You are on page 1of 27

PENTINGNYA IDEOLOGI

BAGI SUATU NEGARA


Setiap bangsa di dunia memerlukan ideologi. Ideologi merupakan hal yang penting dalam
penyelenggaraan negara. Ideologi menjadi hal yang wajib dimiliki setiap bangsa. Setiap
bangsa pun memiliki pendapat atau pandangan ideology yang berbeda-beda.

A. Pengertian Ideologi
Ada beberapa pengertian ideology, antara lain sebagai berikut :
Ideologi adalah ajaran, doktrin, teori, atau ilmu yang diyakini kebenarannya dan
disusun secara sistematis serta diberi petunjuk pelaksanaannya dalam menanggapi dan
menyelesaikan masalah yang timbul dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan
politik yang menjadi pedoman bagi seseorang atau sekelompok
Dapat disimpulkan bahwa pengertian Ideologi adalah gagasan yang disusun secara
sistematis dan diyakini kebenarannya untuk diwujudkan dalam kehidupan. Dalam
Ideologi terkandung konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, dasar
pikiran yang terdalam, dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik.
Pada akhirnya, Ideologi suatu negara adalah suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang
dimiliki, diyakini kebenarannya, dan menimbulkan tekad untuk mewujudkannya. Jadi,
Ideologi didasarkan pada filsafat negara. Ideologi disertai penggunaan kekuatan (power)
guna mewujudkannya maka Ideologi dekat dengan kekuasaan politik.

B. Pentingnya Ideologi bagi Suatu Negara


Ideologi menjadi suatu yang sangat penting dan vital bagi kelangsungan hidup suatu
kelompok atau sebuah bangsa. Hal itu disebabkan Ideologi memberikan kejelasan
identitas nasional, member inspirasi akan cita-cita dan pendorong dalam tujuan
masyarakatnya. Dengan Ideologi yang jelas, suatu negara akan memiliki pegangan dan
pedoman bagaimana mengenal dan memecahkan masalah politik, ekonomi, sosial,
budaya dan hankam yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju.
Macam-Macam Ideologi di Dunia
Di dunia ini dikenal adanya dua Ideologi yang banyak dianut oleh negara-negara di
dunia, yaitu Ideologi

IDEOLOGI BAGI SUATU NEGARA


Pengertian dan Pentingnya Ideologi bagi Suatu Negara

Setiap bangsa di dunia memerlukan ideologi. Ideologi merupakan hal yang penting dalam
penyelenggaraan negara. Ideologi menjadi hal yang wajib dimiliki setiap bangsa. Setiap bangsa
pun memiliki pendapat atau pandangan ideology yang berbeda-beda.

a). Pengertian Ideologi

Ada beberapa pengertian ideology, antara lain sebagai berikut :

Ideologi berarti suatu gagasan berdasarkan pemikiran yang sedalam-dalamnya dan merupakan
hasil pemikiran filsafat.

Ideologi adalah ajaran, doktrin, teori, atau ilmu yang diyakini kebenarannya dan disusun secara
sistematis serta diberi petunjuk pelaksanaannya dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah
yang timbul dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Ideologi adalah seperangkat nilai, ide, dan cita-cita beserta pedoman dan metode dalam
melaksanakan atau mewujudkannya.

Ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik yang
menjadi pedoman seseorang atau sekelompok orang.

Ideologi juga berarti seperangkat gagasan dan keyakinan yang dapat menjadi pegangan dalam
kehidupan manusia.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian Ideologi adalah gagasan yang disusun secara sistematis dan
diyakini kebenarannya untuk diwujudkan dalam kehidupan. Dalam Ideologi terkandung konsepsi
dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, dasar pikiran yang terdalam, dan gagasan mengenai
wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada akhirnya, Ideologi suatu negara adalah suatu
kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki, diyakini kebenarannya, dan menimbulkan tekad untuk
mewujudkannya. Jadi, Ideologi didasarkan pada filsafat negara. Ideologi disertai penggunaan
kekuatan (power) guna mewujudkannya maka Ideologi dekat dengan kekuasaan politik.

b). Pentingnya Ideologi bagi Suatu Negara

Ideologi menjadi suatu yang sangat penting dan vital bagi kelangsungan hidup suatu kelompok
atau sebuah bangsa. Hal itu disebabkan Ideologi memberikan kejelasan identitas nasional, member
inspirasi akan cita-cita dan pendorong dalam tujuan masyarakatnya. Dengan Ideologi yang jelas,
suatu negara akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana mengenal dan memecahkan
masalah politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam yang timbul dalam gerak masyarakat yang
makin maju.
Macam-Macam Ideologi di Dunia

Di dunia ini dikenal adanya dua Ideologi yang banyak dianut oleh negara-negara di dunia, yaitu
Ideologi Liberal dan Komunis

Liberal dan Komunis.

a). Ideologi Liberal

Pada akhir abad ke-18 di Eropa terutama di Inggris terjadilah revolusi di bidang ilmu pengetahuan,
kemudian berkembang kea rah revolusi teknologi dan industri. Perubahan tersebut membawa
perubahan orientasi kehidupan masyarakat, baik di bidang sosial, ekonomi maupun politik. Paham
liberal berkembang dari akar-akar rasionalisme, yaitu paham yang meletakkan rasio sebagai
sumber kebenaran tertinggi. Materialisme yang meletakkan materi sebagai nilai tertinggi.
Empirisme yang mendasarkan atas kebenaran fakta Empiris (yang dapat ditangkap dengan indera
manusia). Individualisme yang meletakkan nilai dan kebebasan individu sebagai nilai tertinggi
dalam kehidupan masyarakat dan negara.

