You are on page 1of 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulisan makalah yang
berjudul Konsep Hukum dan HAM menurut Pandangan Islam yaitu untuk mengetahui
tentang seluk beluk hukum Islam dan Hak Asasi Manusia menurut ajaran Islam, penulis dan
pembaca dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
menyiapkan, memberikan masukan, dan menyusun makalah yang disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Agama ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan dari pembaca sangat diharapkan guna
menyempurnakan makalah ini dalam kesempatan berikutnya.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan
dan perkembangan ilmu pengetahuan tentang agama, serta para pembaca.

Serang, .... September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................. 2


DAFTAR ISI ................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Hukum Islam ................................. .5
B. Ruang Lingkup Hukum Islam .................................................................................... ....
5
C. Sumber Hukum Islam ................................. .6
D. Prinsip dan Fungsi Hukum Islam ................................... ...8
E. Perkembangan Hukum Islam di Indonesia .............................. .. 9
F. Hak Asasi Manusia menurut Pandangan Islam ................................... ..10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum dan HAM dalam islam berisi tentang penjelasan konsep-konsep hukum islam
dan HAM dalam Islam meliputi prinsip bermusyawarah dan prinsip dalam ijma. Hukum dan
HAM dapat dimaknai sebagai hasil perjuangan manusia untuk mempertahankan dan
mencapai harkat kemanusiaannya. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan
seperangkat hak yang menjamin derajatnya sebagai manusia. Hak-hak inilah yang kemudian
disebut dengan hak asasi manusia, yaitu hak yang diperoleh sejak kelahirannya sebagai
manusia yang merupakan karunia Sang Pencipta.
Karena setiap manusia diciptakan kedudukannya sederajat dengan hak-hak yang
sama, maka prinsip persamaan dan kesederajatan merupakan hal utama dalam interaksi
sosial. Namun kenyataan menunjukan bahwa manusia selalu hidup dalam komunitas sosial
untuk dapat menjaga derajat kemanusiaan dan mencapai tujuannya. Hal ini tidak mungkin
dapat dilakukan secara individual. Akibatnya, muncul struktur sosial. Dibutuhkan kekuasaan
untuk menjalankan organisasi sosial tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Hukum Islam


Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan merupakan bagian dari ajaran Islam.
Ada dua Istilah yang berhubungan dengan hukum Islam. Pertama syariat, kedua fiqih.
Syariat merupakan hukum Islam yang ditetapkan secara langsung dan tegas oleh Allah
SWT. Sementara fiqih merupakan hukum yang ditetapkan pokok-pokoknya saja. Hukum ini
dapat atau perlu dikembangkan dengan ijtihad. Hasil pengembangannya inilah yang
kemudian dikenal dengan istilah fiqih.
Hukum Islam kategori syariat bersifat konstan, tetap, maksudnya tetap berlaku di
sepanjang zaman, tidak mengenal perubahan dan tidak boleh disesuaikan dengan situasi dan
kondisi. Situasi dan kondisilah yang menyesuaikan dengan syariat. Sedangkan hukum Islam
kategori fiqih bersifat fleksibel, elastis, tidak (harus) berlaku universal, mengenal perubahan,
serta dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Adapun tujuan ditetapkannya hukum Islam adalah untuk kemaslahatan manusia seluruhnya,
baik kemaslahatan di dunia, maupun kemaslahatan di akhirat nanti. Apabila dirinci, maka
tujuan ditetapkannya hukum Islam ada lima, yakni:
1. Memelihara kemaslahatan agama
2. Memelihara jiwa
3. Memelihara akal
4. Memelihara keturunan
5. Memelihara harta benda

B. Ruang Lingkup Hukum Islam


Hukum Islam dalam pengertian syariat dan fiqih dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu :
1. Ibadah (Mahdhah)
Adalah tata cara dan upacara yang wajib diikuti oleh orang muslim dalam menjalankan
hubungan terhadap Allah SWT, seperti sholat, membayar zakat, dan menjalankan ibadah haji.
Ketentuannya telah diatur oleh Allah dan RassulNya. Dengan demikian tidak mungkin ada
proses yang membawa perubahan dan perombakan secara asasi mengenai hukum, susunan
dan tata cara beribadat.

