You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi
2. Mengetahui Penilaian pendidikan
3. Untuk mengetahui Mengapa menilai?
4. Untuk mengetahui Tujuan atau fungsi penilaian
5. Untuk Mengetahui Ciri-ciri penilaian dalam pendidikan.
C. Rumusan masalah
1. Apa pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi ?
2. Bagaimana Penilaian pendidikan ?
3. Mengapa menilai ?
4. Apa tujuan atau fungsi penilaian ?
5. Bagaimana ciri-ciri penilaian dalam pendidikan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi


Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu
melakukan pekerjaan evaluasi.Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita
jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.
Dari dua kalimat di atas kita sudah menemui tiga buah istilah yaitu :
evaluasi, pengukuran dan penilaian. Sementara orang lebih cenderung
mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama
sehingga dalam memakainya hanya tergantung dari mana yang sedang siap
untuk diucapkannya. Akan tetapi sementara orang yang lain ,membedakan
ketiga istilah tersebut. Dan untuk memahami apa persamaan, perbedaan,
ataupun hubungan antara ketiganya, dapat dipahami melalui contoh-contoh
di bawah ini :
1.1. Apabila ada orang yang akan memberi sebatang pensil kepada kita, dan kita
disuruh memilih antara dua pensil yang tidak sama panjangnya, maka tentu
saja kita akan memilih yang panjang. Kita tidak akan memilih yang pendek
1.2. Pasar, tempat bertemunya orang-orang yang akan menjual dan membeli.
Sebelum menentukan barang yang akan dibelinya, seorang pembeli akan
memilih dahulu mana barang yang lebih baik menurut ukurannya. Apabila
ia ingin membeli jeruk, dipilihnya jeruk yang besar, kuning, kulitnya halus.
Semuanya itu dipertimbangkan karena menurut pengalaman sebelumnya,
jenis jeruk-jeruk yang demikian ini rasanya akan manis. Sedangkan jeruk
yang masih kecil, hijau dan kulitnya agak kasar, biasanya masam rasanya.
Dari contoh-contoh diatas ini dapat kita simpulkan bahwa sebelum
menentukan pilihan, kita mengadakan penilaian terhadap benda-benda yang
akan kita pilih. Dalam contoh pertama kita memilih mana pensil yang lebih
panjang, sedangkan dalam contoh kedua kita menentukan dengan perkiraan
kita atas jeruk yang manis.
Untuk dapat mengadakan penilaian, kita mengadakan pengukuran terlebih
dahulu.Jika ada penggaris, maka sebelum menentukan mana pensilyang lebih
panjang, kita ukur dahulu kedua pensil tersebut. Dan setelah mengetahui
berapa panjang masing-masing pensil itu, kita mengadakan penilaian dengan
melihat bandingan panjang antara kedua pensil tersebut. Dapatlah kita
menyatakan Ini pensil panjang, dan inilah pensil pendek Mana pensil yang
panjang, itulah yang kita ambil.
Untuk menentukan penilaian mana jeruk yang manis, kita tidak menggunakan
ukuran manis , tetapi menggunakan ukuran besar, kuning dan halus
kulitnya. Ukuran ini tidak mempunyai wujud seperti kayu penggaris yang
sudah ditera, tetapi diperoleh berdasarkan pengalaman. Sebenarnya kita juga

2
mengukur, yakni membandingkan jeruk-jeruk yang ada dengan ukuran
tertentu.Setelah itu kita menilai, menentukan pilihan mana jeruk yang paling
memenuhi ukuran itulah yang kita ambil.
Dengan demikian kita mengenal dua macam ukuran, yakni ukuran
yang terstandar (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya) dan ukuran
perkiraan berdasarkan hasil pengalaman (jeruk manis adalah yang
kuning, besar, hlus kulitnya).

Dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk


kita itulah yang disebut mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan
menilai. Kita tidak dapat mengadakan penilaian sebelum kita
mengadakan pengukuran.
- Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
Ukuran bersifat kuantitatif.
- Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
- Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni
mengukur dan menilai.
Di dalam istilah asingnya,pengukuran adalah measurement, sedangkan
penilaian adalah evaluation. Dari kata evaluation inilah diperoleh kata
Indonesia evaluasi yang berarti menilai (tetapi dilakukan dengan
mengukur terlebih dahulu).