Hal itu barpangkal dari dasar bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang
bebas. Manusia menurut paham liberal memandang bahwa manusia sebagai manusia pribadi, dan
terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu memiliki potensi dan senantiasa berjuang
untuk dirinya sendiri. Manusia akan menjadi ancaman bagi manusia lainnya yang menurut istilah
Hobbes disebut homo homini lupus (homo = manusia, lupus = serigala). Oleh karena itu, .
Manusia sebagai individu memiliki potensi dan senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Manusia
akan menjadi ancaman bagi manusia lainnya yang menurut istilah Hobbes disebut homo homini
lupus (homo = manusia, lupus = serigala). Oleh karena itu, manusia harus membuat suatu
perlindungan bersama. Negara menurut liberalism harus tetap menjamin kebebasan induvidu dan
manusia secara bersama-sama mengatur negara.

Berdasarkan latar belakang timbulnya, paham liberalism merupakan sintesia dari beberapa paham,
antara lain paham materialism, rasionalisme, empirisme, dan individualisme. Oleh karena itu,
penerapan teknologi senantiasa di dasari oleh aliran-aliran dan paham-paham secara keseluruhan.
Berkembangnya paham liberalisme mengakibatkan munculnya individualism dan masyarakat
kapitalis. Jika paham liberalism dihubungkan dengan konsep demokrasi maka akan melahirkan
demokrasi liberal. Kebebasan manusia dalam realisasi demokrasi liberal senantiasa mendasarkan
atas kebebasan individu di atas segala-galanya. Rakyat merupakan hakikat tingkatan tertinggi
dalam negara sehingga dimungkinkan akan berkedudukan lebih tinggi dari pada nilai religious. Hal
ini harus dipahami karena demokrasi liberal akan mencakup seluruh sendi kehidupan dalam
masyarakat, bangsa dan negara, antara lain bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan kehidupan keagamaan atau kehidupan religious. Atas dasar inilah perbedaan
sifat serta karakter bangsa sering menimbulkan gejolak dalam menerapkan demokrasi yang
mendasar pada paham liberalism. Termasuk di Indonesia sendiri pada masa reformasi ini, tidak
semua orang memahami makna demokrasi sehingga penerapannya terkadang tidak sesuai dengan
budaya bangsa Indonesia. Akibatnya, banyak menimbulkan konflik.

Jika paham liberalisme dihubungkan dengan masalah Agama maka negara memberi kebebasan
kepada warganya untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya
masing-masing. Namun, dalam negara liberal juga diberi kebebasan untuk tidak percaya terhadap
Tuhan atau atheis. Bahkan negara liberal member kebebasan warganya untuk menilai da
mengkritik agama. Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara.
Keputusan dan ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan
oleh kesepakatan individu sebagai warga negaranya. Walaupun ketentuan tersebut bertentangan
dengan norma-norma agama. Misalnya, Undang-Undang Aborsi di Negara Irlandia tetap
diberlakukan walaupun ditentang oleh gereja dan agama lainnya karena Undang-Undang tersebut
merupakan hasil referendum.

Berdasarkan pandangan filosofi tersebut hampir dapat dipastikan bahwa dalam system negara
liberal membedakan dan memisahkan antara negara dengan agama atau bersifat sekuler. Intisari
paham liberalism bertitik tolak dari hak kebebasan manusia sejak lahir dan tidak diganggu gugat
oleh siapapun termasuk penguasa, kecuali dengan persetujuannya.

b). Ideologi Sosialisme Komunis

Berkembangnya paham individualism-liberalisme yang berakibat munculnya masyarakat kapitalis