2. Muamalah (Gairu Mahdhah)


Adalah ketetapan Allah yang berhubungan dengan kehidupan sosial manuusia walaupun
ketetapan tersebut terbatas pada pokok-pokok saja.
C. Sumber Hukum Islam
1. Al-Quran
Al-Quran berasal dari kata qaraa (baca), artinya bacaan yaitu kitab suci yang
diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Ada juga yang berpendapat bahwa
Quran merupakan kata sifat dari Al-qaru yang berarti Al-jamu (kumpulan), karena
Al-Quran terdiri dari sekumpulan surah dan ayat yang memuat kisah, perintah, dan larangan,
selain itu juga karena Al-Quran mengintisarikan dari kitab-kitab suci sebelumnya (Taurat,
Zabur, dan Injil).
Al-Quran sebagai sumber hukum Islam mempunyai beberapa nama. Nama-nama
tersebut antara lain:
a. Al-Kitab atau Kitab Allah merupakn sinonim dari perkataan Al-Quran.
b. Al-Furqon, artinya pembeda. Ia merupakan pembeda antara yang benar dan yang batil.
c. Al-Dzikr, artinya peringatan.
d. Selain tiga nama tersebut masih ada nama-nama lain untuk Aquran, yakni al-Nur, al-
Rahman, al-Syifa, al-Mauidzah, al-Hukm, al-Qaul, al-Naba, al-Adzim, Ahsan al-Hadist, al-
Matsany, al-Tanzil, al-Ruh, al-Bayan, al-Wahy wa al-Bashir, al-Ilm, al-Haqq, al-Shidq, al-
Amr, al-Basyar, dan al-Balagh.
Fungsi Al-Quran antara lain: Al-Huda (petunjuk), Al-Syifa (obat), Al-Mauidzah (nasehat).

2. Sunnah
Secara etimologi, sunnah berarti jalan yang biasa dilalui, cara yang biasa
dilakukan, kebiasaan yang selalu dilaksanakan. Secara terminologi, sunnah (menurut
ulama ushul fiqh) adalah seluruh yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik
perkataan, perbuatan, maupun persetujuan/penetapan (taqrir). Ada beberapa istilah yang
mempunyai kesamaan makna dengan sunnah, antara lain:Hadist, Khobar, dan Atsar.
Sebagai sumber hukum kedua, sunnah mempunyai tiga fungsi:
a. Bayan takid, sebagai penetap dan menegaskan hukum-hukum yang terdapat dalam Al-
Quran.
b. Bayan tafsir, berfungsi sebagai penjelas, atau memperinci atau membatasi yang secara umum
dijelaskan Al-Quran.
c. Bayan Tasyri, sunnah berfungsi menetapkan suatu hukum yang secara jelas tidak disebutkan
dalam Al-Quran.
Hadist dapat digolongkan menjadi beberapa bagian:
Ditinjau dari segi bentuknya
(1) Hadist qauli: berupa ucapan Nabi
(2) Hadist fili: berupa perbuatan Nabi
(3) Hadist taqriri: berupa ketetapan Nabi
Ditinjau dari segi jumlah orang yang meriwayatkannya
(1) Hadist mutawatir
(2) Hadist masyur
(3) Hadist ahad
Ditinjau dari segi kualitasnya
(1) Hadist shahih,
(2) Hadist hasan,
(3) Hadist dhaif,
(4) Hadist maudhu.