2. Penilaian pendidikan
Penilaian pendidikan adalah kegiatan menilai yang terjadi di lapangan
pendidikan. Untuk membatasi masalah, maka dalam buku ini hanya akan
dibicarakan penilaian di sekolah.
Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat mengolah sesuatu dan calon
siswa diumpamakan sebagai bahan mentah maka lulusan dari sekolah itu
dapat disamakan dengan hasil olahan yang sudah siap digunakan. Dalam
istilah inovasi yang menggunakan teknologi maka tempat pengolah ini
disebut transformasi.
Jika digambarkan dalam bentuk diagram akan terlihat sebagai berikut:
- In-put :
adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi. Dalam dunia
sekolah maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa.
Yang baru akan memasuki sekolah. Sebelum memasuki suatu tingkat
sekolah (institusi), calon siswa itu dinilai dahulu kemampuannya.
Dengan penilaian itu ingin diketahui apakah kelak akan mampu mengikuti
pelajaran dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.

3
- Out-put
Adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi.Yang dimaksud dalam
pembicaraan ini adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk
dapat menentukan apakah seorang siswa berhak lulus atau tidak, perlu
diadakan kegiatan penilaian.

- Transformasi
Adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi.
Dalam dunia sekolah,sekolah itulah yang dimaksud dengan transformasi.
Sekolah itu sendiri terdiri dari beberapa mesin yang menyebabkan berhasil
atau gagalnya sebagai transformasi. Bahan jadi yang diharapkan, yang
dalam hal ini siswa lulusan sekolah ditentukan oleh beberapa faktor sebagai
akibat bekerjanya unsur-unsur yang ada.
Unsur-unsur transformasi sekolah tersebut antara lain:
a. Guru dan personal lainya,
b. Bahan pelajaran,
c. Metode mengajar dan sistem evaluasi.
d. Sarana penunjang,
e. Sistem administrasi.

- Umpan balik (feed back)


Adalah segala informasi baik yang menyangkut out-put maupun
transformasi. Umpan balik ini diperlukan sekali untuk memperbaiki input
maupun transformasi. Lulusan yang kurang bermutu atau yang belum
memenuhi harapan, akan menggugah semua pihak untuk mengambil
tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang bermutunya lulusan:
Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
a. Input yang kurang baik kualitasnya
b. Guru dan personal yang kurang tepat
c. Materi yang tidak/kurang cocok
d. Metode mengajar dan sistem evaluasi yang kurang memadai
e. Kurangnya sarana penunjang
f. System adminidtrasi yang kurang tepat

Oleh karena itu penilaian di sekolah meliputi banyak segi: Calon siswa,
lulusan dan proses pendidikan secara menyeluruh.

3. Mengapa menilai?
Jika sebelum membeli jeruk kita tidak memilih dahulu mana jeruk yang
baik dibandingkan dengan yang kurang baik, maka kita akan memperoleh
jeruk seadanya.

4
Mungkin baik, tetapi ada kemungkinan tidak baik.Yang jelas, kita belum
tentu memperoleh jeruk yang berkualitas baik jika tidak didahului dengan
kegiatan menilai.
Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, penilaian
mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi.

3.1 Makna bagi siswa:


Dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana
telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang
diperoleh siswa dari pekerjaan menilai ini ada 2 kemungkinan:
a) Memuaskan.
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan, dan hal itu menyenangkan,
tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain
waktu.Akibatnya ,siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar
untuk belajar lebih giat,agar lain kali mendapat hasil yang lebih
memuaskan lagi. Keadaan sebaliknya dapat terjadi, yakni siswa sudah
merasa puad dengan hasil yang diperoleh dan usahanya kurang gigih untuk
lain kali.
b) Tidak memuaskan.
Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar
lain kali kedaan itu tidak terulang lagi. Maka ia lalu bekerja giat. Namun
demikian, kedaan sebaliknya dapat terjadi. Ada beberapa siswa yang
lemah kemauannya, akan menjadi putus asa dengan hasil kurang
memuaskan yang telah diterimanya.

3.2 Makna bagi guru:


3.2.1 Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui
siswa-siswa yang mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannnnya
karena sudah berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-
siswa yang belum berhasil menguasai bahan. Dengan petunjuk ini guru
dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswa yang belum
berhasil.
Apalagi jika guru tahu akan sebab-sebabnya, ia akan memberikan
perhatian yang memusat dan memberikan perlakuan yang lebih teliti
sehingga keberhasilan selanjutnya dapat diharapkan.
3.2.2 Guru akan mengethui apakah materiyang diajarkan sudah tepat bagi
siswa sehingga untuk memberikan pengajaran diwaktu yang akan
datang tidak perlu diadakan perubahan.
3.2.3 Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau
belum. Jika sebagian besar dari siswa memperoleh angka jelek pada
penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan

5
atau metode yang kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru
harus mawas diri dan mencoba mencari metode lain dalam mengajar.
3.3 Makna bagi sekolah:
3.3.1 Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana
hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi
belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau
belum. Hasil belajar merupakan cermin kualitas sesuatu sekolah.
3.3.2 Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu
dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk
masa-masa yang akan datang.
3.3.3 Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat
digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah
sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat
dari bagusnya angka-angka yang diperoleh siswa.