mengakibatkan penderitaan rakyat sehingga komunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan
rakyat kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung pemerintah. Bertolak belakang dengan paham
liberalism-individualisme, komunisme yang dicetuskan melalui pemikiran Karl Marx memandang
bahwa hakikat kebebasan, dan hak individu itu tidak ada. Ideologi komunisme mendasarkan pada
suatu keyakinan bahwa manusia pada hakikatnya hanya makhluk social saja. Manusia pada
hakekatnya merupakan sekumpulan relasi sehingga yang mutlak adalah komunitas, bukannya
individualitas. Jika paham komunisme dihubungkan dengan konsep demokrasi maka demokrasi
individualis itu tidak ada karena tidak adanya hak individu. Dalam masyarakat terdapat kelas-kelas
yang saling berinteraksi secara dialektis, yaitu kelas kapitalis dan kelas proletar. Walaupun
bertentangan namun saling membutuhkan. Sebab kaum kapitalis dalam melaksanakan usahanya
membutuhkan banyak tenaga dari kaum proletar. Begitu juga kaum proletar dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya memerlukan pekerjaan. Kelas kapitalis senantiasa melakukan penindasan atas
kelas proletar. Oleh karena itu, penindasan itu harus dihilangkan. Hal itu dapat dilakukan hanya
dengan melalui suatu revolusi (perubahan). Hal inilah yang merupakan konsep kaum komunis
untuk melakukan suatu perubahan terhadap struktur masyarakat secara revolusioner. Menurut
komunisme, Ideologi hanya diperuntukan bagi masyarakat secara keseluruhan. Etika Ideologi
Komunis adalah mendasarkan suatu kebaikan hanya pada kepentingan demi keuntungan kelas
masyarakat secara totalitas (keseluruhan). Atas dasar inilah, komunisme mendasarkan moralnya
pada keuntungan kelasnya sehingga segala cara dapat dihalalkan.
Ideologi Negara Republik Indonesia

Ideologi negara Republik Indonesia yang tercermin dan terkandung dalam pembukaan UUD 1945
adalah Ideologi perjuangan, yaitu jiwa dan semangat perjuangan bangsa untuk mewujudkan negara
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dalam alinea I Pembukaan UUD 1945
terkandung motivasi, dasar dan pembenaran perjuangan (Kemerdekaan adalah hak segala bangsa
dan penjajahan bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan) ; alinea II mengandung
cita-cita bangsa Indonesia (Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur) ; alinea III
memuat petunjuk atau tekad pelaksanaannya (Kemerdekaan atas berkat rahmat Allah Yang Maha
Kuasa) ; alinea IV memuat tugas negara atau tujuan nasional, penyusunan Undang-Undang dasar,
bentuk susunan negara yang berkedaulatan rakyat, dan dasar negara pancasila.

Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok pikiran yang dijiwai pancasila dan dijabarkan lebih
lanjut dalam pasal-pasal UUD 1945. Ini berarti pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 itu
tidak lain adalah Pancasila yang kemudian dijabarkan dalam pasal-pasal dari UUD 1945. Pancasila
yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 memenuhi persyaratan sebagai suatu Ideologi
negara karena memuat ajaran, doktrin, teori, ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa Indonesia yang
diyakini kebenarannya dan disusun secara sistematis serta diberi petunjuk pelaksanaannya. Adapun
pentingnya Ideologi Negara Republik Indonesia adalah sebagai pegangan dan pedoman
penyelenggara negara dan rakyat Indonesia dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah
politik, ekonomi, sosial, budaya dan hankam yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin
maju.

Bulogate, Aryantigate, Bruneigate atau berbagai ciptaan Orref (Orde Reformasi) adalah suatu
KONSPIRASI untuk menjatuhkan Gus Dur. Kita sangat tertegun mendengar bahwa seorang ibu
rumah tangga berpikir demikian. Dari mula sudah ada pengarahan bahwa gate-gate tersebut
memang disemburkan untuk menjatuhkan Gus Dur Centurygate: Tunggu tanggal
tayangnya!! Kartun:Cak Ripin Kartun