3. Ijtihad
Ijtihad berarti mencurahkan segala kemampuan dan memikul beban. Secara
terminologi, berarti mencurahkan kemampuan untuk mendapatkan kaum syara (hukum
Islam) tentang suatu masalah dari sumber (dalil) hukum yang tafsili/rinci (Al-Quran dan
Sunnah). Dengan demikian dapat dipahami ijtihad merupakan suatu upaya (metode) para
ulama dalam secara rinci tidak disebutkan dalam Al-Quran maupun sunnah. Beberapa
metode (ijtihad) yang digunakan ulama dalam memutuskan suatu hukum:
(a) Ijma,
(b) Qiyas,
(c) Istislah,
(d) Istihsan,
(e) Urf,
(f) Sad al-zahiriyah,
(g) Istishab,
(h) Madzab Shahabi,
(i) Syaru man qablana.
Al-Syaukani menandaskan bahwa untuk melakukan ijtihad harus memenuhi
persayaratan-persyaratan, antara lain:
a. Memahami betul Al-Quran dan hadist
b. Menguasai seluruh masalah yang hukumnya telah ditunjukkan oleh ijma (kesepakatan)
c. Menguasai bahasa Arab secara komprehensif
d. Menguasai ilmu ushul al-fiqh
e. Memiliki pengetahuan di bidang Nasikh-Mansukh(konsep pembatalan hukum)

D. Prinsip dan Fungsi Hukum Islam


Menurut Hasby Al-Shidiqqi ada 5 prinsip yang menjadi batu pijakan hukum Islam:
1. Persamaan
2. Kemaslahatan
3. Keadilan
4. Tidak memberatkan
5. Tanggung jawab
Dapat disimpulkan bahwa tujuan utama hukum Islam adalah untuk mencegah
kerusakan (mafsadah) dan mendatangkan kemaslahatan (maslahah) secara pribadi dan
masyarakat (Ash-Shiddiqi, 1997:99). Mengatur tata kehidupan mereka, baik kehidupan
duniawi dan ukhrawi, kehidupan individual, bermasyarakat, dan bernegara (Mahfudz,
1994:4).
Prinsip-prisip hukum islam sebagai berikut :
1. Prinsip Tauhid, bahwa semua manusia ada di bawah satu ketetapan yang sama.
2. Prinsip Keadilan adalah keseimbangan antara kewajiban yang harus dipenuhi oleh manusia
dengan kemampuan manusia untuk melaksanakan kewajiban itu.
3. Prinsip Amar Maruf Nahi Munkar
4. Prinsip Kemerdekaan atau Kebebasan
5. Prinsip Persamaan
6. Prinsip Taawun
7. Prinsip Toleransi

Fungsi hukum Islam :


1. Memelihara Kemaslahan Agama
Sesuatu yang harus dimilki oleh setiap manusia oleh martabatnyadapat terangkat lebih tinggi
dan martabat makhluk lain dan memenuhi hajat jiwanya.
2. Memelihara Jiwa
Hukum islam wajib memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan
kehidupannya.
3. Memelihara akal
Karena akal mempunyai peranan sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia.
Seseorang tidak akan dapat menjalankan hukum islam dengan baik dan benar tanpa
mempergunakan akal sehat. (QS.5:90)
4. Memelihara keturunan
Karena itu, meneruskan keturunan harus melalui perkawinan yang sah menurut ketentuan
Yang ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah dan dilarang melakukan perzinahaan. (Qs.4:23)
5. Memelihara Harta Benda
Menurut ajaran islam harta merupakan pemberian Allah kepada manusia untuk kelangsungan
hidup mereka. Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dilindungi haknya untuk
memperoleh harta dengan cara-cara yang halal, sah menurut hukum dan benar menurut
aturan moral.