4. Tujuan atau fungsi penilaian


Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam
sistem pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa tujuan atau
fungsi penilaian ada beberapa hal:

4.1 Penilaian berfungsi selektif


Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan
seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai
berbagai tuuan, anatara lain:

1. untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu


2. untuk memilih siswayang dapat naik kelas atau tingkat selanjutnya
3. untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat bea-siswa dan
sebagainya
4. untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah
4.2 Penilaian berfungsi diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi
persyaratan, maka. Dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui
kemampuan siswa. Disamping itu perlu diketahuipula sebab-musabab
kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru
mengadakan diagnose kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya.
Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih muda dicari cara
untuk mengatasi.

6
4.3 Penilaian berfungsi sebagai penempatan
System baru yang kini banyak dipopulerkan di Negara barat, adalah
system belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara
mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul maupun paket
belajar yang lain.
Sebagai alas an dari timbulnya system ini adalah adanya pengakuan yang
benar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah
membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila
disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi desebabkan karena
keterlambatan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadan-
kadangsukar melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara
kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang
siswa harus ditempatka, digunakan suatu penilaian yang sama, akan berbeda
dalam kelompok yang sama dalam belajar.
4.4 Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Fungsi keempat dari penilaain ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana suatu program berhasil di terapkan. Telah disinggung pada bagian
sebelum ini, keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu
faktor guru, metode mengajar, kurikulum, saran dan system administrasi.
5. Cirri-ciri penilaian dalam pendidikan.
Apakah sebenarnya kepandaian itu? Seorang siswa yang pandai
metematika, tidak dapat dengan mudah dibedakan dari siswa lainnya, hanya
dengan melihat anak tersebut, kita tidak dapat melihat siswa pandai atau
siswa bodoh. Kepandaian itu tidak dapat diaksikan dari luar.
Untuk dapat menentukan siswa mana yang lebih pandai dari yang lain,
maka bukan kepandaianya yang di ukur. Kita dapat mengukur kepandaian
dari gejala yang Nampak atau memancar dari kepandaiannya. Salah satu
contoh adalah bahwa anak yang pandai biasanya dapat menyelesaikan soal-
soal yang diberikan oleh gurunya
Inilah:

7
1) Ciri pertama dari penilaian dalam pendidikan, yaitu bahwa penelitian
dilakukan secara tidak langsung. Dalam contoh ini, akan mengukur
kepandaian melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal.
2) Sehubung dengan tanda-tanda anak yang pandai atau inteligen, seorang
ahli ilmu jiwa pendidikan bernama Carl Witherington, mengemukakan
pendapatnya sebagai berikut:
Anak yang inteligen adalah anak yang mempunyai:
1) Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan,
2) Kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan baik,
3) Kemampuan untuk menangkap sesuatu yang baru (cepat mengikuti
pembicaraaan orang lain)
4) Kemampuan untuk mengingat-ingat
5) Kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap kelucuan)
6) Kemampuan untuk berfantasi

Selanjutnya tentang macam tingkat inteligensi dibandingkan dengan jumlah umat


manusia digambarkan sebagai berikut:

1% luar biasa, mempunyai IQ antara 30 sampai 69


5% dungu, mempunyai IQ antara 70 sampai 80
14% bodoh, mempunyai IQ antara 80 sampai 90
60% normal, mempunyai IQ antara 90 sampai 110
14% pandai, mempunyai IQ antara 110 sampai 120
5% sangta pandai, mempunyai IQ antara 120 sampai 130
1%genius, mempunyai IQ lebih dari 130

Yang dikatakan 1% luar biasa masi terbagi lagi atas:

Adioot yang mempunyai IQ antara 0 sampai 25


Imbesil yang mempunyai IQ antara 26 sampai 50
Debil yang mempunyai IQ antara 51 sampai 70

Distribusi Intelegensi Quetien (IQ) dari sekelompok besar orang-orang yang


diambil tanpa memilih.