Antara Pemakzulan, UUD 1945, Peraturan MK, Pergantian Presiden-Wapres dan Kudeta

Ditulis oleh : Cak Ripin Kartun (Arifin Hendra Tanujaya, Pemerhati Sosial-Politik, Aktivis Suara
Rakyat, Kartunis) Sebagai para pemimpin di negeri ini seharusnya memberi kesejahtera pada
rakyatnya, bukan sibuk menyejahterakan diri dan kelompoknya. Sepertinya pemerintah tak lain
adalah ladang mendulang uang negara, untung saja rakyat Indonesia sangat sabar dan penuh
pengertian yang dalam. Saat ini sedang ramai dibicarakan pemakzulan. Mari kita lihat bersama-
sama pemakzulan presiden di Indonesia. Presiden pertama, Soekarno, dimakzulkan setelah
menjadi presiden selama dua puluh tahun. Pemakzulan ini tidak sesuai dengan UUD 1945,
meskipun MPR yang menurunkan secara resminya. Hal itu terjadi karena secara defacto Soeharto
memegang kekuasaan negara. Pemakzulan ini dengan cara kudeta lembut. Presiden kedua,
Soeharto dimakzulkan dengan paksaan halus juga setelah defacto rakyat tidak mendukungnya.
Namun, Soeharto tahu diri, dia memakzulkan dirinya sendiri. Itulah sebabnya beliau sangat
cerdik dan licin sehingga lepas dari jerat untuk dibawa ke pengadilan. Presiden keemat, Gus
Dur yang secara demokratis dipilih oleh MPR dan dipilih dengan suara terbanyak, namun
dimakzulkan juga oleh MPR. Menurut teori pemakzulan presiden di Indonesia itu harus memenuhi
syarat: korupsi, berbuat maksiat, melanggar hukum, dan sejenisnya. Hal ini terjadi pada Gus Dur
tanpa dipanggil terlebuh dahulu untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan tiba-tiba
MPR langsung memakzulkannya. Contoh masa lalu pemakzulan Gus Dur adalah contoh yang
jelas-jelas terlihat oleh semua pihak bahwa bagaimana lidah para politisi dan negarawan saat itu
memiliki lidah tak bertulang. Menurut UUD 1945 untuk memakzulkan presiden tidak mudah
dan tidak sederhana dan harus menempuh perjalanan hukum yang panjang. Namun Gus Dur
didepak begitu saja dari singgasana kepresidenan dengan suara hingar bingar wakil rakyat di
Gedung DPR/MPR saat itu. Istilah pemakzulan tidak tertulis dalam konstitusi UUD 1945. Pasal
7A perubahan ketiga UUD 1945 hanya menyebut, Presiden dan atau Wakil Presiden dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya oleh MPR atas usul DPR, baik apabila terbukti telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan atau Wakil Presiden. Istilah pemakzulan tidak tertulis eksplisit dalam
konstitusi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru disebutkan makzul adalah meletakan
jabatan; turun tahta raja. Lantas dari mana istilah itu muncul? Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi
(MK) Jimly Asshiddiqie menjelaskan, pemakzulan adalah bahasa serapan dari bahasa Arab yang
berarti diturunkan dari jabatan. Atau sama dengan istilah impeachment dalam konstitusi negara-
negara Barat. Impeachment itu menuntut pertanggungjawaban dalam rangka pengawasan parlemen
kepada presiden, apabila presiden melanggar hukum. Mekanisme pemakzulan diatur dalam
konstitusi agar forum politik DPR tidak bisa serta merta menjatuhkan Presiden dan atau Wapres.
Sebagaimana Presiden tidak bisa membubarkan DPR, DPR juga tidak bisa menjatuhkan Presiden
dan atau Wapres kecuali Presiden dan atau Wapres terbukti melakukan pelanggaran hukum. Jadi
pemakzulan sebagai imbangannya. Pembuktian dugaan pelanggaran hukum oleh Presiden dan atau
Wapres ini dilakukan di Mahkamah Konstitusi. Jika MK menyatakan Presiden/Wapres terbukti
melakukan pelanggaran hukum, maka proses selanjutnya berlangsung di Majelis Permusyawaratan
untuk meminta pertanggungjawaban Presiden dan/atau Wapres. Kalau terbukti secara hukum,
berarti ada alasan DPR untuk mengajukan permintaan tanggung jawab Presiden dan atau Wapres
lewat forum MPR. Pasal 7B perubahan ketiga UUD 1945 (1) Usul pemberhentian Presiden
dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada
Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan
Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. (2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan
fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. (3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan
Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurangkurangnya
2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang
dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat. (4)
Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadiladilnya terhadap
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan
Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi. (5) Apabila Mahkamah
Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi
memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat
menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau
Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat. (6) Majelis Permusyawaratan Rakyat
wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut
paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut. (7)
Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh
sekurangkurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah
anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan
penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat. Bagaimana jika Presiden dan
Wakil Presiden dicopot dari jabatannya sekaligus? Pasal 8 ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945
menyebutkan, jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa
jabatannya. Dengan kata lain, Wapres otomatis menduduki jabatan Presiden sebagai kepala negara
dan pemerintahan. Sebagai seorang presiden, wapres lama bisa memilih wakilnya lewat
mekanisme yang diatur dalam pasal 8 ayat (2) perubahan ketiga UUD 1945. Pasal tersebut
berbunyi, dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam
puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil
Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden. Proses yang sama juga dilakukan jika yang
dicopot adalah wakil presiden. Pasal 8 ayat (3) perubahan ketiga UUD 1945 menyebutkan, jika
Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah
Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama.
Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon
Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang
pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam
pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya. Menlu, Mendagri dan Menhan itu
triumvirat yang menjalankan pemerintahan sebelum pemerintahan baru terbentuk. Dalam konteks
politik sekarang, seandainya terjadi, Demokrat cs dan PDIP-Gerindra cs yang berhak mengajukan
capres dan cawapres. Golkar dan Hanura tak bisa mengajukan, karena pasangannya di urutan
nomor tiga. Peraturan MK Nomor 21 Tahun 2009 Terdapat tiga jenis amar putusan Mahkamah
Konstitusi (MK) yang bisa dihasilkan melalui proses persidangan mengenai permohonan penilaian
dugaan pelanggaran Presiden dan/atau Wakil Presiden yang diajukan DPR terkait dengan proses
pemakzulan. Berdasarkan salinan Peraturan MK Nomor 21 Tahun 2009, tiga jenis amar putusan
tersebut antara lain adalah : Pertama, permohonan tidak dapat diterima karena tidak memenuhi
kelengkapan seperti tercantum dalam Tata Cara Mengajukan Permohonan. Kedua, MK
membenarkan pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, atau perbuatan tercela. Ketiga, Permohonan ditolak MK apabila pendapat DPR
terkait dugaan pelanggaran yang dilakukan Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak terbukti. Dalam
Peraturan MK No 21/2009 juga disebutkan bahwa putusan MK bersifat final secara yuridis dan
mengikat bagi DPR selaku pihak yang mengajukan permohonan. Sedangkan dalam Bab Ketentuan
Lain-Lain disebutkan, putusan MK yang mengabulkan permohonan DPR tidak menutup
kemungkinan diajukannya Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam persidangan pidana, perdata,
dan/atau tata usaha negara sesuai dengan asas dan hukum acara masing-masing. Kudeta Berdarah
Kalo Impechment terlalu sulit, maka penggulingan SBY hanya bisa dimungkinkan lewat COUP
DE ETAT (KUDETA) termasuk KUDETA BERDARAH (seperti tahun 1962 yang dilakukan
Soeharto). Wartawan Kompas pernah bertanya kepada SBY yang jelas-jelas menyatakan