E. Perkembangan Hukum Islam di Indonesia


1. Fase Pra Pemerintahan Hindia Belanda
Hukum Islam pada masa kerajaan Islam dipakai sebagai hukum kerajaan yang berlaku di
daerah kekuasaannya masing-masing. Keberadaan hukum Islam saat itu belum tertulis seperti
layaknya kitab perundang undangan dewasa ini, akan tetapi ia menjadi hukum yang hidup
yang berkembang alamiah, berlaku dan ditaati oleh masyarakat Islam. Hukum yang berlaku
pada fase ini meliputi hukum keluarga, perkawinan, waris, hibah dan wakaf, transaksi jual
beli, dan pengakuan perlayaran (Harahap, 1994:97).
2. Fase Pemerintah Hindia Belanda
Sebagai bangsa yang menganut agama Kristen, Belanda juga berusaha memasukkan misi suci
menyebarkan agama Kristen. Hukum Islam yang boleh berlaku di masyarakat saat itu tak
lebih dari hukum yang mengatur persoalan keluarga. Keberadaan hukum Islam pada masa
kolonial Belanda telah diakui eksistensinya sebagai hukum positif yang berlaku bagi umat
Islam Indonesia sejajar dengan hukum adat, meskipun ruang lingkupnya masih sangat
terbatas.
3. Fase Pasca Kemerdekaan
Pada fase ini bisa dikatakan bahwa hukum Islam belum bisa diterima dengan baik oleh
pemerintah. Hal ini bisa dilihat misalnya pada PP. No. 45 Tahun 1957 dimana diterangkan
bahwa kewenangan PA tetap terbatas seperti yang digariskan Staatsblaad 1937 No.116, yakni
PA tidak bisa mengadili sengketa waris, PA ditempatkan dibawah pengawasan PN, dan
putusan PA tidak dapat dieksekusi tanpa persetujuan PN.
4. Fase Orde Baru
Hukum Islam menduduki posisi yang sejajar dengan hukum positif. Beberapa contoh
kesejajaran hukum Islam dan Peradilan Agama bisa dilihat sebagai berikut.
a. UU No. 14 Tahun 1970. Pada pasal 10 dijelaskan bahwa PA memiliki kewenangan yang
sama dengan PN sebagai judicial power (kekuasaan kehakiman)
b. UU NO. 14 Tahun 1974 tentang perkawinan. UU ini menegaskan kembali keberadaan PA
yang sejajar dengan PN sebagai kekuasaan kehakiman sekaligus berlakunya hukum Islam
dalam persoalan perkawinan.
c. UU No. 7 Tahun 1989. UU ini memberikan kewenangan tambahan PA bukan saja mengurusi
persoalan perkawinan, akan tetapi juga persoalan waris, wasiat, hibah, wakaf, dan sedekah.
Melihat perkembangan hukum Islam sebagaimana dijelaskan di depan, dapat
dikatakan bahwa hukum Islam merupakan bagian dari sistem tata hukum nasional yang
sebagian telah dimuat dalam hukum positif dan akan tetap berperan sebagai contribution
factor dalam pembangunan kodifikasi hukum nasional.