8
Dengan gambaran angka-angka intelegensi Quetient ini sampailah kita
kepada:
2) Ciri kedua dari penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif.
Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya dengan menggunakan simbul
bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu diinterprestasikan
ke bentuk kuantitatif.
Contoh:
Dari hasil pengukuran, Tiko mempunyai IQ 125, sedangkan IQ Tini 105.
Dengan demikian maka Tiko dapat digolongkan sebagai anak sangat pandai,
sedangkan Tini sebagai anak normal.
Penggunaan contoh diatas menentukan :
3) Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan
menggunakan. Unit-unit atau satuan-satuan yang tetap karena IQ 105
termasuk anak normal. Anak lain yang hasil IQ nya 80, menurut unit
ukurannya termasuk anak dungu.
4) Ciri keempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat artinya tidak sama
atau tidak selalu tetap dari satu waktu yang lain.
Contoh :
Hasil ulangan matematika yang diperoleh oleh Miranti hari Senin adalah 80.
Hasil hari selasa 90. Tetapi hasil ualngan hari Sabtu hanya 50. Ketidakpastian
hasil penilaian ini disebabkan karena banyak faktor. Mungkin pada hari sabtu
Miranti sedang risau hatinya menghadapi malam Minggu sore harinya.
5) Ciri kelima dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian
pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun sumber kesalahan
dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu :

1) Terletak pada alat ukurnya


Alat yang digunakan untuk mengukur haruslah baik. Sebagai misal, kita
akan mengukur panjang meja tetapi menggunakan pita ukuran yang
terbuat dari bahan elastis, dan cara mengukurnya ditarik-tarik. Tentu saja
pita ukuran itu tidak dapat kita golongkan sebagai alat ukur yang baik
karena gambaran tentang panjajngnya meja tidak dapat diketahui dengan

9
pasti. Tentang bagaimana dalam pendidikan, akan dibicarakan dibagian
lain.
2) Terletak pada orang yang melakukan penilaian
Hal ini dapat berupa :
a. Kesalahan pada waktu melakukan penilaian karena faktor subyektif
penilai telah berpengaruh pada hasil pengukuran. Tulisan yang
jelek dan tidak jelas, mau tidak mau sering mempengaruhi
subyektivitas penilai, jika pada waktu mengerjakan koreksi, penilai
itu sendiri sedang risau. Itulah sebabnya pendidikan harus mungkin
dari hal ini.
b. Kecenderungan dari menilai untuk memberikan nilai secara
murah atau mahal. Ada guru yang mau memberi nilai 2 (dua)
untuk siswa yang menjawab salah dengan alasan untuk upah
menulis. Tetapi ada yang memberikan 0 (nol) untuk jawaban yang
serupa.
c. Adanya hallo-effect, yakni adanya kesan penilai terhadap siswa.
Kesan-kesan itu dapat berasal dari guru lain meupun dari guru itu
sendiri pada kesempatan memegang mata pelajaran lain.
d. Adanya pengaruh hasil yang telah diperoleh terdahulu. Seorang
siswa pada ulangan pertama mendapat angka 10 sebanyak 2 kali.
Untuk ulangan yang ketiga dan seterusnya, guru sudah terkena
pengaruh ingin memberi angka lebih banyak dari yang sebenarnya
walaupun seandainya pada waktu ulangan tersebut, ia sedang
mengalami nasib sial.
e. Kesalahan yang disebabkan oleh kekeliruan menjumlah angka-
angka hasil penilaian.
3) Terletak pada anak yang dinilai
a. Siswa adalah manusia yang berperasaan dan bersuasana hati. Suasana
hati seseorang akan sangat berpengaruh terhadap hasil penilaian.
Misalnya suasana hati yang kalut, sedih atau tertekan, akan
memberikan hasil yang baik.

10
b. keadaan pisik ketika siswa sedang dinilai. Kepala pusing, perut mulas
atau pipi sedang membengkak karena sakit gigi, tentu saja akan
mempengaruhi cara siswa memecahkan persoalan. Pikirannya sangat
sukar untuk konsentrasi.
c. nasib siswa kadang-kadang mepunyai peranan terhadap hasil
penilaian. Tanpa adanya sesuatu sebab pisik maupun psikis,
adakalanya seperti ada gangguan terhadap kelancaran mengerjakan
soal-soal.
4) Terletak pada situasi dimana penilaian berlangsung
a. Suasana yang gaduh, baik didalam maupun diluar ruangan, akan
menganggu konsentrasi siswa. Demikian pula tingkah laku kawan-
kawannya yang sedang mengerjakan soal, apakah mereka bekerja
dengan cukup serius atau nampak seperti hanya main-main, akan
mempengaruhi diri siswa dalam mengerjakan soal.
b. Pengewasan dalam penilaian. Tidak menjadi rahasia lagi bahwa
pengawasan yang terlalu ketat tidak disenangi oleh siswa yang suka
melihat ke kanan sebaliknya, yaitu pengawasan yang longgar justru
membuat jengkel bagi siswa yang mau disiplin dan percaya pada diri
sendri.

11

You might also like