dalam pertanyaannya, bahwa saat ini, kondisi negara mirip dengan tahun 1962, saat terjadinya
GESTAPU/GESTOK (Ada kesan takut yang berlebihan). Apakah mungkin anda para barisan
sakit hati dan oposisi oportunis akan bersatu melakukan KUDETA BERDARAH untuk
MENGGULINGKAN SBY, disinilah letak tergantung pemimpinannya sendiri apakah akan selalu
merespon aspirasi rakyat? Kalau opsi itu yang akan ditempuh, saya hanya bisa berharap kepada
jangan sampai terjadi , karena dalam aksi KUDETA BERDARAH atau lebih dikenal dengan nama
REVOLUSI, rakyat juga yang akan menderita. PERTEMPURAN dan PEMBANTAIAN MASAL
yang terjadi. Seperti: Peristiwa kerusuhan mei 1998, Kerusahan Sampit, Ambon, Poso akan
terulang kembali. Harga, inflasi dan pengangguran yang MELONJAK TINGGI. Siapa yang
sengsara? Rakyat khan, Makanya saya hanya bisa menghimbau kepada Pemerintah agar selalu
respon terhadap aspirasi rakyat, jangan mengutamakan harta, harkat & martabat sendiri, tapi
perhatikan kepentingan akan rakyat banyak, karena masih banyak rakyat kita yang merasa dibawah
garis kemiskinan, utamakan peningkatan kesejahteraan rakyat, tekan laju inflasi, buka lapangan
kerja baru untuk memperkecil tingkat pengangguran, mutu pendidikan ditingkat sehingga
menghasilkan SDM yang baik, & berguna, utamakan peningkatan mutu produk dalam negeri
sehingga dapat tekan penggunaan produk import, system supremasi hukum segera dibenahi,
diutamakan selalu berpijak pada rakyat kecil. Fenomena Bangsa ini sekarang terletak pada kasus
skandal bank century yang sampai sekarang belum jelas siapa oknum yang terlibat dalam
penerimaan aliran dana dalam hal ini menimbulkan paradigma baru yaitu antara Pertaruhan
Reputasi & Tanggung Jawab sosial, Serta Nilai Kejujuran yang akan dipertanyakan. Salam
Perjuangan Untuk Indonesia,
SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA
SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA
I. Sejarah Lahirnya Pancasila
Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila.
Kelima sila itu adalah: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusayawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk
mengetahui latar belakang atau sejarah Pancasila dijadikan ideologi atau dasar negara
coba baca teks Proklamasi berikut ini.
Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa Indonesia
dijajah oleh bangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di
Indonesia, misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah
adalah bangsa Belanda. Padahal sebelum kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di
wilayah negara RI terdapat kerajaan-kerajaan besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya,
Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore. Terhadap penjajahan tersebut, bangsa
Indonesia selalu melakukan perlawanan dalam bentuk perjuangan bersenjata maupun
politik.
Perjuangan bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini
Belanda, sampai dengan tahun 1908 boleh dikatakan selalu mengalami kegagalan.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat itu
Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki
Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu.
Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan
tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini
diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus
menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji
kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat
yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah
Militer Jepang di Jawa dan Madura)
Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah
menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada
pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.
Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan
sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang
dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada
sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad
Yamin dan Bung Karno, yang masing-masing mengusulkan calon dasar negara untuk
Indonesia merdeka. Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara secara
lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1.Peri Kebangsaan
2.PeriKemanusiaan
3.PeriKetuhanan
4.PeriKerakyatan
5.KesejahteraanRakyat
Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri atas
lima hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945,
Bung Karno mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiri atas lima hal,
yaitu:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong
Royong. Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat
untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang
masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap
anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan
tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan
para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain
disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar
Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin
Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga
melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang
kemudian lebih dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta.Dalam sidang BPUPKI kedua,
tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah merumuskan rancangan Hukum Dasar.
Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah
proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama :
(1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya) dan
(2) memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum
mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal
17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari
Indonesia bagian Timur yang menemuinya.
Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat
preambul, di belakang kata ketuhanan yang berbunyi dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia
bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan.
Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para
anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid
Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam,
demi persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan
demi persatuan dan kesatuan, mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-
tokoh Islam itu merelakan dicoretnya dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan Yang Maha Esa.
II. Pentingnya Idiologi Sebagai Dasar Negara
A. Pengertian Ideologi
Ada beberapa pengertian ideology, antara lain sebagai berikut :
Ideologi adalah ajaran, doktrin, teori, atau ilmu yang diyakini kebenarannya dan
disusun secara sistematis serta diberi petunjuk pelaksanaannya dalam menanggapi
dan menyelesaikan masalah yang timbul dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan
politik yang menjadi pedoman bagi seseorang atau sekelompok
Dapat disimpulkan bahwa pengertian Ideologi adalah gagasan yang disusun
secara sistematis dan diyakini kebenarannya untuk diwujudkan dalam kehidupan.
Dalam Ideologi terkandung konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-
citakan, dasar pikiran yang terdalam, dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang
dianggap baik. Pada akhirnya, Ideologi suatu negara adalah suatu kristalisasi dari
nilai-nilai yang dimiliki, diyakini kebenarannya, dan menimbulkan tekad untuk
mewujudkannya. Jadi, Ideologi didasarkan pada filsafat negara. Ideologi disertai
penggunaan kekuatan (power) guna mewujudkannya maka Ideologi dekat dengan
kekuasaan politik.
B. Pentingnya Ideologi bagi Suatu Negara
Ideologi menjadi suatu yang sangat penting dan vital bagi kelangsungan
hidup suatu kelompok atau sebuah bangsa. Hal itu disebabkan Ideologi memberikan
kejelasan identitas nasional, member inspirasi akan cita-cita dan pendorong dalam
tujuan masyarakatnya. Dengan Ideologi yang jelas, suatu negara akan memiliki
pegangan dan pedoman bagaimana mengenal dan memecahkan masalah politik,
ekonomi, sosial, budaya dan hankam yang timbul dalam gerak masyarakat yang
makin maju.
Macam-Macam Ideologi di Dunia
Di dunia ini dikenal adanya dua Ideologi yang banyak dianut oleh negara-negara di
dunia, yaitu :
1) Ideologi Liberal.
Pada akhir abad ke-18 di Eropa terutama di Inggris terjadilah revolusi di
bidang ilmu pengetahuan, kemudian berkembang kea rah revolusi teknologi dan
industri. Perubahan tersebut membawa perubahan orientasi kehidupan masyarakat,
baik di bidang sosial, ekonomi maupun politik. Paham liberal berkembang dari
akar-akar rasionalisme, yaitu paham yang meletakkan rasio sebagai sumber
kebenaran tertinggi. Materialisme yang meletakkan materi sebagai nilai tertinggi.
Empirisme yang mendasarkan atas kebenaran fakta Empiris (yang dapat ditangkap
dengan indera manusia). Individualisme yang meletakkan nilai dan kebebasan
individu sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Hal itu barpangkal dari dasar bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk
individu yang bebas. Manusia menurut paham liberal memandang bahwa manusia
sebagai manusia pribadi, dan terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai
individu memiliki potensi dan senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Manusia
akan menjadi ancaman bagi manusia lainnya yang menurut istilah Hobbes disebut
homo homini lupus (homo = manusia, lupus = serigala). Oleh karena itu, . Manusia
sebagai individu memiliki potensi dan senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri.
Manusia akan menjadi ancaman bagi manusia lainnya.
Berdasarkan latar belakang timbulnya, paham liberalism merupakan sintesia
dari beberapa paham, antara lain paham materialism, rasionalisme, empirisme, dan
individualisme. Oleh karena itu, penerapan teknologi senantiasa di dasari oleh
aliran-aliran dan paham-paham secara keseluruhan. Berkembangnya paham
liberalisme mengakibatkan munculnya individualism dan masyarakat kapitalis. Jika
paham liberalism dihubungkan dengan konsep demokrasi maka akan melahirkan
demokrasi liberal. Kebebasan manusia dalam realisasi demokrasi liberal senantiasa
mendasarkan atas kebebasan individu di atas segala-galanya. Rakyat merupakan
hakikat tingkatan tertinggi dalam negara sehingga dimungkinkan akan
berkedudukan lebih tinggi dari pada nilai religious. Hal ini harus dipahami karena
demokrasi liberal akan mencakup seluruh sendi kehidupan dalam masyarakat,
bangsa dan negara, antara lain bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, ilmu
pengetahuan, dan kehidupan keagamaan atau kehidupan religious. Atas dasar inilah
perbedaan sifat serta karakter bangsa sering menimbulkan gejolak dalam
menerapkan demokrasi yang mendasar pada paham liberalism. Termasuk di
Indonesia sendiri pada masa reformasi ini, tidak semua orang memahami makna
demokrasi sehingga penerapannya terkadang tidak sesuai dengan budaya bangsa
Indonesia.