F. Hak Asasi Manusia menurut Pandangan Islam


Hak asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat secara eksistensial dalam
identitas kemanusiaan. Tanpa HAM, identitas kemanusiaan itu menjadi tidak berarti atau
malah dianggap tidak ada sama sekali. Di mana dan kapanpun, manusia menyandang hak-hak
asasinya itu sejak lahir.
Dilihat dari sejarahnya, umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya
HAM dimulai dengan lahirnya Magna Charta pada tahun 1215 di Inggris yang
mencanangkan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolut, menjadi dibatasi
kekuasannya dan mulai dapat dimintai pertanggung jawabannya di muka hukum. Selanjutnya
diikuti dengan lahirnya Bill of Right di Inggris tahun 1689 dengan adigium bahwa manusia
sama di muka hukum. Perkembangan HAM selanjutnya ditandai munculnya The American
Declaration of Independence, The French Declaration tahun 1789 dan terakhir lahirnya
rumusan HAM yang bersifat universal yang dikenal dengan The Universal Declaration Of
Human Rights tahun 1948 disahkan langsung oleh PBB.
Pemikiran barat yang berkembang selama ini sangat mementingkan individu.
Akibatnya, pola pikir manusia lebih difokuskan pada hak-hak asasi daripada kewajiban-
kewajibannya. Para ahli pikir barat tampaknya sangat dipengaruhi oleh pandangan
individualisme, sehingga hak-hak asasi manusia dianggap lebih utama dari kewajiban-
kewajibannya. Akibat dari pandangan ini manusia lebih banyak menuntut hak-haknya
daripada memenuhi kewajibannya.
Dalam konsep Islam seseorang hanya mempunyai kewajiban-kewajiban atau tugas-
tugas kepada Allah, karena ia harus mematuhi hukum-Nya. Namun secara paradoks, di dalam
tugas-tugas inilah terletak semua hak dan kemerdekaannya. Manusia diciptakan oleh Allah
hanya untuk mengabdi kepada Allah sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran surat Al-
Zariyat ayat 56,artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Dari ketentuan ayat di atas, menunjukan manusia mempunyai kewajiban mengikuti
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Allah. Kewajiban yang diperintahkan kepada umat
manusia dibagi dalam 2 kategori, yaitu:
1) huququllah (hak-hak Allah) yaitu kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah yang
diwujudkan dalam sebuah ritual ibadah
2) huququlibad (hak-hak manusia) merupakan kewajiban-kewaajiban manusia terhadap
sesamanya dan terhadap makhluk-mahkluk Allah lainnya.
Hak Asasi Manusia dijamin oleh agama Islam bagi manusia dikalsifikasikan kedalam
dua kategori yaitu :
1) HAM dasar yang telah diletakkan oleh Islam bagi seseorang sebagai manusia;
2) HAM yang dianugerahkan oleh Islam bagi kelompok masyarakat yang berbeda dalam
situasi tertentu. Status, posisi, dan lain-lain yang mereka miliki. Hak-hak khusus bagi non
muslim, kaum wanita, buruh/pekerja, anak-anak, dan lainnya seperti hak hidup, hak-hak
milik, perlindungan kehormatan, keamanan, kesucian kehidupan pribadi dan sebagainya.
Islam lebih mengedepankan kewajiban daripada hak. Setelah kewajiban dikerjakan
terlebih dahulu, barulah boleh menuntut haknya, karena hak lahir dari kewajiban yang
dikerjakan. Seseorang berhak menuntut hak-haknya setelah kewajiban-kewajibannya
ditunaikan.
Dengan adanya kewajiban manusia, berarti manusia tidak bebas dalam menjalani
kehidupannya di dunia. Secara garis besar, kewajiban manusia itu adalah:
1. Kewajiban terhadap Allah.
2. Kewajiban terhadap diri sendiri.
3. Kewajiban terhadap keluarga.
4. Kewajiban terhadap tetangga.
5. Kewajiban terhadap buruh.
6. Kewajiban terhadap harta.
7. Kewajiban terhadap negara.
8. Kewajiban terhadap lingkungan hidup.
Kewajiban-kewajiban tersebut tidak hanya menimbulkan hak bagi individu melainkan
juga akan memperoleh pahala kelak di akhirat. Pahala itu merupakan hak yang diperolehnya
dari kewajiban yang ditunaikannya. Berikut ini merupakan delapan hak yang dimiliki
manusia sebagai pemberian dari Allah SWT:
1) Hak untuk hidup
2) Hak memperoleh keselamatan dalam hidup
3) Penghormatan terhadap kesucian wanita
4) Hak untuk memperoleh kebutuhan hidup
5) Hak memperoleh kebebasan
6) Hak memperoleh keadilan
7) Kesamaan derajat manusia
8) Hak untuk bekerja sama atau tidak bekerja sama

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan merupakan bagian dari ajaran Islam.
Ada dua Istilah yang berhubungan dengan hukum Islam. Pertama syariat, kedua fiqih. Ada 3
sumber hukum Islam, yaitu Al-Quran, Sunnah, dan ijtihad. Menurut Hasby Al-Shidiqqi ada
5 prinsip yang menjadi batu pijakan hukum Islam:persamaan, kemaslahatan, keadilan, tidak
memberatkan, dan tanggung jawab.
Hukum Islam merupakan bagian dari sistem tata hukum nasional yang sebagian telah dimuat
dalam hukum positif dan akan tetap berperan sebagai contribution factor dalam pembangunan
kodifikasi hukum nasional. Baik di dalam hukum Islam maupun hukum nasional telah
dikenal Hak Asasi Manusia. Hak asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat secara
eksistensial dalam identitas kemanusiaan.

DAFTAR PUSTAKA
Idris, Manan, dkk. 2006. Reorientasi Pendidikan Islam. Surabaya:Hilal Pustaka.
Syarif Iberani, Jamal. 2003. Mengenal Islam. Jakarta:El-Kahfi.
Tahir Azari, Muhammad. 2003. Negara Hukum. Jakarta:Prenada Media

You might also like