Professional Documents
Culture Documents
PERILAKU KEKERASAN
Sub Pokok Bahasan : Perilaku Kekerasan & peran keluarga terhadap penanganan perilaku
kekerasan
Waktu : 30menit
I. Latar Belakang
dapat berupa individu, keluarga dan komunitas baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
Bentuk Asuhan keperawatan jiwa meluputi pencegahan primer adalah pendidikan kesehatan,
Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien merupakan sistem pendukung utama
dalam memberikan pelayanan langsung pada saat klien berada dirumah. Oleh karena itu
keluarga memiliki peran penting didalam upaya pencegahan kekambuhan penyakit pada klien
jiwa. Melihat fenomena diatas, maka keluarga perlu mempunyai pemahaman mengenai cara
perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu upaya yang
yang diberikan dalam penyuluhan dan dapat berguna dalam kehidupan sehari hari.
Perilaku Kekerasan
IV. Metode
V. Media
Leaflet
VI. Pengorganisasian
1. Fasilitator : Marsiana M. Iry
6. Hal- hal yang dapat dilakukan keluarga yang mempunyai Perilaku Kekerasan
3 Penutup 10
1. Diskusi: menit
1) Memberikan kesempatan pada peserta 1. Menanyakan hal yang
penyuluhan untuk bertanya belum jelas
2) Menjawab pertanyaan peserta 2. Memperhatikan jawaban
penyuluhan yang berkaitan dengan penyuluh
materi yang belum jelas 3. Menjawab pertanyaan
3) Memberikan pertanyaan kepada yang ditujukan.
audience, mengenai:
a. Definisi Perilaku Kekerasan
b.Penyebab Perilaku Kekerasan
c. Rentang respon marah Perilaku
Kekerasan
d.Tanda dan Gejala Perilaku
Kekerasan
e. Akibat Perilaku Kekerasan
f. Hal- hal yang dapat dilakukan
keluarga yang mempunyai Perilaku Memperhatikan &
Kekerasan Menyimak
g.Peran keluargadalam penanganan
Perilaku Kekerasan
2. Kesimpulan hasil diskusi
3. Evaluasi diskusi
Memberikan informed concert pada audience.
4. Memberikan salam penutup Menjawab salam
IX. Evaluasi
1. Struktur
Kegiatan berlangsung dengan baik sesuai jadwal yang telah ditentukan, tempat
pelaksana tersusun rapi dan bersih, proses penyuluhan berjalan dengan lancar tanpa
hambatan. Pelaksana terdiri dari moderator, penyaji, fasilitator, observer dan notulen.
2. Proses
mendengarkan dan memahami Perilaku Kekerasan mencapai 75% terlihat dari keaktifan
bertanya dan dapat menyimpulkan penyakit hipertensi tersebut. Kegitan dilaksanakan tepat
3. Hasil
Kehadiran peserta penyuluhan yakni 70%, terdiri dari keluarga pasien dan pasien itu
sendiri. Pasien dan keluarga pasien telah memahami tentang Perilaku Kekerasan, terlihat dari
mereka aktif dalam menyimpulkan hasil dari penyuluhan yang telah dilakukan. Kegitan
Anonim. 2011. Cegah dan hindari kekerasan, diakses tanggal 2 Mei 2013. Jam 14.30 dari
http://www.orangtua.org/cegahdanhidarikekerasan=804
Dadang Hawari. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia. FKUI:
Jakarta.
Keliat Budi Ana.1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi I. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna, Akemat, dkk. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
LAMPIRAN MATERI
PERILAKU KEKERASAN
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini perilaku kekerasaan
dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Perilaku kekerasaan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu perilaku kekerasaan saat sedang
berlangsung atau perilaku kekerasaan terdahulu (riwayat perilaku kekerasaan). (Keliat, Budi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang, diri
sendiri baik secar fisik, emosional, dan atau seksualitas (Nanda, 2005).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993 dalam Depkes, 2000).
Menurut Stearen, kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak,
cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
1. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
1) Psikologis
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu
Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa
dengan kekerasan.
2) Perilaku
3) Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial
4) Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal
kekerasan
2. Faktor presipitasi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat,
dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif
Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya manusia itu mempunyai
kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya
individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas
tersinggung, lekas marah, dan sebagainya. Harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi
oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak
marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan
menantang. Dari ketiga cara ini cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang
lain adalah destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa
bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan
pada diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif mal adaptif. Rentang
respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997, hal 6).
1. Assertif
Mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa
2. Frustasi
Respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan yang tidak realistis.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman
3. Pasif
Respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
4. Agresif
Perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang
agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap
perlakuan yang sama dari orang lain. Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang
masih terkontrol.
5. Mengamuk
Rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada keadaan
ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Tindakan
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut:
1. Fisik
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
7. Sosial
8. Perhatian
dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan
VI. Hal-Hal Yang Dapat Dilakukan Keluarga Yang Mempunyai Perilaku Kekerasan
1. Mengadakan kegiatan bermanfaat yang dapat menampung potensi dan minat bakat
2. Bekerja sama dengan pihak yang berhubungan dekat dengan pihak-pihak terkait
3. Mengadakan kontrol khusus dengan perawat / dokter yang dapat membahas dan
terutama dari segi kejiwaan antara pengajar dengan pihak keluarga terutama orangtua.
b. Saling memberi dukungan secara moril apabila ada anggota keluarga yang
d. Menjalin keterbukaan
f. Menyadari setiap kekurangan diri dan orang lain dan berusaha memperbaiki
kekurangan tersebut
i. Keluarga dapat mengevaluasi jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah
b. Memukul-mukul bantal
c. Bila ada sesuatu yang tidak disukai anjurkan klien mengucapkan apa yang tidak
disukai klien
Meminta bantuan petugas terkait dan terdekat untuk membantu membawa klien ke
rumah sakit jiwa terdekat. Sebelum dibawa usahakan dan utamakan keselamatan diri