2). Ideologi Sosialisme Komunis


Berkembangnya paham individualism-liberalisme yang berakibat
munculnya masyarakat kapitalis mengakibatkan penderitaan rakyat sehingga
komunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan rakyat kecil oleh kalangan
kapitalis yang didukung pemerintah. Bertolak belakang dengan paham liberalism-
individualisme, komunisme yang dicetuskan melalui pemikiran Karl Marx
memandang bahwa hakikat kebebasan, dan hak individu itu tidak ada. Ideologi
komunisme mendasarkan pada suatu keyakinan bahwa manusia pada hakikatnya
hanya makhluk social saja. Manusia pada hakekatnya merupakan sekumpulan relasi
sehingga yang mutlak adalah komunitas, bukannya individualitas. Jika paham
komunisme dihubungkan dengan konsep demokrasi maka demokrasi individualis
itu tidak ada karena tidak adanya hak individu. Dalam masyarakat terdapat kelas-
kelas yang saling berinteraksi secara dialektis, yaitu kelas kapitalis dan kelas
proletar. Walaupun bertentangan namun saling membutuhkan. Sebab kaum
kapitalis dalam melaksanakan usahanya membutuhkan banyak tenaga dari kaum
proletar. Begitu juga kaum proletar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
memerlukan pekerjaan. Kelas kapitalis senantiasa melakukan penindasan atas kelas
proletar. Oleh karena itu, penindasan itu harus dihilangkan. Hal itu dapat dilakukan
hanya dengan melalui suatu revolusi (perubahan). Hal inilah yang merupakan
konsep kaum komunis untuk melakukan suatu perubahan terhadap struktur
masyarakat secara revolusioner. Menurut komunisme, Ideologi hanya diperuntukan
bagi masyarakat secara keseluruhan. Etika Ideologi Komunis adalah mendasarkan
suatu kebaikan hanya pada kepentingan demi keuntungan kelas masyarakat secara
totalitas (keseluruhan). Atas dasar inilah, komunisme mendasarkan moralnya pada
keuntungan kelasnya sehingga segala cara dapat dihalalkan.
Ideologi negara Republik Indonesia yang tercermin dan terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 adalah Ideologi perjuangan, yaitu jiwa dan semangat
perjuangan bangsa untuk mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur. Dalam alinea I Pembukaan UUD 1945 terkandung motivasi,
dasar dan pembenaran perjuangan (Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan
penjajahan bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan) ; alinea II
mengandung cita-cita bangsa Indonesia (Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur) ; alinea III memuat petunjuk atau tekad pelaksanaannya
(Kemerdekaan atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa) ; alinea IV memuat
tugas negara atau tujuan nasional, penyusunan Undang-Undang dasar, bentuk
susunan negara yang berkedaulatan rakyat, dan dasar negara pancasila.
Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok pikiran yang dijiwai pancasila
dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal UUD 1945. Ini berarti pokok pikiran
dalam pembukaan UUD 1945 itu tidak lain adalah Pancasila yang kemudian
dijabarkan dalam pasal-pasal dari UUD 1945. Pancasila yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 memenuhi persyaratan sebagai suatu Ideologi negara karena
memuat ajaran, doktrin, teori, ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa Indonesia yang
diyakini kebenarannya dan disusun secara sistematis serta diberi petunjuk
pelaksanaannya. Adapun pentingnya Ideologi Negara Republik Indonesia adalah
sebagai pegangan dan pedoman penyelenggara negara dan rakyat Indonesia dalam
menyelesaikan atau memecahkan masalah politik, ekonomi, sosial, budaya dan
hankam yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju.
TUGAS

SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA


SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA

OLEH
NAMA : GRIYAH ATHIFA ALFIYYAH

KELAS : VIII / E
TUGAS

NILAI-NILAI PANCASILA
DAN UUD 1945

NAMA : FERNI
KELAS : VIII / B
NILAI-NILAI PANCASILA
DAN UUD 1945
Sesuai dengan ide, gagasan Ir Soekarno yang disampaikannya dalam pidatonya
Lahirnya Pancasila dalam sidang BPUUPKI pada 1 Juni 1945, bahwa Pancasila itu hanya
sebatas Philosophische grondslag, Weltanschauung, Dasar Negara Indonesia Merdeka,
maka kembalikanlah Pancasila itu hanya sebagai Dasar Negara saja, bukan sebagai Dasar
Moral. Nasionalisme, demokratisme, sosialisme, komunisme, Islam adalah
Weltanschauung.

