akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar. Secara klinis kripta ini tampak diisi oleh
detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan
perlekatan dengan jaringan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini diserrtai dengan
pembesaran kelenjar limfa submandibula.(1)
GEJALA KLINIS
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar
dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Pasien sering mengeluhkan ada rasa mengganjal di
tenggorok, dirasakan kering di tenggorok dan napas berbau.(1)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil. Dengan cara mengusapkan kassa steril
pada bagian belakang tenggorok untuk mendapatkan sampel air liur. Setelah itu sampel akau
diperiksa di dalam laboratorium untuk melihat ada atau tidaknya bakteri Streptococcus pada
sampel air liur tadi. Bila tes ini menunjukan hasil yang positif makan pasien perlu tindakan
medikamentosa berupa antibiotik untuk membunuh bakteri tersebut.
Diagnosis ditegakan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesa akan ditemukan
keluhan berupa rasa mengganjal di tenggorokan, tenggorokan terasa kering, nafas berbau.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik kelainan yang dapat ditemukan berupa tonsil yang membesar
dengan permukaan yang tidak rata, kripta melebar, terdapat detritus, dan dapat disertai dengan
pembesaran kelenjar getah bening cervical.
PENATALAKSANAAN
Terapi lokal ditunjukan pada higine mulut dengan cara berkumur atau dengan menggunakan obat
hisap.
Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta
kecurigaan neoplasma. Adapun indikasi tonsilektomi menurut The American Academy of
Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium tahun 1995 sebagai
berikut :
1. Serangan tonsilitis lenih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi yang
adekuat.
2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan
gangguanpertumbuhan orofasial.
3. Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas, sleep
apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale.
4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak hilang setelah
pengobatan.
5. Napas berbau yang tidak berhasil setelah pengobatan
6. Tonsilitis berulang yang disebabkam oleh bakteri grup A Stretococcus Hemoliticus.
7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
8. Otitis media efusa/ otitits media supuratif.(1)
KOMPLIKASI
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya beupa rinitis kronik,
sinusitis atau otitis media secara perkontuinatum. Komplikasi jauh dapat terjadi secara
hematogen dan limfogen serta dapat menimbulkan endokarditis, artritis, miositis, nefrtis, uveitis,
iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria dan furunkulosis.(1)
PROGNOSIS
Baik setelah dilakukan tonsilektomi dan sebelum terjadinya komplikasi lebih lanjut.(5)