Selama empat belas tahun pertama sejak Proklamasi Kemerdekaan Negara


Republik Indonesia, yaitu dari 1945 sampai 1958, hampir boleh dikatakan bahwa Pancasila
dikenali hanya terbatas sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.

Pada awalnya Pancasila itu adalah formulasi (perumusan) dari gagasan Ir Soekarno
yang diperkenalkannya pada hari keempat sidang pertama Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945 tentang dasar Indonesia Merdeka
yang kemudian diterima dalam Piagam Jakarta, dan yang selanjutnya direvisi dalam
Pembukaan UUD-45.

Baru sejak tahun 1978 secara sistimatis dan terencana, dikembangkan konsep
Pancasila sebagai ajaran Moral Bangsa Indonesia, sebagai ajaran Moral Bangsa Indonesia,
sebagai Asas Moral bagi kehidupan bangsa Indonesia. Mulai dari kehidupan berpolitik,
berekonomi, sampai kehidupan pribadi dan berkeluarga diatur, berapa jumlah anak,
bagaimana isi dakwah setahap demi setahap diarahkan, diatur, ditata oleh negara.

Setelah ditetapkan Pancasila sebagai Asas Tunggal, maka disini pancasila berperan
mengatur sikap dan tingkah laku orang Indonesia masing-masing dalam hubungannya
dengan Tuhan Yang maha Esa
1. (Ketuhanan Yang maha Esa), dengan sesama manusia
2. (Kemanusiaan yang adil dan beradab), dengan tanah air dan nusa bangsa
Indonesia
3. (Kebangsaan atau Nasionalisme), dengan kekuasaan dan pemerintahan negara
4. (Kerakyatan), dan dengan negara sebagai kesatuan sosial dalam rangka realisasi
kesejahteraan
5. (Keadilan Sosial). mempertanyakan apakah negara/pemerintah, MPR berhak
mengatur, membina hati nurani masing-masing individu

I. Nilai Pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Makna sila ini adalah:

* Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dassar kemanusiaan yang adil dan beradab.
* Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
* Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.

* Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

Makna sila ini adalah:

* Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
* Saling mencintai sesama manusia.
*Mengembangkan sikap tenggang rasa.
* idak semena-mena terhadap orang lain.
* Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
* Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
* Berani membela kebenaran dan keadilan.
* Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat Dunia Internasional
dan dengan itu harus mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

Makna sila ini adalah:

* Menjaga Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


* Rela berkorban demi bangsa dan negara.
* Cinta akan Tanah Air.
* Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.
* Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan /


Perwakilan

Makna sila ini adalah:

* Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.


* Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
* Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil keputusan
bersama.
* Berrembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau kata mufakat
diliputi dengan semangat kekeluargaan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Makna sila ini adalah:


* Bersikap adil terhadap sesama.
* Menghormati hak-hak orang lain.
* Menolong sesama.
* Menghargai orang lain.
* Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan bersama.

II. Makna Lambang Garuda Pancasila


* Perisai di tengah melambangkan pertahanan bangsa Indonesia
* Simbol-simbol di dalam perisai masing-masing melambangkan sila-sila dalam Pancasila,
yaitu:
1. Bintang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Rantai melambangkan sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Pohon beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia
4. Kepala banteng melambangkan sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
* Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
* Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia. Merah berart
berani dan putih berarti suci
* Garis hitam tebal yang melintang di dalam perisai melambangkan wilayah Indonesia
yang dilintasi Garis Khatulistiwa
* Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945),
Antara lain:
* Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17
* Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8
* Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19
* Jumlah bulu di leher berjumlah 45

* Pita yg dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara Indonesia, yaitu

Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda beda, tetapi tetap satu jua.

III. Naskah Undang-Undang Dasar 1945


Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh
(16 bab, 37 pasal, 49 ayat, 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta
Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 21 bab, 73 pasal, 170 ayat, 3
pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan
Tambahan.
Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah Perbantuan
dan Kompilasi Tanpa Ada Opini.
IV. Sejarah Awal UDD 1945
Pada tanggal 22 Juli 1945, disahkan Piagam Jakarta yang kelak menjadi naskah
Pembukaan UUD 1945. Naskah rancangan konstitusi Indonesia disusun pada waktu Sidang
Kedua BPUPKI tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan
UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Dalam kurun waktu 1945-1949, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya
karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa
KNIP diserahu kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14
November 1945 dibentuk Kabinet Parlementer yang pertama, sehingga peristiwa ini
merupakan penyimpangan UUD 1945.
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik
ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal
5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-
Undang Dasar Sementara 1950 waktu itu.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat sakral,
diantara melalui sejumlah peraturan:
* Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk
mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya
* Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain menyatakan
bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat
rakyat melalui referendum.

* Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan


pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

V. Perubahan UUD 1945


Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945
antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada
kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden,
adanya pasal-pasal yang terlalu luwes (sehingga dapat menimbulkan mulitafsir), serta
kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum
cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta mempertegas sistem
presidensiil.

You might also like